HUBUNGAN PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG MODEL ASUHAN KEPERAWATAN METODE TIM DENGAN IMPLEMENTASINYA DI RUANG BEDAH FLAMBOYAN RSUD DR SOETOMO SURABAYA Ike Prafita Sari Dosen Program Studi Ners Stikes Majapahit Korespondensi : ikkeshary@gmail.com Abstrak Perkembangan dan perubahan model asuhan keperawatan di Rumah Sakit di Indonesia saat ini mengalami perkembangan yang signifikan. Pengetahuan perawat merupakan salah satu faktor utama keberhasilan menjalankan model asuhan keperawatan yang hasil akhirnya diharapkan dapat meningkatkan mutu pelayanan keperawatan yang profesional. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan perawat tentang model asuhan keperawatan metode tim. Desain penelitian yang digunakan adalah analitik korelasional dengan jenis cross sectional.. Teknik pengambilan sampel menggunakan Total Sampling dengan 25 responden. Diketahui bahwa pengetahuan perawat tentang model asuhan keperawatan metode Tim berpengetahuan cukup 92% (23 orang) dengan hasil implementasi perawat cukup sebanyak 76%(19 orang). Hasil analisis statistik menunjukkan hubungan yang sangat signifikan antara pengetahuan perawat tentang model asuhan keperawatan tim dengan pelaksanaan implementasinya (p value < 0,05). Kata Kunci : Pengetahuan Perawat, MAKP Tim, Implementasi MAKP Tim. A. PENDAHULUAN Pelayanan kesehatan menjadi fokus tuntutan masyarakat pada umunya, baik pemerintah maupun swasta. Melihat fenomena tersebut mutu pelayanan kesehatan menjadi alasan pertama bagi pasien dan keluarga dalam memilih Rumah Sakit. Selain itu perkembangan ilmu dan teknologi kesehatan saat ini menuntut perawat dapat memberikan pelayanan kesehatan yang optimal dan salah satu upayanya adalah dengan mengembangkan Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) (Assaf, 2009). Sejalan dengan perkembangan dan perubahan pelayanan kesehatan 74
yang terjadi di Indonesia, maka Model Asuhan Keperawatan harus mengarah pada suatu praktik keperawatan profesional. Model yang diterapkan sekarang di Rumah Sakit adalah keperawatan Tim, Primer Atau Modifikasi Primer (Nursalam, 2014). Menurut Mclaugin, Thomas, dan Barterm (Assaf, 2009) sebelum penggunaan ke-3 metode tersebut, metode fungsional yang menjadi pilihan utama pada saat perang dunia kedua. Metode fungsional dilaksanakan oleh keperawatan saat itu karena masih terbatasnya jumlah dan kemampuan perawat, maka setiap perawat hanya melaksanakan 1-2 jenis intervensi. Dari pengembangan kelemahan/ kekurangan metode fungsional maka pilihan yang akan digunakan adalah MAKP Tim. Metode ini menggunakan tim yang terdiri dari anggota yang berbeda-beda dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap sekelompok pasien. Fakta dilapangan Saat ini yang paling banyak digunakan di Rumah Sakit adalah model keperawatan TIM (Sitorus, 2007). Kentungan dari model TIM adalah memungkinkan pelayanan keperawatan yang menyeluruh, mendukung pelaksanaan proses keperawatan, memungkinkan komunikasi antar tim sehingga konflik mudah diatasi dan memberi kepuasan kepada anggota tim (Rusdi, 2008). Pengetahuan perawat merupakan domain yang sangat penting dalam mempengaruhi tindakan/perilaku perawat dalam memberikan pelayanan kepada pasien. Pengetahuan perawat tentang model asuhan keperawatan dengan metode tim juga sangat diperlukan demi terlaksananya asuhan keperawatan yang optimal (Nursalam, 2014). Kurangnya pengetahuan perawat tentang MAKP Tim dikarenakan adanya tingkat pendidikan perawat yang tidak sama, ini semua dapat diatasi dengan berbagai cara yaitu memberikan sosialisasi pada perawat tentang MAKP, meningkatkan kualifikasi pendidikan perawat yang secara otomatis dapat meningkatkan SDM dan kualitas perawat sehingga mutu dan pelayanan asuhan keperawatan dapat berjalan dengan baik, karena pengetahuan merupakan dominan yang penting dalam mempengaruhi tindakan atau perilaku perawat (Rusdi, 2008). Berdasarkan hal tersebut perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang hubungan pengetahuan perawat tentang model asuhan keperawatan metode Tim dengan implementasinya. 75
B. METODE PENELITIAN Desain penelitian yang digunakan adalah analitik korelasional dengan jenis cross sectional. Sampel yang digunakan adalah perawat di Ruang Bedah Flamboyan RSUD Dr Soetomo Surabaya sebanyak 25 responden. Sampel diambil dengan teknik Total Sampling. Instrumen yang digunakan untuk mengukur pengetahuan perawat tentang model asuhan keperawatan metode Tim adalah kuesioner yang berisi 20 pertanyaan yang telah diuji validitas reabilitas. Instrumen yang digunakan untuk mengukur implementasi model keperawatan Tim adalah lembar observasi yang akan mengobservasi Kepala Ruangan, Ketua Tim, dan Perawat Pelaksana. Pelaksanaan observasi ini dilakukan selama 1 bulan secara acak baik pagi, siang, malam yang dibantu oleh perawat ruangan dengan menggunakan lembar observasi. C. HASIL PENELITIAN Hasil penelitian yang diperoleh adalah sebagai berikut: Tabel 1. Distribusi frekuensi pengetahuan perawat tentang model asuhan keperawatan metode tim No. Pengetahuan Responden Frekuensi (f) Presentase (%) 1. Baik 1 4 2. Cukup 23 92 3. Kurang 1 4 Total 25 100 Tabel 2. Distribusi frekuensi implementasi model keperawatan tim. No. Implementasi Frekuensi (f) Presentase (%) 1. Baik 2 4 2. Cukup 19 76 3. Kurang 4 16 Total 25 25 76
