HATCH PERIOD AND WEIGHT AT HATCH OF LOCAL DUCK (Anas sp.) BASED ON DIFFERENCE OF INCUBATOR HUMIDITY SETTING AT HATCHER PERIOD

Transkripsi

1 LAMA MENETAS DAN BOBOT TETAS TELUR ITIK LOKAL (Anas sp.) BERDASARKAN PERBEDAAN KELEMBABAN MESIN TETAS PADA PERIODE HATCHER HATCH PERIOD AND WEIGHT AT HATCH OF LOCAL DUCK (Anas sp.) BASED ON DIFFERENCE OF INCUBATOR HUMIDITY SETTING AT HATCHER PERIOD Aditya Rinaldy Pratama*, Dani Garnida**, Tuti Widjastuti** Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran, Jalan Raya Bandung Sumedang KM 21 Sumedang *Alumni Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran Tahun 2016 **Staf Pengajar Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran Abstrak Kelembaban merupakan faktor penting dalam proses penetasan telur itik terutama pada periode hatcher. Perubahan kelembaban pada periode hatcher dapat mempengaruhi proses perkembangan anak itik untuk menetas. Penelitian dilakukan untuk mengetahui perbedaan lama menetas dan bobot tetas itik lokal (Anas sp.) berdasarkan perbedaan kelembaban mesin tetas pada periode hatcher. Penelitian dilaksanakan pada tanggal 25 Maret 23 April 2016 di Laboratorium Produksi Ternak Unggas Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran. Bobot telur gram. Penelitian menggunakan analisis deskriptif kuantitatif dengan tiga perbedaan kelembaban mesin tetas di hatcher yaitu kelembaban 70% (K1), kelembaban 75% (K2), serta kelembaban 80% (K3). Hasil penelitian menunjukkan bahwa lama menetas rata-rata pada kelembaban 70% adalah 655,8 jam, kelembaban 75% adalah 647,2 jam dan kelembaban 80% adalah 672 jam, serta persentase bobot tetas rata-rata pada kelembaban 70% adalah 66,13%, kelembaban 75% adalah 66,17% dan kelembaban 80% adalah 67,45%. Kata kunci : Lama menetas, Bobot tetas, Kelembaban mesin tetas, telur itik lokal, periode hatcher Abstract Humidity is an important factor in the process of hatching eggs of ducks mainly in the phase hatcher. Changes in humidity in the phase hatcher can be affected to the process of embryonic development ducks. The research was held to determine differences in hatch period and weight at hatch of local ducks (Anas sp.) at hatcher period based on the pattern of the incubator humidity setting. The research was held on Maret 25 to April 23, 2016 in the Laboratory of the Poultry Production Faculty of Animal Husbandry Padjadjaran University. The weight is 54 to 79 grams. Research using the analisis quantitative descriptive with three setting patterns incubator humidity. Humidity 70% (K1), humidity 75% (K2), and humidity 80% (K3). Result of the reaserch is hatch period at humidity 70% is 655,8 hours, humidity 75% is 647,2 hours and humidity 80% is 672 hours. And weight at hatch at humidity 70% is 66,13%, humidity 75% is 66,17% and humidity 80% is 67,45%. Keywords : hatch period, weight at hatch, humidity in incubator, local duck egg, Hatcher period Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran 1

