ASERTIVITAS DALAM PEMILIHAN STUDI LANJUT SISWA KELAS XII SMA DITINJAU DARI PERSEPSI TERHADAP POLA ASUH ORANGTUA NASKAH PUBLIKASI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendapatnya secara terbuka karena takut menyinggung perasaan orang lain. Misalnya

ASERTIVITAS DALAM PEMILIHAN STUDI LANJUT SISWA KELAS XII SMA DITINJAU DARI PERSEPSI TERHADAP POLA ASUH ORANGTUA SKRIPSI

KEMANDIRIAN REMAJA DITINJAU DARI PERSEPSI TERHADAP POLA ASUH ORANG TUA PADA SISWA SMP NEGERI 3 TERAS BOYOLALI NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. atau interaksi dengan orang lain, tentunya dibutuhkan kemampuan individu untuk

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut mempelajari keadaan sekelilingnya. Perubahan fisik, kognitif dan peranan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pentingnya perilaku asertif bagi setiap individu adalah untuk memenuhi

BAB III METODE PENELITIAN. Variabel bebas (Independent Variable) adalah variabel yang. variabel bebasnya adalah pola asuh orang tua.

HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DENGAN PERILAKU ASERTIF PADA MAHASISWA AKTIVIS UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA. Skripsi

PERBEDAAN PERILAKU ASERTIF ANTARA ETNIS JAWA DENGAN ETNIS DAYAK

HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN MOTIVASI ANAK UNTUK BERSEKOLAH DI KELURAHAN SUKAGALIH KECAMATAN SUKAJADI KOTA BANDUNG

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan orang lain, atau dengan kata lain manusia mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. dijalanan maupun ditempat-tempat umum lainnya (Huraerah, 2007).

PERKEMBANGAN EMOSI DITINJAU DARI POLA ASUH ORANG TUA PADA ANAK KELOMPOK B RAUDHATUL ATHFAL DI KECAMATAN KALIJAMBE KABUPATEN SRAGEN TAHUN AJARAN

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja berhubungan dengan perubahan intelektual. Dimana cara

BAB I PENDAHULUAN. memiliki konsep diri dan perilaku asertif agar terhindar dari perilaku. menyimpang atau kenakalan remaja (Sarwono, 2007).

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN KENAKALAN REMAJA. NASKAH PUBLIKASI Diajukan kepada Fakultas Psikologi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ibu adalah sosok yang penuh pengertian, mengerti akan apa-apa yang ada

BAB I PENDAHULUAN. banyak pilihan ketika akan memilih sekolah bagi anak-anaknya. Orangtua rela untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pengasuhan anak, dilakukan orang tua dengan menggunakan pola asuh

HUBUNGAN POLA ASUH TERHADAP KEMANDIRIAN BELAJAR ANAK DI RA/BA KECAMATAN GROGOL KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN AJARAN 2010 / 2011 SKRIPSI

LAMPIRAN 1. DATA VALIDITAS & RELIABILITAS ALAT UKUR

BAB I PENDAHULUAN. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

KAITAN ANTARA POLA ASUH PERMISIF DENGAN PERILAKU ASERTIF

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH DEMOKRATIS DENGAN EMPATI NASKAH PUBLIKASI. Diajukan kepada Fakultas Psikologi

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Dalam masa perkembangan negara Indonesia, pendidikan penting untuk

POLA ASUH ORANG TUA DAN PERKEMBANGAN SOSIALISASI REMAJA DI SMA NEGERI 15 MEDAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kekayaan sumber daya alam di masa depan. Karakter positif seperti mandiri,

ARTIKEL ILMIAH KONTRIBUSI POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN SISWA DI SMP NEGERI 21 KOTA JAMBI OLEH : HASPINAWATI NIM : ERAID08042

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. artinya ia akan tergantung pada orang tua dan orang-orang yang berada di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Masalah. serta kebutuhan memungkinkan terjadinya konflik dan tekanan yang dapat

HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP AGRESIFITAS ANAK DI TAMAN KANAK-KANAK KARTIKA 1-61 PADANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pertanyaan tersebut dapat dinyatakan tanpa berbelit-belit dan dapat

BAB I PENDAHULUAN. adolescence yang berasal dari kata dalam bahasa latin adolescere (kata

Jangan takut menjawab ya, jawaban anda sangat berarti

BAB IV HASIL PENELITIAN. remaja ini terbagi di SMKN 1, SMKN 2, SMKN 5, SMA Mataram, SMA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Siswa sebagai generasi muda diharapkan berani untuk mengemukakan

MENJADI ORANGTUA TERBAIK UNTUK ANAK DENGAN METODE PENGASUHAN YANG TEPAT

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dimana pada masa tersebut merupakan periode peralihan dan perubahan. Hurlock

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. diharapkan oleh kelompok sosial, serta merupakan masa pencarian identitas untuk

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

JURNAL PUBLIKASI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan. Guna Mencapai Derajat. Sarjana S-1. Program Studi Pendidikan Akuntansi.

