BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Nia Kania Nur aeni, 2014

Perusahaan Tekstil & Garmen yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

2016 PENGARUH EFISIENSI MODAL KERJA TERHADAP PROFITABILITAS PADA PERUSAHAAN TEKSTIL DAN GARMEN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE

BAB I PENDAHULUAN. para stakeholder. Adapun tujuan perusahaan antara lain untuk memperoleh

BAB III METODE PENELITIAN. angka-angka yang menunjukan jumlah atau banyaknya sesuatu, yaitu laporan

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil perhitungan variable independen model Altman ( Z-Score )

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Oleh : VENTI LINDA VERAWATI NPM :

Daftar Populasi Perusahaan

Lampiran 1 Kode Nama Emiten Tanggal IPO No. Saham

BAB III METODE PENELITIAN. verifikatif. Model analisis deskriptif merupakan metode yang memberikan

BAB I PENDAHULUAN. hutang. Aktivitas pasar modal yang merupakan salah satu potensi perekonomian

BAB III METODE PENELITIAN

FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS GUNADARMA JAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. sektor manufaktur dalam beberapa dekade terakhir. Industri tekstil dan garmen

BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. Wisma 46 Kota BNI lantai 20, Jalan Jend. Sudirman, Kav. 1, Jakarta.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan jenis data sekunder (secondary data) yang bersumber

2015 PENGARUH STRUKTUR MOD AL D AN PROFITABILITAS TERHAD AP HARGA SAHAM PERUSAHAAN SEKTOR ANEKA IND USTRI YANG TERD AFTAR D I BURSA EFEK IND ONESIA

BAB 3 METODE PENELITIAN

Jurnal Akuntansi dan Bisnis

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian suatu negara tidak bisa dipisahkan dari pasar modal yang

ANALISIS Z-SCORE UNTUK MEMPREDIKSI FINANCIAL DISTRESS PADA PERUSAHAAN TEKSTIL DAN GARMENT

PREDIKSI FINANCIAL DISTRESS BERDASARKAN ANALISIS Z-SCORE PADA PERUSAHAAN TEKSTIL DAN GARMENT

BAB II DESKRIPSI INDUSTRI TEKSTIL DAN GARMEN

BAB I PENDAHULUAN. Negara saling berinteraksi, bergantung, terkait dan mempengaruhi satu sama lain tanpa

BAB 1 PENDAHULUAN. Berikut data perusahaan-perusahaan Tekstil dan Garment yang telah listing di Bursa Efek Indonesia pada Tabel 1.

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Eddy Cahyono (2012), Era globalisasi telah membawa

PERFORMANCE KINERJA KEUANGAN PADA SEKTOR TEKSTIL DAN GARMENT YANG TERDAFTAR DI BEI PERIODE

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. perusahaan textil dan garmen yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Perkembangan industri manufaktur memicu perkembangan sektor

Risa Dwi Asti/ Pembimbing: Dr. Bagus Nurcahyo SE., MM.

BAB I PENDAHULUAN. atau sekelompok orang atau badan lain yang kegiatannya adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. organisasi untuk membayar utang atau kewajibannya kepada kreditur yang

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi global pernah terjadi pada tahun 2008 bermula pada krisis

BAB III METODE PENELITIAN. kinerja perusahaan tercatat dan factbook terbit tahun pada perusahaan

Komposisi Dewan Komisaris Nama Perusahaan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Anisa Juniyati, 2016

BAB I PENDAHULUAN UKDW. yaitu aset riil (real asset) dan aset finansial (financial asset), yang sama-sama

BAB I PENDAHULUAN. pelanggan. Tujuan dari perusahaan dalam menjalankan kegiatannya adalah untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang melanda Amerika Serikat telah memberikan dampaknya ke

BAB I PENDAHULUAN. tekstil terutama bagi para pengusaha industri kecil dan menengah yang lebih mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Dari kedua tujuan tersebut, maka pihak manajemen harus dapat menghasilkan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. perubahan siklus ekonomi menyebabkan dunia usaha terus mengalami perubahan.

BAB I PENDAHULUAN. unsur penting yang dibutuhkan oleh pemakai sebagai informasi dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kondisi perekonomian Indonesia akhir-akhir ini mengalami

BAB 1 PENDAHULUAN. Dengan adanya going concern, suatu entitas dianggap mampu. aktiva kepada pihak luar melalui bisnis biasa.

