PEMERINTAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

dokumen-dokumen yang mirip
NOMOR : 2 TAHUN 1989 SERI : B =================================================================

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG PRAMUWISATA DI PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA (PERDA KOTA YOGYAKARTA) NOMOR 10 TAHUN 2002 (10/2002) TENTANG PENGATURAN PRAMUWISATA DAN PENGATUR WISATA

PERATURAN DAERAH KOTA PONTIANAK NOMOR 11 TAHUN 2002 TENTANG PERIZINAN USAHA JASA PRAMUWISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PONTIANAK

PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA (PERDA DIY) NOMOR : 4 TAHUN 1989 (4/1989) TENTANG USAHA PERKEMAHAN WISATA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR : 12 TAHUN 2003 TENTANG IZIN USAHA JASA PERJALANAN WISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KOTA PONTIANAK PERATURAN DAERAH KOTA PONTIANAK NOMOR 10 TAHUN 2002 TENTANG PERIZINAN USAHA OBYEK WISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

NOMOR : 2 TAHUN 1989 (2/1989) USAHA PROMOSI PARIWISATA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

USAHA PONDOK WISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BADUNG NOMOR 14 TAHUN 1996 TENTANG USAHA HOTEL MELATI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA (Berita Resmi Kota Yogyakarta) Nomor : 6 Tahun 2002 Seri: C

PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA (PERDA KOTA YOGYAKARTA) NOMOR 6 TAHUN 2002 (6/2002) TENTANG PERIZINAN USAHA PERJALANAN WISATA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 10 TAHUN 2002 T E N T A N G IZIN USAHA HOTEL DENGAN TANDA BUNGA MELATI

PERATURAN DAERAH KOTA PONTIANAK NOMOR 13 TAHUN 2002 TENTANG PERIZINAN USAHA JASA IMPRESARIAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PONTIANAK

PEMERINTAH KOTA PONTIANAK PERATURAN DAERAH KOTA PONTIANAK NOMOR 14 TAHUN 2002 TENTANG

GUBERNUR KEPALA DAERAH TINGKAT I JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH TINGKAT I JAWA TIMUR NOMOR 6 TAHUN 1994 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA (PERDA DIY) NOMOR : 15 TAHUN 1987 (15/1987) TENTANG USAHA PETERNAKAN

PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 5 TAHUN 2008 T E N T A N G PRAMUWISATA DENGAN RAKHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN ACEH UTARA NOMOR : 6 TAHUN : 1997 SERI : C NOMOR : 2

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 04 TAHUN 2005 T E N T A N G PERIZINAN USAHA OBYEK DAN DAYA TARIK WISATA ALAM DI KABUPATEN BANTUL

LEMBARAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA (Berita Resmi Kota Yogyakarta) Nomor : 4 Tahun 2002 Seri: C

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BADUNG NOMOR 12 TAHUN 1996 TENTANG USAHA RESTORAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BUTON NOMOR 7 TAHUN 2006

LEMBARAN DAERAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR : 120 TAHUN 1987 SERI : D

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SELATAN IZIN TRAYEK

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TK II SLEMAN

PERATURAN DAERAH KOTA PEKANBARU Nomor : 10 Tahun 2000 T E N T A N G USAHA RUMAH MAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PEKANBARU

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 04 TAHUN 2000 TENTANG PEMBERIAN IZIN USAHA HOTEL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TARAKAN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA YOGYAKARTA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BADUNG NOMOR 16 TAHUN 1996 TENTANG USAHA BAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA (Berita Resmi Kota Yogyakarta) Nomor : 8 Tahun 2002 Seri: C

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN ACEH UTARA NOMOR : 10 TAHUN : 1997 SERI : C NOMOR : 5

PERATURAN DAERAH KABUPATEN ACEH UTARA NOMOR 10 TAHUN 2001 T E N T A N G

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BADUNG NOMOR 15 TAHUN 1996 TENTANG USAHA PONDOK WISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA PONTIANAK NOMOR 12 TAHUN 2002 TENTANG PERIZINAN USAHA JASA KONVENSI, PERJALANAN INSENTIF DAN PAMERAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II JAYAPURA NOMOR 11 TAHUN 1996 TENTANG USAHA OBYEK WISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II SUMEDANG NOMOR : 2 TAHUN : 1993 SERI : C.2

PEMERINTAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 4 TAHUN 1997

LEMBARAN DAERAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

PEMERINTAH KOTA PONTIANAK PERATURAN DAERAH KOTA PONTIANAK NOMOR 17 TAHUN 2002 TENTANG PERIZINAN USAHA HOTEL DAN PENGINAPAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

LEMBARAN DAERAH PROPINSI DAERAH TINGKAT I JAWA BARAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG IZIN USAHA KEPARIWISATAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BENGKAYANG