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN ASERTIVITAS PADA REMAJA DI SMA ISLAM SULTAN AGUNG 1 SEMARANG. Rheza Yustar Afif ABSTRAK

BAB 1 PENDAHULUAN. Kepercayaan diri tentu saja mengalami pasang surut, seseorang mungkin merasa percaya

BAB I PENDAHULUAN. dalam menunjukkan bahwa permasalahan prestasi tersebut disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. BAB II pasal 3 tentang Sistem Pendidikan Nasional, bahwa:

HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN KEBAHAGIAAN PADA SISWA SISWI DI SMA MUHAMMADIYAH 1 KLATEN NASKAH PUBLIKASI. Diajukan kepada Fakultas Psikologi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

LAMPIRAN 1. Angket Pola Asuh Orangtua. 1. Nama : 2. Umur : 3. Jenis Kelamin : Laki-laki Perempuan 4. Kelas : 5. Pendidikan Orangtua :

BAB I PENDAHULUAN. Di zaman modern ini perubahan terjadi terus menerus, tidak hanya perubahan

BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. diasuh oleh orangtua dan orang-orang yang berada di lingkungannya hingga

KEMANDIRIAN PADA ANAK TENGAH DARI LATAR BELAKANG BUDAYA YANG BERBEDA NASKAH PUBLIKASI HALAMAN SAMPUL DEPAN

PENGARUH POLA ASUH ORANGTUA TERHADAP KEDISIPLINAN PESERTA DIDIK KELAS XI DI SMK KESATRIAN PURWOKERTO TAHUN 2011/2012

BAB I PENDAHULUAN. perkembangannya menuju dewasa. Remaja cenderung memiliki peer group yang

: SAHID PAMBUDI UTOMO A210

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dilakukan untuk mengetahui normal atau tidaknya distribusi pada data penelitian.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Perilaku Asertif. jujur, terbuka, penuh percaya diri, dan teguh pendiriannya (Davis, 1981).

HUBUNGAN ANTARA PERCAYA DIRI DENGAN INTENSI MENYONTEK

Remaja Pertengahan (15-18 Tahun)

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 2 Sekampung Lampung Timur pada

BAB III METODE PENELITIAN. kuantitatif yaitu penelitian yang menekankan analisisnya pada data-data numeric

GAMBARAN KETERBUKAAN DIRI (Studi Deskriptif pada siswa kelas VIII di SMP Negeri 48 Jakarta) Dwiny Yusnita Sari 1 Wirda Hanim 2 Dharma Setiawaty R.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam menjalankan kehidupan sehari-hari, manusia selalu membutuhkan

BAB III METODE PENELITIAN. hipotesis yang telah disusun. Dalam penelitian yang bersifat kuantitatif ini, maka

Materi kuliah e-learning HUBUNGAN ORANG TUA DENGAN ANAK REMAJA oleh : Dr. Triana Noor Edwina DS, M.Si Dosen Fakultas Psikologi Universitas Mercu

BAB IV PERSIAPAN DAN PELAKSANAAN PENELITIAN

PENGARUH POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP PERILAKU MORAL SISWA KELAS VI SEKOLAH DASAR NEGERI NO. 95/I OLAK KECAMATAN MUARA BULIAN SKRIPSI OLEH :

BAB II LANDASAN TEORI

HUBUNGAN POLA ASUH ORANGTUA DENGAN DISIPLIN ANAK DI KOMPLEK MENDAWAI KOTA PALANGKA RAYA

BAB II LANDASAN TEORI

PERILAKU ASERTIF PADA REMAJA AWAL MADE CHRISTINA NOVIANTI DR. AWALUDDIN TJALLA ABSTRAKSI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di sekolah, potensi individu/siswa yang belum berkembang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Pengembangan karakter manusia sebagai makhluk sosial. membutuhkan manusia lainnya untuk berinteraksi.

