BAB I PENDAHULUAN. stroke masih tinggi. Menurut estimasi World Health Organisation (WHO), pada

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Salah satu aspek utama dalam pemberian asuhan keperawatan adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah mempertahankan integritas kulit. Hal ini dapat tercapai dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. kecacatan yang lain sebagai akibat gangguan fungsi otak (Muttaqin, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. aktifitas ini berkepanjangan akan mengakibatkan luka. regangan dan gesekan (Potter dan Perry, 2005; Hidayat, 2006).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dekubitus adalah kerusakan struktur anatomis dan fungsi kulit normal

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN, SIKAP DENGAN PERILAKU PERAWAT DALAM UPAYA PENCEGAHAN DEKUBITUS DI RUMAH SAKIT CAKRA HUSADA KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. iritasi dan akan berkembang menjadi luka tekan atau dekubitus (Sumardino, Dekubitus merupakan masalah yang serius karena dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. Stroke atau gangguan peredaran darah otak (GPDO) merupakan penyakit

BAB I PENDAHULUAN. keperawatan adalah kepuasan pasien. Kepuasan pasien ditentukan oleh beberapa

BAB I PENDAHULUAN. hemoragik di Jawa Tengah adalah 0,03%. Sedangkan untuk stroke non

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stroke merupakan salah satu penyebab kematian dan kecacatan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dunia (Potter & Perry, 2009). American Nurses Association

BAB I PENDAHULUAN. UU R.I Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan, Pasal 62 tentang. peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit menyatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan masyarakat tentang kesehatan juga mulai berkembang.

BAB I PENDAHULUAN. kulit agar senantiasa terjaga dan utuh adalah salah satu aspek penting di

BAB 1 PENDAHULUAN. Sistem saraf manusia mempunyai struktur yang kompleks dengan berbagai

BAB 1 PENDAHULUAN. Serikat. American Hearth Association tahun 2013 melaporkan sekitar

BAB I PENDAHULUAN. perawat dalam praktek keperawatan. Caring adalah sebagai jenis hubungan

BAB I PENDAHULUAN. Stroke Menurut World Health Organization (WHO) (2001) seperti yang

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit (RS) merupakan salah satu pelayanan kesehatan yang bertujuan

BAB I PENDAHULUAN. yang mengarah pada kestabilan emosional (Nasir dan Muhith, 2011). mencerminkan kedewasaan kepribadiannya.

BAB I PENDAHULUAN. perut kuadran kanan bawah (Smeltzer, 2002). Di Indonesia apendisitis merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Dekubitus merupakan masalah yang dihadapi oleh pasien-pasien dengan penyakit

BAB I PENDAHULUAN. dan kapan saja (Muttaqin, 2008). Corwin (2009) menyatakan dalam Buku Saku

Stroke merupakan penyebab kematian ketiga terbanyak di Amerika Serikat. Pada 2002, stroke membunuh sekitar orang. Jumlah tersebut setara

BAB I PENDAHULUAN. serta ketidakpastian situasi sosial politik membuat gangguan jiwa menjadi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. jantung yang prevalensinya paling tinggi dalam masyarakat umum dan. berperan besar terhadap mortalitas dan morbiditas.

BAB 1 PENDAHULUAN. masalah kesehatan yang serius dan berdampak pada disfungsi motorik dan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan penyebab utama kematian ke-enam di seluruh dunia (Nwanko, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. nomor 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia, yang. telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Menurut World Health

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan manusia sebagai alat pergerakan yang membantu manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. tersebut yang disertai dengan perilaku mengamuk yang tidak dapat dibatasi

BAB 1. bagi semua bangsa Indonesia. Pandangan pencapaian kesehatan bagi semua ini sering

BAB 1 PENDAHULUAN. terhentinya suplai darah ke otak karena sumbatan (stroke iskemik) atau

BAB I PENDAHULUAN. mengharuskan rumah sakit memberikan pelayanan berkualitas sesuai kebutuhan

BAB 1 PENDAHULUAN. karena terjadinya gangguan peredaran darah otak dan bisa terjadi pada siapa saja

PENGARUH POSISI LATERAL INKLIN 30 0 TERHADAP KEJADIAN DEKUBITUS PADA PASIEN STROKE DI BANGSAL ANGGREK I RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. MOEWARDI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. cepat, sehingga masyarakat dengan mudah memperoleh informasi yang diinginkan

BAB I PENDAHULUAN. (21,8%) diantaranya persalinan dengan Sectio Caesarea (Hutapea, H, 1976).

BAB I PENDAHULUAN. yang berbaring lama. Ulkus dekubitus sering disebut sebagai ischemic ulcer, pressure ulcer, pressure sore, bed sore.

