BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
|
|
- Budi Tanuwidjaja
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
2 Pertambahan jumlah penduduk yang terus meningkat dari tahun ke tahun membutuhkan kebutuhan pangan yang semakin besar. Dalam rangka mencukupi kebutuhan pangan tersebut, Indonesia mencanangkan beberapa program dibidang pertanian. Salah satunya adalah program intensifikasi tanaman pangan. Dari program ini diharapkan produksi pangan meningkat dari luasan lahan yang sudah ada. Program ini tentu ditunjang dengan perbaikan teknologi pertanian. Penggunaan varietas tahan, perbaikan teknik budidaya yang meliputi pengairan, pemupukan, dan pengendalian hama penyakit terus diaktifkan 1. Pada awal program intensifikasi, yaitu tahun 1970 sampai 1980, untuk mengatasi masalah hama digunakan berbagai jenis dan formulasi pestisida dengan aneka bahan aktifnya 1. Mengingat peranannya yang sangat besar, perdagangan pestisida dewasa ini semakin ramai. Berdasarkan data pencatatan dari Badan Proteksi Lingkungan Amerika Serikat. Saat ini lebih bahan aktif pestisida yang telah beredar dipasaran. Sebanyak bahan aktif tersebut, 575 berupa herbisida, 610 berupa insektisida, 670 berupa fungisida dan nematisida, 125 berupa rodentisida dan 600 berupa disenfektan lebih dari 35 ribu formulasi telah dipasarkan diseluruh dunia 2. Keberadaan pestisida saat ini sudah begitu mantap bahkan telah menjadi sistem pertanian di Indonesia. Pemakaian sudah sulit dihindarkan, bahkan saat serangan hama dan penyakit mulai menghebat dan membuat petani panik, pestisida yang sering dijadikan tumpuan harapan petani sebagai dewa penolong 1. Penggunaan pestisida dalam bidang pertanian meningkat secara nyata sesuai dengan perkembangan intensifikasi tanaman pangan. Antara tahun banyak digunakan senyawa organoklorin, seiring perkembangan kebutuhan akan pestisida sebagai pengganti insektisida yang kemudian lebih banyak digunakan adalah golongan organofosfat. Jenis pestisida ini sangat mudah terabsorpsi melalui oral, inhalasi, maupun kulit yang sehat. 3 Sementara itu pengendalian hama dengan cara lain belum mereka kuasai. Pestisida yang harganya bisa dibilang sangat mahal tetapi mereka usahakan untuk membeli. Kondisi ini semakin diperparah dengan ketidakpedulian mereka tentang bahaya pestisida yang bisa meracuni dia dan keluarganya beserta lingkungannya dan akibat lain yang bersifat simultan 1.
3 Pekerja penjamah pestisida khususnya petani penyemprot mempunyai resiko besar terkena keracunan. Masalah kesehatan pada petani yang diakibatkan pestisida termasuk ke dalam penyakit akibat kerja. Di Kabupaten Tegal, penggunaan pestisida sudah pada tingkat ketergantungan, hal ini dibuktikan dari penggunaan pestisida yang semakin banyak atau meningkat. Dari hasil inspeksi sanitasi yang dilakukan oleh sanitarian puskesmas pada kios-kios pestisida diketahui bahwa jenis atau macam serta jumlah pestisida yang diperdagangkan semakin beragam dan meningkat, sehingga dirasa sangat perlu adanya upaya pemantauan secara rutin 4. Disisi lain, pestisida adalah bahan beracun dan berbahaya yang apabila tidak dikelola dengan bijaksana dapat menimbulkan dampak negatif, yang mempunyai efek secara langsung ataupun tidak langsung serta berpengaruh terhadap kesehatan dan kesejahteraan manusia 4. Dinas Kesehatan Kabupaten Tegal pada tahun 2002 telah mengadakan pengukuran di 6 kecamatan, yaitu Desa Kertaharja Kecamatan Kramat, Desa Tuwel Kecamatan Bojong, Desa Sidakaton Kecamatan Dukuhturi, Desa Banjarturi Kecamatan Warurejo, Desa Bersole Kecamatan Adiwerna, Desa Guci Kecamatan Bumijawa. Dari 337 total petani yang diperiksa terdapat 257 petani (76,26%) tidak keracunan, 63 petani (18,69%) keracunan tingkat ringan, 14 petani (4,15%) keracunan tingkat sedang dan 3 petani (0,89%) keracunan tingkat berat 5. Dari hasil pemantauan tingkat keracunan pestisida pada darah petani di tahun 2002 ternyata tingkat keracunan berat masih dijumpai sebesar 0,89%. Hal ini berarti masih dijumpai petani penyemprot yang terkena keracunan pestisida. Tahun 2003 Dinas Kesehatan Kabupaten Tegal mengadakan pemeriksaan kadar cholinesterase pada petani yang ada di 5 Kecamatan yaitu: Desa Sukaraja Kecamatan Warureja, Desa Sokasari Kecamatan Bumijawa, Desa Sidakaton Kecamatan Dukuhturi, Desa Sumingkir Kecamatan Kedungbanteng, Desa Pedeslohor Kecamatan Adiwerna serta karyawan industri pestisida di Kecamatan Slawi. Dari 344 total yang diperiksa terdapat 233 petani (67,73%) tidak keracunan, 100 petani (29,07%) keracunan tingkat ringan, 11 petani (3,02%) keracunan tingkat sedang tetapi terjadi peningkatan pada tingkat keracunan ringan sebesar 8,53%. 5