BAB I PENDAHULUAN. Guru berperan penting dalam proses pendidikan anak di sekolah, bagaimana

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN PERSEPSI REMAJA TERHADAP POLA ASUH ORANG TUA OTORITER DENGAN KECEMASAN KOMUNIKASI PADA REMAJA

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perubahan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa, biasaya. perubahan penampilan pada orang muda dan perkembangan

BAB III METODE PENELITIAN. menguraikan mengenai identifikasi variabel penelitian, defenisi oprasional,

Nomer : Jenis Kelamin : Kuliah di : Usia : Asal daerah : Tempat tinggal di Semarang : PETUNJUK PENGISIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BABI. Kehidupan modem saat ini belum memungkinkan orangtua. sepenuhnya mencurahkan perhatian kepada anak. Kebutuhan ekonomi

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI AKUNTANSI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BAB III METODE PENELITIAN. mengenai (A) Tipe Penelitian (B). Identifikasi Variabel Penelitian, (C). Definisi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

HUBUNGAN ANTARA GAYA KEPEMIMPINAN DEMOKRATIK DENGAN KINERJA KARYAWAN

I. PENDAHULUAN. Sebagai makhluk sosial kita tidak akan mampu mengenal dan dikenal tanpa

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan maka

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

Transkripsi:

ASERTIVITAS DALAM PEMILIHAN STUDI LANJUT SISWA KELAS XII SMA DITINJAU DARI PERSEPSI TERHADAP POLA ASUH ORANGTUA NASKAH PUBLIKASI Diajukan kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar Derajat Sarjana S-1 Psikologi Diajukan Oleh: SALINDRI KUSUMASTUTI F 100 110 045 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2015

ASERTIVITAS DALAM PEMILIHAN STUDI LANJUT SISWA KELAS XII SMA DITINJAU DARI PERSEPSI TERHADAP POLA ASUH ORANGTUA NASKAH PUBLIKASI Diajukan kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar Derajat Sarjana S-1 Psikologi Diajukan Oleh: SALINDRI KUSUMASTUTI F 100 110 045 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2015 ii

ASERTIVITAS DALAM PEMILIHAN STUDI LANJUT SISWA KELAS XII SMA DITINJAU DARI PERSEPSI TERHADAP POLA ASUH ORANGTUA Salindri Kusumastuti salindri.kusumastuti@gmail.com Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Siti Nurina Hakim Abstrak Pemilihan studi lanjut sering kali menjadi permasalahan yang ditemui oleh siswa kelas XII Sekolah Menengah Atas (SMA). Penyebabnya antara lain rendahnya perilaku asertif, ikut-ikutan teman saat mendaftar kuliah, dan keterpaksaan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan asertivitas dalam pemilihan studi lanjut pada siswa kelas XII SMA ditinjau dari pola asuh orangtua dan melihat perbandingan asertivitas antar pola asuh. Peneliti menggunakan metode kuantitatif untuk mencapai tujuan penelitian. Subjek penelitian adalah siswa kelas XII SMA N 1 Colomadu yang berjumlah 113 orang. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah cluster random sampling dan menggunakan empat kelas sebagai sampel. Alat ukur yang digunakan untuk mengungkap variabel-variabel penelitian antara lain : Skala Asertivitas, dan Skala Pola Asuh Orangtua. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan Anova Satu Jalur. Terdapat perbedaan yang sangat signifikan dalam hal asertivitas dalam pemilihan studi lanjut antara pola asuh demokratis dengan pola asuh otoriter. Perbedaan yang sangat signifikan dalam hal asertivitas dalam pemilihan studi lanjut antara pola asuh demokratis dengan pola asuh permisif. Tidak ada perbedaan signifikan asertivitas dalam pemilihan studi lanjut antara pola asuh otoriter dengan pola asuh permisif. Berdasarkan hasil tersebut, maka orangtua disarankan untuk menerapkan pola asuh demokratis kepada anak agar anak dapat berperilaku asertif. Meningkatkan asertivitas dengan aktif berkomunikasi pada orang lain tentang perasaan dan pemikiran yang dimiliki. Peneliti selanjutnya akan meneliti tentang asertivitas sebaiknya menambahkan faktor lain seperti kepribadian, kepercayaan diri, jenis kelamin, pendidikan, sosial dan budaya. Kata kunci : asertivitas dalam pemilihan studi lanjut, pola asuh orangtua (demokratis, otoriter, permisif) v

PENDAHULUAN Saat ini masih terdapat orang - orang tidak mampu untuk menyatakan pendapatnya secara terbuka karena takut menyinggung perasaan orang lain. Misalnya mengemukakan pendapat saat diskusi perkuliahan yang tidak ada interaksi timbal balik antara mahasiswa dengan dosen. Mahasiswa cenderung setuju dengan perkataan dosen tanpa adanya upaya untuk menyanggah pendapat tersebut. Selain itu, faktor lain seperti takut salah dan tidak disetujui oleh orang lain menjadi penyebab seseorang memendam perasaan dan pendapatnya di dalam hati. Padahal dengan mengatakan pendapat dengan jujur dan terbuka, seseorang dapat belajar untuk mengungkapkan ide yang ia punya dan mengetahui saran yang diberikan oleh orang lain. Kemampuan seseorang secara jujur dan terbuka menyatakan kebutuhan, perasaan maupun pikiran apa adanya, mempertahankan hak pribadi, serta menolak permintaan orang lain yang tidak diinginkan termasuk tekanan yang datang dari suatu kelompok biasa disebut dengan asertivitas (Rathus dan Nevis dalam Hapsari, 2007). Seseorang dengan perilaku asertif dapat mengurangi atau menghilangkan kecemasan dan meningkatkan rasa hormat serta harga diri. Menurut Cawood (dalam Zulkaida, 2005), kemampuan untuk meminta informasi atau bantuan kepada orang lain, kemampuan untuk menyatakan perasaan, baik yang positif maupun yang negatif, kemampuan untuk keputusan ya atau tidak, dan kemampuan untuk memberikan kritik atau pujian kepada 1