BAB I PENDAHULIAN. Tuberculosis paru (TB paru) adalah penyakit yang disebabkan oleh kuman

BAB I PENDAHULUAN. tidak menular atau NCD (Non-Communicable Disease) yang ditakuti karena

BAB 1 PENDAHULUAN. Stroke juga merupakan penyebab kematian ketiga terbanyak di Amerika Serikat.

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA DENGAN PERILAKU DALAM MENINGKATKAN KAPASITAS FUNGSIONAL PASIEN PASCA STROKE DI WILAYAH KERJA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sejumlah prilaku seperti mengkonsumsi makanan-makanan siap saji yang

BAB I PENDAHULUAN. Asia, khususnya di Indonesia, setiap tahun diperkirakan 500 ribu orang

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit tidak menular (PTM) seperti penyakit jantung, stroke, kanker,

BAB I PENDAHULUAN. pecahnya pembuluh darah atau tersumbat oleh gumpalan. Gangguan asupan darah

BAB 1 PENDAHULUAN. atau oleh tidak efektifnya insulin yang dihasilkan. Hal ini menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam mempertahankan hidup. Hati termasuk organ intestinal terbesar

diantaranya telah meninggal dunia dengan Case Fatality Rate (CFR) 26,8%. Penyakit

BAB I PENDAHULUAN. merupakan penyebab kematian urutan ke-3 di negara-negara maju setelah

BAB I PENDAHULUAN. (dipengaruhi oleh susunan saraf otonom) (Syaifuddin, 2006). Pembuluh

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan masalah yang. ditemukan pada masyarakat baik di negara maju maupun berkembang

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit tidak menular (PTM) menjadi penyebab utama kematian secara

BAB 1 PENDAHULUAN. mengiris anggota tubuh yang sakit. Biasanya dilaksanakan dengan anastesi,

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Keperawatan merupakan salah satu profesi yang terlibat dalam. yang didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan, berbentuk pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit ginjal kronik (PGK) merupakan gangguan fungsi ginjal yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Penurunan curah jantung merupakan suatu keadaan di mana pompa darah

BAB I PENDAHULUAN. (Kementrian Kesehatan RI, 2010). Kanker payudara bisa terjadi pada perempuan

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetic foot merupakan salah satu komplikasi Diabetes Mellitus (DM).

BAB I PENDAHULUAN. pembuahan dalam kandungan sampai umur lanjut (GBHN, 1999). yang terus berkembang (Depkes RI, 1999).

BAB I PENDAHULUAN. serta pengobatan penyakit banyak digunakan alat-alat ataupun benda-benda

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit hati di Indonesia umumnya masih tergolong tinggi. Berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. Statistik (2013), angka harapan hidup perempuan Indonesia dalam rentang

BAB I PENDAHULUAN. Stroke atau cedera serebrovaskuler (CVA) adalah ketidaknormalan fungsi sistem

BAB I PENDAHULUAN. dimungkinkan dengan adanya peningkatan prevalensi penyakit kardiovaskuler

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organisation (WHO) tahun 2003 mendefinisikan sehat

BAB I PENDAHULUAN. penyakit kronis telah terjadi di Indonesia seiring dengan kemajuan teknologi dan

HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK INDIVIDU DENGAN PERUBAHAN KONSEP DIRI PADA KLIEN DENGAN PARALISIS DI RS. ORTHOPEDI PROF. DR. R. SOEHARSO SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. memberikan gambaran yang jelas tentang gagal jantung. Pada studinya disebutkan

BAB I PENDAHULUAN. morbiditas dan mortalitas PTM semakin meningkat baik di negara maju maupun

BAB I PENDAHULUAN. dari orang per tahun. 1 dari setiap 18 kematian disebabkan oleh stroke. Rata-rata, setiap

BAB 1 PENDAHULUAN. yang mengerikan, hal ini dikarenakan kanker merupakan penyakit yang

BAB 1 PENDAHULUAN. sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pembukaan

BAB I PENDAHULUAN. yang penting, sarat dengan tugas, beban, masalah dan harapan yang. memiliki kemampuan dalam menghubungkan aspek-aspek kemanusiaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. jantung koroner yang utama dan paling sering mengakibatkan kematian (Departemen

BAB I PENDAHULUAN. Payudara atau kelenjar mammae merupakan pelengkap alat reproduksi wanita dan

BAB 1 PENDAHULUAN. bentuk pelayanan yang diberikan kepada klien oleh suatu tim multidisiplin

BAB I PENDAHULUAN. panjang, baik mikroangiopati maupun makroangiopati ( Hadisaputro &