BAB I PENDAHULUAN. dijalani oleh sektor industri tekstil di Indonesia. Bermula dari kenaikan harga bahan

imbal hasil yang relatif lebih kecil bila dibandingkan dengan return pada pasar modal. Di dalam pasar modal diperdagangkan berberapa jenis surat

BAB I PENDAHULUAN. pada dasarnya peranan tersebut mempunyai kesamaan antara negara yang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. fundamental terhadap harga saham pada sektor Textile dan Garment yang

BAB I PENDAHULUAN. juta orang (menyerap 1,33 juta orang tenaga kerja). Selain itu juga

BAB I PENDAHULUAN. pokok, tetapi juga merupakan bagian dari gaya hidup (lifestyle) masyarakat di

SKRIPSI PREDIKSI KEBANGKRUTAN MODEL ALTMAN Z-SCORE, GROVER, SPRINGATE, DAN ZMIJEWSKI PADA PERUSAHAAN TEKSTIL DAN GARMEN DI BURSA EFEK INDONESIA OLEH

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan manufaktur merupakan suatu cabang industri yang

e Jurnal Riset ManajemenPRODI MANAJEMEN Fakultas Ekonomi Unisma website : (

LAMPIRAN I. Nama Industri Tekstil dan Otomotif. Tabel 3.1 Nama Perusahaan Tekstil

BAB I. sangat panjang (going concern). Hal ini berarti dapat diasumsikan bahwa

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

Christina Marthaulina Triyanti. Universitas Bina Nusantara, Jakarta Barat Phone :

BAB I PENDAHULUAN. mendatangkan keuntungan maksimal dengan risiko minimal. hilangnya kesempatan perusahaan untuk mencari keuntungan.

BAB I PENDAHULUAN. usaha yang seluruhnya atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh negara melalui

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. dananya pada suatu perusahaan, hal ini berarti investor memiliki harapan untuk

BAB I PENDAHULUAN. tujuan lainnya (Gitosudarmo, 2002:5). Perusahan harus terus memperoleh laba agar

PENGARUH CURRENT RATIO, DEBT TO EQUITY RATIO DAN RETURN ON ASSETS TERHADAP RETURN SAHAM PERUSAHAAN TEXTILE YANG GO PUBLIK

BAB I PENDAHULUAN. Di era sekarang ini investasi dan pasar modal sudah tidak asing lagi bagi

BAB III METODE PENELITIAN. III.1. Variabel Penelitian dan Operasional Variabel

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian yang akan dianalisis yaitu dari tahun

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang. Tabel 1 Perkembangan pasar modal Indonesia Perusahaan Kapitalisasi Pasar

THE EFFECT OF BANKRUPTCY PREDICTION USING O-SCORE MODEL TOWARDS STOCK RETURNS (STUDY IN TEXTILE AND GARMENT COMPANY LISTED IN IDX FOR YEAR

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan masyarakat. Maka dengan didirikannya sebuah perusahaan

BAB III METODE PENELITIAN. dibutuhkan metode yang relevan untuk mencapai tujuan yang diinginkan (Sugiyono,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia.Indonesia sangat bergantung kepada ekonomi kapitalisme global

BAB I PENDAHULUAN. dengan menerbitkan saham. Penerbitan saham ini dilakukan oleh berbagai jenis

BAB I PENDAHULUAN. kali perusahaan tidak bisa memenuhi kebutuhan bisnisnya hanya dengan

BAB I PENDAHULUAN. internet kepada penggunanya dalam hal akses. Pengguna dapat dengan mudah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Perusahaan merupakan suatu unit kegiatan produksi yang mengelola

mengharapkan terciptanya iklim investasi yang baik karena pihak yang akan masuk ke Pasar Modal harus memiliki kriteria tertentu, terlebih lagi di

BAB I PENDAHULUAN. bertahan dalam jangka panjang yang tidak terbatas. Hal ini berarti dapat

SKRIPSI ANALISIS METODE ALTMAN Z-SCORE UNTUK MENILAI KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI)

III. METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan termasuk ke dalam penelitian eksplanatoris

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan perusahaan-perusahaan go public di Indonesia. Dan juga lewat. dengan karakteristik keuntungan dan risiko masing-masing.