orang lain merupakan aspek-aspek dalam asertivitas. Salah satu contoh yang berkaitan dengan sikap asertif adalah pemilihan jurusan kuliah. Pemilihan studi lanjut sering kali menjadi permasalahan yang ditemui oleh siswa kelas XII baik Sekolah Menengah Atas (SMA) maupun Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Beberapa penyebab siswa salah memilih jurusan kuliah diantaranya adalah belum mengetahui minat yang diinginkan sehingga hanya ikut-ikutan teman saat mendaftar kuliah, hanya melihat prospek kerja yang bagus namun tidak diimbangi dengan minat yang ada, tergiur dengan peluang diterima salah satu fakultas tanpa didasari dengan minat, dan keterpaksaan. Orangtua kerap memaksa kehendaknya namun banyak anak yang tetap keukeuh atau berpegang teguh pada pendiriannya. Perbedaan pendapat yang terjadi antara anak dan orangtua tersebut dapat menjadi konflik yang tak kunjung usai. Berita dari okezone.com (24/2/14), Educational Psychologist dari Integrity Development Flexibility (IDF) Irene Guntur mengatakan bahwa terdapat 87% mahasiswa Indonesia salah jurusan saat kuliah. Psikolog pendidikan tersebut menambahkan bahwa salah satu dampak dari salah jurusan adalah meningkatnya jumlah penggangguran. Siswa yang salah memilih jurusan kuliah saat bekerja yang tidak sesuai dengan minat jurusannya maka hati dan skill yang dimilikinya tidak akan berkembang. Siswa dalam menentukan pilihan studi pada umumnya memikirkan secara matang agar kelak 2

tidak kecewa. Siswa dituntut agar dapat menyuarakan pendapatnya secara jujur dan terbuka agar orang lain dapat mengetahui minat yang mereka inginkan sehingga dapat memberikan masukan yang efektif. Pemilihan studi lanjut seharusnya melibatkan semua pihak seperti anak, orangtua, dan guru. Terdapat beberapa cara yang dilakukan oleh para siswa, diantaranya berkonsultasi dengan orangtua, sharing atau tukar pendapat kepada teman, meminta pendapat guru, dsb. Beberapa pilihan studi yang diminati berdasarkan informasi yang diperoleh dari guru, teman maupun internet hendaknya langsung dikomunikasikan pada orangtua sehingga orangtua dapat memberikan masukan mengenai pilihan studi tersebut. Berdasarkan hasil wawancara pada tiga orang siswa kelas XII SMA N 1 Colomadu, ditemukan data bahwa mereka mengaku sulit untuk mengeluarkan pendapatnya. Para siswa cenderung manut (patuh) dengan pilihan orangtua padahal pilihan tersebut sebenarnya tidak sesuai dengan keinginan mereka. Hal tersebut membuat para siswa tidak sepenuh hati atau terpaksa dalam melanjutkan studinya sehingga hasil yang diperoleh tidak maksimal. Jika para siswa tidak senang dengan pilihan orangtua, seharusnya siswa tersebut dapat menolak dan memberikan argumen tentang pilihan mereka sehingga orangtua tidak memaksakan kehendaknya. Pola asuh keluarga sangat berperan dalam pembentukan sikap asertif bagi remaja. Pola asuh orangtua merupakan proses interaksi antara orangtua dengan anak yang bertujuan untuk membentuk 3

