Skripsi Ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh: HAFSHAH RIZA FAWZIA J

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. misalnya akibat gigitan nyamuk dapat menyebabkan dermatitis, alergika dan

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DBD DI DESA GONILAN KECAMATAN KARTASURA KABUPATEN SUKOHARJO

PENGARUH PELATIHAN PENCEGAHAN DEMAM BERDARAH DENGUE

HUBUNGAN BREEDING PLACE DAN PERILAKU MASYARAKAT DENGAN KEBERADAAN JENTIK VEKTOR DBD DI DESA GAGAK SIPAT KECAMATAN NGEMPLAK KABUPATEN BOYOLALI

Promotif, Vol.5 No.1, Okt 2015 Hal 09-16

PENGARUH PELATIHAN PENCEGAHAN DEMAM BERDARAH DENGUE

BAB I PENDAHULUAN. dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk demam berdarah (Aedes

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN PERILAKU PSN DENGAN KEBERADAAN JENTIK Aedes aegypti DI DESA NGESREP KECAMATAN NGEMPLAK KABUPATEN BOYOLALI

Sugiyono 1, Sri Darnoto 2. Kata Kunci : Penyakit DBD, Siswa SD, Pengetahuan dan Sikap

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN PERILAKU PSN DENGAN KEBERADAAN JENTIK Aedes aegypti DI DESA NGESREP KECAMATAN NGEMPLAK KABUPATEN BOYOLALI

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI KECAMATAN GROGOL KABUPATEN SUKOHARJO

HUBUNGAN BREEDING PLACE DAN PERILAKU MASYARAKAT DENGAN KEBERADAAN JENTIK VEKTOR DBD DI DESA GAGAK SIPAT KECAMATAN NGEMPLAK KABUPATEN BOYOLALI BAB I

IQBAL OCTARI PURBA /IKM

KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH KADER JUMANTIK DI PUSKESMAS GAYAMSARI SEMARANG

Keywords : Mosquito breeding eradication measures, presence of Aedes sp. larvae.

SKRIPSI. Skripsi Ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh AGUS SAMSUDRAJAT J

BAB I PENDAHULUAN. dewasa (Widoyono, 2005). Berdasarkan catatan World Health Organization. diperkirakan meninggal dunia (Mufidah, 2012).

HUBUNGAN ANTARA TINDAKAN PEMBERANTASAN SARANG NYAMUK (PSN) DENGAN KEBERADAAN JENTIK NYAMUK AEDES

HUBUNGAN KEBERADAAN JENTIK

FAKTOR PERILAKU MASYARAKAT YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE DI PUSKESMAS SIDOHARJO SRAGEN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Gambaran Umum Padukuhan VI Sonosewu

SKRIPSI PERBEDAAN PENGETAHUAN DAN SIKAP JUMANTIK KECIL SEBELUM DAN SESUDAH PEMBERIAN PELATIHAN PENCEGAHAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI MIN KETITANG

BAB I PENDAHULUAN. virus dengue yang ditularkan dari gigitan nyamuk Aedes aegypti sebagai

HUBUNGAN FAKTOR PERILAKU DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BOYOLALI I

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DBD DI DESA GONILAN KECAMATAN KARTASURA KABUPATEN SUKOHARJO

BAB 1 PENDAHULUAN. Demam Berdarah Dengue (DBD) masih merupakan salah satu masalah

13 2-TRIK: Tunas-Tunas Riset Kesehatan

SKRIPSI. Skripsi ini Disusun Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU PENCEGAHAN DENGAN KEJADIAN KANKER PAYUDARA DI RSUD Dr. MOEWARDI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

SARANG NYAMUK DALAM UPAYA PENCEGAHAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DI DESA KLIWONAN MASARAN SRAGEN

3. METODOLOGI. 3.3 Populasi dan Sampel Penelitian Populasi Target Populasi pada penelitian ini adalah perempuan yang tinggal di daerah Paseban.

BAB I PENDAHULUAN. setiap tahunnya. Salah satunya Negara Indonesia yang jumlah kasus Demam

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN TINDAKAN PENCEGAHAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI KELURAHAN MALALAYANG 2 LINGKUNGAN III

BAB I : PENDAHULUAN. menular yang disebabkan oleh virus dengue, virus ini ditularkan melalui

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado. Kata kunci: Status Tempat Tinggal, Tempat Perindukkan Nyamuk, DBD

BAB I PENDAHULUAN. lancarnya transportasi (darat, laut dan udara), perilaku masyarakat yang kurang sadar

BAB I PENDAHULUAN. yang masuk ke peredaran darah manusia melalui gigitan snyamuk dari genus Aedes,

