BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. Populasi dalam penelitian ini adalah PT. Bank Syariah Mandiri dan Bank

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Daerah (PAD), Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK),

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Textile dan Otomotif yang terdaftar di BEI periode tahun

BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

DAFTAR LAMPIRAN. Data Variabel Pertumbuhan Ekonomi Atas Dasar Harga Berlaku. Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Barat Tahun

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN. tertinggi, standar deviasi, varian, modus, dan sebagainya.

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV. Tabel 4.1. dan Pendapatan Bagi Hasil. Descriptive Statistics. Pembiayaan_Mudharabah E6 4.59E E E9

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

: Niken Kurniawati NPM :

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode tahun Pengambilan sampel

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. periode dan dipilih dengan cara purposive sampling artinya metode

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. penelitian ini meliputi jumlah sampel (N), nilai minimum, nilai maksimum,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dari tiga variabel independen yaitu Dana Pihak Ketiga (DPK), Non Performing

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN. Dalam bab ini akan diuraikan hal-hal yang berkaitan dengan data-data

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun dan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. keputusan investasi terhadap nilai perusahaan pada perusahaan Consumer

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. atau populasi dan untuk mengetahui nilai rata-rata (mean), minimum, Tabel 4.1. Hasil Uji Statistik Deskriptif

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum.

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. Statistik deskriptif menggambarkan tentang ringkasan data-data penelitian

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. asumsi klasik dan pengujian hipotesis adalah mengetahui gambaran atau

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

DAFTAR LAMPIRAN. Kriteria Sampel Nama Provinsi

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV PEMBAHASAN. Berdasarkan data olahan SPSS yang meliputi audit delay, ukuran

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. yang terdaftar dalam LQ-45 di Bursa Efek Indonesia periode

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. barang konsumsi yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia pada tahun Tabel 4.1

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. Perusahaan emiten manufaktur sektor (Consumer Goods Industry) yang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran umum (intitusi/ perusahaan/ responden)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Pengaruh Rasio Profitabilitas, Rasio Solvabilitas Dan Rasio Likuiditas Terhadap

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. digunakan dalam penelitian ini serta dapat menunjukkan nilai maksimum, nilai

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN. Dalam bab ini akan diuraikan hal-hal yang berkaitan dengan data-data

BAB IV ANALISA DAN HASIL PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

ZELFIA YULIANA SUTAMI ( ) Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi. Universitas Maritim Raja Ali Haji ABSTRAK

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. Statistik deskriptif menggambarkan atau mendeskripsikan suatu data yang

BAB IV PENGUJIAN. Uji validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat tingkat kevalidan atau

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan sub sektor

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

HASIL UJI REGRESI PENGARUH KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN TERHADAP CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY. Descriptive Statistics

Biaya operasional terendah adalah dialami oleh PT. Centrin Online Tbk (CENT), dan tertinggi di alami oleh Mitra Adi Perkasa Tbk (MAPI

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

Nama : Nurlita NPM : Pembimbing : Rini Tesniwati,SE.,MM

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

REKAP DATA KEUANGAN DAERAH KABUPATEN DAN KOTA PROVINSI SUMATERA UTARA (dalam jutaan rupiah)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Bab ini akan membahas mengenai hasil penelitian dan pembahasan yang

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. Dari data-data sekunder berupa laporan keuangan yang telah diperoleh, maka

BAB III METODE PENELITIAN. metode analisis data serta pengujian hipotesis.

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

mempunyai nilai ekstrim telah dikeluarkan sehingga data diharapkan

DAFTAR LAMPIRAN. Data Variabel Pertumbuhan Ekonomi Atas Dasar Harga Berlaku. Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Tengah Tahun

DEWI JUNIARTI HONDRO JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI (UMRAH)

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Utara yang merupakan pemekaran dari Provinsi Maluku.