IZIN USAHA JASA PARIWISATA

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 16 TAHUN 2003 TENTANG PERIZINAN USAHA JASA PERJALANAN WISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TARAKAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 11 TAHUN 2002 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SELATAN IZIN USAHA ANGKUTAN UMUM

PERATURAN DAERAH KOTA PEKANBARU Nomor : 11 Tahun 2000 T E N T A N G USAHA PONDOK WISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PEKANBARU

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 12 TAHUN 2002 T E N T A N G RETRIBUSI IZIN PENGUSAHAAN OBYEK DAN DAYA TARIK WISATA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BADUNG NOMOR 17 TAHUN 1996 TENTANG USAHA JASA BOGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG UTARA NOMOR 06 TAHUN 2001 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II S U M E D A N G NOMOR 23 TAHUN 1997 SERI B.8

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 9 TAHUN 2002 TENTANG RETRIBUSI IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II SLEMAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TK II SLEMAN

LEMBARAN DAERAH KOTA JAMBI NOMOR 08 TAHUN 2005 SERI C NOMOR 04

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II PURBALINGGA Nomor : 4 Tahun 1992 Seri : A No. 1

LEMBARAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II YOGYAKARTA (Berita Resmi Kotamadya daerah Tingkat II Yogyakarta)

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENYELENGGARAAN PERPARKIRAN DALAM WILAYAH KOTA TARAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SELATAN TENTANG IZIN KERJA DAN PRAKTIK PERAWAT

LEMBARAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II SURAKARTA NOMOR : 18 TAHUN : 1996 SERI : A NO : 1 PERATURAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II SURAKARTA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BADUNG NOMOR 3 TAHUN 1990 TENTANG PAJAK RUMAH BOLA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II MUSI RAWAS NOMOR : 5 TAHUN 1991 T E N T A N G

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

PERATURAN DAERAH KOTA PRABUMULIH NOMOR 4 TAHUN 2003 TENTANG SURAT IZIN TEMPAT USAHA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PRABUMULIH,

PEMERINTAH KABUPATEN TANAH BUMBU IZIN USAHA PERKEBUNAN

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR : 7 TAHUN 2003 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI

DALAM DAERAH KABUPATEN BERAU.

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO UTARA NOMOR 03 TAHUN 2003 TENTANG PENGELOLAAN RETRIBUSI USAHA RUMAH MAKAN DI KABUPATEN BARITO UTARA

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II SUMEDANG NOMOR : 20 TAHUN : 1993 SERI :A.1

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

NOMOR : 7 TAHUN 1989 (7/1989)

- 1 - BUPATI JENEPONTO. Jalan Lanto Dg. Pasewang No. 34 Jeneponto Telp. (0419) Kode Pos 92311

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 02 TAHUN 2005 T E N T A N G PERIZINAN USAHA RESTORAN, RUMAH MAKAN DAN JASA BOGA DI KABUPATEN BANTUL

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTAMADYA KEPALA DAERAH TINGKAT II YOGYAKARTA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BADUNG NOMOR 20 TAHUN 1994 TENTANG PENGUSAHAAN DAN RETRIBUSI OBYEK WISATA

PEMERINTAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II G R E S I K PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II GRESIK NOMOR 30 TAHUN 1997 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BADUNG NOMOR 4 TAHUN 1991 TENTANG TERMINAL KENDARAAN BERMOTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA DENPASAR NOMOR 9 TAHUN 2002 TENTANG USAHA PONDOK WISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA DENPASAR,

- 1 - BUPATI JENEPONTO. Jalan Lanto Dg. Pasewang No. 34 Jeneponto Telp. (0419) Kode Pos 92311

GUBERNUR BALI PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG USAHA JASA PERJALANAN WISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, GUBERNUR BALI,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II S U M E D A N G NOMOR : 9 TAHUN : 1990 SERI : A.1

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU PENERBITAN SERTIFIKAT KESEMPURNAAN KAPAL PAS KAPAL DAN REGISTRASI KAPAL

PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 3 TAHUN 2002 TENTANG PERIZINAN USAHA RESTORAN, RUMAH MAKAN, TEMPAT MAKAN DAN JASA BOGA

PEMERINTAH KOTA PERATURAN DAERAH KOTA PONTIANAK NOMOR 16 TAHUN 2002 TENTANG PERIZINAN USAHA RESTORAN, RUMAH MAKAN, BAR DAN JASA BOGA

LEMBARAN DAERAH PROPINSI DAERAH TINGKAT I JAWA BARAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BADUNG NOMOR 4 TAHUN 1996 TENTANG PAJAK RADIO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA MOJOKERTO NOMOR TAHUN 2002 TENTANG RETRIBUSI IZIN USAHA REKREASI DAN HIBURAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II KULON PROGO

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 13 TAHUN 2004 TENTANG PEMBERIAN IZIN LOKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TARAKAN,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 6 TAHUN 2006 SERI : E NOMOR : 2

PERATURAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II UJUNG PANDANG NOMOR 2 TAHUN 1991 TENTANG

Transkripsi:

PEMERINTAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 2 TAHUN 1997 TENTANG PRAMUWISATA DAN USAHA JASA PRAMUWISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Menimbang : a. bahwa Pramuwisata di Propinsi daerah Istimewa Yogyakarta diatur dalam Peraturan Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 4 Tahun 1988 tentang Pengaturan Pramuwisata; b. bahwa dengan dikeluarkannya Keputusan MenteriPariwisata, Pos dan Telekomunikasi Nomor KM.82/PW.102/MPPT-88 jis Keputusan Menteri Pariwisata, Pos dan Telekomunikasi Nomor KM.105/PW.304/MPPT-91, Keputusan Direktur Jenderal Pariwisata Nomor Kep-17/U/IV/89 dan Nomor Kep-07/K/III/90, maka Peraturan Daerah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 4 Tahun 1988 tentang Pengaturan Pramuwisata perlu ditinjau kembali; c. bahwa atas dasar pertimbangan-pertimbangan tersebut diatas perlu menetapkan Peraturan Daerah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta tentang Pramuwisata dan Usaha Jasa Pramuwisata.

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah Istimewa Yogyakarta jo.peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 1950 sebagaimana telah diubah dan ditambah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 1959 (Lembaran Negara Tahun 1959 Nomor 71, Tambahan Lembaran Negara Nomor 1819); 2. Undang-Undang Nomor 12 Drt Tahun 1957 tentang Peraturan Umum Retribusi Daerah (Lembaran Negara Tahun 1957 Nomor 57, Tambahan Lembaran Negara Nomor 1288) jo Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 11 Tahun 1969); 3. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan Di Daerah (Lembaran Negara Tahun 1974 Nomor 38, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3037); 4. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1990 tentang Kepariwisataan (Lembaran Negara Tahun 1990 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3427); 5. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1979 tentang Penyerahan Sebagian Urusan Pemerintahan Dalam Bidang Kepariwisataan Kepada Daerah Tingkat I (Lembaran Negara Tahun 1979 Nomor 34, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3144) jo Keputusan Bersama Menteri Perhubungan dan Menteri Dalam Negeri Nomor : KM.292/HK-205/Phb-79; 208 Tahun 1979 6. Keputusan Presiden Nomor 30 Tahun 1969 tentang Pengembangan Kepariwisataan Nasional jo Keputusan Presiden Nomor 15 Tahun 1983;

7. Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 1979 tentang Pedoman Dalam Melaksanakan Kebijaksanaan Pemerintah Dalam Membina Kepariwisataan Nasional; 8. Keputusan Menteri Pariwisata, Pos dan telekomunikasi Nomor : KM.82/PW.102/MPPT-88 tentang Pramuwisata dan Pengatur Wisata; 9. Keputusan Menteri Pariwisata, Pos dan telekomunikasi Nomor : KM.105/PW.304/MPPT-91 tentang Usaha Jasa Pramuwisata; 10. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 84 Tahun 1993 tentang Bentuk Peraturan Daerah dan Peraturan Daerah Perubahan; 11. Keputusan Direktur Jenderal Pariwisata Departemen Pariwisata, Pos dan Telekomunikasi Nomor Kep.17/U/IV/89 tentang Pedoman Pembinaan Pramuwisata dan Pengatur Wisata; 12. Keputusan Direktur Jenderal Pariwisata Departemen Pariwisata, Pos dan Telekomunikasi Nomor Kep.07/K/III/90 tentang Lencana Pramuwisata dan pengatur Wisata; 13. Peraturan Daerah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 9 Tahun 1981 tentang Pembentukan, Susunan Organisasi dan Tatakerja Dinas Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta; 14. Peraturan Daerah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 1 Tahun 1987 tentang Penyidik Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Pemerintah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

Dengan Persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. MEMUTUSKAN: Menetapkan: PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TENTANG PRAMUWISATA DAN USAHA JASA PRAMUWISATA. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan : a. Daerah adalah Propinsi Daerah IstimewaYogyakarta; b. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta; c. Gubernur Kepala Daerah ialah Gubernur Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta; d. Dinas Pariwisata adalah Dinas Pariwisata Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta; e. Kepala Dinas ialah Kepala Dinas Pariwisata Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta; f. Pramuwisata ialah seseorang yang bertugas memberikan bimbingan, penerangan dan petunjuk tentang obyek wisata serta membantu segala sesuatu yang diperlukan wisatawan; g. Pramuwisata Muda ialah Pramuwisata yang bertugas pada satu Daerah Tingkat II di dalam wilayah Daerah; h. Pramuwisata Madya ialah Pramuwisata yang bertugas di dalam wilayah Daerah; i. Pramuwisata Khusus ialah Pramuwisata yang bertugas pada obyek wisata khusus di dalam wilayah Daerah; j. Usaha Jasa Pramuwisata adalah kegiatan usaha bersifat komersial yang mengatur, mengkoordinasikan dan menyediakan tenaga Pramuwisata untuk memberikan pelayanan bagi seseorang atau kelompok orang yang melakukan perjalanan wisata; k. Obyek wisata adalah perwujudan dari ciptaan manusia, tata hidup seni budaya dan sejarah bangsa serta tempat atau keadaan alam yang mempunyai daya tarik untuk dikunjungi wisatawan; l. Peraturan Daerah adalah Peraturan Daerah Propinsi daerah Istimewa Yogyakarta;

