KARAKTERISTIK HASIL TETAS TELUR ITIK RAMBON DAN CIHATEUP PADA LAMA PENCAMPURAN JANTAN DAN BETINA YANG BERBEDA CHARACTERISTICS OF HATCHING EGGS OF RAMBON AND CIHATEUP DUCKS AT DIFFERENT MEETING DURATION BETWEEN MALE AND FEMALES Mu min*, Indrawati Yudha Asmara**, Siti Wahyuni H.S.** Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran Jl. Raya Bandung Sumedang KM. 21 Jatinangor 45363 *Alumni Fakultas Peternakan Unpad Tahun 2016 **Staff Pengajar Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran e-mail: mumin.albantani24@gmail.com atau minmumin21@yahoo.co.id ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik hasil tetas telur itik Rambon dan Cihateup pada lama pencampuran jantan dan betina yang berbeda berdasarkan persentase daya tetas dan salable duckling. Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari sampai Maret 2016 di Local Ducks Breeding and Production Station, Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran menggunakan satu mesin tetas. Penelitian ini menggunakan metode eksploratif, data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif kuantitatif. Telur yang ditetaskan berasal dari itik Rambon dan Cihateup dengan masing-masing lama pencampuran antara jantan dan betina 6 jam/hari dan 12 jam/hari, dengan perbandingan jantan dan betina 1:5. Hasil penelitian menunjukan nilai pendugaan daya tetas telur itik Rambon pada lama pencampuran 6 jam/hari dan 12 jam/hari masing-masing adalah 34,08 57,98 % dan 23,10 51,02 %, dan telur itik Cihateup yaitu 24,83 42,15 % dan 5,79 36,17 %. Sementara, salable duckling itik Rambon dan Cihateup pada lama pencampuran 6 jam/hari maupun 12 jam/hari adalah 100%. Kata kunci : daya tetas, salable duckling, itik Rambon, itik Cihateup, lama pencampuran. ABSTRACT This research aims to determine the characteristics of hatching eggs of Rambon and Cihateup ducks on different meeting duration based on the percentage hatchability and salable duckling. The research was conducted from January to March 2016 at Local Ducks - Breeding and Production Station, Faculty of Animal Husbandry, Padjadjaran University. Explorative method was used in this research, obtained data were descriptive analyzed. Hatching eggs derived from Rambon and Cihateup ducks with each meeting duration between males and females 6 hours/day and 12 hours/day, in sex ratio of 1:5. The results showed the hatchability of Rambon ducks eggs on meeting duration 6 hours/day and 12 hours/day, respectively are 34.08 57.98 % and 23.10 51.02 % while the hatchability of Cihateup ducks are 24.83 42.15 % and 5.79 36.17 %. Meanwhile similar salable duckling obtained from both Rambon and Cihateup ducks which are 100%. Keywords: hatchability, salable duckling, Rambon ducks, Cihateup ducks, meeting duration. 1
PENDAHULUAN Pertambahan penduduk Indonesia yang meningkat perlu didukung oleh pemenuhan kebutuhan protein hewani. Itik merupakan satu komoditas ternak yang dimanfaatkan sebagai penghasil protein hewani berupa telur dan daging. Itik telah banyak dipelihara masyarakat karena dengan pemeliharaan intensif sangat menguntungkan. Populasi ternak itik, terutama itik lokal di Indonesia dari tahun ke tahun semakin meningkat, didukung oleh terbukanya pasar produk itik. Badan Pusat Statistik mencatat angka sementara populasi ternak itik pada tahun 2014 sebanyak 52.775.000 ekor. Peningkatan produksi itik lokal masih sangat mungkin untuk dilakukan, mengingat pemenuhan kebutuhan daging itik yang berasal dari itik jantan dan betina afkir masih terbatas. Terdapat beberapa jenis itik lokal yang telah dikembangkan, diantaranya yaitu itik Rambon dan Cihateup. Itik Rambon merupakan rumpun itik lokal dari Cirebon hasil persilangan antara Itik Tegal dengan Itik Magelang. Itik ini banyak terdapat di Jawa Barat, terutama di daerah Cirebon. Selain itu, banyak juga terdapat di Indramayu, Majalengka, Kuningan, Subang, Karawang, Bekasi dan Banten (Litbang Peternakan, 2014). Itik Cihateup merupakan itik