kepribadian anak. Menurut Hamidah (2002), hampir setiap orangtua mengharapkan anaknya menjadi anak yang baik sesuai dengan harapan orangtua pada khususnya dan masyarakat pada umumnya., taat dan patuh pada nilai-nilai yang berlaku bagi masyarakat dan menjadi orang yang bermanfaat baik bagi dirinya, keluarganya, dan lingkungannya. Hal ini mendorong orangtua untuk memberikan yang terbaik kepada anaknya berdasarkan pengetahuan, pemahaman, pendapat serta kemampuan yang dimilikinya. Sayangnya hal yang dianggap baik menurut orangtua belum tentu sesuai dengan keinginan anak. Hal tersebut membuat orangtua bingung dalam menghadapi perbedaan dengan anak yang kemudian orangtua cenderung memaksakan kehendaknya kepada anak. Melihat kenyataan di atas maka Hamidah (2002), menilai bahwa pola asuh orangtua akan lebih tepat jika menggunakan persepsi anak tentang pola asuh yang diterima dari orangtuanya. Cara untuk mengetahui persepsi pola asuh orangtua adalah meminta anak untuk memberikan penilaian terhadap kebiasaankebiasaan dan sikap orangtua dalam mengasuh dirinya yaitu sebagai individu yang mengasuh secara langsung. Pola asuh orangtua dipandang sebagai suatu respon yang di dalamnya terkandung suatu penilaian, kesan, pendapat ataupun perasaan anak terhadap pola asuh yang diberikan oleh orangtua. Jadi dapat dikatakan bahwa persepsi anak terhadap pola asuh orangtua tersebut sifatnya sangat subyektif. Faktor yang lebih berpengaruh terhadap perkembangan anak adalah tidak 4

hanya pola asuhnya saja melainkan persepsi anak tentang cara pengasuhan dari orangtua tersebut. Menurut Hurlock (2000) pola asuh dibagi menjadi tiga yaitu demokratis, otoriter, dan permisif. Pola asuh demokratis memiliki ciriciri diantaranya anak diberi kesempatan untuk mandiri dan mengembangkan kontrol internal, anak diakui sebagai pribadi oleh orangtua dan turut dilibatkan dalam pengambilan keputusan, serta menetapkan peraturan serta mengatur kehidupan anak. Ciri-ciri pola asuh otoriter anak harus tunduk dan patuh pada kehendak orangtua, pengontrolan orangtua pada tingkah laku anak sangat ketat hampir tidak pernah memberi pujian, sering memberikan hukuman fisik jika terjadi kegagalan memenuhi standar yang telah ditetapkan orangtua, dan pengendalian tingkah laku melalui kontrol eksternal. Pola asuh permisif memiliki ciri-ciri kontrol orangtua kurang, bersifat longgar atau bebas, anak kurang dibimbing dalam mengatur dirinya, hampir tidak menggunakan hukuman, anak diijinkan membuat keputusan sendiri dan dapat berbuat sekehendaknya sendiri. Penelitian dengan tema seperti ini sebelumnya juga pernah dilakukan yakni penelitian dengan judul Perbedaan Perilaku Asertif pada Remaja Ditinjau dari Pola Asuh Orangtua yang dilakukan untuk skripsi oleh mahasiswa dari Fakultas Psikologi Universitas Katholik Soegijapranata Semarang. Berdasarkan hasil penelitian dari Sari (2007), menunjukkan bahwa remaja dengan pola asuh demokratis lebih berperilaku asertif daripada 5

remaja dengan pola asuh otoriter dan permisif. Remaja dengan pola asuh demokratis mempunyai sikap terbuka dan jujur kepada orang lain terhadap permasalahan yang dihadapinya, sedangkan remaja dengan pola asuh otoriter memendam perasaan dan pikirannya kepada orang lain. Remaja tersebut menjadi tertutup dan jarang siswa kelas XII SMA N 1 Colomadu berjumlah 113 orang. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah cluster random sampling yaitu teknik pengambilan sampel secara acak sehingga didapatkan empat kelas sebagai sampel penelitian ini. Alat ukur yang digunakan untuk melakukan komunikasi kepada mengungkap variabel-variabel orangtua karena takut dimarahi. Remaja dengan pola asuh orangtua permisif, bersikap sesuka hati tanpa mempedulikan perasaan orang lain dan cenderung berperilaku agresif. penelitian ada dua macam alat ukur, yaitu Skala Asertivitas, dan Skala Pola Asuh Orangtua dengan menggunakan uji product moment Pearson. Skala ini disusun METODE PENELITIAN berdasarkan komponen-komponen Penelitian ini menggunakan dua variabel, yaitu asertivitas dalam pemilihan studi lanjut sebagai variabel tergantung dan persepsi terhadap pola asuh sebagai variabel bebas. Subjek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah asertivitas yang dikemukakan oleh Alberti dan Emmons (Wijaya, 2010) yang terdiri dari: kesertaan, bertindak menurut kebutuhan sendiri, membela diri sendiri, mengekspresikan perasaan, mempertahankan hak pribadi, dan tidak merugikan hak 6