BAB II MAKSUD DAN TUJUAN Pasal 2 Maksud dan tujuan dikeluarkannya Peraturan Daerah ini adalah : a. Membina, mengatur, mengawasi dan mengendalikan kegiatan Pramuwisata dan Usaha Jasa Pramuwisata di Daerah; b. Meningkatkan pelayanan, memperluas lapangan kerja dan usaha di bidang kepariwisataan; BAB III PRAMUWISATA Bagian Pertama Tugas Pokok, Penggolongan dan Wilayah Kerja Paragrap 1 Tugas Pokok Pasal 3 Tugas Pokok Pramuwisata adalah : a. Mengantar wisatawan baik rombongan maupun perorangan yang mengadakan perjalanan; b. Memberikan penjelasan tentang rencana perjalanan, obyek wisata, dokumen perjalanan, akomodasi, transportasi dan fasilitas wisatawan lainnya; c. Memberikan petunjuk tentang obyek wisata; d. Membantu mengurus barang bawaan wisatawan; e. Memberikan pertolongan kepada wisatawan yang sakit, mendapat kecelakaan, kehilangan atau musibah lainnya.

Paragrap 2 Penggolongan Pramuwisata digolongkan menjadi : a. Pramuwisata Muda; b. Pramuwisata Madya; c. Pramuwisata Khusus. Paragrap 3 Wilayah Kerja Pasal 5 (1) Pramuwisata Muda bertugas pada satu Daerah Tingkat II di dalam wilayah Daerah. (2) Pramuwisata Madya bertugas di dalam wilayah Daerah. (3) Pramuwisata Khusus bertugas pada suatu obyek wisata tertentu. Bagian Kedua Syarat-syarat dan Tata Cara Menjadi Pramuwisata Paragrap 1 Syarat-syarat Pasal 6 (1) Untuk menjadi Pramuwisata harus memiliki Sertifikat dan Tanda Pengenal Pramuwisata. (2) Syarat-syarat untuk menjadi Pramuwisata Muda adalah : a. Warga Negara Indonesia; b. Umur serendah-rendahnya 18 (delapan belas) tahun; c. Berkelakuan baik; d. Menguasai pengetahuan dan mampu menjelaskan mengenai Ilmu Bumi Pariwisata, Kependudukan, Pemerintahan, Sejarah dan Kebudayaan Daerah Tingkat II tempat Pramuwisata Muda berdomisili secara mendalam dan Daerah Tingkat Isecara umum;

e. Menguasai bahasa Indonesia dan salah satu bahasa asing dengan baik; f. Pendidikan serendah-rendahnya Sekolah Menengah Tingkat Atas; g. Lulus ujian Pramuwisata Muda yang diselenggarakan oleh Dinas Pariwisata. (3) Syarat-syarat untuk menjadi Pramuwisata Madya adalah : a. Warga Negara Indonesia; b. Umur serendah-rendahnya 22 (duapuluhdua) tahun; c. Berkelakuan baik; d. Menguasai bahasa Indonesia dan salah satu bahasa asing dengan baik; e. Memiliki ketrampilan membawa rombongan wisatawan; f. Menguasai pengetahuan dan mampu menjelaskan mengenai Ilmu Bumi Pariwisata, Kepndudukan, Pemerintahan, Sejarah dan Kebudayaan Daerah tempat Pramuwisata Madya berdomisili secara mendalam dan Indonesia secara umum; g. Memiliki pengalaman kerja sebagai Pramuwisata Muda sekurang-kurangnya 3 (tiga) tahun secara aktif; h. Pendidikan serendah-rendahnya Sekolah Menengah Tingkat Atas; i. Memiliki Sertifikat Pramuwisata Muda; j. Lulus ujian Pramuwisata Madya yang diselenggarakan oleh Dinas Pariwisata. (4) Syarat-syarat menjadi Pramuwisata Khusus adalah : a. Warga Negara Indonesia; b. Umur serendah-rendahnya 18 (delapan belas) tahun; c. Menguasai bahasa Indonesia dan salah satu bahasa asing dengan baik; d. Mempunyai keahlian dan ketrampilan khusus serta mampu menjelaskan obyek wisata tertentu; e. Lulus ujian yang diselenggarakan oleh Dinas Pariwisata.