BAB I PENDAHULUAN. maka pada tahun 1976 Join Commission on Acreditation of Health Care

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perawatan Paliatif adalah pendekatan yang meningkatkan kualitas hidup pasie

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya prevalensi diabetes melitus (DM) akibat peningkatan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Sehat dapat diartikan bahwa suatu keadaan yang sempurna baik secara

BAB I PENDAHULUAN. abnormal tekanan darah dalam pembuluh darah arteri secara terus menerus

BAB I PENDAHULUAN. Sindroma akibat Gangguan Peredaran Darah Otak (GPDO) atau yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tanda klinis. Gangguan ini berlangsung lebih dari 24 jam dapat. World, 2008). Di Amerika, dua per tiga orang mengalami defisit

BAB I PENDAHULUAN. kardiovaskular (World Health Organization, 2010). Menurut AHA (American

BAB I PENDAHULUAN. akhir fibrosis hepatik yang berlangsung progresif yang ditandai dengan distorsi

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang menderita sakit karena berbagai pertimbangan terpaksa dirawat di

BAB I PENDAHULUAN. Appendisitis merupakan peradangan yang terjadi pada Appendiks vermiformis

BAB I PENDAHULUAN. penyakit tidak menular dan penyakit kronis. Salah satu penyakit tidak menular

BAB 1 PENDAHULUAN. berdampak terhadap perubahan pola penyakit. Selama beberapa tahun. terakhir ini, masyarakat Indonesia mengalami peningkatan angka

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Pada perkembangan zaman yang semakin berkembang khususnya

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit kronis yang terjadi di Indonesia setiap tahun semakin bertambah. Kondisi ini dapat dilihat dari banyaknya penduduk Indonesia yang meninggal dunia akibat dari penyakit kronis itu sendiri. Stroke dikatakan sebagai penyebab kematian nomer tiga setelah penyakit jantung dan kanker. Angka kematian karena stroke masih tinggi. Menurut estimasi World Health Organisation (WHO), pada tahun 2008 ada 6,2 juta kematian karena stroke (WHO, 2012). Berdasarkan data yang diperoleh American Heart Association/American Stroke Association (AHA/ASA) dalam Heart Disease and Stroke Statistic-2012 Update, menyebutkan bahwa setiap empat menit, terdapat satu orang yang meninggal karena stroke di Amerika Serikat pada tahun 2008 (Roger,et.al, 2011). Stroke merupakan penyebab kematian tertinggi pada usia >45 tahun di Indonesia (15,4% dari seluruh kematian) baik di Desa maupun di Perkotaan (Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 2008). Menurut Profil Kesehatan Indonesia tahun 2005, stroke merupakan penyebab pertama kematian di Rumah Sakit Umum di seluruh Indonesia sebanyak 4.692 orang yang menderita stroke. Pada tahun 2006, jumlah pasien stroke yang rawat inap di seluruh Rumah Sakit Indonesia sebanyak 44.365 orang dan yang meninggal sebanyak 8.878 orang. Jumlah pasien stroke yang ada di Bali sendiri menurut data rekam medik pada RSUP Sanglah Denpasar, tercatat bahwa pada tahun 2012 jumlah penderita 1

2 stroke yang yang menjalani perawatan adalah 715 orang dimana bila dirataratakan terdapat 60 kasus perbulan, sedangkan pada tahun 2013 menjadi 565 orang. Stroke merupakan hasil dari proses aterosklerotik dan akibat dari penyakit serebrovaskuler, seperti aterotrombosis, emboli, atau perdarahan intrakranial (Udayana, 2010). Pasien stroke kebanyakan mengalami kondisi yang lemah dan imobilisasi. Imobilisasi didefinisikan North American Nursing Diagnosis Association (NANDA) sebagai suatu keadaan dimana individu yang mengalami atau beresiko mengalami keterbatasan gerakan fisik antara lain : lansia, individu dengan penyakit yang mengalami penurunan kesadaran lebih dari tiga hari atau lebih, individu yang kehilangan fungsi anatomi akibat perubahan fisiologik (kehilangan fungsi motorik, klien dengan stroke, klien pengguna kursi roda), penggunaan alat eksternal (seperti gips atau traksi), dan pembatasan gerakan volunter (Potter, 2005). Kondisi-kondisi yang menyebabkan imobilisasi antara lain fraktur, stroke, postoperasi dan pasien dimensia. Komplikasi dari imobilisasi adalah infeksi saluran kemih, atrofi otot karena disused, konstipasi, infeksi paru, gangguan aliran darah, dan dekubitus. Beberapa studi yang diadakan pada beberapa negara, angka kejadian dekubitus pada pasien stroke yang dirawat di rumah sakit dengan imobilisasi ada kecenderungan mengalami peningkatan, terutama pada pasien usia lanjut dengan kasus ganggun neurologik. Berdasarkan hasil studi oleh Amstrong, H (2002) yang dilakukan di Amerika menunjukkan bahwa 3%-10% pasien stroke yang dirawat di rumah sakit dengan imobilisasi mengalami dekubitus.

