KARAKTERISTIK HASIL TETAS TELUR ITIK RAMBON DAN CIHATEUP PADA LAMA PENCAMPURAN JANTAN DAN BETINA YANG BERBEDA

dokumen-dokumen yang mirip
HASIL DAN PEMBAHASAN. pada Tabel 4 dan 5. Berdasarkan sampel yang diteliti didapatkan daya tetas telur

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah telur Itik Rambon dan

Karakteristik Produksi dan Fertilitas Telur Itik Rambon dan Cihateup Hasil Kawin Alam dengan Lama Pencampuran Jantan dan Betina Berbeda

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Kondisi Umum Kandang Local Duck Breeding and Production Station

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan 20 ekor Itik Rambon Betina, 4 ekor Itik

PENDAHULUAN. salah satunya pemenuhan gizi yang berasal dari protein hewani. Terlepas dari

EVALUASI TELUR TETAS ITIK CRp (CIHATEUP X RAMBON) YANG DIPELIHARA PADA KONDISI MINIM AIR SELAMA PROSES PENETASAN

E

HATCH PERIOD AND WEIGHT AT HATCH OF LOCAL DUCK (Anas sp.) BASED ON DIFFERENCE OF INCUBATOR HUMIDITY SETTING AT HATCHER PERIOD

Performa Produksi Puyuh Petelur (Coturnix-coturnix Japonica) Hasil Persilangan..Wulan Azhar

Karakteristik Eksterior Telur Tetas Itik... Sajidan Abdur R

PROGRAM PEMBIBITAN ITIK MA DI BPTU PELAIHARI KALIMANTAN SELATAN: SELEKSI PADA POPULASI BIBIT INDUK ITIK ALABIO

RINGKASAN. sifat dengan itik Tegal, itik Mojosari, dan itik Alabio. Di daerah asalnya, itik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Itik merupakan ternak jenis unggas air yang termasuk dalam kelas Aves, ordo

CIRI - CIRI FISIK TELUR TETAS ITIK MANDALUNG DAN RASIO JANTAN DENGAN BETINA YANG DIHASILKAN ABSTRACT ABSTAAK

I PENDAHULUAN. lokal adalah salah satu unggas air yang telah lama di domestikasi, dan

Identifikasi Bobot Badan dan Ukuran-ukuran Tubuh Itik Bali...Herbert Jumli Tarigan

PENETAPAN INTERVAL INSEMINASI BUATAN (IB) PADA AYAM BURAS

PENDUGAAN UMUR BERDASARKAN PERGANTIAN BULU PADA ITIK BETINA LOKAL PERIODE INDUKAN SKRIPSI NOVI GIANTI LOKOLLO

Bibit induk (parent stock) itik Mojosari meri

ANALISIS FEASIBILITAS USAHA TERNAK ITIK MOJOSARI ALABIO

Bibit induk (parent stock) itik Alabio meri

Bibit induk (parent stock) itik Alabio muda

Bibit niaga (final stock) itik Mojosari meri umur sehari

I PENDAHULUAN. dari generasi ke generasi di Indonesia sebagai unggas lokal hasil persilangan itik

Performans Pertumbuhan Itik Talang Benih Jantan dan Betina yang Dipelihara secara Intensif

Bibit niaga (final stock) itik Alabio meri umur sehari

FERTILITAS DAN DAYA TETAS TELUR ITIK PERSILANGAN PEKING X ALABIO (PA) DAN PEKING X MOJOSARI (PM) YANG DIINSEMINASI ENTOK JANTAN

I PENDAHULUAN. tidak dapat terbang tinggi, ukuran relatif kecil berkaki pendek.