Paragrap 2 Tata Cara Menjadi Pramuwisata Pasal 7 (1) Setiap calon Pramuwisata untuk menjadi Pramuwisata, mengajukan permohonan kepadagubernur Kepala Daerah sesuai dengan golongan Pramuwisata yang dikehendaki sebagaimana dimaksud Pasal 4 Peraturan Daerah ini. (2) Persetujuan/Penolakan permohonan ditentukan 14 hari setelah selesai Pendidikan dan Latihan Pramuwisata yang dilaksanakan oleh Dinas Pariwisata. (3) Penyelenggaraan Pendidikan dan Latihan Pramuwisata sebagaimana tersebut pada ayat (2) Pasal ini akan diatur lebih lanjut oleh Gubernur Kepala Daerah. Bagian Ketiga Sertifikat, Lencana, Tanda Pengenal dan Pakaian Seragam Pasal 8 (1) Sertifikat Pramuwisata berlaku untuk jangka waktu yang tidak terbatas. (2) Tanda pengenal Pramuwisata berlaku untuk jangka waktu 3 (tiga) tahun dan dapat diperpanjang. (3) Tanda pengenal tidak berlaku apabila yang bersangkutan sakit dan tidak bisa melaksanakan tugas. (4) Bentuk dan ketentuan mengenai sertifikat, lencana tanda pengenal sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku sedangkan pakaian seragam akan diatur kemudian oleh Gubernur Kepala Daerah.

Bagian Keempat Hak dan Kewajiban Paragrap 1 Hak Pasal 9 (1) Pramuwisata berhak mendapatkan perlindungan kerja sesuai dengan peraturan perundangundangan yang berlaku. (2) Pramuwisata berhak memeperoleh gaji atau upah dengan ikatan kerja yang telah disepakati. Paragrap 2 Kewajiban Pasal 10 (1) Pramuwisata yang telah memiliki sertifikat dan tanda pengenal harus berhimpun dalam satu wadah organisasi Pramuwisata dan Usaha Jasa Pramuwisata. (2) Dalam menjalankan tugasnya sebagaimana dimaksud Pasal 3 Peraturan Daerah ini Pramuwisata wajib : a. Mentaati kode etik profesi Pramuwisata; b. Memakai Tanda Pengenal Pramuwisata dan Lencana; c. Mematuhi acara perjalanan yang telah ditetapkan; d. Membantu Pemerintah dalam mengembangkan kepariwisataan; e. Memberi Informasi dan penjelasan yang benar; f. Berpakaian seragam; (3) Dalam melaksanakan tugas Pramuwisata wajib berperan dalam upaya pengamanan yang meliputi keamanan negara, ketertiban umum/masyarakat, obyek wisata, diri pribadi wisatawan dan harta benda wisatawan.

Bagian Kelima Larangan Pasal 11 Pramuwisata dilarang : a. Minta uang atau barang dari penjual atau orang lain yang berkepentingan berkenaan dengan pembelian barang atau jasa lainnya oleh wisatawan yang diurus/dikawal; b. Memaksa wisatawan untuk menggunakan jasa-jasanya; c. Melakukan tugas tanpa memakai tanda pengenal pramuwisata, seragam dan lencana; d. Mengubah acara perjalanan yang telah ditetapkan tanpa persetujuan dengan maksud memperoleh keuntungan bagi dirinya; e. Menjalankan tugas yang bertentangan dengan sertifikat yang diberikan; f. Melalaikan waktu yang telah ditetapkan dalam tugasnya; g. Memperoleh sertifikat dan tanda pengenal secara tidak sah. BAB IV USAHA JASA PRAMUWISATA Bagian Pertama Bentuk Usaha Pasal 12 (1) Usaha Jasa Pramuwisata berbentuk Perseroan Terbatas atau Koperasi. (2) Usaha Jasa Pramuwisata tertutup untuk menggunakan fasilitas Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) dan Penanaman Modal Asing (PMA).

Bagian Kedua Penggolongan dan Kegiatan Pasal 13 (1) Usaha Jasa Pramuwisata digolongkan menjadi : a. Golongan Kelas A dengan mempekerjakan sekurang-kurangnya 26 orang keatas tenaga Pramuwisata; b. Golongan Kelas B dengan mempekerjakan jumlah Pramuwisata sebanyak 15 sampai dengan 25 orang tenaga Pramuwisata; c. Golongan Kelas C dengan mempekerjakan jumlah Pramuwisata sebanyak 8 sampai dengan 14 orang tenaga Pramuwisata. (2) Persyaratan sesuai dengan penggolongan sebagaimana tersebut ayat (1) Pasal ini akan diatur lebih lanjut oleh Gubernur Kepala Daerah. Pasal 14 Usaha Jasa Pramuwisata meliputi kegiatan pelayanan jasa: a. Melayani wisatawan mengunjungi obyek-obyek wisata di dalam kota dan/atau di luar kota dalam Daerah; b. Melayani wisatawan dalam keperluan usaha dan tugas pemerintahan serta menjemput dan mengantar wisatawan dari : 1) Tempat kedatangan ketempat tujuan atau sebaliknya dalam Daerah antara lain : a) Bandara ke pelabuhan atau sebaliknya; b) Bandara ke terminal angkutan darat atau sebaliknya; c) Bandara ke tempat penginapan atau sebaliknya; d) Pelabuhan ke terminal angkutan darat atau sebaliknya; e) Terminal angkutan darat ke tempat penginapan atau sebaliknya; 2) Satu kota ke kota lain dalam Daerah. c. Melayani wisatawan ke tempat-tempat peristiwa pariwisata yang meliputi konvensi, pertemuan, pamerean, olah raga dan pertunjukan seni budaya.

