ATURAN DASAR MEMBERI UKURAN

dokumen-dokumen yang mirip
PEMBERIAN UKURAN DIMENSI

PERTEMUAN 7 ATURAN DAN CARA MEMBERI UKURAN

ANGKA UKUR. Angka ukur diletakan di tengah-tengah garis ukur. Angka ukur tidak boleh dipisahkan oleh garis gambar. Jadi boleh ditempatkan dipinggir.

ATURAN-ATURAN DASAR UNTUK MEMBERI UKURAN

MODUL TUGAS BESAR MENGGAMBAR MESIN

MODUL TUGAS BESAR MENGGAMBAR MESIN

dengan toleransi batas suaian* toleransi c. Ukuran d. Ukuran Suaian Suaian Suaian halus sedang Sampai dengann 3 6 kasar ±

MEMBERI UKURAN PADA GAMBAR KERJA

SATUAN ACARA PERKULIAHAN MATA KULIAH MENGGAMBAR TEKNIK (T.INDUSTRI /S1) KODE / SKS KD /2 SKS

FORMAT GAMBAR PRAKTIKUM PROSES MANUFAKTUR ATA 2014/2015 LABORATURIUM TEKNIK INDUSTRI LANJUT UNIVERSITAS GUNADARMA

PERTEMUAN 13 TOLERANSI GEOMETRI DAN KONFIGURASI PERMUKAAN

PERTEMUAN 6 PENYAJIAN GAMBAR KHUSUS

HANDOUT GAMBAR TEKNIK

MEMBACA GAMBAR TEKNIK MESIN

PERTEMUAN 4 ATURAN PENYAJIAN GAMBAR

TOLERANSI. Istilah dalam Toleransi Pengertian istilah dalam lingkup toleransi dapat dilihat pada gambar dan paparan berikut ini.

Toleransi& Implementasinya

B. Kegiatan Belajar. 1. Kegiatan Belajar 1 Menentukan Persyaratan Kerja

Menafsirkan gambar teknik listrik. Menerapkan standarisasi dan normalisasi gambar teknik ketenagalistrikan

BAB.IV PERMULAAN DAN SUSUNAN GAMBAR-KERJA.

INSTRUMEN TES PADA RANAH KOGNITIF PENELITIAN PENCAPAIAN KOMPETENSI PADA MATA PELAJARAN MEMBACA GAMBAR TEKNIK DASAR

JENIS-JENIS GARIS DAN ALAT-ALAT GAMBAR. Jenis-jenis Garis

BAHAN AJAR MENGGAMBAR TEKNIK KODE :

MEMBERI UKURAN PADA GAMBAR KERJA

MAKALAH KONFIGURASI PERMUKAAN DAN TOLERANSI SEMESTER GENAP 2015

4. VISUALISASI DAN GAMBAR SKET

MEMBACA GAMBAR TEKNIK

GAMBAR TEKNIK JURUSAN TEKNIK MESIN

Contoh Soal Gambar Teknik

MENGGAMBAR DETAIL SECARA RINCI

TOLERANSI LINIER Basori

PERTEMUAN 5. Gambar potongan

: mampu membaca gambar potongan dan irisan benda. A. Pendahuluan

Alat ukur sudut. Alat ukur sudut langsung

TEKNIK GAMBAR DASAR A. PERALATAN DAN PERLENGKAPAN GAMBAR

B.1. Menjumlah Beberapa Gaya Sebidang Dengan Cara Grafis

ALAT GAMBAR PERTEMUAN II

MENGGAMBAR POTONGAN BENDA KERJA

4. Mahasiswa berkontribusi dalam peningkatan mutu kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara dan kemajuan peradaban; (S6, S10);.