3 Dekubitus berasal dari bahasa latin decumbree yang berarti merebahkan diri yang didefinisikan sebagai suatu luka akibat posisi penderita yang tidak berubah dalam jangka waktu lebih dari enam jam (Sabandar,2008). Penelitian yang dilakukan oleh Institute for Clinical System Improvement (ICSI) (2012), ditemukan bahwa prevalensi dekubitus sangat tinggi di Indonesia bahkan di Dunia. Insiden dekubitus pada pasien stroke dengan imobilisasi di Indonesia cukup tinggi yaitu sebesar 33,3%, angka ini sangat tinggi bila dibandingkan dengan insiden dekubitus di ASEAN yang hanya berkisar 2,1 3,1% (Yusuf, 2011). Insiden terjadinya dekubitus sangat bervariasi dari jenis perawatan, tetapi pada kasus secara umum dilaporkan bahwa 0,4% - 38% terjadi di perawatan akut, 2,2%-23,9% pada perawatan jangka panjang dan 0%-17% terjadi pada perawatan di rumah. Hasil studi pendahuluan yang dilakukan peneliti pada tanggal 22 Oktober 22 November 2014 melalui observasi dan wawancara singkat dengan pasien dan perawat di ruangan stroke rawat inap RSUP Sanglah, ditemukan bahwa pada tahun 2013 dan 2014 masih terdapat insiden terjadinya dekubitus. Insiden dekubitus tersebut tidak dalam jumlah yang banyak, namun masih ditemukan. Terdapat 15 pasien stroke dengan dekubitus yang dirawat pada ruang Mawar maupun Ruang Nagasari. Pasien ini nantinya akan dirawat dan dilakukan tindakan keperawatan untuk mencegah terjadinya dekubitus yang lebih luas. Berdasarkan hasil wawancara dengan tujuh pasien, tiga pasien mengatakan mereka jarang mendapatkan pengaturan posisi seperti perubahan posisi, miring kiri dan kanan yang dilakukan oleh perawat. Terdapat beberapa perawat yang melakukan perilaku caring untuk mencegah dekubitus seperti pengaturan posisi terhadap

4 pasien dan ada pula yang tidak melakukan. Ditemukan ada tiga orang perawat yang tidak melakukan perilaku caring dalam pencegahan dekubitus terhadap pasien seperti posisi fowler, miring kiri dan kanan selama dua jam dan pencegahan dekubitus lainnya. Pencegahan dekubitus merupakan prioritas dalam perawatan klien yang mengalami keterbatasan mobilisasi. Gangguan integritas kulit mungkin tidak menjadi masalah bagi individu yang mampu melakukan mobilisasi dan sehat, tetapi bisa menjadi masalah yang serius dan berpotensi merusak pada klien sakit atau tidak berdaya. Hampir 95% dekubitus dapat dicegah melalui tindakan keperawatan, sisanya kurang lebih 5% pasien imobilisasi tetap akan mengalami dekubitus apabila tidak mendapatkan tindakan keperawatan. Tindakan keperawatan ini sebagian besar dilakukan pada pasien yang dirawat di rumah sakit maupun di rumah. (The Agency for Health Care Policy and Research (AHPCR), 1994 dalam Potter & Perry 2005). Upaya pencegahan dekubitus perlu memperhatikan pengetahuan, sikap dan perilaku yang dimiliki oleh perawat (Buss C, 2004). Salah satu faktor yang berkaitan dengan pencegahan dekubitus adalah pengetahuan tentang pencegahan dekubitus, oleh karena itu hal tersebut harus dimiliki oleh perawat. Pengetahuan seseorang erat kaitannya dengan perilaku yang akan diambilnya, karena dengan pengetahuan, seseorang akan memiliki alasan untuk menentukan pilihan. Kekurangan pengetahuan tentang penyakit yang diderita akan mengakibatkan tidak terkendalinya proses perkembangan penyakit, termasuk deteksi dini adanya komplikasi penyakit (Palestin, 2006).