lokal Indonesia yang berasal dari Kabupaten Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat. Itik Cihateup dijadikan sebagai penghasil telur yang unggul dengan produktivitasnya sangat tinggi, selain itu dapat dijadikan sebagai komoditas penghasil daging yang baik. Sebaran itik Cihateup meliputi Kabupaten Tasikmalaya, Garut, Majalengka, Bandung, Subang dan Ciamis di Provinsi Jawa Barat (Permentan, 2014) Keberhasilan beternak itik dapat dinilai berdasarkan produktivitasnya yang tinggi. Produktivitas seekor ternak dipengaruhi oleh mutu bibit, kualitas dan kuantitas pakan serta manajemen pemeliharaan. Produksi telur itik selain ditujukan untuk telur konsumsi juga sebagai telur tetas untuk mendapatkan bibit. Pemeliharaan itik dengan tujuan menghasilkan telur konsumsi tidak memerlukan adanya itik pejantan sedangkan untuk memperoleh telur tetas dibutuhkan adanya itik jantan (Prasetyo dkk., 2010). Keberhasilan penetasan telur itik ditandai dengan daya tatas tinggi dan salable duckling atau anak itik layak jual yang tinggi. Telur yang ditetaskan hanya telur-telur yang fertil. Fertilitas telur sangat dipengaruhi oleh rasio antara jantan dan betina serta lamanya bercampur. Penelitian tentang lama 2
pencampuran itik jantan dan betina terutama dalam kondisi minm air belum banyak dilakukan, maka dari itu penulis akan melakukan penelitian mengenai Karakteristik Hasil Tetas Telur Itik Rambon dan Cihateup pada Lama Pencampuran Jantan dan Betina yang Berbeda. BAHAN DAN METODE Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah telur Itik Rambon dan Cihateup yang diperoleh dari pencampuran jantan dan betina selama 6 jam/hari dan 12 jam/hari. Itik yang digunakan berumur 7 bulan terdiri dari itik Rambon (20 ekor betina dan 4 ekor jantan) dan Itik Cihateup (20 ekor betina dan 4 ekor jantan). Kandang yang digunakan adalah kandang postal model FI-1/5 (Setiawan dkk., 2014). Model kandang ini memiliki masing-masing satu flok kandang yang diisi oleh 1 ekor jantan dan 5 ekor betina dengan fasilitas ruangan reproduksi (tempat bercampurnya jantan dan betina) dan ruangan istirahat sekaligus tempat untuk bertelur secara individual untuk setiap ekor betina (Ilustrasi 1). B1 B2 B3 B4 B5 JB Ilustrasi 1. Bentuk Kandang Postal Model FI-1/5 Keterangan : B1 B5 = Ruang istirahat dan tempat bertelur setiap ekor Itik Betina. JB = Tempat bercampurnya jantan dan betina dan ruang istirahat untuk jantan. Data yang diperoleh setelah penetasan yaitu daya tetas dan salable duckling diolah dengan menggunakan analisis deskriptif kuantitatif yaitu dengan mencari nilai rata-rata, simpangan baku, koefisien variasi dan pendugaan parameter dengan alat bantu berupa kalkulator. 3
HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Daya Tetas Telur Itik Rambon dan Cihateup pada Lama Pencampuran Jantan dan Betina yang Berbeda Daya tetas telur itik Rambon dan Cihateup pada penelitian ini disajikan pada Tabel 1 dan 2. Berdasarkan sampel yang diteliti didapatkan daya tetas telur itik Rambon pada pencampuran jantan dan betina selama 6 jam per hari sebesar 46,03±15,86 %, sedangkan pada lama pencampuran 12 jam per hari 37,06±18,53 %. Setelah dilakukan analisis, diduga bahwa daya tetas itik Rambon pada pencampuran jantan dan betina selama 6 jam per hari adalah 34,08 57,98 % dan pada lama pencampuran 12 jam per hari adalah 23,10 51,02 %. Tabel 1. Daya Tetas Telur Itik Rambon pada Lama Pencampuran Jantan dan Betina yang Berbeda Lama Pencampuran 6 Jam/Hari 12 Jam/Hari %... Rata rata 46,03 37,06 Simpangan Baku 15,86 18,53 Koefisien Variasi 34,45 50,01 Pendugaan Daya Tetas 34,08 μ 57,98 23,10 μ 51,02 Rataan daya tetas sampel itik Cihateup pada lama pencampuran 6 jam per hari adalah 33,49±11,50 %, sedangkan pada lama pencampuran 12 jam per hari adalah 20,98±20,16 %. Diduga bahwa daya tetas itik Cihateup pada lama pencampuran 6 jam per hari berkisar antara 24,83 42,15 % dan pada lama pencampuran 12 jam per hari antara 5,79 36,17 %. Tabel 2. Daya Tetas Telur Itik Cihateup pada Lama Pencampuran Jantan dan Betina yang Berbeda Lama Pencampuran 6 Jam/Hari 12 Jam/Hari...%... Rata rata 33,49 20,98 Simpangan Baku 11,50 20,16 Koefisien Variasi 34,34 96,09 Pendugaan Daya Tetas 24,83 μ 42,15 5,79 μ 36,17 4
