KONSEP KONSERVASI LAHAN DAN AIR DI DAERAH PUNCAK SEKUNING KELURAHAN LOROK PAKJO PALEMBANG

dokumen-dokumen yang mirip
MENGELOLA AIR AGAR TAK BANJIR (Dimuat di Harian JOGLOSEMAR, Kamis Kliwon 3 Nopember 2011)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam siklus hidrologi, jatuhnya air hujan ke permukaan bumi merupakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pengembangan perumahan di perkotaan yang demikian pesatnya,

BAB I PENDAHULUAN. khusunya di kawasan perumahan Pondok Arum, meskipun berbagai upaya

PENDAHULUAN. Berdasarkan data Bappenas 2007, kota Jakarta dilanda banjir sejak tahun

SISTEM PENYALURAN AIR LIMBAH DAN DRAINASE

SISTEM PENYALURAN AIR LIMBAH DAN DRAINASE

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sumberdaya alam yang terdapat di suatu wilayah pada dasarnya

KONSEP PENGEMBANGAN SUMUR RESAPAN DI KAMPUNG HIJAU KELURAHAN TLOGOMAS KOTA MALANG

BAB I PENDAHULUAN. termasuk kebutuhan akan sumberdaya lahan. Kebutuhan lahan di kawasan

PENGEMBANGAN KONSERVASI LAHAN TERHADAP EROSI PARIT/JURANG (GULLY EROSION) PADA SUB DAS LESTI DI KABUPATEN MALANG

SISTEM SANITASI DAN DRAINASI

2016 EVALUASI LAJU INFILTRASI DI KAWASAN DAS CIBEUREUM BANDUNG

PENGELOLAAN DAN KELESTARIAN KEBERADAAN SUMBER AIR SEBAGAI SALAH SATU UNSUR PENTING KEBUTUHAN MANUSIA

Analisis Dampak Kawasan Resapan Terhadap Kebutuhan Air Bagi Masyarakat Di Kota Surakarta Oleh : Bhian Rangga JR K Prodi Geografi FKIP UNS

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

TUJUAN PEKERJAAN DRAINASE

Bab IV DRAINASE BERWAWASAN LINGKUNGAN

dan penggunaan sumber daya alam secara tidak efisien.

sumber daya lahan dengan usaha konservasi tanah dan air. Namun, masih perlu ditingkatkan intensitasnya, terutama pada daerah aliran sungai hulu

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI PENELITIAN. temuan dan analisis terhadap area rawa yang direklamasi menjadi kawasan

BAB I PENDAHULUAN. Pendahuluan - 1 -

BAB I PENDAHULUAN. dan binatang), yang berada di atas dan bawah wilayah tersebut. Lahan

SISTEM DRAINASE PERKOTAAN YANG BERWAWASAN LINGKUNGAN

Penataan Ruang. Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penggunaan Lahan

PERANAN LAHAN BASAH (WETLANDS) DALAM PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS)

BAB I PENDAHULUAN I - 1

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB VII PERENCANAAN a Konsep Ruang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2010 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. hidrologi di suatu Daerah Aliran sungai. Menurut peraturan pemerintah No. 37

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih baik. Menurut Bocco et all. (2005) pengelolaan sumber daya alam

BAB I PENDAHULUAN I. 1. LATAR BELAKANG

mampu menurunkan kemampuan fungsi lingkungan, baik sebagai media pula terhadap makhluk hidup yang memanfaatkannya. Namun dengan

BAB I PENDAHULUAN. cahaya matahari secara tetap setiap tahunnya hanya memiliki dua tipe musim

ANALISIS CURAH HUJAN DI MOJOKERTO UNTUK PERENCANAAN SISTEM EKODRAINASE PADA SATU KOMPLEKS PERUMAHAN

IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR KUNCI UNTUK PENGEMBANGAN MODEL PENILAIAN KINERJA SISTEM DRAINASE PERKOTAAN

commit to user BAB I PENDAHULUAN

DRAINASE PERKOTAAN BAB I PENDAHULUAN. Sub Kompetensi

Geografi PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUN BERKELANJUTAN I. K e l a s. xxxxxxxxxx Kurikulum 2006/2013. A. Kerusakan Lingkungan Hidup

Disajikan oleh: 1.Michael Ario, S.H. 2.Rizka Adellina, S.H. (Staf Bagian PUU II Subbagian Penataan Ruang, Biro Hukum, KemenPU)