BAB I PENDAHULUAN. tropis. Pandangan ini berubah sejak timbulnya wabah demam dengue di

PERILAKU 3M, ABATISASI DAN KEBERADAAN JENTIK AEDES HUBUNGANNYA DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE

ABSTRACT

BAB 1 PENDAHULUAN UKDW. kelompok B Arthropod Borne Virus (Arboviroses) dan ditularkan oleh nyamuk

PERSEPSI DAN AKTIFITAS KADER PSN DBD TERHADAP PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN DEMAM BERDARAH DENGUE

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit menular

Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh : ANANG RIASMOKO J

UNIVERSTAS UDAYANA PERSEPSI MASYARAKAT BANJAR KEDATON KELOD DESA KESIMAN PETILAN DENPASAR TIMUR MENGENAI PEMANTAU JENTIK TAHUN 2016 I G.A.

Unnes Journal of Public Health

Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes Volume VIII Nomor 1, Januari 2017 ISSN (p) -- ISSN (e)

PARTISIPASI REMAJA SMA DALAM PENCEGAHAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI KECAMATAN SUKOHARJO

BAB I LATAR BELAKANG

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Tujuan pembangunan berkelanjutan 2030/Suistainable Development Goals (SDGs)

SKRIPSI HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN, PENDIDIKAN, USIA DAN LAMA MENJADI KADER POSYANDU DENGAN KUALITAS LAPORAN BULANAN DATA KEGIATAN POSYANDU

Kata kunci: Status Tempat Tinggal, Tempat Perindukkan Nyamuk, DBD, Kota Manado

Rezki Putri, 1 Zaira Naftassa. 1. Abstrak

Ni Luh Puspareni¹, I Made Patra², Ni Ketut Rusminingsih³

BAB VIII KESIMPULAN DAN SARAN

FAKTOR LINGKUNGAN BIOLOGIS, FISIK DAN SOSIAL YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE DI KABUPATEN NGANJUK PROVINSI JAWA TIMUR TESIS

KESEHATAN DAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN KEAKTIFAN LANSIA DALAM MENGIKUTI POSYANDU LANSIA DI DESA PUCANGAN KECAMATAN KARTASURA

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN UPAYA PENCEGAHAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) PADA IBU RUMAH TANGGA DI KELURAHAN KRAMAS KOTA SEMARANG

ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGENDALIAN DEMAM BERDARAH DENGUE DI KELURAHAN SENDANGMULYO KECAMATAN TEMBALANG KOTA SEMARANG FKM UNDIP

BAB 1 PENDAHULUAN. Demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit infeksi oleh virus

BAB I PENDAHULUAN. Tenggara. Terdapat empat jenis virus dengue, masing-masing dapat. DBD, baik ringan maupun fatal ( Depkes, 2013).

BAB 1 : PENDAHULUAN. yang akan memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial ekonomis.

Skripsi ini Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh: DIAH NIA HERASWATI J

Abd. Rachman Rosidi, Wiku Adisasmito 1. Unit Pelaksana Teknis Daerah Puskesmas Sumberjaya, Majalengka Jawa Barat 2

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DENGAN KEAKTIFAN DI POSYANDU LANSIA DESA KLASEMAN KECAMATAN GATAK KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 2016

Unnes Journal of Public Health

Fajarina Lathu INTISARI

HUBUNGAN SIKAP DAN UPAYA PENCEGAHAN IBU DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GUNTUNG PAYUNG

HUBUNGAN PELAKSANAAN PSN 3M DENGAN DENSITAS LARVA Aedes aegypti DI WILAYAH ENDEMIS DBD MAKASSAR

BAB I PENDAHULUAN. gigitan nyamuk dari genus aedes misalnya Aedes aegypti atau Aedes albovictus.

BAB 1 PENDAHULUAN. dari genus Aedes,misalnya Aedes aegypti atau Aedes albopictus. Penyakit DBD dapat

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN, PENDIDIKAN, USIA DAN LAMA MENJADI KADER POSYANDU DENGAN KUALITAS LAPORAN BULANAN DATA KEGIATAN POSYANDU

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKUDENGAN KEJADIAN CHIKUNGUNYA DI DUSUNPRINGWULUNG, CONDONG CATURDEPOK SLEMAN.