PENGARUH UMUR DAN BOBOT TELUR ITIK LOKAL TERHADAP MORTALITAS, DAYA TETAS, KUALITAS TETAS DAN BOBOT TETAS

PRODUKSI TELUR ITIK MA DI BPTU PELAIHARI KALIMANTAN SELATAN

Bibit induk (parent stock) itik Mojosari muda

Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2004

Performa Pertumbuhan Puyuh Petelur Betina Silangan... Henry Geofrin Lase

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. selain ayam adalah itik. Itik memiliki potensi yang besar untuk dikembangkan,

SeminarNasional Peternakan dan Veteriner ARGONO R. SET10K0 1 dan ISTIANA 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. species dari Anas plitirinchos yang telah mengalami penjinakan atau domestikasi

INVENTARISASI FERTILITAS, DAYA TETAS TELUR, DAN BOBOT TETAS DOC BERDASARKAN UMUT INDUK AYAM SENTUL BAROKAH ABADI FARM CIAMIS

Karakteristik Telur Tetas Puyuh Petelur Silangan... M Billi Sugiyanto.

PERFORMA PRODUKSI ITIK BERDASARKAN KELOMPOK BOBOT TETAS KECIL, BESAR DAN CAMPURAN

PENINGKATAN PRODUKTIVITAS AYAM BALI DENGAN POLA SELEKSI PRODUKSI

Bibit niaga (final stock) itik Alabio dara

Gambar 1. Itik Alabio

PROGRAM VILLAGEBREEDING PADA ITIK TEGAL UNTUK PENINGKATAN PRODUKSI TELUR: SELEKSI ITIK TEGAL GENERASI PERTAMA DAN KEDUA ABTRACT ABTRAK

PENGARUH BANGSA ITIK ALABIO DAN MOJOSARI TERHADAP PERFORMAN REPRODUKSI (REPRODUCTIVE PERFORMANCE OF ALABIO AND MOJOSARI DUCKS) ABSTRACT ABSTAAK

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. hidup sampai penelitian berakhir adalah 13 ekor jantan dan 10 ekor betina Itik

Respon Seleksi Domba Garut... Erwin Jatnika Priyadi RESPON SELEKSI BOBOT LAHIR DOMBA GARUT PADA INTENSITAS OPTIMUM DI UPTD BPPTD MARGAWATI GARUT

(PRODUCTIVITY OF Two LOCAL DUCK BREEDS: ALABIO AND MOJOSARI RAISED ON CAGE AND LITTER HOUSING SYSTEM) ABSTRACT ABSTAAK PENDAHULUAN

Bibit niaga (final stock) itik Mojosari dara

KERAGAAN PRODUKSI TELUR PADA SENTRA PENGEMBANGAN AGRIBISNIS KOMODITAS UNGGULAN (SPAKU) ITIK ALABIO DI KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA, KALIMANTAN SELATAN

Hasil Tetas Puyuh Petelur Silangan Bulu Coklat dan Hitam...Sarah S.

I. PENDAHULUAN. serta meningkatnya kesadaran akan gizi dan kesehatan masyarakat. Akan

Pengukuran Sifat Kuantitatif...Fachri Bachrul Ichsan.

ABSTRAK. Kata kunci: Morfologi, korelasi, performans reproduksi, itik Tegal, seleksi ABSTRACT

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April November 2016 di Desa

Performan Pertumbuhan dan Produksi Karkas Itik CA [Itik Cihateup x Itik Alabio] sebagai Itik Pedaging

PENDUGAAN PARAMETER GENETIK SIFAT-SIFAT PRODUKSI TELUR ITIK ALABIO

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. konstruksi khusus sesuai dengan kapasitas produksi, kandang dan ruangan

PENDAHULUAN. penyediaan daging itik secara kontinu. Kendala yang dihadapi adalah kurang

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. adalah Day Old Duck (DOD) hasil pembibitan generasi ke-3 sebanyak 9 ekor itik

KARAKTERISTIK POLA PEMBIBITAN ITIK PETELUR DI DAERAH SENTRA PRODUKSI

PENAMPILAN ANAK ITIK YANG DIPELIHARA BERDASARKAN KELOMPOK BOBOT TETAS KECIL, BESAR DAN CAMPURAN SKRIPSI KOMARUDIN

PENGARUH BOBOT BADAN INDUK ITIK MAGELANG GENERASI KEDUA TERHADAP FERTILITAS, DAYA TETAS DAN BOBOT TETAS DI SATUAN KERJA ITIK BANYUBIRU SKRIPSI.