orang lain. Terdapat 24 aitem valid dan 6 aitem gugur. Aitem valid mempunyai corrected item-total correlation bergerak dari 0,396 sampai 0,668 dengan koefisien reliabilitas Alpha (α) sebesar 0,868. Skala Pola Asuh Orangtua disusun berdasarkan aspek-aspek pola asuh orangtua yang dikemukakan oleh Baumrind (Santrock, 2002) yaitu kontrol orangtua, tuntutan kedewasaan, komunikasi orangtua dengan anak, dan pengasuhan. Skala ini merupakan adaptasi dari Skala Pola Asuh Orangtua milik Utik Maya Sari yang sebelumnya telah melakukan penelitian dengan judul Perbedaan Perilaku Asertif pada Remaja Ditinjau dari Pola Asuh Orangtua pada tahun 2007. Terdapat 28 aitem valid dan 4 aitem yang gugur. Aitem valid mempunyai corrected item-total correlation bergerak dari 0,353 sampai 0,774 dengan koefisien reliabilitas Alpha (α) sebesar 0,903. HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil analisis data dengan menggunakan teknik Anova Satu Jalur diperoleh nilai F = 46,427 dengan p = 0,000 (p<0,01) yang menunjukkan bahwa hipotesis yang diajukan pada penelitian ini diterima, artinya terdapat perbedaan yang sangat signifikan dalam hal asertivitas pada siswa kelas XII SMA ditinjau dari pola asuh orangtua. Perbedaan tersebut dapat dilihat dari mean empirik (ME) yang diperoleh pada masing-masing pola asuh orangtua diantaranya pola asuh demokratis sebesar 74,60; pola asuh otoriter sebesar 51,50; dan pola asuh permisif sebesar 53,00. Santrock (2002) mengatakan bahwa penerapan pola asuh orangtua berbeda-beda pada setiap orangtua dan memberi dampak 7

perkembangan terhadap perilaku yang muncul pada anak. Terdapat beberapa kombinasi pola asuh yang diterapkan orangtua, namun salah satu pola asuh akan dominan daripada pola asuh lainnya dan hampir bersifat stabil sepanjang waktu. Orangtua akan memilih salah satu pola asuh yang sesuai dan memiliki dampak yang baik bagi anak. Proses pembentukan perilaku asertif tidak terlepas dari pengaruh lingkungan tempat tinggal seperti keluarga maupun masyarakat sekitar. Orangtua merupakan komponen utama dan pertama yang diperlukan dalam penanaman perilaku asertif karena orangtua merupakan sosok yang paling dekat dengan anakanak. Penanaman sikap asertif dapat dilakukan dengan meningkatkan sikap keterbukaan di dalam keluarga, menumbuhkan rasa percaya diri dan keberanian dalam mengemukakan pendapat dengan mendengar dan menghargai pendapat anak serta memberikan motivasi agar anak dapat bersosialisasi pada kegiatan yang ada di lingkungan sekitar. Berdasarkan hasil uji beda dengan menggunakan Post Hoc Test dapat diketahui bahwa terdapat perbedaan rata-rata asertivitas dalam pemilihan studi lanjut antara pola asuh demokratis dengan pola asuh otoriter sebesar 3,903 dengan p = 0,000 (p<0,01) yang menunjukkan adanya perbedaan yang sangat signifikan dalam hal asertivitas dalam pemilihan studi lanjut antara pola asuh demokratis dengan pola asuh otoriter. Menurut Ahmadi dan Sholeh (2005), orangtua yang menerapkan gaya pengasuhan demokratis membuat suasana yang kondusif bagi remaja untuk bertingkah laku yang mandiri. Orangtua juga memberikan informasi 8

dan alasan tentang hal-hal yang boleh dilakukan dan tidak boleh dilakukan serta membiasakan melakukan komunikasi dua arah dengan anak, sehingga anak dapat mengungkapkan perasaannya secara jujur dan terbuka. Sebaliknya, orangtua dengan gaya pengasuhan otoriter dinilai rendah dalam penggunaan kontrol rasional. Orangtua lebih mengandalkan penegasan kekuasaan, disiplin keras, kurang hangat, kurang mengasuh, kurang mengasihi, kurang simpatik pada remaja. Orangtua menggunakan kontrol dan kekuasaan sepenuhnya, serta tidak mendorong remaja untuk mengemukakan ketidaksetujuan atas keputusan atau peraturan orangtua sehingga membuat menjadi pribadi yang tertutup. Rata-rata asertivitas dalam pemilihan studi lanjut antara pola asuh demokratis dengan permisif sebesar 2,785 dengan p = 0,000 (p<0,01) yang berarti terdapat perbedaan yang sangat signifikan dalam hal asertivitas dalam pemilihan studi lanjut antara pola asuh demokratis dengan pola asuh permisif. Orangtua dengan pola asuh demokratis dalam mengontrol anak mereka mengacu pada mengarahkan anak pada hal-hal yang baik dan tidak baik, sabar, yang meliputi orangtua memberikan kontrol yang beralasan (Ahmadi dan Sholeh, 2005). Pola asuh demokratis memberlakukan peraturan-peraturan yang dibuat bersama oleh anggota keluarga yang bersangkutan. Orangtua selalu memperhatikan keinginan dan pendapat remaja, kemudian mendiskusikannya untuk mengambil keputusan terakhir. Di sini tetap ada bimbingan dan tidak lepas dari pertolongan orangtua, yang sifatnya 9