Unnes Journal of Public Health

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN TINDAKAN PEMBERANTASAN SARANG NYAMUK AEDES AEGYPTI DENGAN KEBERADAAN LARVA DI KELURAHAN KASSI-KASSI KOTA MAKASSAR

BAB I PENDAHULUAN. Bupati dalam melaksanakan kewenangan otonomi. Dengan itu DKK. Sukoharjo menetapkan visi Masyarakat Sukoharjo Sehat Mandiri dan

BAB I PENDAHULUAN. dengue, yang ditularkan oleh nyamuk. Penyakit ini ditemukan di daerah

GAMBARAN FAKTOR KEBERHASILAN KELURAHAN KRAMAS KOTA SEMARANG DALAM PROGRAM KAWASAN BEBAS JENTIK

Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh : TINA WIDIASTUTI J

SURVEI ENTOMOLOGI, MAYA INDEX DAN PERILAKU PEMBERANTASAN SARANG NYAMUK TERHADAP KEPADATAN LARVA

ANALISIS PARTISIPASI KADER JUMANTIK DALAM UPAYA PENANGGULANGAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS INDRALAYA

HUBUNGAN ANTARA CODER (DOKTER DAN PERAWAT) DENGAN KEAKURATAN KODE DIAGNOSIS BERDASARKAN ICD-10 DI PUSKESMAS GONDOKUSUMAN II KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

BAB III METODE PENELITIAN

HUBUNGAN PAPARAN MEDIA INFORMASI DENGAN PENGETAHUAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE PADA IBU-IBU DI KELURAHAN SAMBIROTO SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HUBUNGAN KARAKTERISTIK DENGAN TINDAKAN IBU DALAM PENCEGAHAN PENYAKIT MALARIA DI DESA SORIK KECAMATAN BATANG ANGKOLA KABUPATEN TAPANULI SELATAN TAHUN

BAB IV HASIL PENELITIAN. A. Gambaran Umum Wilayah Kerja Puskesmas Sukoharjo. mencakup 14 Kelurahan, 201 Dukuh, 138 RW (Rukun Warga), dan 445 RT

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu upaya pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan. keluarga dengan melaksanakan pembangunan yang berwawasan kesehatan,

PENGETAHUAN KELUARGA TENTANG PEMBERANTASAN SARANG NYAMUK DBD DENGAN METODE 5M (MENGURAS, MENABURKAN, MENGGANTI, MENUTUP, DAN MENIMBUN)

Hubungan Faktor Lingkungan Fisik Rumah, Keberadaan Breeding Places, Perilaku Penggunaan Insektisida dengan Kejadian DBD Di Kota Semarang

SUMMARY HASNI YUNUS

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN, PERAN KELUARGA DAN SUMBER INFORMASI (MEDIA) DENGAN PERILAKU SEKSUAL REMAJA PRANIKAH DI SMP 1 PARANG KABUPATEN MAGETAN

Public Health Perspective Journal. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Praktik PSN-DBD Keluarga di Kelurahan Mulyoharjo

BAB I PENDAHULUAN. Demam Berdarah Dengue merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi

Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh : EDI SUPRIYANTO J

Seminar Nasional Mewujudkan Kemandirian Kesehatan Masyarakat Berbasis Preventif dan Promotif ISBN:

Transkripsi:

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PARTISIPASI KADER JUMANTIK DALAM UPAYA PEMBERANTAAN SARANG NYAMUK DI DESA WIROGUNAN KECAMATAN KARTASURA KABUPATEN SUKOHARJO Skripsi Ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat Disusun Oleh: HAFSHAH RIZA FAWZIA J 410 080 016 PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2012

HALAMAN PENGESAHAN Skripsi dengan judul : FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PARTISIPASI KADER JUMANTIK DALAM UPAYA PEMBERANTASAN SARANG NYAMUK DI DESA WIROGUNAN KECAMATAN KARTASURA KABUPATEN SUKOHARJO Disusun oleh : Hafshah Riza Fawzia NIM : J 410 080 016 Telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta pada tanggal 7 Agustus 2012 dan telah diperbaiki sesuai dengan masukan Tim Penguji. Surakarta, Agustus 2012 Ketua Penguji : Ambarwati, S.Pd., M.Si ( ) Anggota penguji I : Sri Darnoto, SKM., MPH ( ) Anggota Penguji II : Noor Alis S., SKM., MKM ( ) Mengesahkan, Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta (Arif Widodo, A.Kep, M.Kes) NIK 630

