BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Belajar merupakan proses penting dari perubahan perilaku manusia dan mencakup segala sesuatu yang dipikirkan dan dikerjakannya (Anni, 2004). Belajar juga merupakan proses perolehan kemampuan yang berasal dari pengalaman (Slavin, 2005). Slameto (2003) memaparkan bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman dalam interaksi dengan lingkungan. Proses pembelajaran adalah suatu proses terjadinya interaksi antar pelajar dan pengajar dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran, yang berlangsung di lokasi tertentu dalam jangkauan waktu tertentu (Hamalik, 2006). Proses pembelajaran juga diartikan sebagai suatu kegiatan interaksi antara guru (pengajar) dan murid di mana akan diakhiri dengan evaluasi pembelajaran (Dimyati dan Mudjiono, 2006). Proses pembelajaran dalam suatu instansi pendidikan, akan terjadi berbagai macam interaksi sosial. Proses interaksi sosial yang paling utama 1
2 adalah interaksi antara peserta didik dan pendidiknya. Peserta didik atau anak didik adalah suatu komponen manusiawi yang menempati posisi sentral dalam proses belajar-mengajar. Sedangkan pendidik, adalah salah suatu komponen manusiawi yang ikut berperan aktif dalam dalam usaha pengembangan sumber daya manusia yang potensial di bidangnya (Slameto, 2003). Proses pembelajaran terdapat komponen yang saling mempunyai keterkaitan satu dengan yang lain, menurut Suryabrata (1989) alur pembelajaran bermula dari input, proses, output(hasil). Berdasarkan alur dari Suryabrata menjelaskan bahwa hasil pembelajaran / (output) ini sangat dipengaruhi oleh input (mahasiswa dan suasana pembelajaran) dan proses. Suasana pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat mempengaruhi proses pembelajaran mahasiswa. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi susana pembelajaran diantaranya faktor pribadi, lingkungan hingga institusi sebagai sarana penyedia layanan pendidikan (Njhuis,2006). Keberhasilan dalam belajar dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik faktor internal maupun eksternal. Faktor internal adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar, sedangkan faktor
3 eksternal adalah faktor yang berada di luar individu. Yang termasuk dalam faktor internal adalah: faktor jasmaniah (kesehatan), faktor psikologis (intelegensi, perhatian, minat, bakat, motivasi, dan kesiapan pemikiran), dan faktor rohani. Sedangkan yang termasuk faktor eksternal adalah faktor keluarga (orang tua, suasana rumah, dan keadaan ekonomi keluarga), faktor sekolah (metode pembelajaran, suasana kelas, dan relasi antara guru dan siswa), dan faktor masyarakat (kegiatan siswa dalam masyarakat, media massa, teman bergaul, dan bentuk kehidupan masyarakat) (Slameto,2003). Tenaga kesehatan merupakan ujung tombak dalam upaya peningkatan pelayanan kesehatan masyrakat. Menurut UU No. 6 Tahun 1963 Tentang Tenaga Kesehatan, yang termasuk dalam tenaga kesehatan adalah dokter, dokter gigi, apoteker, bidan, perawat, fisioterapis, penilik kesehatan, nutrisionis, serta tenaga kesehatan di bidang-bidang lainnya. Dalam menjalakan tugas sebagai tenaga kesehatan, tentu banyak kendala yang dihadapi, di antaranya adalah interprofessional learning atau biasa disebut pembelajaran antar profesi. Lorente (2006) menjelaskan bahwa interprofessional education adalah proses pembelajaran yang terjadi ketika dua atau lebih profesi