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

BAB 1 : PERSIAPAN MENGGAMBAR

ALAT UKUR PRESISI 1. JANGKA SORONG Jangka sorong Kegunaan jangka sorong Mengukur Diameter Luar Benda Mengukur Diameter Dalam Benda

PERTEMUAN 2 GARIS, HURUF DAN KONSTRUKSI GEOMETRIS

PERTEMUAN 12 TOLERANSI LINIER DAN TOLERANSI SUDUT

SUDUT DAN GARIS GARIS SEJAJAR

Dosen: Haryono Putro, ST.,SE.,MT. Can be accessed on:

IDENTIFIKASI KESALAHAN ESENSIAL GAMBAR KERJA PRAKTIK PEMESINAN DI SMK MUHAMMADIYAH 1 BANTUL TUGAS AKHIR SKRIPSI

Gambarr 3.3 Downcut. Gambar 3.2 Upcut

D. GEOMETRI 2. URAIAN MATERI

MODUL TUGAS BESAR MENGGAMBAR TEKNIK

BAB II LANDASAN TEORI Alat-alat Pembantu Untuk Meningkatkan Produksi Pada Mesin. dan kecepatannya sayatnya setinggi-tingginya.

MODUL TUGAS BESAR MENGGAMBAR TEKNIK

Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

commit to user BAB II DASAR TEORI

Garis dan kegunaannya pada gambar Teknik.

360 putaran. Ukuran sudut yang lebih kecil dari derajat adalah menit ( ) dan detik ( )

SMK PGRI 1 NGAWI TERAKREDITASI: A

PENGGUNAAN ALAT DAN STANDARISASI GAMBAR

GAMBAR TEKNIK PROYEKSI ISOMETRI. Gambar Teknik Proyeksi Isometri

Ringkasan Materi Soal-soal dan Pembahasan MATEMATIKA. SD Kelas 4, 5, 6

BAB IV GAMBAR TEKNIK

Menggambar Teknik & CAD

DASAR-DASAR METROLOGI INDUSTRI Bab III Pengukuran Sudut

PUSAT MASSA DAN TITIK BERAT

DASAR-DASAR METROLOGI INDUSTRI Bab VI Pengukuran Kelurusan, Kesikuan, Keparalellan, Dan Kedataran BAB VI

1. PENGENALAN ALAT KERJA BANGKU

PROSES BUBUT (Membubut Tirus, Ulir dan Alur)

PENDAHULUAN Pokok bahasan pada materi Konsep Dasar Gambar Teknik meliputi definisi apa itu gambar teknik, fungsi menggambar teknik.

BAB III Mesin Milling I

BAB 3 DINAMIKA ROTASI DAN KESETIMBANGAN BENDA TEGAR

3.1. Sub Kompetensi Uraian Materi MODUL 3 MENGGAMBAR BENTUK BIDANG

PBAB II MESIN BUBUT. (Laboratorium Teknik Industri Universitas Gunadarma, 2011) Gambar 2.1 Mesin Bubut

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Lampiran 1. Soal. c) sinar datang menuju pusat kelengkungan. a) sinar datang sejajar sumbu utama. b) sinar datang menuju fokus

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. Sebelum peneliti membahas tentang landasan teori, peneliti

Matematika Semester IV

Pertemuan ke 11. Segiempat Segiempat adalah bidang datar yang dibatasi oleh empat potong garis yang saling bertemu dan menutup D C

MENGGAMBAR TEKNIK I. Jl. Letjend Suprapto No.73 Kebumen - Jawa Tengah 54311

BAB III PROSES PEMBUATAN STEAM JOINT STAND FOR BENDED TR

fungsi Dan Grafik fungsi

C. y = 2x - 10 D. y = 2x + 10

KELAS XI SEMESTER 3 i

MODUL 6 ALAT KERJA TANGAN DAN MESI N (MENGI KI R) TINGKAT X PROGRAM KEAHLI AN TEKNI K PEMANFAATAN TENAGA LI STRI K DISUSUN OLEH : Drs.

MENGGAMBAR GARIS. Yesi Marlina 87678/2007

KESEIMBANGAN BENDA TEGAR

Masukan pengertian dan di setiap topik dan buat daftar pustaka.. latar dan tujuan ambil dari silabus online book,,, ingat ok!!!!