PELUANG DAN POTENSI USAHA TERNAK ITIK DI LAHAN LEBAK ABSTRAK

ANALISIS KELAYAKAN USAHA ITIK ALABIO DENGAN SISTEM LANTING DI KABUPATEN HULU SUNGAI TENGAH

Identifikasi sifat-sifat Kualitatif ayam Wareng Tangerang. Andika Mahendra

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. tahun seiring meningkatnya pendapatan dan kesadaran masyarakat akan

THE INFLUENCES OF CAGE DENSITY ON THE PERFORMANCE OF HYBRID AND MOJOSARI DUCK IN STARTER PERIOD

Karakteristik Kuantitatif Sapi Pasundan di Peternakan Rakyat... Dandy Dharma Nugraha KARAKTERISTIK KUANTITATIF SAPI PASUNDAN DI PETERNAKAN RAKYAT

PENGARUH SUPLEMENTASI ASAM AMINO METIONIN DAN LISIN DALAM RANSUM TERHADAP FERTILITAS, DAYA TETAS DAN MORTALITAS TELUR BURUNG PUYUH

PENGARUH PEMBERIAN TEPUNG DAUN KATUK (Sauropus androgynus (L.) Merr.) DALAM RANSUM TERHADAP KUALITAS TELUR ITIK LOKAL SKRIPSI LILI SURYANINGSIH

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang Pengaruh Indeks Bentuk Telur terhadap Daya Tetas dan

PENGARUH TINGKAT PROTEIN RANSUM TERHADAP BOBOT POTONG, PERSENTASE KARKAS DAN LEMAK ABDOMINAL PUYUH JANTAN

Dudi Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran

PENDAHULUAN. Indonesia pada tahun 2014 telah mencapai 12,692,213 ekor atau meningkat. sebesar 1,11 persen dibandingkan dengan tahun 2012.

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk di Indonesia, permintaan

PENDAHULUAN. ( Populasi Ternak (000) Ekor Diakses Tanggal 3 Oktober 2011.

I. PENDAHULUAN. Protein hewani memegang peran penting bagi pemenuhan gizi masyarakat. Untuk

I PENDAHULUAN. Aman, dan Halal. [20 Pebruari 2009]

Identifikasi Bobot Potong dan Persentase Karkas Domba Priangan Jantan Yearling dan Mutton. Abstrak

PENGARUH BOBOT DAN FREKUENSI PEMUTARAN TELUR TERHADAP FERTILITAS, DAYA TETAS, DAN BOBOT TETAS ITIK LOKAL

PENGARUH PEMBERIAN TEPUNG AMPAS TAHU DI DALAM RANSUM TERHADAP BOBOT POTONG, BOBOT KARKAS DAN INCOME OVER FEED COST AYAM SENTUL

ANALISIS SALURAN DAN MARJIN PEMASARAN KERBAU (Studi Kasus di Kecamatan Bungbulang Kabupaten Garut)

HASIL DAN PEMBAHASAN. Inseminasi Buatan pada Ayam Arab

Penyimpangan Bobot Badan Dugaan Mohammad Firdaus A

BUDIDAYA ITIK SECARA TERPADU HULU-HILIR KELOMPOK PETERNAK NGUDI LESTARI SUKOHARJO

HASIL DAN PEMBAHASAN. tetas dan ruang penyimpanan telur. Terdapat 4 buah mesin tetas konvensional dengan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Total jumlah itik yang dipelihara secara minim air sebanyak 48 ekor

KUALITAS TELUR ITIK ALABIO DAN MOJOSARI PADA GENERASI PERTAMA POPULASI SELEKSI

DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL LUAR HALAMAN SAMPUL DALAM LEMBAR PENGESAHAN

Pengaruh Pemberian Pakan Terbatas terhadap Produktivitas Itik Silang Mojosari X Alabio (MA): Masa Pertumbuhan sampai Bertelur Pertama