KAJIAN PENGEMBANGAN SUMUR RESAPAN AIR HUJAN

BAB I PENDAHULUAN. ini. Terdapat kira-kira sejumlah 1,3-1,4 milyard Km 3 air dengan persentase 97,5%

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB IV PANDUAN KONSEP

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Air sangat dibutuhkan oleh semua mahkluk hidup tanpa terkecuali

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

11/26/2015. Pengendalian Banjir. 1. Fenomena Banjir

2016 ANALISIS NERACA AIR (WATER BALANCE) PADA DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) CIKAPUNDUNG

TUGAS TEKNOLOGI KONSERVASI SUMBER DAYA LAHAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

SISTEM DRAINASE BERWAWASAN LINGKUNGAN (EKO-DRAINASE) UNTUK MENDUKUNG SANITASI

POLA PIKIR YANG HARUS DI RUBAH. DJOKO SURYANTO Hp

AIR Banjir dan Permasalahannya Di kota medan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perkotaan Yogyakarta mulai menunjukkan perkembangan yang sangat

PERTEMUAN 10 LIMPASAN

D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Muka bumi yang luasnya ± juta Km 2 ditutupi oleh daratan seluas

1.PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

terbuka hijau yang telah diubah menjadi ruang-ruang terbangun, yang tujuannya juga untuk memenuhi kebutuhan sosial ekonomi penduduk kota itu sendiri.

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27/PRT/M/2015 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan dan memperbaiki kualitas lingkungan. besar sementara wilayah kawasan lindung dan konservasi menjadi berkurang.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB VII DAMPAK KONVERSI LAHAN TERHADAP KEBERLANJUTAN EKOLOGI

BAB I PENDAHULUAN. Kepadatan penduduk di Kabupaten Garut telah mencapai 2,4 juta jiwa

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PEMANFAATAN LAHAN TEBA DALAM KONSERVASI SUMBER DAYA AIR

Tabel 1.1: Persentase Rumah Tangga dengan Sumber Air Minum Bukan Leding menurut Provinsi untuk Wilayah Pedesaan. Perdesaan

STUDI PENERAPAN SUMUR RESAPAN DANGKAL PADA SISTEM TATA AIR DI KOMPLEK PERUMAHAN

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Keberadaan ruang terbuka hijau saat ini mengalami penurunan yang

Modul 1: Pengantar Pengelolaan Sumber Daya Air

PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP PENGGUNAAN DAN PELESTARIAN AIR DI LINGKUNGANNYA (Studi kasus di Daerah Aliran Sungai Garang, Semarang) Purwadi Suhandini

TATA CARA PEMANFAATAN AIR HUJAN

2 sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b, perlu membangun bendungan; d. bahwa untuk membangun bendungan sebagaimana dimaksud pada huruf c, yang

4/12/2009. Water Related Problems?

INDOCEMENT AWARDS STR WRITING COMPETITION

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan sumber daya yang sangat penting untuk kehidupan

SOLUSI MENGATASI BANJIR DAN MENURUNNYA PERMUKAAN AIR TANAH PADA KAWASAN PERUMAHAN

BAB I PENDAHULUAN. pesat pada dua dekade belakangan ini. Pesatnya pembangunan di Indonesia berkaitan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkotaan merupakan pusat segala kegiatan manusia, pusat produsen, pusat

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

KOMPROMI PEMULIHAN AIR TANAH DENGAN SUMUR RESAPAN *)

MODEL PENANGGULANGAN BANJIR. Oleh: Dede Sugandi*)

Prestasi Vol. 8 No. 2 - Desember 2011 ISSN KONSERVASI LAHAN UNTUK PEMBANGUNAN PERTANIAN. Oleh : Djoko Sudantoko STIE Bank BPD Jateng

Morfologi Permukiman Pesisir pada Daerah Aliran Sungai di Kota Dumai. Muhammad Rijal a, Gun Faisal b

PENDAHULUAN. daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam

Pasal 6 Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

BAB I PENDAHULUAN Analisis Situasi Mitra

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya pertumbuhan penduduk dan kebutuhan manusia seiring dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Lahan merupakan sumberdaya yang sangat penting untuk memenuhi

KOLAM RETENSI SEBAGAI ALTERNATIF PENGENDALI BANJIR Evy Harmani, M. Soemantoro. Program Studi Teknik Sipil Universitas Dr.