mengarahkan agar anak tidak halnya taat secara buta terhadap peraturan, tetapi tahu dan mengerti dengan baik mengapa ada hal yang boleh dilakukan dan ada yang tidak boleh dilakukan. Dengan demikian remaja juga memperoleh kesempatan untuk mengemukakan pendapatnya sendiri bila ada peraturan yang dapat diterimanya. Diskusi dan bimbingan akan membantu perkembangan dan pertumbuhan remaja ke arah yang lebih baik, sebab di sini pihak remaja diberi kepercayaan dan harapan agar mereka dapat bertanggung jawab dalam hidupnya dan akibat-akibat dari keputusan atau pilihan yang diambil sendiri. Selain dalam pola asuh demokratis ditandai dengan adanya komunikasi terbuka dari dua arah, misalnya orangtua selalu bermusyawarah dengan remaja tentang tindakan yang diambil dan menerangkan alasan-alasan dari peraturan yang dibuatnya dan menjawab setiap pertanyaan yang timbul dari remaja serta dalam memberikan hadiah dan hukuman disertai penjelasan. Gaya pengasuhan permisif (serba memperbolehkan) ini orangtua tidak mengendalikan, tidak menuntut dan hangat. Mereka tidak terorganisasi dengan baik atau tidak efektif dalam menjalankan rumah tangga, lemah dalam mendisiplinkan dan mengajar remaja, hanya menuntut sedikit perilaku dewasa, dan hanya memberi sedikit perhatian dalam melatih kemandirian dan kepercayaan diri. Orangtua dengan gaya pengasuhan permisif memberikan sedikit tuntutan dan menekankan sedikit disiplin. Rata-rata asertivitas dalam pemilihan studi lanjut antara pola asuh otoriter dengan pola asuh 10

permisif sebesar 4,736 dengan p = 0,951 (p>0,05) yang menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan asertivitas dalam pemilihan studi lanjut antara pola asuh otoriter dengan pola asuh permisif. Orangtua dengan gaya pengasuhan otoriter dalam mengontrol anak mengacu pada kekuasaan sebagai orangtua yang meliputi orangtua menuntut kepatuhan yang tinggi. Pola asuh otoriter orangtua memberikan perlakuan dan aturan-aturan yang kaku dan ketat yang dipergunakan sebagai pengontrol tingkah laku remaja, aturan-aturan dan batasanbatasan dari orangtua mutlak harus ditaati serta remaja harus bertingkah laku sesuai dengan aturan yang diterapkan oleh orangtua (Santrock, 2003). Anak harus patuh, tunduk dan tidak ada pilihan lain yang sesuai dengan kemauan atau pendapatnya sendiri. Orangtua tidak mempertimbangkan pandangan dan pendapat remaja, orangtua tetap mengambil dan menentukan keputusan, tidak ada komunikasi timbal balik, hukuman diberikan tanpa alasan dan jarang memberi hadiah. Orangtua hanya mengatakan apa yang harus dilakukan remaja, tetapi tidak menjelaskan mengapa remaja harus melakukan sesuatu dan tidak boleh melakukan yang lain. Orangtua dengan pola asuh permisif dalam mengontrol anak mereka mengacu pada pengawasan yang serba memperbolehkan, anak bebas berbuat semaunya yang meliputi orangtua tidak memberikan tuntutan. Pola asuh permisif tidak menggunakan aturan-aturan yang ketat bahkan bimbingan jarang diberikan, sehingga tidak ada pengendalian atau pengontrolan serta 11

tuntutan kepada remaja. Kebebasan diberikan secara penuh dan remaja diijinkan membuat keputusan untuk dirinya sendiri, tanpa pertimbangan orangtua dan bebas berperilaku tanpa adanya kontrol dari orangtua. Remaja harus belajar sendiri bagaimana harus berperilaku dalam lingkungan sosial, karena kurang diajarkan atau diarahkan pada peraturan-peraturan, baik yang berlaku di lingkungan keluarga maupun masyarakat. Remaja tidak dihukum walaupun sengaja melanggar peraturan, juga tidak ada hadiah bagi remaja yang berperilaku sosial dengan baik. Jadi remaja dibiarkan berbuat sesuka hati dengan sedikit kekangan, memanjakan dan memenuhi kebutuhan remaja agar mereka senang. KESIMPULAN Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah diuraikan sebelumnya, dapat diambil kesimpulan bahwa : 1. Terdapat perbedaan asertivitas dalam pemilihan studi lanjut pada tiga jenis pola asuh (demokratis, otoriter, permisif). Terdapat perbedaan asertivitas dalam pemilihan studi lanjut pada tiga jenis pola asuh (demokratis, otoriter, permisif). Asertivitas anak dengan pola asuh demokratis lebih tinggi dibandingkan dengan asertivitas anak dengan pola asuh otoriter dan permisif. Asertivitas anak dengan pola asuh permisif lebih tinggi dibandingkan asertivitas anak dengan pola asuh otoriter. 2. ME pada masing-masing pola asuh antara lain pola asuh demokratis (ME = 74,6), pola asuh permisif (ME = 53,0) dan pola asuh otoriter (ME = 51,5). Perbedaan rata-rata asertivitas dalam pemilihan studi lanjut antara pola asuh demokratis dengan pola 12