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PARTISIPASI KADER JUMANTIK DALAM UPAYA PEMBERANTASAN SARANG NYAMUK DI DESA WIROGUNAN KECAMATAN KARTASURA KABUPATEN SUKOHARJO Hafshah Riza Fawzia 1, Ambarwati 2, Tri Puji Kurniawan 3 Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta ABSTRAK Kader Juru pemantau jentik (Jumantik) bertugas untuk melakukan pemeriksaan jentik secara berkala dalam upaya pemberantasan sarang nyamuk. Partisipasi aktif dari kader jumantik diharapkan mampu menekan jumlah kasus DBD. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi kader jumantik dalam upaya pemberantaan sarang nyamuk di Desa Wirogunan Kecamatan Kartasura Kabupaten Sukoharjo. Metode penelitian ini menggunakan observasional analitik dengan rancangan cross sectional. Sampel dalam penelitian ini adalah 40 kader jumantik. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik exhaustive sampling. Hasil penelitian dianalisis secara kuantitatif menggunakan uji chi square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh pendidikan (p = 0,02) dan pekerjaan (p = 0,049) terhadap partisipasi kader jumantik dalam upaya pemberantasan sarang nyamuk, sedangkan umur (p = 0,726), penghasilan (p = 0,342) dan ketersedian fasilitas (p = 0,06) tidak berpengaruh terhadap partisipasi kader jumantik dalam upaya pemberantasan sarang nyamuk di Desa Wirogunan. Kata kunci: Partisipasi kader jumantik, pendidikan, pekerjaan ABSTRACT Cadres jumantik tasked to conduct larvae examinations regularly in eradication mosquito breeding efforts. Active participation of the cadres are expected to reduce the number of dengue cases. This study aims to analyze the factors affecting participation cadres jumantik in eradicating mosquito breeding in the Wirogunan village, Kartasura, Sukoharjo. The method used observational analytic study with cross sectional design. The sample in this study were 40 cadres jumantik. Sampling technique used exhaustive sampling. The results were analyzed quantitatively used chi square test. The results showed that the effect of education (p = 0.02) and occupation (p = 0.049) against jumantik cadres participation in efforts to eradicate mosquito breeding, while age (p = 0.726), income (p = 0.342) and the availability of facilities (p = 0.06) had no effect on jumantik cadres participation in efforts to eradicate mosquitoes in the Wirogunan village. Keywords: Participation jumantik cadres, education, occupation

PENDAHULUAN Hingga kini Indonesia merupakan salah satu negara yang masih berisiko terhadap DBD, karena sampai dengan tahun 2010 sekitar 70% kabupaten/ kota masih endemis. Hal ini berarti dari 497 kabupaten/ kota di Indonesia, 348 kabupaten/ kota di antaranya termasuk daerah endemis (Rita, 2011). Kabupaten Sukoharjo merupakan kabupaten yang cenderung mengalami peningkatan jumlah daerah endemis, yakni sejumlah 56 desa/ kelurahan endemis pada tahun 2010 menjadi 68 desa/ kelurahan endemis pada tahun 2011 (DKK Sukoharjo, 2011). Dapat dilihat dari data tiga tahun terakhir yang menggambarkan bahwa di Kabupaten Sukoharjo terdapat kasus DBD setiap tahunnya. Tahun 2009 di Kabupaten Sukoharjo terdapat 371 kasus DBD dengan 11 orang penderita di antaranya meninggal, tahun 2010 terdapat 437 kasus DBD dengan 10 orang penderita di antaranya meninggal dan tahun 2011 terdapat 106 kasus DBD dengan satu orang penderita di antaranya meninggal. Meskipun jumlah angka kesakitan dan kematian sudah menurun, tetapi penyakit DBD tetap menjadi masalah kesehatan karena masih endemis di beberapa wilayah Kabupaten Sukoharjo dan masih menimbulkan kematian (DKK Sukoharjo, 2012). Kabupaten Sukoharjo memiliki 12 kecamatan dengan 167 desa dan terdapat 11 kecamatan yang endemis. Pada tahun 2011 terdapat 106 kasus DBD dengan distribusi terbesar di wilayah kerja Puskesmas Grogol yaitu 21 kasus (20,18%) diikuti wilayah kerja Puskesmas Kartasura sebesar 20 kasus (21,70%) (DKK Sukoharjo, 2011). Kecamatan Kartasura memiliki 12 desa/ kelurahan yaitu Desa/ Kelurahan Kartasura, Ngadirejo, Kertonatan, Pucangan, Makamhaji,