OPINI MASYARAKAT TERHADAP PROGRAM PENGELOLAAN SUNGAI DI DAERAH HILIR SUNGAI BERINGIN KOTA SEMARANG

Transkripsi:

KONSEP KONSERVASI LAHAN DAN AIR DI DAERAH PUNCAK SEKUNING KELURAHAN LOROK PAKJO PALEMBANG Erny Agusri 1, Jonizar 2 Staf Pengajar Prodi Sipil Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Palembang Abstrak Kawasan Puncak Sekuning kelurahan Lorok Pakjo merupakan salah satu kawasan di kota Palembang yang mulai terdapat genangan air beberapa tahun terakhir. Seperti diketahui genangan banyak terjadi di kawasan kawasan dengan tingkat kepadatan penduduk yang semakin tinggi. Upaya konservasi perlu dilakukan untuk mengurangi tingginya limpasan dan rendahnya resapan sehingga keseimbangan lingkungan hidrologi di kawasan tersebut tetap terjaga. Pada kawasan Puncak Sekuning konsep konservasi yang dapat dilakukan adalah dengan membuat kolam resapan, perbaikan sistem jaringan drainase dan saluran alam. Pada permukiman penduduk sedapat mungkin diterapkan struktur konservasi berupa Bioretention Area dengan memanfaatkan lahan kosong yang ada. Pemilihan konsep ini karena sesuai untuk lokasi relatif kecil, volume genangan air masih normal, menciptakan kondisi asri dan pemeliharaan yang mudah, dengan demikian air limpasan dapat ditahan dan disimpan dalam tanah serta sebagian akan mengalir ke saluran alam. Dalam melakukan konservasi lahan dan air didaerah Puncak Sekuning kelurahan Lorok Pakjo, perlu dipertimbangkan beberapa faktor antara lain : sifat hujan, sifat fisik kawasan, penggunaan lahan dan pengelolaannya. Faktor-faktor tersebut perlu dipertimbangkan dalam menentukan konsep untuk mengatasi limpasan air hujan dan meminimalisasi tingkat pencemaran air. Konservasi lahan dan air pada kawasan Puncak Sekuning dilakukan dengan memperbaiki system jaringan drainase yang ada, normalisasi saluran alam, dan pembangunan struktur limpasan pengendali air limpasan. Kata Kunci: Konservasi lahan, sitem jaringan drainase LATAR BELAKANG Ketergantungan manusia terhadap air semakin besar sejalan dengan bertambahnya penduduk. Saat ini, pasokan air berkurang hampir sepertiganya dibandingkan dengan tahun 1970 ketika Bumi baru dihuni 1,8 milyar penduduk. Para ahli meramalkan, dunia yang diperkirakan berpenduduk 8,3 miliar pada 2005 akan menghadapi kelangkaan air bersih. Kelangkaan air sungguh ironis dengan predikat Bumi sebagai "Planet Air" lantaran 70% permukaan bumi tertutup air. Namun, sebagian besar air di Bumi merupakan air asin dan hanya sekitar 2,5% saja yang berupa air tawar. Itu pun tidak sampai 1% yang bisa dikonsumsi, sedangkan sisanya merupakan air tanah yang dalam atau berupa es di daerah Kutub. Dengan keterbatasannya ini, sungguh keliru kalau orang mengeksploitasi air secara berlebih. Mereka memanfaatkan air seolah-olah air berlimpah dan merupakan "barang bebas". Padahal semakin terbatas jumlahnya, berlakulah hukum ekonomi, bahwa air merupakan benda ekonomis. Ketersediaan sumberdaya air di Indonesia boleh dikatakan cukup untuk memenuhi kebutuhan sendiri, akan tetapi yang menjadi masalah adalah sebaran menurut waktu dan ruang atau tempat sehingga tidak proporsional sesuai dengan kebutuhan baik menurut waktu maupun ruang sehingga sering terjadi bahwa pada musim hujan kelebihan air yang berlimpah sedangkan pada musim kemarau kekurangan air. Buktinya, kini orang rela bersusah-susah dan berani membayar mahal untuk membeli air ketika terjadi krisis air. Penyediaan air bersih di Indonesia masih menghadapi berbagai kendala yang kompleks, mulai dari kelembagaan, teknologi, anggaran, pencemaran, maupun sikap dari masyarakat. Pengelolaan air bersih ini berpacu dengan pertumbuhan penduduk yang meningkat pesat serta perkembangan wilayah dan industri yang cepat. Masyarakat dan industri di perkotaan inilah yang termasuk boros air. Perkembangan kota yang pesat telah merubah penggunaan lahan perkotaan. Hal ini mengakibatkan keseimbangan ekologi kota terganggu salah satunya terhadap sumberdaya air. Permukiman penduduk, pemusatan dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial dan kegiatan perekonomian. yang semakin padat menyebabkan semakin luasnya penutupan tanah sehingga berakibat pada ketidakseimbangan lingkungan. Limpasan permukaan meningkat pada saat hujan karena peresapan ( infiltrasi ) yang Vol 4. No. 3 Juni 2016 100