4 Pada tahun 2003 terdapat keracunan sedang masih dijumpai sebesar 3,20% dan tahun 2004 dilakukan kegiatan pengukuran cholinesterase dengan sasaran 6 Desa, yaitu: Desa Pedeslohor Kecamatan Adiwerna, Desa Sidakaton Kecamatan Dukuhturi, Desa Sumingkir Kecamata Kedungbanteng, Desa Sumbaga Kecamatan Bumijawa, Desa Kaligayam Kecamatan Margasari dan Desa Kandayakan Kecamatan Warureja. Dari 366 petani yang diperiksa terdapat 277 petani (75,68%) tidak keracunan, 67 petani (18,31%) keracunan ringan, 22 petani (6,01%) keracunan sedang untuk keracunan berat tidak ditemukan. Namun terjadi peningkatan pada tingkat keracunan sedang sebesar 2,81%. 6 Petani biasanya kurang mengerti akibat dari paparan pestisida yang menimbulkan efek muskarinik dan nikotinik, sehingga kerja enzim cholinestrase jadi terhambat. Gejala keracunan yang timbul antara lain : pupil atau celah iris mata menyempit menyebabkan penglihatan kabur, mata berair, mulut berbusa dan berair liur banyak, sakit kepala, pusing, keringat banyak, detak jantung cepat, mual, muntahmuntah, kejang. 3 Sebagian petani tidak memperhatikan masalah umur, karena semakin tua umur petani penyemprot akan semakin mudah terkena paparan pestisida ini disebabkan menurunnya fungsi organ tubuh termasuk enzim-enzim. Masa kerja dan lama kerja dalam menyemprot juga akan berpengaruh terhadap resiko keracunan pestisida. Frekuensi penyemprotan yang terlalu sering mereka beranggapan semakin banyak tanaman disemprot hasil semakin baik, hal ini berakibat petani dengan mudah terpapar pestisida. Para penyemprot juga jarang menggunakan alat pelindung diri yang sesuai dengan prosedur serta teknis dalam menyemprot terkadang tidak memperhatikan arah angin dan tinggi tanaman yang disemprot. Desa Sigedong merupakan daerah penghasil sayuran (kubis, Wortel, Kentang), dimana para petaninya menggunakan pestisida dalam mengatasi pengendalian hama yaitu pestisida jenis Dursban yang termasuk dalam golongan organofosfat. Pada tahun 2001 di Desa Sigedong dilakukan pemeriksaan aktifitas cholinestrase diperoleh hasil dari 52 petani penyemprot yang menderita keracunan sedang sebesar 1,87%, keracunan ringan 33,96% dan 64,15% dalam keadaan normal. 7
5 Peningkatan produksi pertanian di desa sering kali mengalami hambatan, seperti serangan hama dan musim yang tidak menentu. 8 Faktor lain seperti :umur, jenis kelamin, frekuensi penyemprotan dan posisi penyemprotan termasuk pemicu peningkatan aktifitas cholinesterase darah petani, maka faktor-faktor tersebut perlu diteliti dengan cara memeriksa dan mengukur aktifitas cholinesterase darah petani di desa Sigedong. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian dari latar belakang dapat disimpulkan permasalahan penelitian adalah Apakah ada hubungan faktor-faktor yang meliputi: umur, lama menyemprot, masa kerja, frekuensi penyemprotan, penggunaan alat pelindung diri dan arah penyemprotan dengan aktifitas cholinesterase dalam darah petani di desa Sigedong Kecamatan Bumijawa Kabupaten Tegal. C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi peningkatan aktifitas cholinesterase dalam darah petani di Desa Sigedong Kecamatan Bumijawa Kabupaten Tegal. 2. Tujuan Khusus Mengidentifikasi dan menganalisis hubungan umur, lama bekerja, masa kerja, frekuensi penyenprotan, penggunaan APD dan arah penyemprotan dengan aktifitas cholinesterase dalam darah petani. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliti Peneliti dapat mengetahui pengaruh beberapa faktor dalam penyemprotan pestisida pada petani melalui pengukuran cholinesterase dalam darah.
6 2. Bagi Instansi/program/Institusi Dapat digunakan sebagai masukan mengenai kasus keracunan bagi Puskesmas Bumijawa sehingga dapat dilakukan tindakan preventif, promotif, kuratif dan rehabilitatif. 3. Bagi Masyarakat Untuk memberikan masukan kepada petani penyemprot di Desa Sigedong Kecamatan Bumijawa bahwa pestisida dapat menimbulkan keracunan dan bahaya bagi kesehatan apabila kurang tepat dalam penggunaannya. E. Bidang Ilmu Bidang kajian yang berhubungan dengan penelitian ini adalah bidang Ilmu Kesehatan Masyarakat khususnya kesehatan dan keselamatan kerja.
BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Peningkatan jumlah penduduk setiap tahunnya menyebabkan peningkatan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peningkatan jumlah penduduk setiap tahunnya menyebabkan peningkatan jumlah konsumsi pangan, sehingga Indonesia mencanangkan beberapa program yang salah satunya adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk terpadat di
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk terpadat di dunia setelah Cina, India, dan Amerika Serikat. Berdasarkan hasil sensus penduduk nasional
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. membunuh atau mengendalikan berbagai hama tanaman. Tetapi pestisida. lingkungan apabila tidak tepat dalam menggunakannya.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pestisida merupakan substansi kimia yang mempunyai daya bunuh yang tinggi, penggunaannya mudah, dan hasilnya cepat diketahui untuk membunuh atau mengendalikan berbagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sistem pertanian di Indonesia. Pestisida digunakan untuk mengurangi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peningkatan jumlah penduduk sebanding dengan peningkatan produksi pangan sehingga sangat diperlukan pestisida yang membantu sistem pertanian di Indonesia. Pestisida
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pestisida merupakan salah satu teknologi pengendalian organisme
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pestisida merupakan salah satu teknologi pengendalian organisme pengganggu tumbuhan yang dianggap paling menjanjikan harapan. Pestisida telah digunakan sekitar 500 tahun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pestisida mencakup bahan-bahan racun yang digunakan untuk membunuh jasad
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang dikenal sebagai negara agraris. Sebagian besar penduduknya bekerja sebagai petani. Kebiasaan petani dalam menggunakan pestisida
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan berkesinambungan terus diupayakan untuk mencapai tujuan nasional. Adapun
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan di Indonesia secara berencana, komprehensif, terpadu, terarah dan berkesinambungan terus diupayakan untuk mencapai tujuan nasional. Adapun tujuan dari
Lebih terperinciMAKRO EKONOMI KABUPATEN TEGAL
SEKTOR BANGUNAN Sektor Bangunan mencakup kegiatan konstruksi di wilayah Kabupaten Tegal yang dilakukan baik oleh kontraktor umum, yaitu perusahaan yang melakukan pekerjaan konstruksi untuk pihak lain,
Lebih terperinciSEKTOR BANGUNAN PDRB KABUPATEN TEGAL
SEKTOR BANGUNAN Sektor Bangunan mencakup kegiatan konstruksi di wilayah Kabupaten Tegal yang dilakukan baik oleh kontraktor umum, yaitu perusahaan yang melakukan pekerjaan konstruksi untuk pihak lain,
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. meningkat tinggi setelah aplikasi pestisida. Penggunaan bahan-bahan beracun itu pada
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peningkatan kebutuhan masyarakat terhadap hasil pertanian berupa buah dan sayur semakin tinggi sejalan dengan pertambahan penduduk. Untuk mengantisipasi kebutuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Indonesia adalah salah satu negara berkembang dan negara agraris yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah salah satu negara berkembang dan negara agraris yang sebagian penduduknya memiliki mata pencaharian sebagai petani. Petani merupakan kelompok kerja
Lebih terperinciTabel 2.2. Tingkat Produksi Pertanian di Kabupaten Tegal
kentang, kubis, tomat, wortel, bawang merah dan cabe merah. Kondisi budidaya hortikultura di kawasan Tegal bagian Selatan walaupun telah mempunyai tujuan pemasaran yang jelas, tetapi masih dirasakan belum
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penggunaan pestisida di seluruh dunia (world-wide), tetapi dalam hal kematian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penggunaan pestisida semakin lama semakin tinggi terutama di negara-negara berkembang di Asia, Afrika, Amerika Tengah dan Amerika Latin. Negara-negara berkembang ini
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian dan Metode Pendekatan Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Explanatory Survey yaitu dengan penelitian penjelasan dengan menggunakan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. mempunyai peranan yang penting dalam peningkatan produksi pertanian.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peningkatan kebutuhan masyarakat terhadap hasil pertanian berupa buah dan sayur semakin tinggi sejalan dengan pertambahan penduduk. Untuk mengantisipasi kebutuhan tersebut
Lebih terperinciPESTISIDA 1. Pengertian 2. Dinamika Pestisida di lingkungan Permasalahan
PESTISIDA 1. Pengertian Pasal 1 Peraturan Pemerintah Nomor 7 tahun 1973, tentang Pengawasan atas Peredaran dan Penggunaan Pestisida yang dimaksud dengan Pestisida adalah sebagai berikut: Semua zat kimia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan didukung dengan kondisi kesuburan tanah dan iklim tropis yang dapat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan salah satu sektor kehidupan masyarakat Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari mayoritas penduduk yang bermata pencaharian sebagai petani dan didukung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pestisida adalah zat untuk membunuh atau mengendalikan hama. Food
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pestisida adalah zat untuk membunuh atau mengendalikan hama. Food and Agriculture Organization (FAO) mendefinisikan bahwa pestisida adalah setiap zat yang diharapkan
Lebih terperinciSEKTOR PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN
SEKTOR PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN Di wilayah Kabupaten Tegal sektor penggalian pada umumnya adalah penggalian yang dilakukan oleh pengusaha golongan C seluruhnya. Komoditi yang digali antara lain : pasir,
Lebih terperinciSEKTOR PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN
SEKTOR PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN Di wilayah Kabupaten Tegal sektor penggalian pada umumnya adalah penggalian yang dilakukan oleh pengusaha golongan C seluruhnya. Komoditi yang digali antara lain : pasir,
Lebih terperinciSEKTOR KEUANGAN. 8.1 LEMBAGA KEUANGAN (Bank dan bukan bank)
SEKTOR KEUANGAN 8.1 LEMBAGA KEUANGAN (Bank dan bukan bank) 8.1.1 PERBANKAN Perbankan adalah suatu kegiatan pemberian pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan kegiatan operasional Bank yang antara lain
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pekerja yang terganggu kesehatannya (Faris, 2009). masyarakat untuk mempertahankan hidupnya dan kehidupan.