Tabel 3. Hubungan antara pengetahuan perawat tentang model asuhan keperawatan metode tim dengan implementasinya No. Variabel R s Sig. (2-tailed) 1. Hubungan antara pengetahuan perawat tentang model asuhan keperawatan metode tim dengan implementasinya 0,578 0,002 D. PEMBAHASAN Berdasarkan tabel 1 menunjukkan bahwa mayoritas 92% (23 orang) memiliki pengetahuan cukup tentang model asuhan keperawatan metode tim. Sedangkan tabel 2. Menunjukkan bahwa sebagian besar responden 76% (19 Orang) dinilai implementasinya cukup tentang model asuhan keperawatan metode tim. Dari hasil analisis deskriptif yang dilakukan dengan uji korelasi spearmen rank (rho) didapatkan p=0,002 sehingga p< 0,05 yang berarti Ho ditolak yaitu ada hubungan antara pengetahuan perawat tentang model asuhan keperawatan dengan implementasinya di Ruang Bedah Flamboyan. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain penting untuk menentukan tindakan seseorang (over behavior) karena dari pengalaman dan penelitian membuktikan bahwa perilaku didasari oleh pengetahuan (Notoatmodjo, 2008). Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan ada dua faktor yaitu faktor internal meliputi : usia, intelegensi, pendidikan, pengalaman. Faktor eksternal meliputi : informasi, lingkunagn dan sosial budaya. Pengetahuan sangat berkaitan erat dengan pendidikan, karena pengetahuan dipengaruhi oleh pendidikan formal. Semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin baik pula tingkat pengetahuannya. Pendidikan dapat mempengaruhi seseorang dalam memotivasi untuk siap berperan serta dalam membangun kesehatan. Sebaliknya pendidikan yang kurang akan menghambat perkembangan sikap seseorang, sehingga wajar jika responden memiliki pengetahuan yang sebagian besar masuk kategori cukup tentang model asuhan keperawatan dengan tim. Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau obyek. Komponen pokok sikap yaitu kepercayaan, ide, dan konsep pada suatu obyek, kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu obyek, kecenderungan, untuk bertindak (Tend to behave) (Notoatmodjo, 2008). Menurut Notoatmodjo (2008) dari segi biologis perilaku adalah suatu kegiatan atau aktifitas organism (mahluk 77
hidup) yang bersangkutan. Perilaku manusia adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar. Model asuhan keperawatan profesional (MAKP) merupakan sistem (struktur proses dan nilai-nilai profesional) yang memungkinkan perawat profesional mengatur pemberian asuhan keperawatan tersebut (Hottar dan Wood, 1996 dalam Nursalam 2014). Pelaksanaan model keperawatan tim dikatakan efektif apabila tanggung jawab dari masing-masing peran (kepala ruangan, ketua tim, dan perawat pelaksana) dilaksanakan dengan benar. E. PENUTUP 1. Simpulan Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengetahuan perawat tentang model asuhan keperawatn profesional sangat berhubungan dengan implementasinya. Hasil ini dibuktikan dengan nilai p value < 0,05 yang artinya pelaksanaan model asuhan keperawatan tim sangat berhubungan dengan beberapa faktor salah satunya adalah pengetahuan perawat dalam penerapan model asuhan keperawatan tim, karena perawat sebagai domain penting pelaksana asuhan keperawatan diruangan. 2. Saran Untuk hasil yang maksimal dalam pemberian pelayanan keperawatan yang universal di harapkan semua perawat harus memahami tentang model asuhan keperawatan model tim serta harus mempunyai motivasi untuk melakukan perubahan dalam rangka peningkatan mutu pelayanan keparawatan. Selain itu dalam penerapan model asuhan keperawatan profesional banyak sekali faktor yang mempengaruhi salah satunya adalah manajer Rumah sakit. Diharapkan penelitian ini dapat dijadikan dasar referensi bagi peneliti selanjutnya agar meneliti faktor lain yang mempengaruhi penerapan model asuhan keperawatan. DAFTAR PUSTAKA Al-Assaf, A.F. 2009. Mutu Pelayanan Kesehatan Perspektif Internasional. Jakarta : EGC Notoatmodjo, Sukidjo. 2008. Ilmu Kesehatan Masyarakat Prinsip-prinsip Dasar Cetakan kedua. Jakarta: PT Rineka Cipta. 78
Nursalam. 2014. Manajemen Keperawatan. Salemba Medika : Jakarta Nursalam. 2010. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrumen Penelitian Keperawatan, Jakarta : Salemba Medika Rusdi, I. 2008. Model Pemberian Asuhan Keperawatan (nursing care delivery models), diakses 20 Oktober 2015, Sitorus, R. 2007. Implementasi MAKP di Rumah Sakit. Jakarta:EGC Somantri, I. Konsep Model Asuhan Keperawatan Profesional, FIK- UNPAD, diakses pada 02 November 2015. 79