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pengaruh penggunaan derivatif keuangan, board of director, return on

BAB 4 ANALISIS DATA. Statistika Deskriptif merupakan hal serangkaian teknik statistika yang

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. Objek penelitian ini adalah perusahaan LQ45 yang terdaftar di Bursa Efek


BAB IV ANALISIS DATA. penelitian tentang Price Earning Ratio (PER), Earning Per Share (EPS),

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. selanjutnya akan membahas mengenai penelitian tentang pengaruh komisaris

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian, maksimum, minimum, sum, range,

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. dari masing-masing variabel. Variabel yang digunakan dalam penelitian. menggunakan rasio return on asset (ROA).

minimum, nilai rata-rata (mean) serta standar deviasi (α) dari masing-masing variabel.

Transkripsi:

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Statistik Deskriptif Pada hasil pengumpulan data sekunder mengenai Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus ( DAK ), Pertumbuhan Ekonomi (PE) sebagai variabel independen terhadap Belanja Modal (BM) sebagai variabel dependen. Maka berikut ini hasil olahan statistik deskriptif data yang merupakan keseluruhan data yang digunakan dalam penelitian menggunakan SPSS versi 20 Tabel 4.1 Hasil Statistik Deskriptif Descriptive Statistics N Minimum Maximum Mean Std. Deviation PAD 65 125853.0 4899126.0 1319852.400 1192040.1548 DAU 65 38188.0 1991202.0 874229.031 323733.7243 DAK 65 10601.0 133897.0 46374.108 23798.6711 PE 65 18144.0 403933.0 88054.323 82625.1637 BM 65 123425.0 1689303.0 609443.338 380756.4430 Valid N (listwise) 65 Sumber : Hasil olahan SPSS 20 ( dalam jutaan Rupiah ) 69

70 Berdasarkan table 4.1 dari output deskriptif tersebut dapat diketahui bahwa jumlah data (N) = 65 sampel dideskripsikan sebagai berikut : Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang memiliki nilai minimum adalah 125853 dimana angka ini merupakan angka sebesar Rp 125.853.000.000,- hasil penelitian menunjukan pandapatan asli daerah terendah di Provinsi Papua Barat pada tahun 2010. Pendapatan Asli Daerah yang memiliki nilai maksimum adalah 4899126 dimana angka ini sebesar Rp. 4.899.126.000.000,-. Angka ini menunjukan Pendapatan Asli Daerah tertingi di Provinsi Banten pada tahun 2014. Pendapatan Asli Daerah memilki nilai rata-rata ( mean ) selama lima tahun 1319852.400 dan memilki nilai standar deviasi sebesar 1192040.155. Dana Alokasi Umum (DAU) yang memiliki nilai terendah adalah 38188 dimana angka ini merupakan angka sebesar Rp. 38.188.000.000,-. Hasil penelitian menunjukan Dana Alokasi Umum terendah di Provinsi Sulawesi Utara pada tahun 2011. Dana Alokasi Umum yang memiliki nilai tertinggi adalah 1991202 dimana angka ini merupakan angka sebesar Rp. 1.991.202.000.000,-. Hasil penelitian menunjukan Dana Alokasi Umum tertinggi di Provinsi Papua pada tahun 2014. Dana Alokasi Umum memiliki nilai rata-rata ( mean ) selama lima tahun 874229.031 dan memiliki nilai standar deviasi sebesar 323733.7243. Dana Alokasi Khusus (DAK) yang memiliki nilai terendah adalah 10601 dimana angka ini merupakan angka sebesar Rp. 10.601.000.000,-. Hasil penelitian menunjukan Dana Alokasi Khusus terendah di Provinsi