5 Penelitian yang dilakukan oleh Riezky Dwi (2012) menemukan bahwa pelayanan keperawatan yang profesional sebaiknya dilandasi oleh pendidikan keperawatan. Perawat dengan pendidikan yang cukup baik akan melakukan praktik keperawatan yang efektif dan efisien yang selanjutnya akan menghasilkan pelayanan kesehatan yang bermutu tinggi. Tingkat pendidikan merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang. Riezky (2012) menyatakan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang akan semakin baik pula tingkat pengetahuan yang dimiliki seseorang dan pengetahuan merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap pengambilan suatu keputusan serta domain penting dalam melakukan tindakan. Dalam hal ini pengetahuan yang harus dimiliki perawat adalah pengetahuan untuk mencegah terjadinya dekubitus pada pasien stroke yang dirawat di Rumah Sakit. Berbagai studi mengindikasikan bahwa perawat tidak memiliki informasi dan pengetahuan dalam kegiatan pencegahan dekubitus. Penelitian ini telah dilakukan oleh Halfens dan Eggink (1999) dan menyebutkan bahwa sebagian besar perawat yang bekerja di Rumah Sakit Umum tidak mempunyai pengetahuan yang cukup dalam memahami isi panduan penanganan dan pencegahan dekubitus. Selanjutnya Pieper & Mott (1998) menemukan bahwa pengetahuan Registered Nurse tentang dekubitus tidaklah tinggi hanya mencapai 36% dari total pertanyaan yang dijawab dengan benar (KEMENKES, 2000). Profesionalisme perawat diikuti oleh pengetahuan dan ketrampilan khusus yang meliputi keterampilan intelektual, teknikal, dan interpersonal yang pelaksanaannya harus mencerminkan perilaku caring (Dwidiyanti, 2007). Caring merupakan esensi dari keperawatan yang membedakan perawat dengan profesi

6 lain. Kemampuan caring perawat terhadap pasien memilih nilai-nilai perawatan yang mengubah keperawatan dari pekerjaan menjadi profesi yang lebih terhormat. Caring tidak hanya mempraktikkan seni perawatan, memberi kasih sayang untuk meringankan penderitaan pasien dan keluarganya, meningkatkan kesehatan dan martabat tetapi juga memperluas aktualisasi diri perawat (Morrisoon & Burnard, 1997/2009). Perawat yang mempunyai kepedulian dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien di rumah sakit adalah perawat yang memiliki sikap caring. Hal ini didukung oleh teori yang dikemukakan oleh Potter dkk, (2006) bahwa caring adalah perhatian perawat dengan sepenuh hati terhadap pasien. Kepedulian, empati, komunikasi yang lemah lembut dan rasa kasih sayang perawat terhadap pasien akan membentuk hubungan perawat dan klien yang terapeutik. Pencegahan penyakit merupakan komponen penting dalam pelayanan kesehatan. Berdasarkan hal tersebut, peneliti ingin meneliti hubungan tingkat pengetahuan dengan perilaku caring perawat dalam pencegahan dekubitus pada pasien Stroke di RSUP Sanglah Denpasar. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah dari penelitian ini adalah apakah ada hubungan tingkat pengetahuan perawat dengan perilaku caring perawat dalam pencegahan dekubitus pada pasien stroke di RSUP Sanglah Denpasar.

7 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan perawat dengan perilaku caring perawat dalam pencegahan dekubitus pada pasien stroke di RSUP Sanglah Denpasar. 1.3.2 Tujuan Khusus Tujuan khusus dari penelitian ini adalah : 1. Mengetahui tingkat pengetahuan perawat dalam pencegahan terjadinya dekubitus pada pasien stroke di RSUP Sanglah Denpasar. 2. Mengetahui perilaku caring perawat dalam pencegahan dekubitus pada pasien stroke di RSUP Sanglah Denpasar. 3. Mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan perawat dan perilaku caring perawat dalam mencegah terjadinya dekubitus pada pasien stroke di RSUP Sanglah Denpasar. 1.4 Manfaat penelitian 1.4.1 Bagi Instansi Pelayanan Kesehatan Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan untuk merancang kebijakan pelayanan keperawatan khususnya dalam perawatan dalam pencegahan dekubitus pada pasien stroke yang di rawat di RS dengan mematuhi Standar Operasional Prosedural (SOP) pemberian pelayanan.

8 1.4.2 Bagi Profesi Keperawatan Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan yang dapat digunakan bagi perawat terutama terkait dalam pengetahuan dan perilaku caring perawat saat memberikan asuhan keperawatan dalam pencegahan dekubitus. 1.4.3 Bagi Peneliti Hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan penelliti terkait pentingnya perilaku caring dalam pencegahan dekubitus pada pasien yang dirawat di RS dan dapat digunakan sebagai bahan acuan untuk penelitian selajutnya.