1 BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Kesehatan merupakan hak dasar (asasi) manusia dan salah satu faktor yang sangat menentukan kualitas sumber daya manusia. Pekerja yang sehat memungkinkan tercapainya hasil
Lebih terperinciSEKTOR KEUANGAN. 8.1 LEMBAGA KEUANGAN (Bank dan bukan bank)
SEKTOR KEUANGAN 8.1 LEMBAGA KEUANGAN (Bank dan bukan bank) 8.1.1 PERBANKAN Perbankan adalah suatu kegiatan pemberian pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan kegiatan operasional Bank yang antara lain
Lebih terperinciBABI PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia memiliki wilayah perkebunan kelapa sawit yang cukup luas.
BABI PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki wilayah perkebunan kelapa sawit yang cukup luas. Tanaman kelapa sawit memiliki arti penting bagi pembangunan perkebunan nasional. Dengan adanya perkebunan
Lebih terperinciSEKTOR ANGKUTAN DAN KOMUNIKASI
SEKTOR ANGKUTAN DAN KOMUNIKASI Sektor ini mencakup kegiatan pengangkutan barang dan penumpang, jasa penunjang angkutan dan komunikasi. Pengangkutan meliputi kegiatan pemindahan penumpang dan atau barang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia pestisida banyak digunakan baik dalam bidang pertanian maupun kesehatan. Di bidang pertanian pemakaian pestisida dimaksudkan untuk meningkatkan produksi
Lebih terperinciPAPARAN PESTISIDA DI LINGKUNGAN KITA
PAPARAN PESTISIDA DI LINGKUNGAN KITA Penjelasan gambar Zat aktif + pencampur Pestisida Sebagian besar pestisida digunakan di pertanian,perkebunan tetapi bisa digunakan di rumah tangga Kegunaan : - Mencegah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penduduk Indonesia sebagian besar bermata pencaharian petani yang sudah mengenal teknologi intensifikasi pertanian, salah satunya penggunaan untuk mengendalikan hama,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan dampak negatif terhadap kesehatan manusia (Wudianto, 1999).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan pestisida dari tahun ke tahun semakin meningkat. Hal ini tidak terlepas dari manfaat yang dirasakan masyarakat dari penggunaan pestisida tersebut. Bahkan,
Lebih terperinciBAB VI INDUSTRI, LISTRIK DAN AIR MINUM
BAB VI INDUSTRI, LISTRIK DAN AIR MINUM A. INDUSTRI Kepercayaan diri sektor sub sektor Industri Besar/Sedang di Kabupaten Tegal mulai bangkit semenjak 1999 setelah terjadinya krisis ekonomi pada pertengahan
Lebih terperinciPERILAKU DAN APLIKASI PENGGUNAAN PESTISIDA SERTA KELUHAN KESEHATAN PETANI DI DESA URAT KECAMATAN PALIPI KABUPATEN SAMOSIR
62 PERILAKU DAN APLIKASI PENGGUNAAN PESTISIDA SERTA KELUHAN KESEHATAN PETANI DI DESA URAT KECAMATAN PALIPI KABUPATEN SAMOSIR A. Data Umum 1. Nomor Responden : 2. Nama : 3. Umur : 4. Jenis Kelamin : a.
Lebih terperinciBAB III PENDUDUK DAN TENAGA KERJA A. PENDUDUK
Penduduk A. PENDUDUK BAB III PENDUDUK DAN TENAGA KERJA penduduk Kabupaten Tegal tahun 2007 mencapai 1.492.548 jiwa. Kecamatan yang berpenduduk paling banyak adalah Adiwerna yaitu 124.920 jiwa dan yang
Lebih terperinciFAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PAPARAN PESTISIDA PADA PEKERJA CHEMIS (PENYEMPROTAN)
Journal Endurance 1(2) June 2016 (88-93) FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PAPARAN PESTISIDA PADA PEKERJA CHEMIS (PENYEMPROTAN) Entianopa *, Edi Santoso Program Studi Kesehatan Masyarakat STIKES Harapan Ibu
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1995 TENTANG PERLINDUNGAN TANAMAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1995 TENTANG PERLINDUNGAN TANAMAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa tingkat produksi budidaya tanaman yang mantap sangat menentukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memperkirakan bahwa sekitar satu juta orang keracunan insektisida secara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization, WHO) memperkirakan bahwa sekitar satu juta orang keracunan insektisida secara tidak disengaja dan dua juta orang
Lebih terperinciStudi Sebaran Spasial Berbagai Golongan Pestisida Pada Lahan Pertanian Kentang Di Desa Kepakisan Kecamatan Batur Kabupaten Banjarnegara Tahun 2013
Studi Sebaran Spasial Berbagai Golongan Pestisida Pada Lahan Pertanian Kentang Di Desa Kepakisan Kecamatan Batur Kabupaten Banjarnegara Tahun 2013 Eny Sofiyatun 1, Dwi Atin Faidah 2, Wahyu Nur Setiawan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengendalikan hewan atau tumbuhan pengganggu seperti binatang pengerat, termasuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pestisida merupakan obat-obatan, campuran dari senyawa kimia yang bersifat bioaktif dan umumnya memiliki sifat beracun. Menurut FAO dan SK Menteri Pertanian RI No.