BAB I PENDAHULUAN. keuangan, pasar modal memungkinkan pemilik dana memeproleh keuntungan

BAB I PENDAHULUAN. kebangkrutan itu sendiri. Menurut Marcelinda et al. (2014), perusahaan bisa

I. PENDAHULUAN. Setiap perusahaan dalam menjalankan kegiatan operasinya, selalu membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. jumlah perusahaan yang terdaftar di bursa efek Indonesia, aktifitas perdagangan

BAB I PENDAHULUAN. Ketepatan waktu (timeliness) pelaporan laporan keuangan merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Seiring ketatnya persaingan pada perekonomian global, terjadi beberapa

BAB I PENDAHULUAN. pihak investor kemudian digunakan pihak emiten untuk pengembangan usaha,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Harga saham perusahaan go public pada dasarnya ditentukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULAN. yang sedang berkembang (emerging market), kondisi makro ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan, keberadaan pasar modal membantu kebutuhan pendanaan jangka

BAB I PENDAHULUAN. masyarakatnya, tidak terkecuali Indonesia. Menurut Mumtaz (2010), di

BAB I PENDAHULUAN. satu pembiayaan eksternal bagi dunia usaha dan sebagai wadah investasi bagi

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Dalam melakukan transaksi perdagangan, pembeli dihadapkan pada berbagai produk dan jenis barang. Salah satu produk yang bisa dijual belikan adalah efek, yang juga merupakan bagian dari investasi. Tidak seperti jenis investasi lainya yang bisa diperdagangkan secara bebas pada pasar biasa ataupun toko, perdagangan efek dilakukan pada pasar khusus yang dinamakan pasar modal. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal, Bursa Efek adalah Pihak yang menyelenggarakan dan menyediakan sistem dan atau sarana untuk mempertemukan penawaran jual dan beli Efek Pihak - Pihak lain dengan tujuan memperdagangkan Efek di antara mereka. Sedangkan yang dimaksud Efek adalah surat berharga, yaitu surat pengakuan utang, surat berharga komersial,saham, obligasi, tanda bukti utang, Unit Penyertaan kontrak investasi kolektif, kontrak berjangka atas efek, dan setiap derivatif dari efek. Pada Bursa Efek Indonesia (BEI) terdaftar beberapa industri yang dikelompokkan menjadi beberapa sektor. Menurut Undang Undang nomor 13 tahun 2014, Industri adalah seluruh bentuk kegiatan ekonomi yang mengolah bahan baku dan/atau memanfaatkan sumber daya industri sehingga menghasilkan barang yang mempunyai nilai tambah atau manfaat lebih tinggi, termasuk jasa industri. Bursa Efek Indonesia (BEI) membagi industri menjadi 9 sektor, dengan 56 sub sektor (Bursa Efek Indonesia,2014). Kesembilan sektor tersebut antara lain adalah Agriculture, Trade,service & investment, Finance, Property,real estate and bulding construction, Consumer good industry, Mining, Infrastucture, Utilities, & 1

transportation, Basic industry and chemicals, dan Miscellaneous Industry. Salah satu sub sektor dalam Miscellaneous Industry adalah Textile dan Garment. Pengertian mengenai produk tekstil diatur pula dalam Peraturan Menteri Perdagangan R.I. Nomor 52/M-DAG/PER/7/2015. Dalam Peraturan Menteri ini, yang dikatakan dengan Tekstil dan Produk Tekstil adalah serat,benang filamen, kain lembaran, dan produk yang menggunakan kain lembaran sebagai bahan baku atau bahan penolong. Terdapat 18 perusahaan sub sektor Tekstil dan Garment yang tercatat dalam Bursa Efek Indonesia tahun 2014 seperti pada tabel berikut: Tabel 1.1 Daftar Perusahaan Sub Sektor Tekstil dan Garmen No Kode Saham Nama Perusahaan Tanggal Listing 1 ADMG Polychem Indonesia Tbk. 20 Oktober 1993 2 ARGO Argo Pantes Tbk. 7 Januari 1991 3 CNTX Century Textile Industry (PS) 22 Mei 1979 Tbk. 4 ERTX Eratex Djaja Tbk. 21 Agustus 1990 5 ESTI Ever Shine Textile Industry Tbk. 13 Oktober 1992 6 HDTX Panasia Indo Resources Tbk. 06 Juni 1990 7 INDR Indo-Rama Synthetics Tbk. 03 Agustus 1990 8 MYTX Apac Citra Centertex Tbk. 10 Oktober 1989 9 PBRX Pan Brothers Tbk. 16 Agustus 1990 10 POLY Asia Pacific Fibers Tbk 12 Maret 1991 11 RICY. Ricky Putra Globalindo Tbk 22 Januari 1998 12 SRIL Sri Rejeki Isman Tbk 17 Juni 2013 13 SSTM Sunson Textile Manufacturer 20 Agustus 1997 Tbk. 14 STAR. Star Petrochem Tbk 13 Juli 2011 15 TFCO Tifico Fiber Indonesia Tbk. 26 Februari 1980 16 TRIS Trisula International Tbk. 28 Juni 2012 17 UNIT Nusantara Inti Corpora Tbk. 18 April 2002 18 UNTX Unitex Tbk. 16 Juni 1989 Sumber : idx.co.id, data yang telah diolah Dari 18 perusahaan sub sektor tekstil dan garmen yang terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia, 7 diantaranya merupakan sampel penelitian ini yaitu 2