Bagian Ketiga Perizinan Pasal 15 (1) Untuk melakukan kegiatan Usaha Jasa Pramuwisata harus mendapatkan izin. (2) Untuk memperoleh izin Usaha Jasa Pramuwisata, pengusaha mengajukan permohonan kepada Gubernur Kepala daerah dengan dilampiri : a. Izin Mendirikan Bangunan (IMB); b. Izin Tempat Usaha; c. Akte Pendirian; d. Nomor Pokok Wajib pajak (NPWP); e. Referensi Bank. (3) Izin usaha diberikan untuk jangka waktu yang tidak terbatas selama perusahaan yang bersangkutan masih aktif melakukan kegiatannya dan setiap 3 (tiga) tahun harus didaftar ulang kepada Gubernur Kepala Daerah dalam hal ini Kepala Dinas Pariwisata. (4) Pemberian atau penolakan izin Usaha Jasa Pramuwisata diselesaikan dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari kerja. (5) Izin Usaha Jasa Pramuwisata tidak dapat dipindahtangankan, kecuali atas izin Gubernur Kepala Daerah. (6) Tata cara permohonan, bentuk surat izin Usaha Jasa Pramuwisata dan syarat teknis perizinan, diatur kemudian oleh Gubernur Kepala Daerah.

Bagian Keempat Kewajiban dan Larangan Paragrap 1 Kewajiban Pasal 16 Dalam menjalankan usahanya, pimpinan Usaha Jasa Pramuwisata wajib : a. Mentaati ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku; b. Memberikan pelayanan sebaik-baiknya dan memberikan perlindungan kepada pemakai Usaha Jasa Pramuwisata; c. Memberikan perlindungan asuransi kepada Pramuwisata yang dipekerjakan; d. Mematuhi ketentuan peraturan yang menyangkut ketenagakerjaan; e. Melaksanakan upaya pendidikan dan peningkatan mutu karyawan secara terus menerus; f. Menetapkan tarip jasa pelayanan Pramuwisata; g. Menerbitkan surat tugas terhadap Pramuwisata yang beroperasi; h. Melaporkan setiap kepindahan atau penambahan tenaga kerja Pramuwisata dan pelaksanaan tugas secara berkala tiap 6 (enam) bulan sekali kepada Gubernur Kepala Daerah. Paragrap 2 Larangan Pasal 17 Usaha Jasa Pramuwisata dilarang : a. Mempekerjakan Pramuwisata yang tidak memiliki sertifikat dan tanda pengenal Pramuwisata; b. Menyelenggarakan kegiatan yang diselenggarakan oleh Biro Perjalanan Wisata; c. Membuka kantor cabang di luar Daerah.

BAB V PERJANJIAN KERJA Pasal 18 (1) Setiap Usaha Jasa Pramuwisata yang akan mempekerjakan Pramuwisata harus mengadakan perjanjian kerja. (2) Perjanjian kerja sebagaimana dimaksud ayat (1) Pasal ini diberlakukan pula pada Usaha Jasa Pramuwisata dengan pemakai jasa. (3) Perjanjian Kerja sebagaimana dimaksud ayat (1) dan (2) Pasal ini diadakan secara tertulis dengan menyebutkan hak dan kewajiban masing-masing. BAB VI RETRIBUSI Pasal 19 (1) Untuk memperoleh sertifikat dan tanda pengenal Pramuwisata dikenakan retribusi sertifikat dan tanda pengenal. (2) Untuk memperoleh tanda pengenal ulang dikenakan retribusi tanda pengenal ulang. (3) Untuk memperoleh izin Usaha Jasa Pramuwisata dikenakan retribusi izin Usaha Jasa Pramuwisata. (4) Untuk dapat memperoleh daftar ulang Izin Usaha Jasa Pramuwisata dikenakan retribusi daftar ulang izin Usaha Jasa Pramuwisata. Pasal 20 (1) Besarnya retribusi sertifikat dan tanda pengenal Pramuwisata bagi Pramuwisata Muda adalah Rp. 25.000,- (dua puluh lima ribu rupiah). (2) Besarnya retribusi daftar ulang tanda pengenal Pramuwisata bagi Pramuwisata Muda adalah Rp. 20.000,- (dua puluh ribu rupiah).