Lebih terperinciINDIKATOR MAKRO EKONOMI KABUPATEN TEGAL
III. EKONOMI MAKRO KABUPATEN TEGAL TAHUN 2013 Pembangunan ekonomi merupakan suatu hal mendasar suatu daerah dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pembangunan ekonomi itu sendiri pada dasarnya
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. yang secara ekonomis sangat merugikan petani. Organisme Pengganggu
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanaman pertanian sering diganggu atau dirusak oleh organisme pengganggu yang secara ekonomis sangat merugikan petani. Organisme Pengganggu Tanaman/Tumbuhan (OPT) ini
Lebih terperinciKUISIONER WAWANCARA PETANI PENGELOLAAN TANAMAN DAN ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN (OPT) LADA DI BANGKA
38 LAMPIRAN Lampiran 1 KUISIONER WAWANCARA PETANI PENGELOLAAN TANAMAN DAN ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN (OPT) LADA DI BANGKA Kabupaten : Bangka/Bateng Pewawancara :. Kecamatan :. Tgl. Wawancara :.. Desa
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. pestisida. Pengunaan agrokimia diperkenalkan secara besar-besaran untuk
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Petani merupakan kelompok tenaga kerja terbesar di Indonesia. Meski ada kecendrungan semakin menurun, angkatan kerja yang bekerja pada sektor pertanian masih berjumlah
Lebih terperinciBAB III PENDUDUK DAN TENAGA KERJA A. PENDUDUK
A. PENDUDUK BAB III PENDUDUK DAN TENAGA KERJA Jumlah penduduk Kabupaten Tegal tahun 2009 mencapai 1.420.760 jiwa. Kecamatan yang berpenduduk paling banyak adalah Adiwerna yaitu 118.824 jiwa dan yang paling
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berarti bagi pengembangan dan pembinaan sumber daya manusia Indonesia dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan merupakan salah satu unsur kesejahteraan umum yang harus di wujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia seperti yang tertuang dalam Pembukaan Undang-Undang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pancasila
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam bidang pertanian pestisida merupakan sarana untuk membunuh hamahama
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam bidang pertanian pestisida merupakan sarana untuk membunuh hamahama tanaman. Penggunaannya yang sesuai aturan dan dengan cara yang tepat adalah hal mutlak yang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pencemaran lingkungan yang diakibatkan dari kegiatan pertanian merupakan salah satu masalah lingkungan yang telah ada sejak berdirinya konsep Revolusi Hijau. Bahan kimia
Lebih terperinciDATA PENCAIRAN DANA BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH (BOS) KABUPATEN TEGAL PENCAIRAN BULAN JANUARI-MARET TAHUN 2016
DATA PENCAIRAN DANA BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH (BOS) KABUPATEN TEGAL PENCAIRAN BULAN JANUARI-MARET TAHUN 2016 SD NO NAMA SEKOLAH KECAMATAN 1 SD NEGERI KALIWADAS 01 Kec. Adiwerna SDN KALIWADAS 01 3035089768
Lebih terperinciBAB I GEOGRAFI. Kabupaten Tegal Dalam Angka
BAB I GEOGRAFI A. LETAK GEOGRAFI Kabupaten Tegal merupakan salah satu daerah kabupaten di Propinsi Jawa Tengah dengan Ibukota Slawi. Terletak antara 108 57'6 s/d 109 21'30 Bujur Timur dan 6 50'41" s/d
Lebih terperinciPeraturan Pemerintah No. 6 Tahun 1995 Tentang : Perlindungan Tanaman
Peraturan Pemerintah No. 6 Tahun 1995 Tentang : Perlindungan Tanaman Oleh : PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor : 6 TAHUN 1995 (6/1995) Tanggal : 28 PEBRUARI 1995 (JAKARTA) Sumber : LN 1995/12; TLN NO. 3586
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
109 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Berdasarkan pengolahan dan hasil analisis data yang telah penulis lakukan dalam penelitian tentang Pengaruh Agribisnis Hortikultura Terhadap Kesejahteraan
Lebih terperinciTAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI
Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI No. 3586 (Penjelasan Atas Lembaran Negara Tahun 1995 Nomor 12) UMUM PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
Lebih terperinciTabel 2.6. Jumlah dan Kepadatan Penduduk Per Kecamatan di Kabupaten Tegal Pada Tahun 2013
Tabel 2.6. Jumlah dan Kepadatan Penduduk Per Kecamatan di Kabupaten Tegal Pada Tahun 2013 Kepadatan Kecamatan Luas Wilayah Jumlah Penduduk ( Km 2 ) Penduduk (Jiwa) ( Jiwa/Km 2 ) 010. Margasari 86,83 95.150
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Pestisida a. Pengertian Pestisida Peraturan Pemerintah No.7 tahun 1973 menyatakan yang dimaksud dengan pestisida adalah semua zat kimia dan bahan lain serta
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Tanggamus merupakan salah satu daerah penghasil sayuran di Provinsi Lampung.