71 Banten pada tahun 2013. Dana Alokasi Khusus yang memiliki nilai tertinggi adalah 133897 dimana angka ini merupakan angka sebesar Rp.133.897.000.000,-. Hasil penelitian menujukan Dana Alokasi Khusus tertinggi di Provinsi Papua pada tahun 2013. Dana Alokasi Khusus memiliki nilai rata-rata ( mean ) selama lima tahun 46374,108 dan memiliki nilai standar deviasi sebesar 23798.6711. Pertumbuhan Ekonomi (PE) yang memiliki nilai terendah adalah 18144 dimana angka ini merupakan angka sebesar Rp. 18.144.000.000,-. Hasil penelitian menunjukan Pertumbuhan Ekonomi terendah di Provinsi Papua Barat pada tahun 2010. Pertumbuhan Ekonomi yang memiliki nilai tertinggi adalah 403933 dimana angka ini merupakan angka sebesar Rp.403.933.000.000,-. Hasil penelitian menunjukkan Pertumbuhan Ekonomi tertinggi di Provinsi Sumatra Utara pada tahun 2014. Pertumbuhan Ekonomi memiliki nilai rata-rata ( mean ) selama lima tahun 88054.323 dan memiliki nilai standar deviasi 82625.1637. Belanja Modal (BM) yang memiliki nilai terendah adalah 123425 dimana angka ini merupakan angka sebesar Rp. 123.425.000.000,-. Hasil penelitian menunjukan Belanja Modal terendah di Provinsi D.I Yogyakarta pada tahun 2010. Belanja Modal yang memiliki nilai tertinggi adalah 1689303 dimana angka ini merupakan angka sebesar Rp. 1.689.303.000.000, Hasil penelitian menunjukan Belanja Modal tertinggi di Provinsi Papua pada tahun 2014. Belanja Modal memiliki nilai rata-rata ( mean ) selama lima tahun 609443.338 dan memiliki nilai standar deviasi 380756.4430.

72 B. Uji Asumsi Klasik a. Uji Normalitas Uji Normalitas yang peneliti gunakan adalah dengan Grafik Histrogram, Grafik Normal Probability Plot dan One-Sample Kolmogorov-Smirnov. Pengambilan keputusan untuk menentukan data terdistribusi normal atau tidak dengan melihat nilai Asmp.Sig (2-tailed)> 0,05 maka data terdistribusi normal, jika Asymp.sig (2-tailed)< 0,05 maka data tidak terdistribusi secara normal. Berikut hasil SPSS yang menunjukan hasil uji normalitas. Gambar 4.1 Grafik Histrogram Sumber : data yang diolah dengan SPSS 20

73 Dari gambar 4.1 grafik histogram di atas berbentuk simetris tidak menceng ke kanan atau ke kiri yang berarti data terdistribusi secara normal. Gambar 4.2 Grafik normal probability plot of regression standardize Sumber : data yang diolah dengan SPSS 20 Dari Gambar 4.2 grafik normal probability plot of regression standardize menunjukan pola titik-titik menyebar disekitar garis diagonal, serta penyebarannya mengikuti garis diagonal. Grafik ini menunjukan bahwa data terdistribusi secara normal.

74 Tabel 4.2 Hasil Uji Normalitas Kolmogrorov-Smirnov One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardiz ed Residual N 65 Mean 0E-7 Normal Parameters a,b 287791.0074 Std. Deviation 6580 Absolute.156 Most Extreme Differences Positive.156 Negative -.078 Kolmogorov-Smirnov Z 1.260 Asymp. Sig. (2-tailed).084 a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. Sumber : Data Sekunder Hasil Olahan SPSS 20 Berdasarkan tabel 4.2 menunjukan besarnya nilai Kolmogorov- Smirnov 1.260 dan nilai Asymp. Sig (2-tailed) sebesar 0.084 > 0,05. Jadi dapat disimpulkan data telah memenuhi asumsi normalitas. b. Uji Multikolonieritas Uji Multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah model ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Model regresi yang baik seharusnya tidak teradi korelasi antar variabel independe. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen (Ghozali, 2011:105). Pengambilan keputusan :