Pasal 21 (1) Besarnya retribusi sertifikat dan tanda pengenal Pramuwisata bagi Pramuwisata Madya adalah Rp. 30.000,- (tiga puluh ribu rupiah). (2) Besarnya retribusi daftar ulang tanda pengenal Pramuwisata Madya adalah Rp. 25.000,-(dua puluh lima ribu rupiah). Pasal 22 (1) Besarnya retribusi sertifikat dan tanda pengenal Pramuwisata bagi Pramuwisata Khusus adalah Rp. 20.000,- (dua puluh ribu rupiah). (2) Besarnya retribusi daftar ulang tanda pengenal Pramuwisata bagi Pramuwisata Khusus adalah Rp. 15.000,- (lima belas ribu rupiah). Pasal 23 (1) Besarnya retribusi izin Usaha Jasa Pramuwisata adalah Rp. 50.000,- (Lima puluh ribu rupiah). (2) Besarnya retribusi daftar ulang Usaha Jasa Pramuwisata adalah Rp. 40.000,- (Empat puluh ribu rupiah). Pasal 24 Hasil pungutan retribusi sebagaimana tersebut dalam Pasal 20, 21, 22 dan 23 Peraturan daerah ini, disetor oleh Bendaharawan khusus penerima Dinas Pariwisata ke Bank Pembangunan daerah Propinsi daerah Istimewa Yogyakarta selaku Pemegang Kas Daerah sesuai peraturan perundangundangan yang berlaku.

BAB VII PEMBINAAN, PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN Pasal 25 Pembinaan, pengawasan dan pengendalian terhadap Pramuwisata dan Usaha Jasa Pramuwisata ditugaskan kepada Kepala Dinas Pariwisata dan Instansi lain yang terkait secara koordinatif. BAB VIII KETENTUAN PIDANA Pasal 26 (1) Barang siapa melanggar ketentuan Pasal 6 ayat (1), Pasal 10, Pasal 11, Pasal 15 ayat (1) Pasal 16 dan Pasal 17 Peraturan daerah ini, diancam pidana kurungan selama-lamanya 3 (tiga) bulan atau denda sebanyak-banyaknya Rp. 50.000,- (Lima puluh ribu rupiah). (2) Selain dikenakan ketentuan ayat (1) Pasal ini, yang bersangkutan diwajibkan membayar retribusi sebagaimana diatur dalam Peraturan Daerah ini. (3) Selain dikenakan Pidana tersebut ayat (1) Pasal ini dapat mengakibatkan dicabutnya Tanda Pengenal Pramuwisata dan Izin Usaha Jasa Pramuwisata. (4) Tindak pidana tersebut ayat (1) Pasal ini adalah pelanggaran. BAB IX KETENTUAN PENYIDIKAN Pasal 27 Selain oleh Pejabat Penyidik Umum yang bertugas menyidik tindak pidana, penyidikan atas tindak pidana sebagaimana dimaksud Pasal 18 Peraturan Daerah ini dapat juga dilakukan oleh Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) dilingkungan Pemerintah daerah yang pengangkatannya ditetapkan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 28 Dalam melaksanakan tugas penyidikan, para Penyidik Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimaksud Pasal 27 Peraturan Daerah ini berwenang : a. Menerima laporan atau pengaduan dari seseorang tentang adanya tindak pidana. b. Melakukan tindakan pertama pada saat itu ditempat kejadian dan melakukan pemeriksaan. c. Menyuruh berhenti seorang tersangka dan memeriksa tanda pengenal diri tersangka. d. Melakukan penyitaan benda dan atau surat. e. Mengambil sidik jari dan memotret seseorang. f. Memanggil seseorang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi. g. Mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan pemeriksaan perkara. h. Menghentikan penyidikan setelah mendapat petunjuk dari Penyidik Umum bahwa tidak terdapat cukup bukti atau peristiwa tersebut bukan merupakan tindak pidana dan selanjutnya melalui Penyidik Umum memberitahukan hal tersebut kepada Penuntut Umum, tersangka atau keluarganya. i. Mengadakan tindakan lain menurut hukum yang dapat dipertanggung jawabkan. BAB X KETENTUAN PERALIHAN Pasal 29 (1) Bagi Pramuwisata yang sebelum berlakunya Peraturan Daerah ini telah mendapatkan tanda pengenal pramuwisata wajib mendaftarkan diri kembali selambat-lambatnya 1 (satu) tahun sejak berlakunya Peraturan Daerah ini setiap kegiatan yang menyelenggarakan Usaha Jasa Pramuwisata harus menyesuaikan dengan Peraturan Daerah ini. (2) Selambat-lambatnya 1 (satu) tahun sejak berlakunya Peraturan daerah ini setiap kegiatan yang menyelenggarakan Usaha Jasa Pramuwisata harus menyeseuaikan dengan Peraturan Daerah ini.