PROFIL USAHA ITIK POTONG DI PANTURA JAWA BARAT DAN JAWA TENGAH

Pengaruh Bobot Badan Induk Generasi Pertama terhadap Fertilitas, Daya Tetas dan Bobot Tetas pada Itik Magelang di Satuan Kerja Itik Banyubiru-Ambarawa

Tepung Ampas Tahu Dalam Ransum, Performa Ayam Sentul... Dede Yusuf Kadasyah

MATERI DAN METODE. Gambar 3. Rodalon

PERTUMBUHAN STARTER DAN GROWER ITIK HASIL PERSILANGAN RESIPROKAL ALABIO DAN PEKING

Performan Puyuh Local Asal Payakumbuh, Bengkulu dan Hasil Persilangannya

ClRl - CIRI FlSlK TELUR TETAS ltlk MANDALUNG DAN RASE0 JANTAN DENGAN BETINA

I PENDAHULUAN. Salah satu sumber daya genetik asli Indonesia adalah domba Garut, domba

Pengaruh Genotipa dan Kadar Aflatoksin dalam Ransum pada Karakteristik Awal Bertelur Itik Lokal

Transkripsi:

KARAKTERISTIK HASIL TETAS TELUR ITIK RAMBON DAN CIHATEUP PADA LAMA PENCAMPURAN JANTAN DAN BETINA YANG BERBEDA CHARACTERISTICS OF HATCHING EGGS OF RAMBON AND CIHATEUP DUCKS AT DIFFERENT MEETING DURATION BETWEEN MALE AND FEMALES Mu min*, Indrawati Yudha Asmara**, Siti Wahyuni H.S.** Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran Jl. Raya Bandung Sumedang KM. 21 Jatinangor 45363 *Alumni Fakultas Peternakan Unpad Tahun 2016 **Staff Pengajar Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran e-mail: mumin.albantani24@gmail.com atau minmumin21@yahoo.co.id ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik hasil tetas telur itik Rambon dan Cihateup pada lama pencampuran jantan dan betina yang berbeda berdasarkan persentase daya tetas dan salable duckling. Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari sampai Maret 2016 di Local Ducks Breeding and Production Station, Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran menggunakan satu mesin tetas. Penelitian ini menggunakan metode eksploratif, data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif kuantitatif. Telur yang ditetaskan berasal dari itik Rambon dan Cihateup dengan masing-masing lama pencampuran antara jantan dan betina 6 jam/hari dan 12 jam/hari, dengan perbandingan jantan dan betina 1:5. Hasil penelitian menunjukan nilai pendugaan daya tetas telur itik Rambon pada lama pencampuran 6 jam/hari dan 12 jam/hari masing-masing adalah 34,08 57,98 % dan 23,10 51,02 %, dan telur itik Cihateup yaitu 24,83 42,15 % dan 5,79 36,17 %. Sementara, salable duckling itik Rambon dan Cihateup pada lama pencampuran 6 jam/hari maupun 12 jam/hari adalah 100%. Kata kunci : daya tetas, salable duckling, itik Rambon, itik Cihateup, lama pencampuran. ABSTRACT This research aims to determine the characteristics of hatching eggs of Rambon and Cihateup ducks on different meeting duration based on the percentage hatchability and salable duckling. The research was conducted from January to March 2016 at Local Ducks - Breeding and Production Station, Faculty of Animal Husbandry, Padjadjaran University. Explorative method was used in this research, obtained data were descriptive analyzed. Hatching eggs derived from Rambon and Cihateup ducks with each meeting duration between males and females 6 hours/day and 12 hours/day, in sex ratio of 1:5. The results showed the hatchability of Rambon ducks eggs on meeting duration 6 hours/day and 12 hours/day, respectively are 34.08 57.98 % and 23.10 51.02 % while the hatchability of Cihateup ducks are 24.83 42.15 % and 5.79 36.17 %. Meanwhile similar salable duckling obtained from both Rambon and Cihateup ducks which are 100%. Keywords: hatchability, salable duckling, Rambon ducks, Cihateup ducks, meeting duration. 1