Berikut ini adalah materi pembelajaran mengenai Proyeksi,Sebagai. salah satu bagian dari materi mata pelajaran Membaca gambar mudahmudahan

PROYEKSI ISOMETRI PENDAHULUAN

MEMBACA GAMBAR TEKNIK

Bab 4 SISTEM PROYEKSI 4.1. PENGERTIAN PROYEKSI GAMBAR PROYEKSI

KATA PENGANTAR. Yogyakarta, Juli Penulis

3. Mesin Bor. Gambar 3.1 Mesin bor

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 TEKNIK GAMBAR MESIN

PENGGUNAAN METODE FAST FEEDBACK MODEL INDIKASI WARNA PADA PEMBELAJARAN FISIKA TENTANG PEMBENTUKAN BAYANGAN PADA LENSA

Bilangan Real. Modul 1 PENDAHULUAN

Pedoman Penulisan Tabel dan Gambar TABEL ILUSTRASI TABEL TABEL. Pedoman Penulisan Tabel dan Gambar sesuai dengan Pedoman Penulisan Karya Ilmiah di IPB

UNIVERSITAS SEBELAS MARET FAKULTAS PENDIDIKAN DAN ILMU PENDIDIKAN SILABUS. Pengalaman Belajar. Materi Pokok

Simbol Pengelasan TEKNIK LAS BAB 2 SIMBOL PENGELASAN

MENGGAMBAR PROYEKSI AKSONOMETRI

Roda Gigi Rack dan Pinion

Transkripsi:

ATURAN DASAR MEMBERI UKURAN Dalam memberikan ukuran besaran-besaran geometrik dari bagian benda harus menentukan secara jelas tujuannya, dan tidak boleh menimbulkan salah tafsir. Oleh karena itu dibuatlah aturan-aturan dasar untuk memberi ukuran yang menentukan cara-caranya dalam memberi ukuran. 5.1 Garis Ukur dan Garis Bantu Untuk menentukan ukuran sebuah dimensi linier, ditarik garis-garis bantu melalui batas gambar pandangan benda, dan garis ukurnya ditarik tegak lurus, hal ini ada pengecualiannya pada garis bantu. Sebuah garis ukur, dengan mata panahnya, menunjukkan besarnya ukuran dari suatu permukaan atau garis sejajar dengan garis ukur. Garis bantu dan garis ukur ditarik dengan garis tipis. Garis bantu ditarik sedikit melebihi, kira-kira 2 mm, garis ukur. Di beberapa negara seperti Amerika, garis bantu tidak langsung berhubungan dengan garis gambar, tetapi dengan jarak sedikit, untuk membedakan garis gambar dengan garis bantu. Gambar 5.1 garis ukur dan garis bantu gambar 5.2 garis bantu dan antara yang tampak

5.2 Tinggi dan Arah Angka Ukur Angka ukur dan huruf-huruf harus digambar dengan jelas pada gambar aslinya maupun pada salinan gambar yang diperkecil. Pada tahun-tahun akhir ini dibuat microfilm dari gambar, dibesarkan dan dicetak ulang. Walaupun demikian angka-angka atau huruf-huruf tetap harus dapat dibaca dengan jelas. Oleh karena itu angka-angka dan huruf-huruf harus digambar sebesar mungkin. Pada peraturan ISO 3098 ditentukan tinggi dan bentuk angka-angka dan huruf-huruf.seperti yang telah dibahas pada bab 2. Angka-angka dan huruf-huruf harus diletakkan ditengah-tengah dan sedikit di atas garis ukur. Hampir seluruh ukuran dari gambar yang diperlukan merupakan ukuran horizontal atau vertical. Ukuran yang pertama harus dapat dibaca dari bawah gambar. Sedangkan ukuran yang kedua harus dapat dibaca dari sebelah kanan gambar seperti pada gambar 5.3. Ini berarti bahwa angka ukur horizontal harus terletak di atas garis ukur, dan ukuran vertical harus terletak di sebelah kiri garis ukur. Angka dan garis ukur mempunyai jarak sedikit. Di beberapa negara semua angka ukur ditulis mendatar, dalam hal ini garis ukur vertical diputus ditengah-tengah untuk penempatan angka. (Gambar 5.4) Dengan demikiian semua angka dapat dibaca dari bawah kertas gambar. Cara seperti ini tidak dipakai dinegara kita. Angka-angka ukur yang tidak horizontal maupun vertical, harus ditulis sesuai dengan garis ukurnya. Seperti tampak pada gambar 5.5. Sedapatnya ukuran-ukuran jangan di letakkan di daerah yang diarsir pada gambar 5.5, yaitu daerah antara sudut 30 0. Ukuran sudut ditulis seperti pada gambar 5.6 (a) atay (b). Disini garis ukurnya berupa garis lengkung. Azas dasar yang harus dipertahankan disini