Pabelan, Gumpang, Singopuran, Gonilan, Wirogunan, Ngabeyan dan Ngemplak (PKD Wirogunan, 2012). Desa Wirogunan merupakan salah satu desa endemis yang cenderung mengalami peningkatan jumlah kasus DBD setiap tahunnya, hal ini terlihat dari kasus DBD sejak tiga tahun terakhir. Tahun 2009 terdapat tiga kasus DBD, pada tahun 2010 terdapat delapan kasus DBD dan pada tahun 2011 terdapat sembilan kasus DBD (PKD Wirogunan, 2012). Adanya kasus DBD setiap tahunnya menandakan desa tersebut belum bebas jentik. Berdasarkan data dari Puskesmas Kartasura Angka Bebas Jentik (ABJ) di desa Wirogunan sebesar 80%, ini berarti ABJ desa Wirogunan belum memenuhi standar minimal yang ditetapkan pemerintah yaitu 95%. Untuk meningkatkan upaya pemberantasan penyakit DBD diperlukan adanya kader Juru pemantau jentik (Jumantik) dalam melakukan pemeriksaan jentik secara berkala dan terus menerus serta menggerakkan masyarakat dalam melaksanakan PSN DBD (Depkes RI, 2007). Partisipasi aktif dari kader jumantik diharapkan mampu meningkatkan ABJ dan menekan jumlah kasus DBD di Desa Wirogunan. Terdapat 40 kader jumantik di Desa Wirogunan yang tersebar di enam Rukun Warga (RW) dan terdiri dari 16 Rukun Tetangga (RT). Namun, tidak semua kader jumantik di Desa Wirogunan berperan aktif dalam kegiatan PSN DBD. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi kader jumantik dalam upaya Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) di Desa Wirogunan Kecamatan Kartasura Kabupaten Sukoharjo.

METODE PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan adalah observasional dengan rancangan cross sectional. Penelitian ini dilakukan di Desa Wirogunan pada tanggal 4 sampai dengan 8 Juli 2012. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh kader jumantik yang berada di Desa Wirogunan. Sebanyak 40 sampel diambil menggunakan teknik exhaustive sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunaan kuesioner. Untuk menganalisis data menggunakan uji chi square. HASIL PENELITIAN Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh karateristik masing-masing variabel yang ditampilkan pada tabel 1. Tabel 1. Karakteristik masing-masing variabel Variabel Frekuensi Persentasi (%) Pendidikan SD atau sederajat 2 5 SMP atau sederajat 14 35 SMA atau sederajat 22 55 Perguruan Tinggi 2 5 Umur 26-40 tahun (muda) 22 55 >40-54 tahun (tua) 18 45 Pekerjaan Tidak bekerja 23 57,5 Bekerja 17 42,5 Penghasilan Rendah 20 50 Tinggi 20 50 Ketersediaan Fasilitas Tidak Memadai 9 22,5 Memadai 31 77,5 Partisipasi Kader Jumantik Tidak aktif 19 47,5 Aktif 21 52,5 Berdasarkan tabel 1, dapat dilihat bahwa pendidikan responden didominasi dengan lulusan SMA atau sederajat yaitu sebanyak 22 responden (55%).

Sedangkan paling sedikit dengan jenjang pendidikan SD atau sederajat dan perguruan tinggi yaitu sebanyak 2 responden (5%). Sebagian besar responden berusia diantara 26-40 tahun, yaitu sebanyak 22 orang (55%). Responden dengan kategori tidak bekerja sebanyak 23 orang (57,5%) dan responden dengan kategori bekerja sebanyak 17 orang (42,5%). Penghasilan responden antara kategori rendah dan tinggi mempunyai frekuensi yang sama yaitu sebanyak 20 orang (50%). Responden dengan ketersediaan fasilitas yang memadai sebanyak 31 orang (77,5%) lebih banyak daripada responden dengan ketersediaan fasilitas yang tidak memadai, yaitu sebanyak 9 orang (22,5%) dan responden yang aktif sebanyak 21 orang (52,5%) lebih banyak daripada responden yang tidak aktif, yaitu sebanyak 19 orang (47,5%). Berdasarkan hasil uji chi square, diketahui p-value masing-masing varibel yang ditampilkan pada tabel 2. Tabel 2. Hasil Uji Bivariat antara Variabel Bebas dengan Variabel Terikat Partisipasi Variabel Tidak aktif Aktif Total p N % N % n % value Pendidikan Rendah 4 10 12 30 16 40 Tinggi 15 37,5 9 22,5 24 60 0,02 Umur Muda 11 27,5 11 27,5 22 55 Tua 8 20 10 25 18 45 0,72 Pekerjaan Tidak bekerja 14 35 9 22,5 23 57,5 Bekerja 5 12,5 12 30 17 42,5 0,04 Penghasilan Rendah 11 27,5 9 22,5 20 50 Tinggi 8 20 12 30 20 50 0,34 Ket. Fasilitas Tidak 7 17,5 2 5 9 22,5 memadai 0,06 Memadai 12 30 19 47,5 31 77,5