rendah sebagai akibat luas permukaan tanah yang tertutup bertambah. Seperti halnya kawasan Puncak Sekuning kelurahan Lorok Pakjo merupakan salah satu kawasan di kota Palembang yang mulai terdapat genangan air beberapa tahun terakhir. Seperti diketahui genangan banyak terjadi di kawasan kawasan dengan tingkat kepadatan penduduk yang semakin tinggi. Upaya konservasi perlu dilakukan untuk mengurangi tingginya limpasan dan rendahnya resapan sehingga keseimbangan lingkungan hidrologi di kawasan tersebut tetap terjaga. Konservasi tanah dan air suatu kawasan perlu dipertimbangkan beberapa faktor antara lain : sifat hujan, sifat fisik kawasan, penggunaan lahan dan pengelolaannya. Dengan demikian dapat ditentukan suatu konsep konservasi air terpadu pada kawasan tersebut yang meliputi sistem drainase, kolam resapan, kolam retensi sehingga keseimbangan hidrologi pada kawasan ini dapat terjaga. Studi Literatur Secara teknis konservasi terbagi atas dua jenis yaitu konservasi tanah dan konservasi air. Dimana teknik konservasi tanah dan air adalah penerapan prinsip-prinsip teknik dan biologi untuk penyelesaian masalah-masalah pengolahan tanah dan air. Sedangkan menurut arti harfiahnya konservasi berasal dari kata Conservation yang terdiri atas kata con (together) dan servare (keep/save) yang memiliki pengertian mengenai upaya memelihara apa yang kita punya (keep/save what you have), namun secara bijaksana (wise use). Ide ini dikemukakan oleh Theodore Roosevelt (1902) yang merupakan orang Amerika pertama yang mengemukakan tentang konsep konservasi. Sedangkan menurut Rijksen (1981), konservasi merupakan suatu bentuk evolusi kultural dimana pada saat dulu, upaya konservasi lebih buruk daripada saat sekarang. Konservasi juga dapat dipandang dari segi ekonomi dan ekologi dimana konservasi dari segi ekonomi berarti mencoba mengalokasikan sumberdaya alam untuk sekarang, sedangkan dari segi ekologi, konservasi merupakan alokasi sumberdaya alam untuk sekarang dan masa yang akan datang. Masalah-masalah teknik yang ada pada konservasi tanah dan air bisa dibagi menjadi beberapa tahap sebagai berikut : pengendalian erosi, drainase, irigasi, pengendalian banjir serta pengembangan dan konservasi sumber air. Meskipun erosi tanah yang dapat disebabkan oleh air dan angin terjadi pada kondisi yang alami, tetapi hal tersebut pertama kalinya disebabkan oleh eksploitasi manusia terhadap sumber alam dan terkikisnya lapisan pelindung vegetasi alam. Masalah interaksi kota-desa lebh serius disebabkan kerapatan penduduk yang tinggi dan peningkatan limpasan permukaan yang disebabkan perubahan besar pada tata guna lahan. A. Konservasi Tanah Konservasi tanah berarti mengurangi jumlah erosi tanah dan memelihara kesuburan tanah. Erosi dapat menyebabkan hilangnya kandungan bahan organik, nutrisi, dan sifat fisik didalam tanah yang dapat merugikan pada kesuburan tanah. Selain itu konservasi dapat mempengaruhi bertambahnya jumlah air meresap ke dalam tanah dan menjaga vegetasi yang cukup untuk melindungi permukaan tanah dan memperkuat tanah. Dalam beberapa penggunaan lahan berkelanjutan, hasil harus dikombinasikan dengan sumber daya terkait. Jenis jenis umum erosi sebagai berikut : o Rain splash erosion, biasanya terjadi saat hujan tidak tertahan tanah dimana tanah tersebut tidak terlindungi oleh tumbuhan. o Sheet erosion, terjadi pada permukaannya sudah merata dan aliran permukaan seragam o Rill erosion, terjadi karena pengaruh hidraulik ( mekanisme alam ). Dimana prosesnya dimulai dari terjadinya saluransaluran yang kecil yang lama kelamaan menjadi sungai dengan masa waktu yang lama. o Gully erosion, terjadi pada kasus saluran yang leibh besar. B. Konservasi Air o Konservasi tanah berhubungan erat dengan konservasi air o Pada daerah kering dan semi kering, hujan hanya dalam beberapa bulan per tahun o Karena intensitas tinggi menyebabkan banjir dan erosi o Usaha menahan air sebanyak mungkin dan menyimpannya di permukaan tanah dan dalam tanah o Jika air yang meresap banyak, air akan tersimpan o Usaha usaha konservasi air untuk menahan air supaya tidak terkonsentrasi pada satu tempat Keuntungan Vol 4. No. 3 Juni 2016 101