Polychem Indonesia Tbk, Argo Pantes Tbk, Apac Citra Centertex Tbk, Asia Pacific Fibers Tbk, Nusantara Inti Corpora Tbk, Unitex Tbk, dan Pan Brothers Tbk 1.2 Latar Belakang Penelitian Keberadaan industri dalam suatu negara dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, salah satunya adalah lingkungan. Lingkungan tersebut dapat dibagi menjadi dua kategori, yaitu lingkungan internal dan lingkungan eksternal. Lingkungan internal merupakan lingkungan dari dalam perusahaan yang dapat diubah, dan diatur oleh perusahaan sesuai dengan kebutuhannya. Lingkungan eksternal merupakan lingkungan yang berada di luar perusahaan yang tidak dapat dikontrol oleh perusahaan. Salah satu faktor dalam lingkungan eksternal yang paling berpengaruh dalam suatu perusahaan adalah faktor ekonomi. Kondisi ekonomi global terus berubah dari waktu ke waktu, begitupun dengan Indonesia. Kondisi ekonomi di Indonesia terus berubah pula dari satu periode ke periode yang lainya. Setiap tahunnya, Indonesia mengalami kejadian ekonomi, yang berpengaruh pada situasi ekonomi global maupun regional. Seperti pada awal tahun 2015, Indonesia mengalami deselerasi ekonomi. Deselerasi ekonomi Indonesia mulai terlihat pada tahun 2014, seperti tercantum pada Berita Resmi Statistik yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik Indonesia (2014) dimana pada triwulan I, pertumbuhan ekonomi dibuka dengan 5,21%, kemudian turun menjadi 5,21% pada triwulan II terus menurun menjadi 5,01%, dan pada triwulan IV 2014 mencapai 4,87%. Tahun 2015 pun terjadi deselerasi ekonomi yang terus menerus, terlihat dari pertumbuhan ekonomi Triwulan I yang mencapai 4,71%, dan pada triwulan II menyentuh angka 4,67% (Badan Pusat Statistik,2015). Selain deselerasi ekonomi, isu dan kebijakan lain yang dialami bangsa Indonesia adalah kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM). Tercatat hingga September 2015 telah terjadi dua kali kenaikan harga Bahan Bakar Minyak. Periode pertama terjadi pada tanggal 18 November 2014. Sedangkan periode kedua terjadi pada tanggal 28 Maret 2015, dimana harga Premium yang awalnya 3

Rp.6.800 per liter mengalami kenaikan sebesar Rp.500 per liter menjadi Rp.7.300 per liter (Tempo Inti Media,2015, Menaikkan Harga BBM, Pemerintah Klaim Ini Kebijakan Berani.para. 5).. Dengan kenaikan harga Bahan Bakar Minyak, yang diimbangi dengan naiknya harga bahan-bahan pokok lainya, menyebabkan daya beli masyarakat yang cenderung turun, serta banyak Industri yang mengalami kesulitan dalam menentukan harga jual produknya. Kejadian dan kebijakan ekonomi diatas telah membawa perubahan kondisi berbagai sektor industri di indonesia, salah satunya adalah penurunan sektor Manufaktur, khususnya sub sektor Tekstil dan Garment. Seperti yang dicatat oleh Badan Pusat Statitiska mengenai Pertumbuhan Industri Manufaktur Besar dan Sedang Sub Sektor Tekstil tahun 2014 sampai dengan tahun 2015. Tabel 1.2 Pertumbuhan Industri Manufaktur Besar dan Sedang Sub Sektor Tekstil Periode Pertumbuhan (%) y-on-y q-to-q Per Tahun Triwulan I 2014-6,61-5,88-5,56 Triwulan II 2014-0,38-5,72 Triwulan III 2014 7,67 2,68 Triwulan IV 2014-1,19-6,97 Triwulan I 2015-0,30-0,25 Triwulan II 2015 1,20-1,98 Sumber : Bps.go.id (2015), data yang telah diolah Kementrian Perindustrian Republik Indonesia membagi pertumbuhan industri manufaktur menjadi dua jenis. Dari tabel 1.2 terlihat bahwa sejak awal tahun 2014, industri manufaktur besar dan sedang sub sektor tekstil cenderung mengalami penurunan. Pertumbuhan tertinggi berada pada Triwulan III 2014, dimana pertumbuhan y-on-y mencapai 7,67%, dan pertumbuhan q-to-q mencapai 2,68%. Namun pertumbuhan industri kembali mengalami penurunan hingga pada 4