2 PENDAHULUAN Di Indonesia itik lokal sudah mulai dikembangkan dan dikenal banyak masyarakat sebagai pemenuhan kebutuhan protein hewani. Itik lokal memiliki tingkat mortalitas yang rendah dan tahan terhadap penyakit, sehingga mudah untuk dikembangbiakkan. Kebanyakan itik lokal di Indonesia sudah kehilangan sifat mengeram, sehingga dibutukan penetasan secara buatan. Penetasan itik dengan mesin tetas pada prinsipnya menyediakan lingkungan yang sesuai untuk perkembangan embrio (calon anak), yaitu meniru sifat-sifat induk yang mengerami telur, yakni penyesuaian temperatur tubuh induk, kelembaban dan kebiasaan induk membalik-balikkan telur yang dierami. Kelembaban yang sesuai membuat perkembangan embrio optimal. Kelembaban terlalu tinggi atau terlalu rendah menyebabkan kegagalan dalam penetasan. Hal ini terjadi karena perkembangan embrio terhambat menyebabkan kematian pada masa penetasan dan hasil tetasan yang lemah. Selama dalam inkubasi telur akan mengalami proses penyusutan bobot karena adanya penguapan dalam inkubator. Proses penguapan telur mengurangi kadar air embrio dan akibatnya akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan embrio. Penguapan air dapat dimanipulasi dengan mengatur kelembaban di mesin tetas. Kelembaban yang rendah berpengaruh terhadap waktu telur untuk menetas. Proses penguapan yang tinggi, embrio akan membutuhkan waktu lebih lama untuk menetas, karena proses metabolismenya terhambat. Berdasarkan penjelasan diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai Lama Menetas dan Bobot Tetas Itik Lokal (Anas sp.) Berdasarkan Perbedaan Kelembaban Mesin Tetas Pada Periode Hatcher. BAHAN DAN METODE 1. Bahan Penelitian Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah telur tetas Itik Lokal berasal dari Desa Padjadjaran Kabupaten Cimahi Provinsi Jawa Barat. Jumlah telur tetas Itik lokal yang diperoleh sebanyak 600 butir hasil pengumpulan secara bertahap selama 3 hari produksi dari induk dan sistem pemeliharaan yang sama. Telur yang digunakan untuk penelitian sebanyak 600 butir dengan bobot telur minimal 60 gram, bentuk dan kerabang telur normal. Telur tersebut telah diseleksi berdasarkan kebersihan dan keutuhan telur. Alat yang digunakan dalam penelitian adalah mesin tetas otomatis, alat tulis, kalkulator, timbangan digital, jam tangan, kamera, tissue dan lap. Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran 2

3 2. Metode Penelitian menggunakan metode deskriptif kuantitatif. Variabel yang diamati dalam penelitian lama menetas dan bobot tetas. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Lama Menetas Masa inkubasi bisa lebih lama atau lebih singkat tergantung pada lingkungan sekitar telur seperti kelembaban. Kelembaban dapat mempengaruhi percepatan laju perkembangan embrio akibat laju metabolisme yang berlangsung lebih cepat. Kelembaban yang stabil mempengaruhi proses pipping embrio sehingga dapat mempercepat waktu menetas. Tabel 1. Lama Menetas Anak Itik Lokal (Anas Sp.) Berdasarkan Pola Pengaturan Kelembaban Mesin Tetas No Nilai K1 K2 K3 1 Rata-rata(jam) 655,8 647, Nilai Minimum(jam) Nilai Maksimum(jam) Simpangan Baku(jam) 7,84 11,03 6,67 5 Koefisien Variasi(%) 1,196 1,71 0,993 6 Pendugaan Parameter 0,529 2,60 3,63 7 Tingkat Kepercayaan 95% 655,5<µ<656,3 644,59<µ<649,8 668,37<µ<675,63 8 Pendugaan Parameter 0,7 3,42 4,76 9 Tingkat Kepercayaan 99% 656,5<µ<655,1 643,78<µ<650,62 667,24<µ<676,76 Keterangan : K-1 = kelembaban 70% K-2 = kelembaban 75% K-3 = kelembaban 80% Pada Tabel 1. Rentang lama penetas dalam penelitian ini adalah jam. Rataan lama menetas tertinggi sampai terendah berturut-turut adalah K2 adalah 647,2 jam, K1 selama 655,8 jam dan K3 selama 672 jam. Terdapat perbedaan lama menetas antar tiap mesin karena kelembaban yang berbeda-beda. Berdasarkan hasil penelitian Bagliacca dkk. (2003), lama masa inkubasi penetasan telur itik Pekin berdasarkan lama penyimpanan telur menunjukkan lama inkubasi pada penyimpanan 3 hari yaitu 27,91 hari (669,84 jam), dengan rentang lama menetas jam. Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran 3