Konservasi air menyebabkan air tersedia untuk tanaman, tanah dan rumah tangga dalam periode lama Pengendalian erosi tanah memperbaiki hasil tanaman dan pertanian Meningkatkan nilai lahan Sistem teras mempermudah pengolahan Memperbaiki suplai hasil hutan dan bahan bakar Ketersediaan ternak lebih baik Kesempatan kerja meningkat dalam konservasi tanah dan air Kerugian Pembagian kepemilikan lahan mempersulit petani untuk investasi sistem manajemen air dan tanah Sstruktur konservasi memerlukan banyak pekerja untuk membuat dan memeliharanya Hasil tanaman pada daerah kering rentan terhadap banjir Sistem pengolahan lahan menunjukkan kepemilikan struktur dan mempengaruhi ketertarikan petani dalam konservasi dan pemeliharaan struktur Hujan tidak merata mengurangi efektivitas praktek pengendalian erosi secara vegetatif Struktur Pengendali Genangan Air 1. Stormwater Ponds Konstruksi penampungan air merupakan kolam permanen ( kolam kecil ). Limpasan air hujan ditampung dan diolah dalam kolam terutama melalui pengendapan dan mekanisme pengambilan secara biologi. 2. Stormwater Wetlands Konstruksi sistem ini dipakai untuk manajemen genangan air. Volume limpasan disimpan dan diolah dalam sarana wetland. 3. Bioretention Areas Kolam genangan air dangkal atau area pertamanan yang menggunakan pengolahan lahan dan vegetasi untuk menahan dan mengolah limpasan. 4. Sand Filters Struktur multi ruang didesain untuk mengolah limpasan melalui penyaringan, memakai pengendapan sedimen, dasar pasir sebagai sarana filter utama, khususnya, suatu sistem pengumpul drainase bawah permukaan. 5. Infiltration Trench Galian saluran diisi dengan aggregat batuan digunakan untuk menahan dan memperlancar infiltrasi limpasan genangan ke dalam tanah secara merata dari bawah dan sisi saluran. 6. Enhanced Swales Saluran terbuka vegetasi yang didesain dan dibangun untuk menahan dan mengolah limpasan genangan dengan cara kering atau basah terbentuk check dams atau lainnya. Problem Formulasi Masalah Permasalahan sumberdaya air merupakan hal yang biasa terjadi di kota Palembang seperti kekurangan air pada musim kemarau dan terjadinya genangan air / banjir merupakan masalah yang rutin terjadi setiap pada musim hujan. Pada beberapa kawasan di Palembang terjadi banjir di daerah-daerah pemungkiman. Hal ini disebabkab oleh terjadinya reklamasi daerah rawa sembarangan dan pembangunan tidak berwawasan lingkungan, yang dimana seharusnya daerah rawa sebagai tempat penampungan air hujan telah berangsur-angsur hilang menjadi kawasan pemungkiman yang membuat seluruh air hujan yang ada tidak tertahan dan meresap lagi ke dalam tanah tetapi langsung mengalir menuju sungai. Seperti halnya daerah tinjauan paper ini berada dikawasan kecamatan Ilir Barat I Kelurahan Lorok Pakjo tepatnya di daerah Pucak Sekuning, dimana daerah tinjauan dapat dilihat pada peta terlampir. Pada kawasan ini telah terdapat sungai dan anak sungai serta saluran drainase, namun apabila kejadian diatas terus terjadi maka bencana banjir tidak dapat teelakkan lagi baik didaerah tinjauan atau di daerah yang elevasiya lebih rendah dari daerah terebut. Volume genangan air ini meningkat jika hujan dengan intensitas yang tinggi terjadi dalam waktu yang lama. Sepertinya saluran drainase, saluran alam dan lahan kosong yang ada tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Untuk itulah perlu dilakukan konservasi air dan tanah guna menjaga keseimbangan ekologi kawasan tersebut. Metodologi Pemecahan Didalam melaksanakan pemecahan permasalahan langkah-langkah yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut : a. Identifikasi masalah dan kendala pada kawasan yang ditinjau. b. Pengumpulan data pendukung. c. Menganalisa konsep yang sesuai dengan daerah tinjauan. Vol 4. No. 3 Juni 2016 102