Triwulan II 2015 (saat penelitian berlangsung) mencapai angka 1,20% untuk pertumbuhan y-on-y, dan -1,98% untuk pertumbuhan q-to-q. Selain berpengaruh terhadap pertumbuhan industri tekstil yang semakin melambat, kejadian-kejadian ekonomi yang telah dijelaskan juga berpengaruh pada jumlah ekspor-impor industri tekstil di Indonesia. Hal tersebut disebabkan oleh melemahnya permintaan negara tujuan ekspor, dan melemahnya permintaan masyarakat Indonesia. Selain itu, penurunan ekspor industri tekstil dikarenakan sulitnya industri untuk bersaing di kancah Internasional, karena biaya bahan baku dan operasional semakin melonjak tajam, seiring dengan kenaikan Bahan Bakar Minyak dan Tarif Dasar Listrik Tabel 1.3 Pemantauan Ekspor Sub Kelompok Hasil Industri Tekstil (Dalam US$) No Sub Kelompok Hasil Industri 2012 2013 2014 Tren 1 Pakaian Jadi 5.889.498.900 5.963.765.046 5.827.975.416-0,52% 2 Benang 2.226.876.657 2.437.943.075 2.510.492.546 6,18% 3 Kain 1.788.476.059 1.672.684.635 1.676.755.083-3,17% 4 Batik 1.007.421.387 1.097.587.363 1.147.520.585 6,73% 5 Tekstil lainya 724.196.316 734.540.208 782.486.892 3,89% 6 Serat 603.039.502 572.287.391 582.272.809-1,74% 7 Nylon Type Cord 77.457.839 68.176.131 69.383.604-5,05% 8 Permadani 65.900.392 64.656.946 62.727.385-2,44% 9 Sprei, taplak 42.188.094 32.837.685 37.249.510 6,04% meja, kain toilet, kain dapur 10 Sal, selendang 12.687.080 9.194.400 13.040.063 1,38% keru- dung dan semacamnya 11 Kain tenun ikat 2.609.750 2.953.342 4.166.307 26,35% 12 Kain tule dan jala 4.352.616 3.838.380 4.077.133-3,22% lainya 13 Kain tenun sutra 434.018 423.714 930.251 46,40% 14 Karung Goni 588.062 595.274 697.511 8,91% 15 Sapu tangan 59.924 197.826 81.925 16,93% Total 12.446.506.596 12.661.681.508 12.720.312.060 1,09% Sumber : kemenperin.go.id(2014) 5

Tabel 1.3 menunjukkan perkembangan Pemantauan Ekspor Sub Kelompok Hasil Industri Tekstil. Terdapat penurunan trend ekspor pada beberapa sub kelompok dengan ekspor tertinggi (diatas 1 miliar dolar). Seperti pada Pakaian Jadi dan Kain, yang masing-masing turun -0,52% dan -3,17%. Namun terdapat dua sub kelompok yang mengalami kenaikan ekspor, yaitu Benang dan Batik, yang masing-masing naik sebesar 6,18% dan 6,73%. Dengan beberapa penurunan dan kenaikan tersebut, membuat total pertumbuhan ekspor tekstil menjadi kecil, yaitu 1,09%. Degradasi ekspor impor serta menurunnya permintaan global tersebut bermuara pada Pemutusan Hubungan Kerja serta kebijakan merumahkan Karyawan Perusahaan Tekstil di Indonesia. Ketua Umum Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Ade Sudrajat melontarkan, setidaknya sudah separuh atau 50% industri tekstil di Indonesia merumahkan karyawannya akibat pelemahan ekonomi dan penurunan daya beli masyarakat (Sindonews.com,2015, Gawat! Separuh Industri Tekstil Rumahkan Karyawan,para.1). Dengan jumlah PHK terbanyak terjadi di Jawa Barat, yaitu sebanyak 6000 karyawan. Hal ini terjadi karena menurunnya penjualan hingga 50%. Faktor lain yang dapat menggambarkan kondisi kesehatan suatu perusahaan adalah harga saham. Gambar 1.1 Pergerakan harga saham perusahaan sub sektor tekstil dan garmen. Sumber : yahoo.finance.com 6