Berdasarkan tabel 2, dapat diketahui bahwa ada dua variabel yang memenuhi syarat p > 0,05 agar Ha diterima yaitu, variabel pendidikan (p = 0,02) dan pekerjaan (p = 0,04). Maka dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh antara pendidikan dan pekerjaan dengan partisipasi kader jumantik dalam upaya PSN. Sedangkan untuk variabel umur (p = 0,72), penghasilan (p = 0,34) dan ketersediaan fasilitas (p = 0,06) diperoleh nilai p < 0,05. Maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada pengaruh antara umur, penghasilan dan ketersediaan fasilitas dengan partisipasi kader jumantik dalam upaya PSN. PEMBAHASAN Berdasarkan hasil uji chi square pada variabel pendidikan menunjukkan nilai p = 0,02 (p < 0,05), artinya ada pengaruh tingkat pendidikan terhadap partisipasi kader jumantik dalam upaya PSN. Dari hasil kuesioner diketahui bahwa responden dengan jenjang pendidikan SD atau sederajat sebanyak 2 responden, jenjang pendidikan SMP atau sederajat sebanyak 14 responden, jenjang pendidikan SMA atau sederajat sebanyak 22 responden dan jenjang pendidikan perguruan tinggi sebanyak 2 responden. Berdasarkan penelitian ini diketahui bahwa terdapat hubungan yang negatif yaitu, responden yang berpendidikan rendah (30%) lebih aktif partisipasinya dari pada yang berpendidikan tinggi (22,5%). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pendidikan tinggi tidak dapat menjamin bahwa seseorang akan mempunyai pengetahuan tentang kesehatan yang baik. Pengetahuan mengenai DBD dan PSN

tidak hanya dapat diperoleh melalui pendidikan di sekolah saja tetapi dapat juga diperoleh dari penyuluhan, media massa dan lain-lain. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan hasil penelitian dari Trisnaniyanti, dkk (2010), yang menyatakan tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan persepsi kader PSN Demam Berdarah Dengue (DBD) dalam pencegahan DBD. Dari penelitian tersebut diperoleh nilai p sebesar 0,145 dengan CI 95 %. Perbedaan ini dapat dikarenakan jumlah sampel pada penelitian tersebut lebih banyak yaitu 107 responden, dengan teknik pengambilan sampel menggunakan proporsional random sampling. Penelitian ini didukung dengan hasil penelitian dari Dalimunthe (2008), yang menyatakan faktor pendidikan merupakan variabel yang mempengaruhi partisipasi masyarakat. Hasil penelitian ini diperoleh nilai p sebesar 0,047 dengan nilai CI sebesar 95 %. Hasil uji chi square pada variabel umur menunjukkan nilai p = 0,72 (p > 0,05), artinya tidak ada pengaruh antara umur terhadap partisipasi kader jumantik dalam upaya PSN. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa responden yang berusia 26-40 tahun sebanyak 22 orang dan responden yang berusia >40-54 tahun sebanyak 18 orang. Secara statistik dijelaskan pada kelompok umur tertentu (muda atau tua) tidak berbeda partisipasinya dalam upaya PSN, karena dalam pemberantasan sarang nyamuk tidak terfokus pada umur tertentu tetapi dibutuhkan partisipasi dari semua kalangan dalam melakukan pemeriksaan jentik secara berkala dan terus menerus serta menggerakkan masyarakat dalam melaksanakan PSN DBD. Hasil

penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Dalimunthe (2008), yang menyatakan bahwa tidak ada pengaruh antara umur terhadap partisipasi masyarakat dalam pemberantasan malaria. Berdasarkan hasil uji chi square pada variabel pekerjaan menunjukkan nilai p sebesar 0,049 (p > 0,05), artinya ada pengaruh antara pekerjaan terhadap partisipasi kader jumantik dalam upaya PSN. Berdasarkan hasil kuesioner, diketahui bahwa responden yang tidak bekerja sebanyak 23 orang dan responden yang bekerja sebanyak 17 orang. Kader jumantik yang termasuk dalam kategori tidak bekerja merupakan ibu rumah tangga, sedangkan yang termasuk kategori bekerja memiliki pekerjaan sebagai PNS, buruh pabrik dan berdagang. Kader yang bekerja akan berusaha menjaga kesehatannya agar tidak menghambat pekerjaannya dan berpartisipasi aktif dalam pencegahan terjadinya suatu penyakit, termasuk dalam melakukan upaya PSN DBD. Pekerjaan responden berhubungan dengan beban kerja yang ditanggungnya. Responden yang bekerja cenderung mempunyai beban kerja yang berat dibandingkan dengan responden yang tidak bekerja. Penelitian ini tidak sejalan dengan hasil penelitian Zubaedah (2007) yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara beban kerja dengan kinerja petugas Pokja (Kelompok kerja) DBD. Hasil penelitian ini diperoleh nilai p sebesar 0,82 dengan nilai CI sebesar 95%. Perbedaan ini dapat dikarenakan jumlah sampel pada penelitian tersebut lebih banyak yaitu 108 responden di 36 kelurahan, dengan teknik pengambilan sampel menggunakan proporsional random sampling. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Dalimunthe (2008), yang menyatakan ada pengaruh antara