75 1) Nilai VIF < 10 dan tolerance > 0.10 (tidak terjadi masalah multikolonieritas). 2) Nilai VIF > 10 dan tolerance < 0.10 (terjadi masalah multikolonieritas). Berikut hasil dari SPSS yang akan menunjukan hasil uji multikolonieritas. Tabel 4.3 Hasil Uji Multikolonieritas Coefficients a Model Unstandardized Standardized t Sig. Collinearity Statistics Coefficients Coefficients B Std. Error Beta Tolerance VIF (Constant) -17748.234 125905.010 -.141.888 PAD.116.076.364 1.521.133.166 6.011 1 DAU.106.257.090.413.681.200 5.008 DAK 7.398 3.311.462 2.234.029.222 4.498 PE.431 1.153.094.374.710.152 6.571 a. Dependent Variable: BM Sumber : Data Sekunder Hasil olahan SPSS 20 Berdasarkan data dari tabel 4.3 hasil perhitungan tolerance Pendapatan asli Daerah (PAD) memiliki nilai tolerance sebesar 0,166, Dana Alokasi Umum (DAU) memiliki nilai tolerance sebesar 0,200, Dana Alokasi Khusus (DAK) memiliki nilai tolerance sebesar 0,222, dan Pertumbuhan Ekonomi (PE) memiliki nilai tolerance sebesar 0,152. Dari variable independen tidak ada yang memiliki nilai tolerance kurang dari

76 0,10. Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak ada multikolonieritas antara variabel independen dalam model regresi. Hasil perhitungan nilai VIF juga menunjukan Pendapatan asli Daerah (PAD) memiliki nilai VIF sebesar 6,011, Dana Alokasi Umum (DAU) memiliki nilai VIF sebesar 5,008, Dana Alokasi Khusus (DAK) memiliki nilai VIF sebesar 4,498, dan Pertumbuhan Ekonomi (PE) memiliki nilai VIF sebesar 6,571. Hal ini menunjukan tidak adanya variable independen yang memiliki VIF lebih dari 10. Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak ada multikolonieritas antara variabel independen dalam model regresi. c. Uji Autokorelasi Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka ada masalah autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu dengan yang lain. Masalah ini timbul karena residual (kesalahan pengganggu) tidak bebas dari satu observasi ke observasi lainnya, biasanya dijumpai pada data deret waktu (time series). Untuk mengetahui adanya autokorelasi dalam suatu model regresi dilakukan melalui pengujian terhadap nilai Durbin Watson (Uji DW) dengan hasil :

77 Tabel 4.4 Hasil Uji Autokorelasi Model Summary b Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson 1.655 a.429.391 297229.2744.774 a. Predictors: (Constant), PE, DAK, DAU, PAD b. Dependent Variable: BM Sumber :Data sekunder Hasil olahan SPSS 20 Berdasarkan hasil output diperoleh nilai statistik uji Durbin- Watson sebesar 0,774 nilai jika dibandingkan dengan nilai tabel dengan menggunakan nilai signifikan 5% jumlah sampel 65 (n) dan jumlah variable independen 4 (k=4), maka di tabel Durbin Watson akan didapatkan nilai batas bawah (dl) sebesar 1,471. Hasil uji Durbin Watson statistic mendapatkan sebesar 0 < d < dl (0 < 0,774 < 1,471) keputusan uji autokorelasi tidak ada keputusan apakah ada atau tidaknya autokorelasi positif, kemudian mendeteksi autokorelasi dengan Run test. Hasil uji autokorelasi dengan Run test dapat dilihat seperti berikut :

78 Tabel 4.5 Pengujian Autokorelasi dengan Run Test Runs Test Unstandardized Residual Test Value a -69090.61356 Cases < Test Value 32 Cases >= Test Value 33 Total Cases 65 Number of Runs 13 Z -5.125 Asymp. Sig. (2-tailed).000 a. Median Hasil output SPSS menunjukan bahwa nilai test adalah - 69090.61356 dengan Asymp.Sig (2-tailed) di bawah 0,05 yaitu 0,000 yang berarti hipotesis nol ditolak, sehingga dapat disimpulkan bahwa residual tidak random antar nilai residual. d. Uji heteroskedatisitas Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika ada maka disebut heteroskedastisitas. Dalam penelitian ini mendeteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dilihat dari grafik Scatterplot.