4 Berdasarkan hasil pengamatan telur itik lokal ini sudah mulai menetas pada jam ke- 633 lebih tepatnya pada malam hari, dan pada jam ke-688 telur sudah tidak ada yang menetas. Pada kelembaban 75% di hatcher telur menetas lebih awal dibandingkan perlakuan yang lainnya. Telur yang tidak menetas setelah jam ke-688 karena kesulitan anak itik untuk memecahkan kerabang karena kelembaban yang tinggi. Kelembaban yang tinggi juga menyebabkan anak itik tenggelam didalam telur karena banyaknya kandungan uap air didalam telur, sehingga sulit untuk keluar dari kerabang. Kelembaban yang rendah juga berpengaruh terhadap telur tidak menetas, karena sulit melakukan pipping. Menurut Ahmad Salahi (2011) telur yang lambat menetas, karena proses metabolism lemak belum sempurna sehingga dibutuhkan waktu lebih lama untuk proses injeksi lipid. Daulay dkk. (2008) menambahkan jika kelembapan tidak optimal embrio tidak akan mampu memecahkan kerabang yang terlalu keras, namun kelembapan yang terlalu tinggi dapat menyebabkan air masuk ke pori-pori kerabang lalu terjadi penimbunan cairan di dalam telur. Akibatnya embrio tidak bisa bernafas dan mengalami kematian. 2. Persentase Bobot tetas Bobot tetas dapat dipengaruhi oleh penguapan telur selama penetasan. Telur yang mengalami penyusutan isi telur tinggi, maka bobot tetasnya akan kecil, untuk mencegah penyusutan isi telur yang berlebihan maka diperlukan kelembaban yang optimal. Kelembaban berguna sebagai menjaga kandungan air didalam telur agar tidak menguap terlalu banyak. Kelembaban udara dalam mesin tetas akan berpengaruh terhadap penyusutan isi telur selama penetasan. Apabila penyusutan isi telur terlalu tinggi karena kelembaban yang terlalu rendah maka akan mengakibatkan anak ayam yang dihasilkan kecil dan lemah karena mengalami dehidrasi. Akan tetapi, bila penyusutan terlalu rendah akibat kelembaban yang terlalu tinggi makan anak ayam dihasilkan terlalu besar dan abdomennya terlalu lembek (Suprijatna dkk., 2008). Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran 4

5 Tabel 2. Lama Menetas Anak Itik Lokal (Anas Sp.) Berdasarkan Pola Pengaturan Kelembaban Mesin Tetas No Nilai K1 K2 K3 1 Rata-rata(jam) 655,8 647, Nilai Minimum(jam) Nilai Maksimum(jam) Simpangan Baku(jam) 7,84 11,03 6,67 5 Koefisien Variasi(%) 1,196 1,71 0,993 6 Pendugaan Parameter 0,529 2,60 3,63 7 Tingkat Kepercayaan 95% 655,5<µ<656,3 644,59<µ<649,8 668,37<µ<675,63 8 Pendugaan Parameter 0,7 3,42 4,76 9 Tingkat Kepercayaan 99% 656,5<µ<655,1 643,78<µ<650,62 667,24<µ<676,76 Keterangan : K-1 = kelembaban 70% K-2 = kelembaban 75% K-3 = kelembaban 80% Pada Tabel 2. rataan persentase bobot tetas tertinggi sampai terendah berturut-turut adalah pada K3 sebesar 67,45%, pada K2 sebesar 66,17% dan pada K1 sebesar 66,13%. Rataan persentase bobot tetas pada Tabel 2. masih dalam kondisi normal sesuai dengan pernyataan Reddy (1980) bobot telur yang ditetaskan sangat berpengaruh pada bobot tetas, karena persentase bobot tetas yang normal adalah 61-76% dari bobot telur sebelum di inkubasi. Perbedaan persentase bobot tetas dipengaruhi oleh kelembaban selama proses inkubasi. Data hasil penelitian rata-rata persentase bobot tetas berturut-turut kelembaban 70% sebesar 66,13 pada kelembaban 75% sebesar 66,17 dan pada kelembaban 80% sebesar 67,45, selanjutnya dianalisis menggunakan pendugaan parameter (μ). Rataan interval pendugaan parameter dengan kepercayaan 95% menunjukkan persentase bobot tetas anak itik lokal pada kelembaban 70% memiliki interval antara batas bawah 66,05 dan batas atas 66,21 atau sebesar 0,078, sedangkan rataan interval pendugaan parameter dengan kepercayaan 99% menunjukkan batas bawah 65,11 dan batas atas 67,15 atau sebesar 1,023. Rataan interval pendugaan parameter dengan kepercayaan 95% menunjukkan persentase bobot tetas anak itik lokal pada kelembaban 75% memiliki interval antara batas bawah 65,76 dan batas atas 66,58 atau sebesar 0,409, sedangkan rataan interval pendugaan Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran 5