PENDAHULUAN Pertambahan penduduk Indonesia yang meningkat perlu didukung oleh pemenuhan kebutuhan protein hewani. Itik merupakan satu komoditas ternak yang dimanfaatkan sebagai penghasil protein hewani berupa telur dan daging. Itik telah banyak dipelihara masyarakat karena dengan pemeliharaan intensif sangat menguntungkan. Populasi ternak itik, terutama itik lokal di Indonesia dari tahun ke tahun semakin meningkat, didukung oleh terbukanya pasar produk itik. Badan Pusat Statistik mencatat angka sementara populasi ternak itik pada tahun 2014 sebanyak 52.775.000 ekor. Peningkatan produksi itik lokal masih sangat mungkin untuk dilakukan, mengingat pemenuhan kebutuhan daging itik yang berasal dari itik jantan dan betina afkir masih terbatas. Terdapat beberapa jenis itik lokal yang telah dikembangkan, diantaranya yaitu itik Rambon dan Cihateup. Itik Rambon merupakan rumpun itik lokal dari Cirebon hasil persilangan antara Itik Tegal dengan Itik Magelang. Itik ini banyak terdapat di Jawa Barat, terutama di daerah Cirebon. Selain itu, banyak juga terdapat di Indramayu, Majalengka, Kuningan, Subang, Karawang, Bekasi dan Banten (Litbang Peternakan, 2014). Itik Cihateup merupakan itik lokal Indonesia yang berasal dari Kabupaten Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat. Itik Cihateup dijadikan sebagai penghasil telur yang unggul dengan produktivitasnya sangat tinggi, selain itu dapat dijadikan sebagai komoditas penghasil daging yang baik. Sebaran itik Cihateup meliputi Kabupaten Tasikmalaya, Garut, Majalengka, Bandung, Subang dan Ciamis di Provinsi Jawa Barat (Permentan, 2014) Keberhasilan beternak itik dapat dinilai berdasarkan produktivitasnya yang tinggi. Produktivitas seekor ternak dipengaruhi oleh mutu bibit, kualitas dan kuantitas pakan serta manajemen pemeliharaan. Produksi telur itik selain ditujukan untuk telur konsumsi juga sebagai telur tetas untuk mendapatkan bibit. Pemeliharaan itik dengan tujuan menghasilkan telur konsumsi tidak memerlukan adanya itik pejantan sedangkan untuk memperoleh telur tetas dibutuhkan adanya itik jantan (Prasetyo dkk., 2010). Keberhasilan penetasan telur itik ditandai dengan daya tatas tinggi dan salable duckling atau anak itik layak jual yang tinggi. Telur yang ditetaskan hanya telur-telur yang fertil. Fertilitas telur sangat dipengaruhi oleh rasio antara jantan dan betina serta lamanya bercampur. Penelitian tentang lama 2

pencampuran itik jantan dan betina terutama dalam kondisi minm air belum banyak dilakukan, maka dari itu penulis akan melakukan penelitian mengenai Karakteristik Hasil Tetas Telur Itik Rambon dan Cihateup pada Lama Pencampuran Jantan dan Betina yang Berbeda. BAHAN DAN METODE Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah telur Itik Rambon dan Cihateup yang diperoleh dari pencampuran jantan dan betina selama 6 jam/hari dan 12 jam/hari. Itik yang digunakan berumur 7 bulan terdiri dari itik Rambon (20 ekor betina dan 4 ekor jantan) dan Itik Cihateup (20 ekor betina dan 4 ekor jantan). Kandang yang digunakan adalah kandang postal model FI-1/5 (Setiawan dkk., 2014). Model kandang ini memiliki masing-masing satu flok kandang yang diisi oleh 1 ekor jantan dan 5 ekor betina dengan fasilitas ruangan reproduksi (tempat bercampurnya jantan dan betina) dan ruangan istirahat sekaligus tempat untuk bertelur secara individual untuk setiap ekor betina (Ilustrasi 1). B1 B2 B3 B4 B5 JB Ilustrasi 1. Bentuk Kandang Postal Model FI-1/5 Keterangan : B1 B5 = Ruang istirahat dan tempat bertelur setiap ekor Itik Betina. JB = Tempat bercampurnya jantan dan betina dan ruang istirahat untuk jantan. Data yang diperoleh setelah penetasan yaitu daya tetas dan salable duckling diolah dengan menggunakan analisis deskriptif kuantitatif yaitu dengan mencari nilai rata-rata, simpangan baku, koefisien variasi dan pendugaan parameter dengan alat bantu berupa kalkulator. 3

HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Daya Tetas Telur Itik Rambon dan Cihateup pada Lama Pencampuran Jantan dan Betina yang Berbeda Daya tetas telur itik Rambon dan Cihateup pada penelitian ini disajikan pada Tabel 1 dan 2. Berdasarkan sampel yang diteliti didapatkan daya tetas telur itik Rambon pada pencampuran jantan dan betina selama 6 jam per hari sebesar 46,03±15,86 %, sedangkan pada lama pencampuran 12 jam per hari 37,06±18,53 %. Setelah dilakukan analisis, diduga bahwa daya tetas itik Rambon pada pencampuran jantan dan betina selama 6 jam per hari adalah 34,08 57,98 % dan pada lama pencampuran 12 jam per hari adalah 23,10 51,02 %. Tabel 1. Daya Tetas Telur Itik Rambon pada Lama Pencampuran Jantan dan Betina yang Berbeda Lama Pencampuran 6 Jam/Hari 12 Jam/Hari %... Rata rata 46,03 37,06 Simpangan Baku 15,86 18,53 Koefisien Variasi 34,45 50,01 Pendugaan Daya Tetas 34,08 μ 57,98 23,10 μ 51,02 Rataan daya tetas sampel itik Cihateup pada lama pencampuran 6 jam per hari adalah 33,49±11,50 %, sedangkan pada lama pencampuran 12 jam per hari adalah 20,98±20,16 %. Diduga bahwa daya tetas itik Cihateup pada lama pencampuran 6 jam per hari berkisar antara 24,83 42,15 % dan pada lama pencampuran 12 jam per hari antara 5,79 36,17 %. Tabel 2. Daya Tetas Telur Itik Cihateup pada Lama Pencampuran Jantan dan Betina yang Berbeda Lama Pencampuran 6 Jam/Hari 12 Jam/Hari...%... Rata rata 33,49 20,98 Simpangan Baku 11,50 20,16 Koefisien Variasi 34,34 96,09 Pendugaan Daya Tetas 24,83 μ 42,15 5,79 μ 36,17 4

Hal ini terjadi dimungkinkan karena pada pencampuran jantan dan betina selama 6 jam per hari, itik betina memiliki waktu istirahat yang lebih lama dan tidak diganggu oleh pejantan dalam proses memproduksi telur, dan juga memberikan kesempatan terhadap sperma yang sudah ada dalam alat reproduksi betina agar berhasil membuahi sehingga menghasilkan telur dengan calon embrio yang berkualitas baik. Menurut King ori (2011) salah satu faktor yang mempengaruhi daya tetas adalah kualitas telur yang akan ditetaskan. Narushin dan Romanov (2002) menambahkan bahwa karakteristik fisik telur memiliki peran penting dalam proses perkembangan embrio dan keberhasilan penetasan. Selain itu, pejantan dengan lama pencampuran 6 jam per hari juga mendapatkan waktu istirahat yang lebih lama untuk memulihkan stamina dan memproduksi sperma berkualitas yang normal dan tidak mati. Pada pencampuran jantan dan betina selama 12 jam per hari, itik jantan maupun betina memiliki waktu yang lebih sedikit untuk beristirahat. Sesuai pernyataan Bakst dan Brillard (1990) bahwa spermatozoa abnormal dan mati tidak dapat mencapai daerah utero-vaginal junction. Setioko dkk., (2004) menambahkan bahwa spermatozoa yang tertinggal dalam oviduct dalam waktu lama dan kapasitas sperma yang rendah fertilitasnya dapat mengakibatkan kematian embrio atau embrio cacat. 2. Salable Duckling Itik Rambon dan Cihateup pada Lama Pencampuran Jantan dan Betina yang Berbeda Salable Duckling yang diperoleh dari hasil penetasan selama penelitian disajikan pada Tabel 3 dan 4. Berdasarkan hasil analisis, rataan skor yang diperoleh untuk DOD itik Rambon pada pencampuran jantan dan betina selama 6 jam per hari adalah 100 dan pada pencampuran selama 12 jam per hari yaitu 99,84. DOD hasil penetasan telur itik Cihateup pada pencampuran jantan dan betina selama 6 jam per hari maupun 12 jam per hari adalah baik, dengan perolehan rataan skor 99,83 (6 jam per hari) dan 100 (12 jam per hari). 5