pekerjaan terhadap partisipasi masyarakat dalam pemberantasan malaria dengan nilai p sebesar 0,039 dan CI sebesar 95%. Berdasarkan hasil uji chi square pada variabel tingkat penghasilan menunjukkan nilai p sebesar 0,34 (p > 0,05), artinya tidak ada pengaruh antara tingkat penghasilan terhadap partisipasi kader jumantik dalam upaya PSN. Dari hasil penelitian ini, diketahui bahwa kader jumantik yang memiliki penghasilan tinggi (30%) lebih aktif dari pada kader jumantik yang berpenghasilan rendah (22,5%). Kader jumantik yang berpenghasilan rendah lebih memilih bekerja dan mendapatkan upah dari pada melaksanakan tugas sebagai kader jumantik. Sebagai reward, kader jumantik diberi dana insentif yang diambil dari iuran warga yaitu sebesar Rp. 15.000 sampai Rp. 25.000. Namun, karena sifatnya sukarela maka hanya beberapa kelompok yang mendapatkan dana tersebut. Pemberian dana insentif sebagai reward dari iuran warga untuk kader jumantik dimungkinkan akan meningkatkan partisipasi kader dalam melakukan pemantauan jentik. Meskipun jumlahnya tidak banyak tetapi dapat sebagai tambahan penghasilan keluarga. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan hasil penelitian Dalimunthe (2008), yang menyatakan bahwa penghasilan merupakan faktor yang terkait dengan penanggulangan penyakit malaria. Hasil penelitian tersebut diperoleh ada pengaruh tingkat penghasilan terhadap partisipasi masyarakat dalam program pencegahan malaria, dengan nilai p sebesar 0,040 dan CI = 95%. Perbedaan hasil penelitian ini dapat dikarenakan adanya perbedaan dalam pengkategorian tingkat penghasilan. Dalimunthe mengkategorikan rendah dan tingginya penghasilan

didasarkan atas Upah Minimum Provinsi (UMP) Sumatra Utara tahun 2006 yaitu sebesar Rp. 765.000, sedangkan pada penelitian ini pengkategorian didasarkan atas Upah Minimum Regional (UMR) Kabupaten Sukoharjo tahun 2011 yaitu sebesar Rp. 843.000. Berdasarkan hasil uji chi square pada variabel ketersediaan fasilitas, diketahui bahwa nilai p sebesar 0,06 (p > 0,05), artinya tidak ada pengaruh antara ketersediaan fasilitas terhadap partisipasi kader jumantik dalam upaya PSN. Berdasarkan hasil penelitian ini diketahui bahwa sebagian besar kader jumantik telah mendapatkan fasilitas yang memadai (77,5%), sedangkan yang kurang memadai sebesar 22,5%. Fasilitas yang diberikan kepada kader jumantik berupa senter, format pemantauan, alat tulis dan bubuk abate, yang diperoleh dari pemerintah desa dan puskesmas. Kelengkapan yang tidak diberikan berupa tas dan seragam sebagai tanda pengenal, kader peroleh dengan mengeluarkan iuran pribadi. Berdasarkan hasil kuesioner, dari 16 Rukun Tetangga (RT) yang berada di Desa Wirogunan, dua diantaranya tidak memiliki fasilitas yang memadai. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan hasil penelitian Rosidi dan Adisasmito (2009) yang menyatakan bahwa ada hubungan yang bermakna antara sarana pendukung kegiatan PSN DBD dan Angka Bebas Jentik (ABJ). Hasil penelitian ini diperoleh nilai p sebesar 0,000 dengan nilai CI sebesar 95%. Perbedaan ini dapat dikarenakan jumlah sampel pada penelitian tersebut lebih banyak yaitu 48 responden. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian pambudi (2009) yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara ketersedian