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanggamus merupakan salah satu daerah penghasil sayuran di Provinsi Lampung. Luas lahan sayuran di Tanggamus adalah 6.385 ha yang didominasi oleh tanaman cabai 1.961
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Senyawa kimia sangat banyak digunakan untuk mengendalikan hama. Di
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Senyawa kimia sangat banyak digunakan untuk mengendalikan hama. Di dunia, tercatat sejumlah 2 juta ton pestisida telah digunakan pertahunnya. Jenis pestisida yang banyak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bidang pertanian saat ini masih merupakan aktivitas perekonomian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bidang pertanian saat ini masih merupakan aktivitas perekonomian terbesar salah satunya di Indonesia. Sebagian besar penduduk Indonesia bekerja di sektor pertanian.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Khairunisa Sidik,2013
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jenis ekosistem yang dikemukakan dalam Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 29 Tahun 2009 tentang Pedoman Konservasi Keanekaragaman Hayati di Daerah, dapat
Lebih terperinciBAB IV SOSIAL BUDAYA A. PENDIDIKAN
A. PENDIDIKAN BAB IV SOSIAL BUDAYA Pendidikan merupakan salah satu unsur terpenting dalam pembangunan, karena dengan pendidikan masyarakat akan semakin cerdas yang selanjutnya akan membentuk Sumber Daya
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. ayat (1) yang menyatakan bahwa Penggunaan pestisida dalam rangka
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pestisida telah digunakan sebagai sarana untuk mengendalikan organisme pengganggu tumbuhan (OPT) di Indonesia sejak sebelum Perang Dunia ke II (PD II). Berbagai uji
Lebih terperinciBAB IX KEUANGAN. Kabupaten Tegal Dalam Angka
BAB IX KEUANGAN Pembangunan Keuangan Daerah diarahkan pada peningkatan kemampuan dan daya guna keseluruhan tatanan, kelembagaan dan kebijaksanaan keuangan dalam menunjang keseimbangan pembangunan. Peningkatan
Lebih terperinciKABUPATEN TEGAL. Data Agregat per Kecamatan KABUPATEN TEGAL
KABUPATEN TEGAL Data Agregat per Kecamatan KABUPATEN TEGAL Sekapur Sirih Sebagai pengemban amanat Undang-undang Nomor 16 Tahun 1997 tentang Statistik dan sejalan dengan rekomendasi Perserikatan Bangsa-Bangsa
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. yang optimal yang setinggi-tingginya sebagai investasi sumber daya manusia yang produktif
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan merupakan suatu upaya untuk meningkatkan derajat kesehatan yang optimal yang setinggi-tingginya sebagai investasi sumber daya manusia yang produktif
Lebih terperinciBAB IV SOSIAL BUDAYA A. PENDIDIKAN
A. PENDIDIKAN BAB IV SOSIAL BUDAYA Pendidikan merupakan salah satu unsur terpenting dalam pembangunan, karena dengan pendidikan masyarakat akan semakin cerdas yang selanjutnya akan membentuk Sumber Daya
Lebih terperinciRENCANA KERJA DAN ANGGARAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH
RENCANA KERJA DAN ANGGARAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN TEGAL Anggaran : 205 Formulir RKA SKPD 2.2 Urusan Pemerintahan :. 03 Urusan Wajib Pekerjaan Umum Organisasi :. 03. 0 Dinas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Paparan pestisida pada petani cenderung lebih tinggi pada negara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Paparan pestisida pada petani cenderung lebih tinggi pada negara berkembang dibandingkan dengan negara maju, hal ini disebabkan oleh tiga alasan utama yaitu : iklim,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. kecenderungan semakin menurun, angkatan kerja yang bekerja pada sektor
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Petani merupakan kelompok kerja terbesar di Indonesia. Meski ada kecenderungan semakin menurun, angkatan kerja yang bekerja pada sektor pertanian masih berjumlah sekitar
Lebih terperinciRINCIAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH, ORGANISASI, PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN
Lampiran III Peraturan Daerah Nomor Tanggal : : 15 29 December 2016 PEMERINTAH KABUPATEN TEGAL RINCIAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH, ORGANISASI, PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN TAHUN ANGGARAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. meningkatkan derajat dan tarap hidup manusia. Penggunaan pestisida di bidang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan salah satu sektor pembangunan yang mampu meningkatkan derajat dan tarap hidup manusia. Penggunaan pestisida di bidang pertanian, utamanya di negara-negara
Lebih terperinciBanyaknya Perkara yang Diterima Pengadilan Negeri Kabupaten Tegal Tahun Kantor Pengadilan Negeri Kabupaten Tegal. Perkara Yang Diterima
Pidana Biasa Sumir Ringan Ekonomi Pelanggaran Gugatan Permohonan Tabel 4.9.2 Banyaknya Perkara yang Diterima Pengadilan Negeri Kabupaten Tegal Tahun 2007 Kejahatan Perkara Yang Diterima Jumlah ( 1 ) (
Lebih terperinciOleh: Wini Anggraini 1, Halinda Sari Lubis 2, Kalsum 2. Universitas Sumatera Utara, Medan, 20155, Indonesia
EVALUASI HASIL PEMERIKSAAN KESEHATAN BERKALA TERHADAP KESEHATAN PEKERJA PENYEMPROT PESTISIDA DI PT. LANGKAT NUSANTARA KEPONG DESA BUKIT LAWANG KECAMATAN BAHOROK KABUPATEN LANGKAT TAHUN 2014 (THE EVALUATION
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Petani merupakan kelompok kerja terbesar di Indonesia. Perkembangan jaman mengakibatkan semakin menurunnya jumlah angkatan kerja yang bekerja pada sektor pertanian.