Tabel 3. Salable Duckling Itik Rambon pada Lama Pencampuran Jantan dan Betina yang Berbeda Lama Pencampuran 6 Jam/Hari 12 Jam/Hari Rata rata Skor 100 99,84 Simpangan Baku 0 0,98 Koefisien Variasi 0 0,98 Pendugaan Skor 100 99,48 μ 100,20 Salable Duckling 100% 100% Kualitas Day Old Duckling (DOD) hasil penetasan menentukan jumlah DOD yang layak untuk dijual. Semakin banyak DOD yang layak untuk dijual maka bisa dikatakan penetasan yang dilakukan sudah berhasil. Setiap ekor DOD yang keluar dari mesin tetas dinilai kualitasnya dan diberi skor. Skor untuk DOD layak jual yaitu diatas 90, jika dibawah 90 maka DOD tidak layak untuk dijual. Tabel 4. Salable Duckling Itik Cihateup pada Lama Pencampuran Jantan dan Betina yang Berbeda Lama Pencampuran 6 Jam/Hari 12 Jam/Hari Rata rata Skor 99,83 100 Simpangan Baku 1,01 0 Koefisien Variasi 1,01 0 Pendugaan Skor 99,45 μ 100,21 100 Salable Duckling 100% 100% Dapat dikatakan bahwa kualitas DOD itik Rambon, baik pada pencampuran 6 jam per hari maupun 12 jam per hari adalah baik karena rata-rata mendapat skor diatas 90. Berdasarkan perolehan skor tersebut, maka persentase Salable Duckling hasil penetasan telur itik Rambon pada pencampuran selama 6 jam per hari dan 12 jam per hari adalah 100 persen, demikian juga dengan persentase Salable Duckling itik Cihateup pada pencampuran selama 6 jam per hari maupun 12 jam per hari yaitu sebesar 100 persen. Kualitas DOD dipengaruhi oleh kualitas telur yang akan ditetaskan dan kualitas mesin tetas. Sesuai dengan pernyataan Deeming (1995) bahwa kualitas anak ayam berhubungan dengan beberapa faktor, seperti kualitas inkubator, lingkungan inkubasi dan karakteristik 6