Hal ini terjadi dimungkinkan karena pada pencampuran jantan dan betina selama 6 jam per hari, itik betina memiliki waktu istirahat yang lebih lama dan tidak diganggu oleh pejantan dalam proses memproduksi telur, dan juga memberikan kesempatan terhadap sperma yang sudah ada dalam alat reproduksi betina agar berhasil membuahi sehingga menghasilkan telur dengan calon embrio yang berkualitas baik. Menurut King ori (2011) salah satu faktor yang mempengaruhi daya tetas adalah kualitas telur yang akan ditetaskan. Narushin dan Romanov (2002) menambahkan bahwa karakteristik fisik telur memiliki peran penting dalam proses perkembangan embrio dan keberhasilan penetasan. Selain itu, pejantan dengan lama pencampuran 6 jam per hari juga mendapatkan waktu istirahat yang lebih lama untuk memulihkan stamina dan memproduksi sperma berkualitas yang normal dan tidak mati. Pada pencampuran jantan dan betina selama 12 jam per hari, itik jantan maupun betina memiliki waktu yang lebih sedikit untuk beristirahat. Sesuai pernyataan Bakst dan Brillard (1990) bahwa spermatozoa abnormal dan mati tidak dapat mencapai daerah utero-vaginal junction. Setioko dkk., (2004) menambahkan bahwa spermatozoa yang tertinggal dalam oviduct dalam waktu lama dan kapasitas sperma yang rendah fertilitasnya dapat mengakibatkan kematian embrio atau embrio cacat. 2. Salable Duckling Itik Rambon dan Cihateup pada Lama Pencampuran Jantan dan Betina yang Berbeda Salable Duckling yang diperoleh dari hasil penetasan selama penelitian disajikan pada Tabel 3 dan 4. Berdasarkan hasil analisis, rataan skor yang diperoleh untuk DOD itik Rambon pada pencampuran jantan dan betina selama 6 jam per hari adalah 100 dan pada pencampuran selama 12 jam per hari yaitu 99,84. DOD hasil penetasan telur itik Cihateup pada pencampuran jantan dan betina selama 6 jam per hari maupun 12 jam per hari adalah baik, dengan perolehan rataan skor 99,83 (6 jam per hari) dan 100 (12 jam per hari). 5
Tabel 3. Salable Duckling Itik Rambon pada Lama Pencampuran Jantan dan Betina yang Berbeda Lama Pencampuran 6 Jam/Hari 12 Jam/Hari Rata rata Skor 100 99,84 Simpangan Baku 0 0,98 Koefisien Variasi 0 0,98 Pendugaan Skor 100 99,48 μ 100,20 Salable Duckling 100% 100% Kualitas Day Old Duckling (DOD) hasil penetasan menentukan jumlah DOD yang layak untuk dijual. Semakin banyak DOD yang layak untuk dijual maka bisa dikatakan penetasan yang dilakukan sudah berhasil. Setiap ekor DOD yang keluar dari mesin tetas dinilai kualitasnya dan diberi skor. Skor untuk DOD layak jual yaitu diatas 90, jika dibawah 90 maka DOD tidak layak untuk dijual. Tabel 4. Salable Duckling Itik Cihateup pada Lama Pencampuran Jantan dan Betina yang Berbeda Lama Pencampuran 6 Jam/Hari 12 Jam/Hari Rata rata Skor 99,83 100 Simpangan Baku 1,01 0 Koefisien Variasi 1,01 0 Pendugaan Skor 99,45 μ 100,21 100 Salable Duckling 100% 100% Dapat dikatakan bahwa kualitas DOD itik Rambon, baik pada pencampuran 6 jam per hari maupun 12 jam per hari adalah baik karena rata-rata mendapat skor diatas 90. Berdasarkan perolehan skor tersebut, maka persentase Salable Duckling hasil penetasan telur itik Rambon pada pencampuran selama 6 jam per hari dan 12 jam per hari adalah 100 persen, demikian juga dengan persentase Salable Duckling itik Cihateup pada pencampuran selama 6 jam per hari maupun 12 jam per hari yaitu sebesar 100 persen. Kualitas DOD dipengaruhi oleh kualitas telur yang akan ditetaskan dan kualitas mesin tetas. Sesuai dengan pernyataan Deeming (1995) bahwa kualitas anak ayam berhubungan dengan beberapa faktor, seperti kualitas inkubator, lingkungan inkubasi dan karakteristik 6