adalah bahwa garis ukur harus merupakan garis tulis. Jadi angka selalu harus di atas garis ukur, kecuali pada gambar 5.6 (b). Gambar 5.3 Ukuran-ukuran normal Gambar 5.4 Ukuran-ukuran searah Gambar 5.5 Memberi ukuran pada garis ukuran miring Gambar 5.6 Ukuran sudut 5.3 Ujung dan Pangkal Garis Ukur Ujung dan pangkal garis ukur harus menunjukkan dimana garis ukur mulai dan berhenti. Ada tiga cara untuk menunjukkan hal ini, yaitu dengan anak panah tertutup, garis miring dan titik gambar 5.7. Cara dengan garis miring seperti pada gambar 5.7 (b) banyak dipergunakan pada bidang sipil dan arsitektur. Pada bidang permesinan cara ini tidak dipergunakan. Bentuk 60 60

anak panah ditentukan oleh perbandingan panjang dan tebal sebagai 2 : 1 dan harus dihitamkan. Tanda titik dipergunakan bilamana tidak cukup tempat untuk menempatkan anak panah. Hal ini umumnya terdapat pada ukuran berantai, atau pangkal ukuran beruntun gambar 5.7 (c). Gambar 5.7 Ujung dan pangkal 61 61

5.4 Ukuran dan Toleransinya Angka ukuran yang menunjukkan ukuran benda pada umumnya tidak dapat dipenuhi dengan tepat. Batas-batas ketidak tepatan ini harus dinyatakan dalam gambar juga. Cara-caranya diperlihatkan pada gambar 5.8. a. Ukuran dengan Toleransinya, yang ditentukan dalam ISO 2768 Penyimpangan Ukuran yang diizinkan pada pengerjaan dengan mesin tanpa penentuan toleransinya. (Gambar 5.8 (a)). b. Ukuran dengan ketentuan toleransi linier (GAMBAR 5.8. (b)). c. Ukuran dengan lambang toleransi, yang menentukan toleransi, sesuai ISO/R286 Sistim ISO tentang batas dan suaian : Bagian I Umum, toleransi dan penyimpangan (Gambar 5.8. (c)). Gambar 5.8 Macam-macam jenis ukuran dan toleransi d. Ukuran teoritis tepat tanpa toleransi linear, yang ditentukan oleh ISO 151/I Toleransi bentuk dan posisi : Bagian I Umum, Penunjukkan dalam gambar (GAMBAR 5.8. (d))toleransi posisi harus diterapkan pada posisi yang sebenarnya, yang telah ditentukan ukuran ini. 62 62

e. Ukuran yang biasanya tanpa toleransi; dipakai hanya sebagai bahan informasi (GAMBAR 5.8. (e)). Ini disebut dimensi referensi dan tidak menentukan operasi produksi atau pemeriksaan. Sebuah dimensi referensi diturunkan dari nilai-nilai yang tercantum dalam gambar atau gambargambar yang mempunyai hubungan. (lihat 5.5). 5.5 Dimensi Fungsional, Non-Fungsional Dan Tambahan Gambar5.9. memperlihatkan sebuah tuas (link) yang dihubungkan pada sebuah benda dengan sebuah pen. Ukuran-ukuran pen ditentukan seperti pada Gambar 5.5(a). Gambar 5.9 Pen dengan sebuah tuas Gambar 5.10 ukuran fungsional 63 63