telur. Perkembangan embrio yang baik pada masa inkubasi akan menghasilkan anak itik dengan kualitas yang baik pula. Pada masa inkubasi perkembangan embrio didukung oleh kualitas sperma dari itik jantan, karena hanya sperma berkualitas baik yang mampu bertahan di dalam saluran reproduksi betina sampai terjadi pembuahan, sedangkan spermatozoa abnormal dan mati tidak dapat mencapai daerah utero-vaginal junction (Bakst dan Brillard, 1990). Penilaian mulai dari kelincahan DOD, ditandai dengan respon sensitif dan kesigapan untuk berdiri kembali ketika dijatuhkan. DOD dengan aktivitas yang buruk tidak layak jual, karena DOD yang lemah tidak akan lama bertahan hidup. Penampilan DOD yang baru keluar dari mesin tetas dilihat dari kebersihan dan kekeringannya, jika DOD sudah bersih dan kering maka dianggap memenuhi syarat jual. Sedangkan DOD yang masih basah dan kotor penampilannya dianggap kurang baik. Bulu yang basah dan kotor dapat mempengaruhi kesehatan, karena DOD sangat rentan terhadap penyakit. DOD dengan mata sayu atau redup juga tidak layak jual. Kaki DOD layak jual harus normal, tidak ada yang terinfeksi atau cacat. SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian, diduga bahwa daya tetas itik Rambon pada lama pencampuran 6 jam/hari adalah 34,08 57,98 % dan pada lama pencampuran 12 jam/hari adalah 23,10 51,02 %. Daya tetas itik Cihateup pada lama pencampuran 6 jam/hari adalah 24,83 42,15 % dan pada lama pencampuran 12 jam/hari adalah 5,79 36,17 %. Sementara itu, salable duckling itik Rambon dan Cihateup pada lama pencampuran 6 jam/hari dan 12 jam/hari semua layak jual. UCAPAN TERIMAKASIH Terimakasih penulis sampaikan kepada pihak Fakultas yang telah mendanai penelitian ini dalam program Penelitian Swadana Fakultas 2015 yang berjudul Evaluasi Produksi, Fertilitas dan Karakteristik Hasil Tetas Telur Itik Rambon pada Lama Pencampuran Jantan dan Betina yang Berbeda diketuai oleh Indrawati Yudha Asmara, S.Pt., M.Si., Ph.D yang beranggotakan Dr. Ir. Hj. Siti Wahyuni HS, MS. serta Dr. Ir. Iwan Setiawan, DEA. 7

DAFTAR PUSTAKA Badan Pusat Statistik. 2014. Populasi Unggas Menurut Provinsi dan Jenis Unggas. [Online]. ww.bps.go.id/linktabelstatis/view/id/1506 (diakses pada tanggal 17 September 2015, jam 16:41 WIB) Bakst, M.R and J. P. Brillard. 1990. Sperm Transport and Selection in the Turkey Oviduct. In : Control of Fertility in Domestic Birds. Ed. INRA. Tours France. Deeming, D. C. 1995. What is Chick Quality? World s Poultry Science Journal 11:20-23. King ori, A. M. 2011. Review of The Factors That Influence Egg Fertility and Hatchability in Poultry. International Journal of Poultry Science 10(6): 483-492. Litbang Peternakan. 2014. Itik Rambon, Itik Lokal dari Cirebon. [Online]. http://peternakan.litbang.pertanian.go.id/index.php?option=com_content&view=article &id=4587:itik-rambon-itik-lokal-dari-cirebon. (diakses pada tanggal 8 September 2015, jam 16:02 WIB) Narushin, V. G. and M. N. Romanov. 2002. Egg Physical Characteristics and Hatchability. World s Poultry Science Journal 58: 297-303. Permentan. 2014. Keputusan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor 425/Kpts/SR.120/3/2014 Tentang Penetapan Rumpun Itik Cihateup. Prasetyo, L. H., P. P. Ketaren, A. R. Setioko, A. Suparyanto, E. Juwarini, T. Susanti, dan S. Sopiyana. 2010. Panduan Budidaya dan Usaha Ternak Itik. Balai Penelitian Ternak Ciawi. Bogor. Setiawan, I., A. Anang, E. Sujana, dan H. Indrijani. 2014. Karakteristik Telur Tetas Itik Cihateup Generasi-1 (G 1 ) yang Dipelihara pada Kondisi Minim Air. Seminar Nasional Peternakan Berkelanjutan ke VI. Fakultas Peternakan. Universitas Padjadjaran. jatinangor, 18 November 2014. Setioko, A.R, T. Susanti, L.H. Prasetyo, dan Supriyadi. 2004. Produktivitas Itik Alabio dan MA dalam Sistem Perbibitan Di BPTU Pelaihari. Di dalam; IPTEK Sebagai Motor Penggerak Pembangunan Sistem dan Usaha Agribisnis Peternakan Prosd. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner; Bogor, 4-5 Agustus 2004. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Bogor. 8