Lebih terperinci7.6 Kebijakan Umum dan Program Pembangunan Kawasan
7.6 Kebijakan Umum dan Program Pembangunan Kawasan 1. Rencana Sistem Pusat Kegiatan Wilayah pengembangan dan kawasan pengembangan dalam struktur tata ruang Kabupaten Tegal ditentukan berdasarkan efisiensi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. kubis (Brassica Olearecea Var Capitata). Kubis memiliki kandungan gizi yang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini sayuran sangat berperan penting dalam pemenuhan kebutuhan pangan dan peningkatan gizi terhadap manusia, karena sayuran merupakan salah satu sumber mineral dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. remaja yaitu perubahan perubahan yang sangat nyata dan cepat. Anak
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak kanak ke masa dewasa. Hamid (1999) menentukan usia remaja antara 12 18 tahun dan menggunakan usia 12 20 tahun sebagai
Lebih terperinciPENDAHULUAN. mereka berniat meningkatkan produksi padi semaksimal mungkin menuju
PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris, sebagian besar penduduk Indonesia tinggal di pedesaan, mata pencaharian mereka adalah usaha pertanian. Umumnya mereka berniat meningkatkan
Lebih terperinciSEKTOR PERDAGANGAN, HOTEL DAN RESTORAN
SEKTOR PERDAGANGAN, HOTEL DAN RESTORAN Sektor perdagangan dalam Penghitungan Regional Income adalah semua balas jasa yang diterima oleh pedagang besar, pedagang eceran, rumah makan dan sebagainya. Adapun
Lebih terperinciKeywords: Pecticides, Cholinesterase, Poisoning, Risk Factor
ANALISIS FAKTOR FAKTOR RISIKO YANG MEMPENGARUHI TINGKAT KERACUNAN PESTISIDA PADA PETANI DI DESA JATI, KECAMATAN SAWANGAN, KABUPATEN MAGELANG, JAWA TENGAH Putri Arida Ipmawati 1), Onny Setiani 2), Yusniar
Lebih terperinciABSTRACT. Keywords: Cholinesterase, Pesticide Poisoning, Horticulture Farmers
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN KERACUNAN PESTISIDA ANORGANIK TERHADAP ENZIM CHOLINESTERASE DALAM DARAH PADA PETANI HOLTIKULTURA DI DESA BATUR, KECAMATAN GETASAN, KABUPATEN SEMARANG TAHUN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Partisipasi Masyarakat Dalam..., Faizal Utomo, FKIP, UMP, 2016
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Wilayah Indonesia terletak di daerah iklim tropis dengan dua musim yaitu panas dan hujan dengan ciri-ciri adanya perubahan cuaca, suhu dan arah angin yang cukup ekstrim.
Lebih terperinciSUMMARY NURLAILA GAIB NIM :
SUMMARY HUBUNGAN MASA KERJA DAN LAMA PENYEMPROTAN TERHADAP KEJADIAN KERACUNAN PESTISIDA PADA PETANI SAWAH (Studi Penelitian di Kelurahan Tumbihe Kecamatan Kabila) NURLAILA GAIB NIM : 811409149 Program
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. rangka mewujudkan pertanian sebagai leading sector melalui suatu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Petani adalah sektor yang sangat penting di Indonesia dalam rangka mewujudkan pertanian sebagai leading sector melalui suatu proses yang berencana, sistematis, dengan
Lebih terperinciASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA Tn. A DENGAN MASALAH UTAMA KARDIOVASKULER : HIPERTENSI KHUSUSNYA NY. S DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GROGOL SUKOHARJO
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA Tn. A DENGAN MASALAH UTAMA KARDIOVASKULER : HIPERTENSI KHUSUSNYA NY. S DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GROGOL SUKOHARJO KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Mendapatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Asia, khususnya di Indonesia, setiap tahun diperkirakan 500 ribu orang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit stroke umumnya merupakan penyebab kematian nomer tiga pada kelompok usia lanjut, setelah penyakit jantung dan kanker. Stroke masih merupakan penyebab utama
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Fitriani Suherman, 2013
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kebutuhan makanan penduduk dari waktu ke waktu terutama di negara berkembang terus meningkat (Atmawidjaja, et al., 2004). Negara-negara dunia ketiga yang sedang berkembang
Lebih terperinciKARAKTERISTIK PENGETAHUAN DAN PERILAKU PENJAMAH MAKANAN TENTANG HIGIENE DAN SANITASI DAN DAYA TERIMA MAKAN PASIEN DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SRAGEN
KARAKTERISTIK PENGETAHUAN DAN PERILAKU PENJAMAH MAKANAN TENTANG HIGIENE DAN SANITASI DAN DAYA TERIMA MAKAN PASIEN DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SRAGEN Skripsi ini Disusun untuk memenuhi Salah Satu Syarat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A dan C, minyak atsiri, zat warna kapsantin, karoten. Cabai merah juga mengandung