79 Gambar 4.3 Hasil Uji Heteroskedastisitas Sumber : Data sekunder Hasil olahan SPSS 20 Berdasarkan grafik Scatterplot di atas terlihat titik-titik menyebar secara acak, tidak membentuk pola tertentu yang jelas atau teratur, serta titik tersebar diatas dan dibawah sumbu Y. dengan demikian dapat dikatakan bahwa tidak terjadi gejala heteroskedastisitas pada model regresi. C. Hasil Uji Hipotesis a. Uji Koefisien Determinasi ( R 2 ) Koefisien determinasi ( R 2 ) mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel independen. Nilai koefisien

80 determinasi yang menunjukan dengan nilai adjusted R-square dari model regresi yang digunakan untuk mengetahui besarnya pengungkapan yang dapat dijelaskan oleh variabel-variabel bebasnya ( Ghozali, 2011:97).. Nilai koefisien determinasi dari model regresi dalam penelitian ini dapat dilihat sebagai berikut : Tabel 4.6 Hasil Koefisien Determinasi (R 2 ) Model Summary b Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate 1.655 a.429.391 297229.2744 a. Predictors: (Constant), PE, DAK, DAU, PAD b. Dependent Variable: BM Sumber : Data Sekunder Hasil olahan SPSS 20 Hasil diatas menunjukan menunjukan Adjusted R-square sebesar 0,391. Hal ini berarti bahwa Belanja Modal dapat dijelaskan oleh variable Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK) dan Pertumbuhan Ekonomi (PE) sebesar 39,1% sedangkan sisanya sebesar 0,609 atau 60,9% (1-0,391) dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang tidak disertakan dalam model penelitian ini. b. Uji Statistik F ( F test ) Uji F pada dasarnya menunjukan apakah semua variabel independen atau bebas yang dimasukan dalam model mempunyai pengaruh terhadap variabel dependen. Berikut hasil dari SPSS dari Uji F :

81 Tabel 4.7 Hasil Uji Statistik F S u m b e ANOVA a Model Sum of Squares df Mean Square F Sig. 1 Regression Residual Total a. Dependent Variable: BM b. Predictors: (Constant), PE, DAK, DAU, PAD 3977715515313 994428878828. 4.092 273 11.256.000 b 5300714494603 88345241576.7 60.459 24 9278430009916 64.550 Sumber :Data Sekunder Hasil olahan SPSS 20 Dari hasil perhitungan diatas dapat diketahui bahwa nilai F Test sebesar 11,390 dan signifikan 0,000 yang berarti variabel independen Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK), dan Pertumbuhan Ekonomi (PE) secara simultan berpengaruh terhadap variabel dependen yaitu Belanja Modal (BM). c. Uji parsial ( Uji statistic t ) Uji t menunukan seberapa jauh pengaruh satu variabel independen secara individu dalam menerangkan variasi variabel dependen. Pengujian dilakukan dengan tingkat signifikan 0,05 (α=5%). Berdasarkan hasil pengujian menggunakan alat analisis regresi linear dapat diperoleh hasil sebagai berikut

82 Tabel 4.8 Hasil Uji statistik ( t test ) Coefficients a Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients B Std. Error Beta t Sig. (Constant) -17748.234 125905.010 -.141.888 PAD.116.076.364 1.521.133 1 DAU.106.257.090.413.681 DAK 7.398 3.311.462 2.234.029 PE.431 1.153.094.374.710 a. Dependent Variable: BM Sumber : Data Sekunder Hasil Olahan SPSS 20 Berdasarkan hasil statistik t test menunjukan bahwa variabel Independen Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Alokasi Umum (DAU), dan Pendapatan Ekonomi (PE) tidak signifikan terhadap Belanja Modal. Hal ini dapat dilihat dari Nilai signifikan untuk Pendapatan Asli Daerah (PAD) sebesar 0,133, Dana Alokasi Umum (DAU) sebesar 0,681 dan Pendapatan Ekonomi (PE) sebesar 0,710 dan ketiganya diatas 0,05. Sedangkan Dana Alokasi khusus (DAK) signifikan sebesar 0,029 di bawah 0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel dependent Belanja modal (BM) dipengaruhi oleh Dana Alokasi Khusus (DAK).