Sesuai fungsi dari susunan tersebut, ukuran-ukurannya dibagi dalam golongan-golongan: ukuran-ukuran fungsional F, ukuran-ukuran bukan (non) funsional NF dan ukuran- ukuran tambahan Aux. a) Suatu dimensi fungsional adalah ukuran yang diperlukan untuk fungsi dari bagian atau komponen, umpamanya bagian-bagian yang disusun, cara kerja dari bagian dan lain sebagainya. b) Suatu dimensi non fungsional adalah ukuran yang tidak langsung mempengaruhi fungsi secara prinsipil. c) Suatu dimensi tambahan adalah dimensi referansi yang telah disebut pada bagian sebelumnya. Ukuran ini diberikan dalam tanda kurung tanpa toleransi, hanya sebagai bahan informasi. 5.6 Satuan-satuan Semua ukuran dalam gambar harus ditulis dalam satuan yang sama. Dalam sistim satuan S.I. satuan penajang adalah millimeter (mm). singkatan satuan panjang (mm) tersebut tidak perlu dicantumkan dibelakang tiap ukuran. Dengan sendirinya harus dimengerti bahwa angka yang tercantum pada gambar memberikan ukuran panjang dalam mm, walaupun satuan ini tidak tertulis. Jika diperlukan penggunaan satuan lain, lambing dari satuan yang dipakai harus ditambhkan dibelakang angka, atau diberi catatan yang menerangkan satuan yang dipakai. Ukuran sudut pada umumnya dinyatakan dalam derajat, dan jika perlu juga dalam menit dan detik. Ini dinyatakan oleh lambing-lambang : 0 untuk derajat untuk menit untuk detik, yang ditulis disebelah kanan atas dari angka yang bersangkutan. Contoh-contoh : 90 0, 22,5 0, 3 21, 0 0 15, 6 0 21 52, 8 0 0 52. 64 64

5.7 Tanda desimal Tanda decimal harus diletakkan setinggi dasar dan harus tampak jelas. Sebagai tanda decimal dipakai koma. Jika terdapat lebih dari empat angka disebelah kiri atau kanan angka, tidak perlu diberi tanda lain setelah tiap tiga angka. Contoh : 125,35; 12,20; 12120. 5.8 Cara-Cara Memberi Ukuran Sesuai dengan aturan-aturan dasar untuk memberi ukuran yang telah dibahas pada bab sebelumnya, ukuran-ukuran panjang, profil atau sudut harus diperinci oleh cara-cara khusus, yang akan dibahas berikut ini. a. Memberi ukuran dimensi linear Pada dasarnya ukuran-ukuran linear harus diperinci oleh garis bantu, garis ukur dan angka ukur, seperti.pada Gambar 5.11. Jika ruang antara garis bantu terlalu sempit untuk menempatkan anak panah, anak panahnya dapat diganti dengan titik (Gambar 5.12). Dalam hal ini dianjurkan untuk membuat gambar detail yang diperbesar. Dengan demikian, ukuran-ukurannya dapat dibrikan dengan jelas pada gambarnya (Gambar 5.13). 65 65

Gambar 5.11 Contoh memberi ukuran Dalam beberapa hal garis ukur dapat langsung ditarik antara garis gambar, tanpa garis bantu (Gambar 5.14). Garis gambar atau garis sumbu dapat digunakan sebagai garis bantu, tetapi tidak boleh dipakai sebagai garis ukur. Gambar 5.12 Ruang ukur yang sempit 66 66

Gambar 5.13 Gambar detil Gambar 5.14 Garis gambar sebagai garis bantu 67 67

b. Memberi ukuran bagian yang harus dikerjakan secara khusus Bagian-bagian seperti misalnya lubang yang dibor, lubang yang diream, dsb. Diberi ukuran dengan garis penunjuk, beserta ukuran catatannya. Garis penunjuk harus berujung anak panah, yang berakhir pada titik poong antara garis sumbu dan garis gambar untuk gambar berbentuk silinder, dan berakhir pada garis gambar untuk gambar lingkaran. Garis penunjuk harus diarik miring, dan dianjurkan untuk membuat kemiringan kira-kira 60 o dengan garis horizontal (Gambar 5.15). Gambar 5.15 Memberi ukuran lubang Garis penunjuk juga digunakan untuk memberi nomor bagian, atau untuk memberi keterangan tentang pengerjaan khusus, dsb. Dalam hal ini garis penunjuk berakhir dengan anak panah, jika garis penunjuk ini berakhir pada garis gambar, dan berakhir pada titik, jika garis penunujuk berakhir di dalam gambar (Gambar 5.16) Gambar 5.16 Garis petunjuk 68 68