Gambar 1.1 menunjukkan pergerakan harga saham 7 perusahaan sub sektor tekstil dan garmen periode Januari 2010 hingga Desember 2014. Terlihat bahwa pergerakan harga saham perusahaan cenderung mengalami penurunan dalam 3 tahun terakhir, sedangkan saham PBRX yang memiliki harga saham tertinggi, cenderung mengalami peningkatan pada awal 2010, namun terus mengalami fluktuasi hingga akhir tahun 2014. Kejadian yang menimpa industri tekstil tersebut berpotensi besar untuk terjadinya Financial Distress. Mengutip pernyataan Black Law s Dictionary dalam Rodoni dan Ali (2010:172) bahwa financal distress merupakan penurunan kondisi perusahaan dari kondisi sebelumnya. Penurunan kondisi perusahaan turun disebabkan economic distress, penurunan pendapatan operasi, dan manajemen yang buruk, atau penurunan kondisi perusahaan relatif terhadap industri. Financial Distress yang merupakan awal dari kebangkrutan, merupakan hal yang sangat tidak diinginkan oleh perusahaan manapun. Terjadinya Financial Distress dalam suatu perusahaan dapat diprediksi dengan melakukan analisis laporan keuangan perusahaan. Selain melakukan analisis rasio secara sederhana, terdapat beberapa model untuk mempredisikan Financial Distress suatu perusahaan, diantaranya Altman Z-Score, Springate, Zmijewski, dan Ohlson Score. Altman (1968) menggunakan Multi Discriminant Analysis pada formula Z-Score nya (Avenhuis,2013:12). Springate memfokuskan perhitunganya terhadap keadaan aset perusahaan, Zmijewski (1984) memfokuskan prediksi kebangkrutan menggunakan rasio likuiditas perusahaan. Sedangkan Ohlson (1980) menggunakan model logit dalam formulasi O-score (Avenhuis,2013:15). Penelitian tentang prediksi kebangkrutan dan financial distress pernah dilakukan oleh Kumar dan Kumar (2012) yang membandingkan antara penggunaan metode Altman, Ohlson Score dan Zmijewski dalam memprediksi kebangkrutan. Hasil Penelitian mengungkapkan bahwa metode O-Score memiliki performa prediski yang lebih baik dibanding yang lain, karena menggunakan metode binary logistic regression. 7

Dibandingkan dengan metode lainya, metode Ohlson merupakan metode yang tidak hanya memasukkan unsur rasio, namun memasukkan unsur inflasi, yang tercermin dari rumus Size, yaitu logit dari total aset dibagi dengan GNPprice level index. Dalam penelitian ini, diaplikasikan pula metode peramalan tren garis lurus, dengan model kuadran terkecil. Hal ini dilakukan karena Badan Pusat Statistika belum merilis GNP riil Indonesia tahun 2014. Penambahan unsur lain dalam metode Ohlson Score ini dapat memperluas jangkauan penelitian, serta meningkatkan kemungkinan akan ditemukanya variabel-variabel berpengaruh lainya. Prediksi kebangkrutan dengan menggunakan metode-metode diatas penting dilakukan, karena apabila perusahaan sudah mengalami financial distress, maka akan berpengaruh pada harga saham. Bagi perusahaan publik, saham merupakan sumber pendanaan perusahaan. Kehadiran harga saham bisa mencerminkan gambaran umum suatu perusahaan. Harga Saham juga harus terus dipantau dan diperhatikan oleh perusahaan, karena menjadi tolak ukur investor dalam menilai kinerja dan kesehatan perusahaan. Harga saham yang cenderung turun dalam jangka waktu yang relatif lama, dapat memberikan gambaran kepada investor bahwa perusahaan dalam keadaan kurang baik dan tidak sehat. Sebaliknya, apabila harga saham cenderung naik, maka akan mengindikasikan kondisi perusahaan yang baik dan sehat. Zuliarni (2012) dalam Sukmawati, et al (2014) mengungkapkan kepercayaan investor atau calon investor sangat bermanfaat bagi emiten, karena semakin banyak orang yang percaya pada emiten maka keinginan untuk berinvestasi juga akan lebih kuat. Jika permintaan terhadap saham emiten semakin banyak, nantinya akan berdampak pada naiknya harga saham emiten tersebut. Selain memperhatikan harga saham, tujuan utama seorang investor dalam menanam saham adalah mendapatkan keuntungan, salah satunya adalah dalam bentuk return saham. Return merupakan salah satu pertimbangan investor dalam memilih suatu saham, memaksimalkan return merupakan tujuan utama investor dalam berinvestasi. Return juga merupakan imbalan atas keberanian investor mengambil 8