6 parameter dengan kepercayaan 99% menunjukkan batas bawah 65,63 dan batas atas 66,11 atau sebesar 0,537. Rataan interval pendugaan parameter dengan kepercayaan 95% menunjukkan persentase bobot tetas anak itik lokal pada kelembaban 80% memiliki interval antara batas bawah 64,93 dan batas atas 67,97 atau sebesar 1,52, sedangkan rataan interval pendugaan parameter dengan kepercayaan 99% menunjukkan batas bawah 64,46 dan batas atas 68,44 atau sebesar 1,99. Hal ini menunjukkan bahwa pada tingkat kepercayaan 95% rata-rata persentase bobot tetas anak itik lokal antara 66,05 hingga 67,97, dan untuk tingkat kepercayaaan 99% rata-rata shape index telur seluruh populasi antara 64,46 hingga 68,44. Dari data terlihat bahwa, dengan tingkat kepercayaan 99% menunjukkan nilai interval pendugaan lebih luas dibandingkan tingkat kepercayaan 95%. Sesuai dengan pendapat Sudjana (2005) yang menyatakan bahwa makin besar jarak interval maka makin percaya tentang kebenaran penaksiran yang dilakukan. Berdasarkan pendugaan parameter persentase bobot tetas anak itik lokal menunjukkan susut yang normal KESIMPULAN Kesimpulan yang didapat dari hasil penelitian yang telah dilakukan adalah: Pada kelembaban 70% rata-rata lama menetas anak itik adalah 655,8 jam dengan nilai simpangan baku 7,84 jam dan koefisien variasi 1,196%. Persentase bobot tetas rata-rata 66,13%, dengan simpangan baku 2,57% dan koefisien variasi 3,89%. Pada kelembaban 75% rata-rata lama menetas anak itik adalah 647,2 jam dengan nilai simpangan baku 11,03 jam dan koefisien variasi 1,71%. Persentase bobot tetas rata-rata 66,17% dengan simpangan baku 1,73% dan koefisien variasi 2,62%. Pada kelembaban 80% rata-rata lama menetas anak itik adalah 672 jam dengan nilai simpangan baku 6,67 jam dan koefisien variasi 0,99%. Persentase bobot tetas rata-rata 67,45%, dengan simpangan baku 2,97% dan koefisien variasi 4,15%.. SARAN Memperhatikan kelembaban pada penetasan perlu di perhatikan. Untuk mendapatkan lama menetas dan persentase bobot tetas yang optimal sebaiknya menggunakan kelembaban mesin tetas 55% (Hari 1-14), 65% (hari 15-25) dan 75% (hari 26-28). Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran 6

7 UCAPAN TERIMA KASIH Ucapan terima kasih disampaikan kepada dosen pembimbing utama Ir Dani Garnida MS. Dan dosen pembimbing anggota Prof. Dr. Ir. Tuti Widjastuti, MS. yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan serta pengarahan sehingga penelitian ini dapat berjalan dengan baik. DAFTAR PUSTAKA Bagliacca, M., M.Marzoni dan G. Paci Effect of Egg Weight Categories Storage Time and Storage Temperature on Incubation Length in Pekin Duck Egg. Departement of Animal Production. Pisa University. Daulay, A. H., S. Aris, dan A. Salim Pengaruh umur dan frekuensi pemutaran terhadap daya tetas dan mortalitas telur ayam arab (Galus turcicus). Jurnal Agribisnis Peternakan Volume 1 Nomor 4. Reddy, C. V Nutrition and Hatchability. Poultry Int. Vol ; Salahi Ahmad, S. N. Mousavir, F. Fourodi, M. M. Khasibi, and M. Norozi Effect of in ovo Injection of Butyric Acid in Broiler Breeder Eggs on Hatching Parameters, Chick Quality and Performance. Global Veteriner 7 (5) Sudjana Metode Statistika. Tarsito, Bandung. Suprijatna, E., U, Atmomarsono, dan R. Kartasudjana Ilmu Dasar Ternak Unggas. Penebar Swadaya. Jakarta. Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran 7

8 LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING DAN PERNYATAAN PENULIS Yang bertanda tangan di bawah ini, saya: Nama : Aditya Rinaldy Pratama NPM : Judul Artikel : Lama Menetas dan Bobot tetas Telur Itik Lokal (Anas sp.) Berdasarkan Perbedaan Kelembaban Mesin Tetas Pada Periode Hatcher. Menyatakan bahwa artikel ini merupakan hasil penelitian penulis, data dan tulisan ini bukan hasil karya orang lain, ditulis dengan kaidah-kaidah ilmiah dan belum pernah dipublikasikan. Demikian pernyataan ini dibuat dengan sebenar-benarnya, tanpa tekanan dari pihak manapun. Penulis bersedia menanggung konsekuensi hukum apabila ditemukan kesalahan dalam pernyatan ini. Mengetahui, Pembimbing Utama Jatinangor, 27 Juni 2016 Penulis, Ir. Dani Garnida, MS Aditya Rinaldy Pratama Pembimbing Anggota Prof. Dr. Ir. Hj. Tuti Widjastuti, MS Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran 8