asuh otoriter sebesar 3,903 dengan p = 0,000 (p<0,01) yang menunjukkan adanya perbedaan yang sangat signifikan dalam hal asertivitas dalam pemilihan studi lanjut antara pola asuh demokratis dengan pola asuh otoriter. Rata-rata asertivitas dalam pemilihan studi lanjut antara pola asuh demokratis dengan permisif sebesar 2,785 dengan p = 0,000 (p<0,01) yang berarti terdapat perbedaan yang sangat signifikan dalam hal asertivitas dalam pemilihan studi lanjut antara pola asuh demokratis dengan pola asuh permisif. Rata-rata asertivitas dalam pemilihan studi lanjut antara pola asuh otoriter dengan pola asuh permisif sebesar 4,736 dengan p = 0,951 (p>0,05) yang menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan asertivitas dalam pemilihan studi lanjut antara pola asuh otoriter dengan pola asuh permisif. SARAN 1. Bagi orangtua Pihak orangtua diharapkan mampu menerapkan pola asuh demokratis agar anak nyaman berkomunikasi dengan orangtua secara terbuka mengenai ide maupun pengungkapan perasaan dan pendapat yang dimilikinya dengan jujur. Orangtua juga sebaiknya memberikan kepercayaan agar anak dapat berlatih bertanggungjawab terhadap pilihannya. 2. Bagi siswa Siswa diharapkan dapat meningkatkan asertivitasnya dengan cara mengeluarkan pendapatnya pada orang lain dan lebih meningkatkan komunikasi dengan orangtua dengan menceritakan tentang kegiatan yang dilakukan saat duduk santai bersama. Siswa dalam menentukan studi lanjut 13

sebaiknya berdiskusi dengan orangtua tentang keinginannya, agar tidak menyesal dengan keputusan yang akan diambil. 3. Bagi peneliti selanjutnya Peneliti selanjutnya yang tertarik untuk meneliti dengan tema yang sama, diharapkan menambah variabel lain yang belum diungkap seperti kepribadian, kepercayaan diri, jenis kelamin, pendidikan, sosial dan budaya. Peneliti lain juga dapat menambah jumlah populasi dan memperbanyak sampel agar ruang lingkup dan generalisasi penelitian menjadi lebih luas. DAFTAR PUSTAKA Ahmadi, A dan Soleh, M. (2005). Psikologi Perkembangan. Cetakan 2 (edisi revisi). Jakarta: Rineka Cipta. Hamidah. (2002). Perbedaan Kepekaan Sosial Ditinjau Berdasarkan Persepsi Remaja Terhadap Perilaku Orangtua pada Remaja di Jawa Timur. Jurnal: Insan, Vol.4. No.3. 132-160. Hapsari, M. R. (2007). Sumbangan Perilaku Asertif Terhadap Harga Diri pada Karyawan. Jurnal Penelitian Psikologi, Vol. 01, No. 01. Jakarta: Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma. Hurlock, E. B. (2000). Psikologi Perkembangan Anak. Jakarta: Penerbit Erlangga. Santrock, J.W. (2002). Perkembangan Masa Hidup Jilid 1. Jakarta: Erlangga.. (2003). Adolescence: Perkembangan Remaja. Jakarta : Penerbit Erlangga. Sari, U.M. (2007). Perbedaan Perilaku Asertif pada Remaja Ditinjau dari Pola Asuh Orangtua. Skripsi (tidak diterbitkan). Semarang: Fakultas Psikologi Universitas Katholik Soegijapranata. Wijaya, R. S. (2010). Hubungan Antara Asertivitas Mahasiswa dalam Mengerjakan Skripsi. Skripsi (diterbitkan). Surabaya: Fakultas Psikologi Universitas Surabaya. Zulkaida, A. (2005). Tingkah laku Asertif pada Mahasiswa. Makalah. Jakarta: Seminar Nasional Universitas Gunadarma. 14