resiko. Tandelilin (2010:102) mengungkapkan sumber-sumber return terdiri dari dua komponen utama, yaitu yield dan capital gain (loss). Salah satu kejadian yang bisa menimpa emiten yang listing di Bursa Efek Indonesia adalah delisting. Delisting merupakan penghapusan pencatatan emiten yang bersangkutan dari bursa saham. Penghapusan pencatatan tersebut bisa disebabkan oleh beberapa hal. R Haidir Musa, selaku Head of Economic Analysis Unit Bursa Efek Indonesia, menjabarkan terdapat beberapa jenis dan sebab suatu emiten di delisting dari Bursa Efek Indonesia, diantaranya : perusahaan sedang tersandung kasus hukum yang berat, perusahaan mengajukan permohonan Delisting (voluntary delisting) yang biasanya dikarenakan perusahaan ingin melakukan restrukturisasi, dan saham perusahaan yang berada di lantai bursa tidak lagi likuid (Bisnis Indonesia,2015, BURSA SAHAM: Ini Pemicu Emiten Ingin Delisting.para.2) Kejadian Delisting pernah menimpa satu perusahaan Sub Sektor Tekstil dan Garment pada tanggal 16 Maret 2013, yaitu PT. Panasia Filamen Inti Tbk (PAFI). PAFI di Delisting karena tidak memperbaiki kinerja keuangan dan tak punya rencana bisnis yang jelas (Kontan.co.id,2013, BEI kembali coret satu emiten.para.1). Setelah di delisting, PAFI menghentikan kegiatan bisnisnya pada bulan Juni 2013, dan berencana untuk mengubah lini bisnisnya menjadi distributor semen. Tetapi BEI menilai bahwa langkah tersebut tidak memiliki prospek bisnis yang menjanjikan. Disamping itu, saham PAFI juga tergolong tidak likuid karena porsi publik hanya sebesar 0,08%. Delisting yang terjadi di PAFI seakan menjadi pengingat bagi sub sektor industri tekstil dan Garment lainya untuk semakin waspada dan melakukan analisis lebih dalam tentang Financial Distress yang berpotensi untuk menimpa perusahaan yang lain. Terlebih lagi terdapat beberapa fenomena yang dapat memperlebar potensi terjadinya Financial Distress pada sub sektor Tekstil dan Garmen. Berdasarkan fenomena diatas, serta kurangnya penelitian terdahulu yang meneliti tentang pengaruh saham terhadap Ohlson Score, maka penulis mengambil Judul Pengaruh Prediksi Kebangkrutan Ohlson Score (O-Score) 9

Terhadap Return Saham (Studi Pada Perusahaan Subsektor Tekstil Dan Garmen Yang Listing Di BEI Tahun 2010-2014) 1.3 Perumusan Masalah Keberadaan industri tekstil dan garmen di Indonesia telah mampu memberikan sumbangsih terhadap pertumbuhan ekonomi dan industri Indonesia. Kegiatan industri seperti ekspor dan impor juga bisa menjadi sumber pendapatan negara. Namun, fenomena yang terjadi saat ini menunjukkan bahwa perusahaan sub sektor tekstil dan garmen sedang mengalami degradasi, baik dari segi ekspor, impor, dan kinerja. Degradasi industri tekstil dan garmen tersebut dapat bermuara pada kebangkrutan, yang merupakan hal yang tidak diinginkan oleh perusahaan manapun. Untuk melihat keadaan dan potensi kebangkrutan perusahaan, diperlukan suatu perhitungan untuk memprediksinya, salah satunya dengan menggunakan Ohlson Score. Selain memperhatikan faktor internal perusahaan, metode O-Score juga memasukkan faktor fundamental, yaitu GNP- price level index. Hal inilah yang kurang disoroti pada penelitian sebelumnya, dimana peneliti terdahulu lebih memfokuskan kepada faktor internal perusahaan. Selain prediksi kebangkrutan, tidak dapat dipungkiri bahwa bagi perusahaan go public, terdapat hal lain yang harus diperhatikan yaitu return saham. Perusahaan harus memperhatikan pergerakan harga sahamnya, dan berusaha untuk mensejahterakan para investor. Kehadiran investor dalam perusahaan go public harus sangat diperhatikan karena merupakan sumber modal dari aktivitas bisnis perusahaan. 1.4 Pertanyaan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah diatas, pernyataan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut : 1. Bagaimana prediksi kebangkrutan menggunakan metode O-Score pada perusahaan sub sektor Tekstil dan Garmen yang listing di Bursa Efek Indonesia periode 2010-2014? 10