Aplikasi / Konsep Penyelesaian Pembangunan kota yang cepat kadang kala tidak memperhatikan keadaan lingkungan yang ada. Seperti halnya daerah yang sekarang ditinjau terjadinya perubahan tata guna lahan, dimana apabila kita lihat beberapa tahun yang lalu pada gambar peta (Gambar 1) yang ada terlihat bahwa daerah tersebut terdapat kawasan rawa. Tetapi sekarang telah berangsur-angsur akan hilang berganti dengan rumah penduduk yang dapat dlihat pada Photo 1 sampai dengan Photo 4. Sehingga bisanya Pada lokasi yang ditinjau sekarang perlu dilakukan konservasi air sejak dini untuk mencegah terjadi bencana yang lebih besar. Photo 1 Photo 2 Vol 4. No. 3 Juni 2016 103

Photo 3 Photo 4 Photo 5 Vol 4. No. 3 Juni 2016 104

Photo 6 Photo 7 Vol 4. No. 3 Juni 2016 105

Pada kawasan Puncak Sekuning konsep konservasi yang dapat dilakukan adalah dengan membuat kolam resapan, perbaikan sistem jaringan drainase dan saluran alam. Pada permukiman penduduk sedapat mungkin diterapkan struktur konservasi berupa Bioretention Area dengan memanfaatkan lahan kosong yang ada. Pemilihan konsep ini karena sesuai untuk lokasi relatif kecil, volume genangan air masih normal, menciptakan kondisi asri dan pemeliharaan yang mudah, dengan Photo 8 demikian air limpasan dapat ditahan dan disimpan dalam tanah serta sebagian akan mengalir ke saluran alam. Sebelum terjadi pertambahan jumlah perumahan penduduk, Konservasi yag cukup sesuai untuk menanggulangi banjir di daerah ini dan disekitarnya adalah dengan pembuatan penampungan air atau wet pond seperti gambar berikut ini. Gambar 2. Skema Wet Pond Simpulan Perkembangan kota yang pesat telah merubah penggunaan dan pengolahan lahan perkotaan. Hal ini mengakibatkan keseimbangan ekologi kota terganggu, salah satunya terhadap sumberdaya air dan lahan. Limpasan air hujan meningkat, daya serap menurun, kualitas air menurun dan volume iar limbah domestic meningkat. Untuk itu perlu dilakukan upaya-upaya konservasi air dan lahan agar keseimbangan lingkungan terjaga. Dalam melakukan konservasi lahan dan air didaerah Puncak Sekuning kelurahan Lorok Pakjo, perlu dipertimbangkan beberapa faktor antara lain : sifat hujan, sifat fisik kawasan, penggunaan lahan dan pengelolaannya. Faktor-faktor tersebut perlu dipertimbangkan dalam menentukan konsep untuk mengatasi limpasan air hujan dan meminimalisasi tingkat pencemaran air. Konservasi lahan dan air pada kawasan Puncak Sekuning dilakukan dengan memperbaiki system jaringan drainase yang ada, normalisasi saluran alam, dan pembangunan struktur limpasan pengendali air limpasan. Daftar Pustaka Azizah, Siti., Widianto., Hadi Utomo, Wani. Agustus 2001. Dampak Perkembangan Kota Terhadap Peresapan Air Dalam Tanah Di Kota Malang, Jawa Timur. Biosain, Vol. 1 No.2. Cahyono, M. Dr. Ir. 2003. Kumpulan Bahan Kuliah Konservasi Sumber Daya Air Program Pasca Sarjana UNSRI. Soekarno, Indratmo. Dr. Ir. 2003. Kumpulan Bahan Kuliah Konservasi Sumber Daya Air. Program Pasca Sarjana UNSRI. Vol 4. No. 3 Juni 2016 106