83 D. Pembahasan 1. Pengaruh Pendapatan Asli Daerah terhadap Pengalokasian Belanja Modal Dari penelitian yang telah dilakukan, diperoleh hasil bahwa variabel pendapatan asli daerah (PAD) tidak berpengaruh terhadap variabel belanja modal. Hal ini ditunjukkan dengan tingkat signifikansi 0,133 lebih besar dari 0,05. Artinya PAD tidak memiliki berpengaruh terhadap belanja modal. karena PAD lebih banyak digunakan untuk membiayai belanja rutin / belanja operasonal, selain itu peningkatan PAD belum tentu diikuti dengan peningkatan anggaran belanja modal. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Iin Indarti dan Sugiartiana (2012) memperoleh hasil variabel PAD tidak berpengaruh positif terhadap alokasi belanja modal, karena potensi daerah yang kurang maksimal. Desentralisasi ditujukan untuk mewujudkan kemandirian daerah, dimana pemerintah daerah otonom mempunyai kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa dan kemampuan sendiri berdasar aspirasi masyarakat seperti yang telah tercantum pada Undang-Undang No 32 Tahun 2004. Di sisi lain kemampuan daerah untuk menyediakan pendanaan yang berasal dari daerah sangat tergantung pada kemampuan merealisasikan

84 potensi ekonomi tersebut menjadi bentuk-bentuk kegiatan ekonomi yang mampu menciptakan alokasi dana untuk pembangunan daerah yang berkelanjutan. Di sisi lain, wilayah dengan sumber dana PAD yang tinggi dapat memiliki tuntutan yang besar dari masyarakatnya untuk semakin dapat memperoleh akses yang besar terhadap pendapatan daerah tersebut. Masyarakat akan semakin banyak yang menyuarakan pada tuntutan perbaikan pelayanan umum. Kondisi demikian dapat mendorong pemerintah daerah dan DPRD untuk menyikapinya sebagai sebuah tuntutan atas pengembalian pendapatan daerah kepada masyarakat sehingga alokasi Belanja Modal semakin besar. 2. Pengaruh Dana Alokasi Umum terhadap Pengalokasian Belanja Modal Dari penelitian yang telah dilakukan, diperoleh hasil bahwa variabel Dana Alokasi Umum (DAU) tidak berpengaruh terhadap variabel belanja modal. Hal ini ditunjukkan dengan tingkat signifikansi 0,681 lebih besar dari α = 0,05. Artinya DAU tidak memiliki pengaruh yang nyata terhadap Belanja Modal. Tujuan awal DAU adalah untuk pemerataan keuangan antar daerah yang dimaksudkan untuk mengurangi ketimpangan kemampuan keuangan antar daerah. Suatu daerah yang potensi fiskalnya rendah, maka DAU yang diperolehnya

85 tinggi, dan sebaliknya jika potensi fiskalnya tinggi, maka DAU yang diperoleh daerah bersangkutan akan rendah. Hal tersebut diatas sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Iin Indarti Sugiartiana (2012) variabel DAU berpengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap alokasi belanja modal. Sedangkan dalam penelitian yang dilakukan oleh Darwanto dan Yustikasari (2007) dimana variabel DAU memiliki korelasi yang positif signifikan terhadap belanja modal, menunjukkan alokasi belanja modal pemerintah daerah kabupaten/kota sangat bergantung pada besar kecilnya alokasi dana perimbangan yang diberikan pemerintah pusat kepada daerah dalam mewujudkan pembangunan di daerahnya. 3. Pengaruh Dana Alokasi Khusus terhadap Pengalokasian Belanja Modal Berdasarkan hasil penelitian, variabel Dana alokasi khusus (DAK) berpengaruh terhadap variabel belanja modal pada Pemerintah / Provinsi di seluruh indonesia mengindikasikan bahwa bertambahnya Dana Alokasi Khusus mempengaruhi Belanja Modal. DAK diberikan dengan tujuan untuk membiayai kegiatan - kegiatan khusus pada daerah tertentu yang merupakan urusan daerah dan sesuai dengan prioritas nasional, khususnya untuk membiayai kebutuhan sarana dan prasarana pelayanan dasar masyarakat yang belum mencapai standar tertentu atau untuk mendorong percepatan pembangunan daerah.