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Cabai digunakan sebagai bumbu untuk menambahkan rasa pedas pada makanan. Di dalam cabai diketahui terkandung kapcaisin, dihidrokapcaisin, vitamin A dan C, minyak atsiri,
Lebih terperinciPROFIL SANITASI SAAT INI
BAB II PROFIL SANITASI SAAT INI Tinjauan : Tidak ada narasi yang menjelaskan tabel tabel, Data dasar kemajuan SSK sebelum pemutakhiran belum ada ( Air Limbah, Sampah dan Drainase), Tabel kondisi sarana
Lebih terperinciBAB 4 METODE PENELITIAN
BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan studi analitik observasional. Disebut analitik karena mejelaskan faktor-faktor risiko dan penyebab terjadinya outcome, dan observasional
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan, dan keturunan. Berdasarkan ke empat faktor tersebut, di negara yang
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Blum yang dikutip oleh Notoadmodjo (2007), bahwa derajat kesehatan dipengaruhi oleh 4 (empat) faktor yaitu : lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan, dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tahun ke tahun memerlukan bahan pangan yang semakin meningkat pula.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Indonesia dengan jumlah penduduk yang terus meningkat dari tahun ke tahun memerlukan bahan pangan yang semakin meningkat pula. Peningkatan kebutuhan pangan nasional
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pestisida adalah bahan racun yang disamping memberikan manfaat di bidang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pestisida adalah bahan racun yang disamping memberikan manfaat di bidang pertanian tetapi dapat memberikan dampak terhadap kesehatan masyarakat. Residu pestisida
Lebih terperinciLampiran 1. Perhitungan nilai IR (incident rate per kecamatan) = x = 61, karena nilai IR Kecamatan Adiwerna > 55 per 100.
Lampiran 1 Perhitungan nilai IR (incident rate per kecamatan) 1. IR Adiwerna = JKD = 79 128968 x100.000 = 61, karena nilai IR Kecamatan Adiwerna > 55 per 100.000 penduduk, maka digolongkan sebagai daerah
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Tanaman padi merupakan tanaman yang penting dibudidayakan, karena
I. PENDAHULUAN A. Latar Balakang Tanaman padi merupakan tanaman yang penting dibudidayakan, karena menghasilkan sumber makanan pokok bagi masyarakat Indonesia. Menanam padi sudah menjadi tugas pokok petani
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Eksplorasi adalah kegiatan pelacakan atau penjelajahan guna mencari,
TINJAUAN PUSTAKA Eksplorasi adalah kegiatan pelacakan atau penjelajahan guna mencari, mengumpulkan, dan meneliti jenis plasma nutfah tertentu untuk mengamankan dari kepunahan. Langkah pertama pengeksplorasian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perlindungan tanaman secara preventif dan kuratif merupakan bagian yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perlindungan tanaman secara preventif dan kuratif merupakan bagian yang sangat penting dalam upaya menekan kehilangan hasil pertanian yang diakibatkan oleh Organisme
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Selama ribuan tahun telah disadari bahwa aktivitas manusia dan urbanisasi
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Selama ribuan tahun telah disadari bahwa aktivitas manusia dan urbanisasi dapat menyebabkan polusi udara. Banyak kota di seluruh dunia sekarang menghadapi masalah pencemaran
Lebih terperincisekolah dengan upaya promotif dan preventif (Simon, 2007).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan nasional untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur berdasarkan UUD 1945 diselenggarakan menurut GBHN 1993 menekankan bahwa tujuan pembangunan nasional
Lebih terperinciBAB 4 EVALUASI KEEFEKTIFAN PROGRAM DALAM MENINGKATKAN PRODUKSI PADI SAWAH
67 BAB 4 EVALUASI KEEFEKTIFAN PROGRAM DALAM MENINGKATKAN PRODUKSI PADI SAWAH Bab ini akan membahas keefektifan Program Aksi Masyarakat Agribisnis Tanaman Pangan (Proksi Mantap) dalam mencapai sasaran-sasaran
Lebih terperincitanam, tanamlah apa saja maumu aku akan tetap datang mengganggu karena kau telah merusak habitatku maka aku akan selalu menjadi pesaingmu
tanam, tanamlah apa saja maumu aku akan tetap datang mengganggu karena kau telah merusak habitatku maka aku akan selalu menjadi pesaingmu ttd. Organisme Pengganggu 1 Agroekologi (Ekologi Pertanian) adalah
Lebih terperinciPENCEGAHAN KERACUNAN SECARA UMUM
PENCEGAHAN KERACUNAN SECARA UMUM Peredaran bahan kimia semakin hari semakin pesat, hal ini disamping memberikan manfaat yang besar juga dapat menimbulkan masalah yang tak kalah besar terhadap manusia terutama
Lebih terperinci