BAB XI KETENTUAN PENUTUP Pasal 30 Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini sepanjang mengenai pelaksanaannya akan diatur oleh Gubernur Kepala Daerah. Pasal 31 Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini maka Peraturan Daerah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 4 Tahun 1988 tentang pengaturan Pramuwisata dinyatakan tidak berlaku lagi. Pasal 32 Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Ketua, Ditetapkan di Yogyakarta pada tanggal 22 Pebruari 1997 PENJABAT GUBERNUR KEPALA DAERAH STIMEWA YOGYAKARTA ttd ttd H. SOEDARNO SETOPRADJOKO PAKU ALAM VIII Disahkan oleh Menteri Dalam Negeri Dengan Surat keputusan

Nomor : 556.34-1094 Tanggal : 15 Oktober 1997 Diundangkan dalam Lembaran Daerah Propinsi daerah Istimewa Yogyakarta Seri : B Nomor : 5 Tanggal : 5 Nopember 1997 PLH. SEKRETARIS WILAYAH/DAERAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGAYAKRTA ttd. IR. SOEBEKTI SOENARTO NIP. 080016744

PENJELASAN PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR : 2 TAHUN 1997 TENTANG PRAMUWISATA DAN USAHA JASA PRAMUWISATA I. PENJELASAN UMUM Bahwa berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1979 tentang Penyerahan Sebagian Urusan Pemerintahan Dalam Bidang Kepariwisataan Kepada Daerah Tingkat I telah dilaksanakan penyerahan secara nyata dari Pemerintah Pusat kepada Pemerintah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta terhadap 12 (dua belas) urusan dalam bidang Kepariwisataan termasuk urusan Pramuwisata.Di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta urusan Pramuwisata telah diatur dengan Peraturan Daerah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 4 Tahun 1988 tentang Pengaturan Pramuwisata. Dengan dikeluarkannya Keputusan Menteri Pariwisata Pos dan Telekomunikasi Nomor 82/PW-102/MPPT-88 jis Surat Keputusan Menteri Pariwisata Pos dan Telekomunikasi Nomor : 105/PW-304/MPPT-91, Keputusan Direktorat Jenderal Pariwisata Nomor : KEP 17/U/IV/89 dan Keputusan Direktorat Jenderal Pariwisata Nomor : 07/K/III/90 maka pengaturan Pramuwisata perlu ditinjau kembali, dengan menambah pengaturan Usaha Jasa Pramuwisata. Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut diatas perlu menetapkan Peraturan Daerah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta tentang Pramuwisata dan usaha Jasa Pramuwisata.

II. PENJELASAN PASAL DEMI PASAL. Pasal 1 s/d 7 Pasal 8 ayat (1) dan (2) : Cukup jelas. : Cukup jelas. ayat (3) : Yang dimaksud sakit adalah dinyatakan dengan surat keterangan Dokter bahwa yang bersangkutan tidak bisa menjalankan tugasnya. ayat (4) : Cukup jelas. Pasal 9 : Cukup jelas. Pasal 10 ayat (1) : Yang dimaksud wadah Organisasi Pramuwisata adalah Himpunan Pramuwisata Indonesia (HPI). ayat (2) dan (3) : Cukup jelas. Pasal 11 s/d 13 : Cukup jelas. Pasal 14 huruf a : Cukup jelas. huruf b : Yang dimaksud melayani wisatawan dalam keperluan usaha antara lain temu usaha, penerjemah, kesekretariatan. huruf c : Cukup jelas. Pasal 15 : Cukup jelas. Pasal 16 huruf a s/d g : Cukup jelas. huruf h : Yang dimaksud dengan melaporkan tugasnya adalah termasuk melaporkan pelaksanaan tugas Pramuwisata. Pasal 17 : Cukup jelas. Pasal 18 ayat (1) : Cukup jelas. ayat (2) : Perjanjian Kerja antara lain Usaha Jasa Pramuwisata dengan pemakai jasa akan diatur lebih lanjut oleh Gubernur Kepala Daerah. Pasal 19 s/d 24 : Cukup jelas. Pasal 25 : Yang dimaksud dengan Instansi lain yang terkait antara lain : - Kantor Wilayah Departemen Pariwisata Pos dan Telekomunikasi Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. - Kantor Wilayah Departemen Tenaga Kerja Propinsi Daerah

Istimewa Yogyakarta. - Kepolisian setempat. - Biro Tata Pemerintahan Sekretariat Wilayah Daerah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. - Biro Bina Sosial Sekretariat Wilayah Daerah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. - Kantor Suaka dan Peninggalan Purbakala. Pasal 26 s/d 32 : Cukup jelas.