2. Bagaimana pergerakan return saham perusahaan sub sektor Tekstil dan Garment yang listing di Bursa Efek Indonesia periode 2010-2014? 3. Bagaimana keadaan return saham perusahaan yang terindikasi failed 4. Bagaimana keadaan return saham perusahaan yang terindikasi non failed? 5. Apakah terdapat perbedaan return saham perusahaan yang terindikasi failed dan non failed? 6. Bagaimana pengaruh O- Score terhadap return saham perusahaan sub sektor Tekstil dan Garment yang listing di Bursa Efek Indonesia periode 2010-2014? 1.5 Tujuan Penelitian Berdasarkan pernyataan penelitian diatas, tujuan penelitian dapat dirincikan sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui prediksi kebangkrutan O-Score pada perusahaan sub sektor Tekstil dan Garment yang listing di Bursa Efek Indonesia. 2. Untuk mengetahui pergerakan return saham perusahaan sub sektor Tekstil dan Garment yang listing di Bursa Efek Indonesia periode 2010-2014. 3. Untuk mengetahui keadaan return saham perusahaan yang terindikasi failed. 4. Untuk mengetahui keadaan return saham perusahaan yang terindikasi non failed. 5. Untuk mengetahui perbedaan return saham perusahaan yang terindikasi failed dan non failed. 6. Untuk mengetahui pengaruh metode O-Score terhadap return saham perusahaan sub sektor Tekstil dan Garment yang listing di Bursa Efek Indonesia periode 2010-2014. 1.6 Manfaat Penelitian Dengan adanya penelitian ini, diharapkan dapat berguna bagi pihal-pihak 11

yang berkepentingan, oleh karenanya, kegunaan penelitian dibagi menjadi dua, yaitu : 1.6.1 Aspek Teoritis 1) Dengan penelitian ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan peneliti dengan topik terkait. 2) Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan dan referensi bagi penelitian-penelitian serupa selanjutnya. 1.6.2 Aspek Praktis 1) Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi dan masukkan investor dalam membuat keputusan investasi, yang berkaitan dengan saham terkait. 2) Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan evaluasi perusahaan, dalam memperbaiki performa keuanganya, dan dalam membuat keputusan-keputusan perusahaan. 1.7 Ruang Lingkup Penelitian 1.7.1 Lokasi dan Objek Penelitian Lokasi penelitian adalah di Bandung, sedangkan objek penelitian adalah perusahaan sub sektor tekstil dan garmen yang listing di BEI periode 2010-2014. 1.7.2 Waktu dan Periode Penelitian Waktu penelitian ini dari Bulan Agustus 2015 Desember 2015. 1.8 Sistematika Penulisan Tugas Akhir BAB I : Pendahuluan Bab ini menjelaskan mengenai gambaran terhadap objek penelitian, latar belakang, rumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, serta ruang lingkup penelitian. 12

BAB II : Tinjauan Pustaka dan Ruang Lingkup Penelitian Bab ini merupakan bagian yang berisi tentang tinjauan pustaka penelitian, penelitian terdahulu, kerangka pemikiran, hipotesis penelitian, serta ruang lingkup penelitian. BAB III : Metode Penelitian Bab ini berisi uraian mengenai jenis penelitian yang dibuat, variabel operasional peneltian, tahap penelitian, populasi dan sampel, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data. BAB IV : Hasil Penelitian dan Pembahasan Bab ini akan dijelaskan tentang hasil analisis penelitian yang telah dilakukan serta pembahasan. BAB V : Kesimpulan Bab ini akan dipaparkan kesimpulan dari hasil analisis penelitian, serta saran yang ditujukan kepada perusahaan terkait, peneliti selanjutnya, dan lain sebagainya. 13

14 (halaman ini sengaja dikosongkan)