c. Angka-angka ukur 1) Angka-angka atau huruf-huruf harus diletakkan kira-kira di tengahtengah dan sedikit di atas garis ukur, seperti yang telah diuraikan pada bagian b (Gambar 5.17). Angka ukur tidak boleh dipotong atau dipisahkan oleh garis gambar lain. Jika dianggap perlu angka ukur baleh ditempatkan di pinggir, supaya jelas (Gambar 5.18). 2) Jika angka ukur harus ditempatkan pada bagian yang diarsir, arsirnya harus dihilangkan untuk memberi tempat untuk angka, seperti pada bagian 8.6 (Gambar 5.19). 3) Dalam keadaan-keadaan tertentu angka ukur dapat ditempatkan agak dekat pada salah satu anak panah, untuk mencegah bertumpuknya angka-angka ukur, dan jika terdapat banyak ukuran, garis ukurnya boleh ditarik hanya sebagian agar angka uurnya tidak terlalu jauh dari bagian yang diberi ukuran (Gambar 5.20). 4) Pada bagian-bagian yang sempit angka ukuranny dapat ditempatkan dil luar garis ukur. Untuk ini garis ukurnya diperpanjang, lebih diutamakan perpanjangan ke sebelah kakan, dan angka ukurnya di atas garis perpanjangan ini (Gambar 5.21). Gambar 5.17 Garis ukur dan angka Gambar 5.18 Angka diletakan di pinggir 69 69

Gambar 5.19 Angka dan arsiran Gambar 5.20 Garis ukur sebagian Gambar 5.21 Angka diatas perpanjangan angka d. Memberi ukuran benda yang tirus Pada benda atau bagian benda yang miring sedikit, garis-garis bantu horizontal maupun vertical menjadi tidak jelas. Dalam hal demikian garis- garis bantu digambar miring dan sejajar. Gambar 5.22 memperlihatkan bagaimana caranya yang baik. 70 70

Gambar 5.22 Garis bantu miring Gambar 5.23 Garis bantu khusus e. Garis-garis bantu khusus Jika dua bidang miring berpotongan dan bagian yang lancip ini kemudian dibulatkan atau dipotong, ukuran harus diberikan seperti pada Gambar 5.23, dengan bantuan garis bantu khusus. Yang dimaksud garis bantu khusus, tidak lain adalah garis-garis perpanjangan bidang-bidang miring yang bersangkutan. Titik potong dari garis-garis bantu khusus ini yang akan menentukan ukuran yang menentukan bentuk benda. f. Memberi ukuran tali busur, busur dan sudut Tali busur, busur dan sudut diberi ukuran seperti pada Gambar 5.24 (a), (b) dan (c). pada tali busur garis bantunya sejajar dan garis ukurnya lurus dan tegak lurus pada garis bantu. Untuk busur caranya sama hanya garis ukurnya di sini berbentuk lengkung, sejajar dengan busurnya. Ukuran 71 71

sudut ditempatkan di atas garis ukur yang berbentuk lengkung, dan garis bantunya adalah perpanjangan sisi-sisi sudut. Gambar 5.24 Memberi ukuran tali busur, busur dan sudut g. Ukuran gambar sevagian dari benda-benda simetris Untuk penghematan waktu dan tempat, gambar benda simetri boleh digambar separuh saja. Dengan demikian garis ukurnya tidak dapat digambar lengkap pula. Untuk ini dibuat garis ukur yng lebih sedikit melebihi garis sumbu benda (Gambar 5.25). Gambar 5.25 Memberi ukuran benda simetris 72 72