86 Hasil penelitian ini konsisten dengan Penelitian yang dilakukan oleh Situngkir (2009), membuktikan bahwa dana alokasi khusus berpengaruh positif dan signifikan terhadap anggaran belanja modal. Dana Alokasi Khusus merupakan dana yang bersumber dari APBN yang dialokasikan kepada pemerintah daerah untuk membiayai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah dan prioritas nasional. Tujuan Dana Alokasi Khusus untuk mengurangi beban biaya kegiatan khusus yang harus ditanggung oleh pemerintah daerah. Pemanfaatan Dana alokasi Khusus diarahkan kepada kegiatan investasi pembangunan, pengadaan, peningkatan perbaikan sarana dan prasarana fisik pelayanan publik dengan umur ekonomis panjang. Dengan diarahkannya pemanfaatan Dana Alokasi Khusus untuk kegiatan tersebut diharapkan dapat meningkatkan pelayanan publik yang direalisasikan dalam belanja modal. Dana Perimbangan berasal dari pemerintah pusat berupa dana alokasi umum, dana alokasi khusus, dan dana bagi hasil yang berasal dari APBN yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan keuangan antar daerah untuk membiayai kebutuhan pengeluarannya dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. Berkaitan dengan perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah, hal tersebut merupakan konsekuensi adanya penyerahan kewenangan pemerintah pusat kepada pemerintah daerah. Dengan demikian, terjadi transfer yang cukup

87 signifikan didalam APBN dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah, dan pemerintah daerah secara leluasa dapat menggunakan dana ini apakah dipergunakan untuk memberikan pelayanan yang lebih baik kepada masyarakat atau untuk keperluan lain yang tidak penting. Semakin besar Dana Perimbangan berupa Dana Alokasi Umum yang diberikan oleh pemerintah pusat, maka kontrol terhadap penggunaan dan alokasi dana tersebut juga akan semakin besar dilakukan selain kontrol dari pemerintah daerah juga dilakukan pula control dari pemerintah pusat. Adanya kontrol yang semakin besar tersebut menjadikan penggunaan dana perimbangan juga akan semakin besar untuk dialokasikan dalam mewujudkan pelayanan umum dan perbaikan serta peningkatan infrastruktur daerah. 4. Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi terhadap Pengalokasian Belanja Modal Berdasarkan hasil penelitian, variabel Pertumbuhan Ekonomi (PE) tidak berpengaruh terhadap Anggaran belanja modal pada Pemerintah / Provinsi seluruh indonesia. Hal ini disebabkan oleh pertumbuhan ekonomi tidak terlalu dipertimbangkan sebagai acuan utama dalam penyusunan belanja modal. Sehingga pemerintah / provinsi harus memperhatikan kondisi makro ekonomi tersebut di setiap provinsinya, mempertimbangkan kondisi sosial politik di

88 daerahnya, dan pemerintah / provinsi harus mengubah komposisi pengalokasian anggaran belanja modalnya. Hasil ini juga konsisten dengan riset yang dilakukan oleh Darwanto (2007) yang menyatakan pertumbuhan ekonomi yang diproksikan oleh PDRB tidak berpengaruh terhadap Anggaran Belanja Modal. Hal ini disebabkan oleh perkembangan data Anggaran Belanja Modal mengalami penurunan, tetapi sebaliknya Pertumbuhan ekonomi justru mengalami peningkatan. Pemerintah daerah mengalokasikan dana dalam bentuk anggaran Belanja Modal dalam APBD untuk menambah aset tetap. Anggaran belanja modal ini didasarkan pada kebutuhan daerah akan sarana dan prasarana, baik untuk kelancaran pelaksaan tugas pemerintahan maupun untuk fasilitas publik. Dalam pelaksanaan desentralisasi fiskal, menunjukkan bahwa potensi fiskal pemerintah daerah antara satu dengan daerah yang lain bisa jadi sangat beragam.