fasilitas dengan partisipasi kader dalam pemberantasan DBD. Hasil penelitian ini diperoleh nilai p sebesar 0,654 dengan nilai CI sebesar 95 %. SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil analisis, maka dapat diambil kesimpulkan sebagai berikut: 1. Ada pengaruh tingkat pendidikan terhadap partisipasi kader jumantik dalam upaya PSN di Desa Wirogunan Kecamatan Kartasura Kabupaten Sukoharjo. 2. Tidak ada pengaruh umur terhadap partisipasi kader jumantik dalam upaya PSN di Desa Wirogunan Kecamatan Kartasura Kabupaten Sukoharjo. 3. Tidak ada pengaruh penghasilan terhadap partisipasi kader jumantik dalam upaya PSN di Desa Wirogunan Kecamatan Kartasura Kabupaten Sukoharjo. 4. Ada pengaruh jenis pekerjaan terhadap partisipasi kader jumantik dalam upaya PSN di Desa Wirogunan Kecamatan Kartasura Kabupaten Sukoharjo. 5. Tidak ada pengaruh ketersediaan fasilitas terhadap partisipasi kader jumantik dalam upaya PSN di Desa Wirogunan Kecamatan Kartasura Kabupaten Sukoharjo. Berdasarkan hasil penelitian ini, maka disampaikan beberapa saran sebagai berikut: 1. Bagi kader jumantik Kader jumantik dapat meningkatkan kegiatan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) pada masyarakat melalui lomba rumah bebas jentik dalam jangka waktu tertentu, misalnya penilaian selama satu tahun.

2. Bagi masyarakat Kader jumantik dapat memasang bendera merah dengan gambar nyamuk Aedes aegypti pada rumah warga sebagai tanda bahwa rumah tersebut belum bebas jentik, sehingga masyarakat dapat lebih peduli terhadap kegiatan PSN dalam upaya pemutusan rantai penularan DBD bersama-sama kader jumantik. 3. Bagi instansi kesehatan Puskesmas Kartasura diharapkan dapat meningkatkan partisipasi kader jumantik dalam upaya PSN dengan beberapa cara yaitu, pelatihan dan pemberian dana insentif bagi kader jumantik. 4. Bagi peneliti lain Penelitian ini masih dapat dikembangkan lagi dengan variabelvariabel yang lebih kompleks dan belum diteliti misalnya jarak lokasi pemantauan, jumlah rumah yang dipantau, jumlah kader dalam setiap lokasi dan sebagainya sehingga dapat diketahui faktor-faktor lain yang mempengaruhi partisipasi kader jumantik dalam upaya PSN. DAFTAR PUSTAKA Dalimunthe. 2008. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Partisipasi Masyarakat dalam Program Pencegahan Malaria di Kecamatan Saibu Kabupaten Mandailing Natal. [Tesis]. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatra Utara. Depkes RI. 2007. Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue (PSN DBD) oleh Juru Pemantau Jentik (Jumantik). Jakarta: Depkes RI. DKK Sukoharjo. 2011. Profil Kesehatan Kabupaten Sukoharjo 2010. Sukoharjo: DKK Sukoharjo.

DKK Sukoharjo. 2012. Profil Kesehatan Kabupaten Sukoharjo 2011. Sukoharjo: DKK Sukoharjo. Pambudi. 2009. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Partisipasi Kader Jumantik dalam Pemberantasan DBD di Desa Ketitang Kecamatan Nogosari Kabupaten Boyolali. [Skripsi]. Surakarta: Fakultas Ilmu kesehatan UMS. PKD Wirogunan. 2012. Pencatatan Penyakit DBD di Desa Wirogunan. Kartasura: PKD Wirogunan. Puskesmas Kartasura. 2012. Data Kasus Demam Berdarah di Puskesmas Kartasura tahun 2010-2011. Kartasura: Puskesmas Kartasura. Rita. 2011. Kampanye Ayo Stop DBD Peran Serta Masyarakat dalam Upaya Memberantas DBD. Diunduh: 29 Maret 2012. http://www.depkes.go.id Rosidi, AR dan Adisasmito, W. 2009. Hubungan Faktor Penggerakan Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue (PSN-DBD) Dengan Angka Bebas Jentik Di Kecamatan Sumberjaya Kabupaten Majalengka Jawa Barat. MKB. Vol. XII No 2, 2009. Trisnaniyanti I, Prabandari YS dan Citraningsih. 2010. Persepsi dan Aktivitas Kader PSN DBD terhadap Pencegahan dan Pemberantasan Demam Berdarah Dengue. Berita Kedokteran Masyarakat. Vol. 26 No 3, September 2010. Zubaedah, IS. 2007. Hubungan Faktor-Faktor Sumber Daya Manusia terhadap Kinerja Pokja DBD Tingkat Kelurahan di Tasikmalaya. [Tesis]. Fakultas Kesehatan Masyyarakat Universitas Diponogoro.