4 lainya yang belajar berdampingan dengan tujuan meningkatkan pelayanan. Namun di masyarakat, pengertian interprofessional education ini sering digunakan bergantian dengan multiprofessional education. Center for the Advancement of Profesional Education (CAIPE, 1997) mengungkapkan bahwa multiprofessional education adalah proses yang terjadi ketika dua atau lebih profesi yang berbeda belajar berdampingan untuk tujuan apapun. Dalam dua istilah ini sangat berkaitan dan perkembangan interprofessional education berasal dari multiprofesional education yang dikembangkan lebih dahulu karena adanya proses belajar mengajar antar profesi yang saling berkaitan untuk memahami peran dan tanggung jawab masing-masing profesi(lestari, 2011). Sebagai seorang tenaga kesehatan yang berada di pelayanan medis, akan selalu berhubungan dengan profesi-profesi lain. Misalnya, dokter akan selalu berkolaborasi dengan perawat, ahli gizi, dan ahli kesehatan masyarakat untuk menningkatkan mutu pelayanan dan kepuasan pasien, sehingga terjadi sistem pelayanan yang komprehensif. Interprofessional education adalah upaya untuk memberikan pengalaman mengenai cara berinteraksi dan
5 menghormati profesi lain serta komunikasi yang baik dan benar (Lestari, 2011). Jika pengalaman mengenai hubungan interprofessional dengan profesi lain tidak pernah diperoleh mahasiswa selama pendidikan, mereka akan mengalami ketidaksiapan dan membutuhkan penyesuaian waktu yang lama untuk bekerjasama dengan profesi lain (Lestari, 2011). Pittlo dan Ross (1998), Orchard et al.(2005), Ladema (2004) dan Horder (2000) berpendapat bahwa mengembangkan kultural interprofessional education yang dimulai dari jenjang pendidikan sangatlah penting. Penerapan interprofessional education yang bermutu adalah adanya suasana pembelajaran yang baik dan kondusif. Suasana pembelajaran merupakan pertimbangan utama sekolah kedokteran untuk melakukan pembaharuan dan memajukan kualitas sebagai institusi pendidikan dengan memberikan pelayanan yang bermanfaat. Demi mewujudkan tenaga kesehatan yang berkualitas, diperlukan adanya sistem pembelajaran yang komprehensif, kolaboratif, dan evaluasi berkelanjutan untuk calon tenaga kesehatan (Genn dan Harden, 1986). Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada (UGM) merupakan salah satu institusi pendidikan di Indonesia yang menghasilkan tenaga kesehatan yang profesional.
6 Program studi yang terdapat di Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada adalah Program Studi Pendidikan Dokter Reguler, Program Studi Pendidikan Dokter Internasional, Program Studi Ilmu Keperawatan, serta Program Studi Gizi Kesehatan (Panduan Akademik Program Sarjana, 2009). Fakultas Kedokteran UGM mempunyai misi pendidikan menjadi fakultas kedokteran terkemuka dengan meningkatkan mutu pendidikan, penelitian, dan pelayanan kesehatan melalui sistem yang terpadu dengan memafaatkan tenaga-tenaga profesional serta menerapkan manajemen yang efisien dan akuntabel, melalui inovasi pendidikan yang berkesinambungan dan implementasi evidence based medicine dalam kurikulum berbasis kompetensi menuju persaingan global (Panduan Akademik Program Sarjana, 2009). B. Rumusan Masalah Penelitian Berdasarkan penjelasan pada latar belakang di atas, didapatkan rumusan masalah yaitu bagaimanakah gambaran suasana pembelajaran pada pengembangan model Interprofessional Education untuk mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada angkatan 2011?
7 C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran suasana pembelajaran mahasiswa Fakultas kedokteran Universitas Gadjah Mada dalam pengembangan sistem pembelajaran model Interprofessional Education (IPE) untuk mahasiswa angkatan 2011. D. Manfaat Penelitian Dengan mengetahui suasana pembelajaran dalam penerapan model interprofessional education di mahasiswa Fakultas Kedokteran UGM 2011 diharapkan akan mendapat : 1. Gambaran suasana pembelajaran yang sudah dilakukan, mengidentifikasi suasana pembelajaran yang telah berlangsung, selanjutnya sebagai salah satu acuan, bahan pertimbangan, dan sebagai evaluasi perbaikan mutu bagi penyelenggara dan institusi pendidikan FK UGM untuk menyelenggarakan sistem pembelajaran berbasis kolaborasi antar program studi di FK UGM. 2. Perbaikan dalam proses belajar mengajar untuk mengoptimalkan suasana pembelajaran yang akan berlangsung selanjutnya di Fakultas Kedokteran UGM.