telur. Perkembangan embrio yang baik pada masa inkubasi akan menghasilkan anak itik dengan kualitas yang baik pula. Pada masa inkubasi perkembangan embrio didukung oleh kualitas sperma dari itik jantan, karena hanya sperma berkualitas baik yang mampu bertahan di dalam saluran reproduksi betina sampai terjadi pembuahan, sedangkan spermatozoa abnormal dan mati tidak dapat mencapai daerah utero-vaginal junction (Bakst dan Brillard, 1990). Penilaian mulai dari kelincahan DOD, ditandai dengan respon sensitif dan kesigapan untuk berdiri kembali ketika dijatuhkan. DOD dengan aktivitas yang buruk tidak layak jual, karena DOD yang lemah tidak akan lama bertahan hidup. Penampilan DOD yang baru keluar dari mesin tetas dilihat dari kebersihan dan kekeringannya, jika DOD sudah bersih dan kering maka dianggap memenuhi syarat jual. Sedangkan DOD yang masih basah dan kotor penampilannya dianggap kurang baik. Bulu yang basah dan kotor dapat mempengaruhi kesehatan, karena DOD sangat rentan terhadap penyakit. DOD dengan mata sayu atau redup juga tidak layak jual. Kaki DOD layak jual harus normal, tidak ada yang terinfeksi atau cacat. SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian, diduga bahwa daya tetas itik Rambon pada lama pencampuran 6 jam/hari adalah 34,08 57,98 % dan pada lama pencampuran 12 jam/hari adalah 23,10 51,02 %. Daya tetas itik Cihateup pada lama pencampuran 6 jam/hari adalah 24,83 42,15 % dan pada lama pencampuran 12 jam/hari adalah 5,79 36,17 %. Sementara itu, salable duckling itik Rambon dan Cihateup pada lama pencampuran 6 jam/hari dan 12 jam/hari semua layak jual. UCAPAN TERIMAKASIH Terimakasih penulis sampaikan kepada pihak Fakultas yang telah mendanai penelitian ini dalam program Penelitian Swadana Fakultas 2015 yang berjudul Evaluasi Produksi, Fertilitas dan Karakteristik Hasil Tetas Telur Itik Rambon pada Lama Pencampuran Jantan dan Betina yang Berbeda diketuai oleh Indrawati Yudha Asmara, S.Pt., M.Si., Ph.D yang beranggotakan Dr. Ir. Hj. Siti Wahyuni HS, MS. serta Dr. Ir. Iwan Setiawan, DEA. 7
DAFTAR PUSTAKA Badan Pusat Statistik. 2014. Populasi Unggas Menurut Provinsi dan Jenis Unggas. [Online]. ww.bps.go.id/linktabelstatis/view/id/1506 (diakses pada tanggal 17 September 2015, jam 16:41 WIB) Bakst, M.R and J. P. Brillard. 1990. Sperm Transport and Selection in the Turkey Oviduct. In : Control of Fertility in Domestic Birds. Ed. INRA. Tours France. Deeming, D. C. 1995. What is Chick Quality? World s Poultry Science Journal 11:20-23. King ori, A. M. 2011. Review of The Factors That Influence Egg Fertility and Hatchability in Poultry. International Journal of Poultry Science 10(6): 483-492. Litbang Peternakan. 2014. Itik Rambon, Itik Lokal dari Cirebon. [Online]. http://peternakan.litbang.pertanian.go.id/index.php?option=com_content&view=article &id=4587:itik-rambon-itik-lokal-dari-cirebon. (diakses pada tanggal 8 September 2015, jam 16:02 WIB) Narushin, V. G. and M. N. Romanov. 2002. Egg Physical Characteristics and Hatchability. World s Poultry Science Journal 58: 297-303. Permentan. 2014. Keputusan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor 425/Kpts/SR.120/3/2014 Tentang Penetapan Rumpun Itik Cihateup. Prasetyo, L. H., P. P. Ketaren, A. R. Setioko, A. Suparyanto, E. Juwarini, T. Susanti, dan S. Sopiyana. 2010. Panduan Budidaya dan Usaha Ternak Itik. Balai Penelitian Ternak Ciawi. Bogor. Setiawan, I., A. Anang, E. Sujana, dan H. Indrijani. 2014. Karakteristik Telur Tetas Itik Cihateup Generasi-1 (G 1 ) yang Dipelihara pada Kondisi Minim Air. Seminar Nasional Peternakan Berkelanjutan ke VI. Fakultas Peternakan. Universitas Padjadjaran. jatinangor, 18 November 2014. Setioko, A.R, T. Susanti, L.H. Prasetyo, dan Supriyadi. 2004. Produktivitas Itik Alabio dan MA dalam Sistem Perbibitan Di BPTU Pelaihari. Di dalam; IPTEK Sebagai Motor Penggerak Pembangunan Sistem dan Usaha Agribisnis Peternakan Prosd. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner; Bogor, 4-5 Agustus 2004. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Bogor. 8