8 E. Keaslian Penelitian 1. Rahayu (2006) melakukan penelitian suasana pembelajaran pada mahasiswa ilmu keperawatan di Universitas Gadjah Mada menggunakan kuesioner DREEM. Penelitian tersebut mempunyai tujuan untuk mengevaluasi suasana pembelajaran yang ada di program studi Keperawatan di Fakultas Kedokteran UGM. Hasil dari penelitian tersebut adalah suasana pembelajaran di Program Studi Ilmu keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada adalah cukup memuaskan dan mengarah yang lebih baik, walaupun ada beberapa kriteria yang ada dalam instrument memerlukan perhatian. 2. Whittle et. al. (2007) dari University of Leeds, United Kingdom, melakukan penelitian berjudul DREEM and beyond; studies of the educational environment as a means for its enhancement. Penelitian tersebut menggunakan analisis kualitatif dengan kuesioner DREEM untuk mengevaluasi suasana pembelajaran pada mahasiswa tahun pertama sampai tahun kelima. Kuesioner tersebut dibagikan bersama dengan pertanyaan tentang saran untuk perubahan sistem pembelajaran kedokteran yang telah berlangsung. Setelah
9 kuesioner dianalisa, didapatkan beberapa pernyataan yang menjadi fokus utama yang akan diteliti lebih lanjut. Kemudian dilakukan Focus Group Discussion, kuesioner lanjutan via e-mail, dan pengenalan terhadap pelaporan kejadian stress. Persamaan dengan penelitian yang akan peneliti lakukan adalah instrumen penelitian yang digunakan, yaitu kuesioner DREEM. Perbedaannya adalah peneliti akan melakukan penelitian dengan analisis kuantitatif yang hanya menggunakan kuesioner. Sampel yang digunakan oleh peneliti adalah mahasiswa program studi Pendidikan Dokter Reguler dan Internasional, Gizi Kesehatan, dan Ilmu Keperawatan. 3. Sari (2008) melakukan penelitian berjudul Tingkat Persepsi Mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter FK UGM Terhadap Situasi Pembelajaran Studi Berdasarkan DREEM yang membandingkan persepsi harapan dengan kenyataan mahasiswa Pendidikan Dokter Program Reguler dan Internasional angkatan 2007 terhadap situasi pembelajaran di FK UGM. Penelitian tersebut dilakukan secara observasional cohort prospektif menggunakan kuesioner DREEM.
10 Kuesioner ini dibagikan dua kali, yaitu sebelum mahasiswa angkatan 2007 terpapar kegiatan pembelajaran (sebagai persepsi harapan), kemudian 8 bulan sesudah terpapar (sebagai kenyataan). Persamaan dengan penelitian yang akan peneliti lakukan adalah instrumen penelitian yang digunakan, yaitu kuesioner DREEM. Perbedaannya adalah peneliti akan melakukan penelitian menggunakan rancangan penelitian deskriptif dan subjek penelitian pada mahasiswa angkatan 2011 yang mendapatkan pembelajaran interprofessional. Kuesioner yang diberikan kepada sampel penelitian hanya satu kali, yaitu pada akhir paparan pembelajaran (post-test) untuk mengetahui gambaran suasana pembelajaran pada menerapan metode Interprofessional Education. Sampel yang digunakan oleh peneliti tidak hanya mahasiswa program studi Pendidikan Dokter Reguler dan Internasional, tetapi juga mahasiswa Gizi Kesehatan dan Ilmu Keperawatan juga termasuk di dalamnya.