h. Huruf dan lambang yang ditambahkan pada angka ukur Huruf dan lambing dapat ditambahkan pada angka ukur untuk beberapa bentuk benda. Dengan demikian gambar pandangan dapat dikurangi. 1) Lambang diameter Lambang diameter diletakkan di depan angka uku, dan menyatakan sekaligus bentk permukaan yang bersangkutan. Lambing ini harus ditulis sama besar dengan angka ukur (Gambar 5.26). dengan menggunakan lambing ini, gambar pandangan samping tidak diperlukan lagi. Jika bentuknya sudah tampak jelas pada gambar, lambing tersebut tidak perlu dipakai lagi. Gambar 5.26 Lambang diameter 2) Lambang jari-jari R Ukuran busur ditentukan oleh jari-jarinya. Jari-jari ini merupakan garis ukur di mana angka ukurnya harus diletakkan, dengan huruf R di depannya. Di sini garis ukurnya hanya mempunyai satu anak panah, sedangkan ujung yg lain adalah titik pusat busur tersebut (Gambar 5.27). Untuk jari-jari yang besar, di mana titik pusatnya terletak di luar kertas gambar, garis ukurnya dapat dipotong dan digambar seperti 73 73

pada Gambar 5.28, R250, atau ditekuk seperti R300. Di sini titik pusatnya tidak perlu ditunjukkan. Gambar 5.27 Lambang jari-jari Gambar 5.28 Lambang jari-jari Huruf R harus ditempatkan di depan angka ukur, sebesar angka ukur. Jika garis ukurnya terlalu pendek untuk penempatan angka ukur, angka ukurnya dapat ditempatkan pada perpanjangan garis ukur. Anak panah garis ukur diletakkan di dalam, jika perpanjangan ke dalam, dan diletakkan di luar jika perpanjangannya ke luar. 3) Lambang bujur sangkar Bentuk benda bujur sangkar hanya dapat diperlihatkan pada pandangan tertentu saja. Jika bentuknya tidak jelas dari gambar, maka 74 74

dengan menggunaka lambing bujur sangkar, dapat dihemat gambar dan waktu (Gambar 5.29). Gambar 5.29 Lambang bujur sangkar 4) Lambang bola atau SR Jari-jari atau diameter dari bentuk bola, yang dalam gambar hanya tampak sebagai lingkaran atau busur lingkaran, dijelaskan pada gambar dengan menempatkan SR untuk jari jari bola, dan So untuk diameter bola (Gambar 5.30). perlu dicatat di sini bahwa ukuran benda sangat berbeda bila ukurannya dinyatakan sebagai jari-jari atau sebagai diameter. Gambar 5.30 Lambang bola 75 75

5) Lambang kemiringan (chamfer) x x 45 o Kemiringan, yaitu bagian ujung benda yang dipotong miring, biasanya dengan sudut 45 o, ukurannya dicantumkan sebagai x x 45 o. di sini huruf x menyatakan ukuran dalamnya potongan (Gambar 5.31). di negeri Jepang, sesuai dengan standar JIS hal ini diberikan lambing C, sebagai penyederhanaan cara di atas, dan lambing ini harus ditempatkan di depan ukuran dalam pemotongan (Gambar 5.32). huruf C diambil dari huruf pertama dari perkataan chamfer, yang artinya dipotong miring. Gambar 5.31 Kemiringan Gambar 5.32 Lambang kemiringan C 6) Lambang tebal t Untuk memberi ukuran benda-benda tipis, seperti plat dsb., kadang-kadang menimbulkan kesulitan. Pada umumnya kesulitan yang timbul adalah sempitnya ruangan untuk menempatkan angka ukurnya. Oleh karena itu dipakai lambing t di depan angka ukur, yg ditempatkan di dalam gambar atau dekat dengan gambit (Gambar 76 76

5.33). lambing ini juga ditentukan oleh standar Jepang JIS. Lambing ini diambil dari huruf pertama perkataan thickness yang kebetulan sekali juga merupakan huruf pertama dari perkataan tebal. Gambar 5.33 Lambang tebal t i. Lambang jari-jari tanpa angka ukur Di mana ukuran dari lengkungan sudah ditentukan oleh ukuran lain, ukuran jari-jari tersebut dapat dijelaskan hanya dengan lambing R saja tanpa diikuti oleh angka ukur. Ini hanya jika diperlukan. Pada umumnya hal ini tidak dilakukan. Sebagai contoh diambil gambar dari alur pasak (Gambar 5.34). dari bentuk gambar sudah jelas bahwa ujung-ujung alur pasak berupa setengah lingkaran, yang jari-jarinya dapat diambil dari lebar pasak. Sebenarnya tanpa atau dengan lambing R ini sudah jelas. Gambar 5.34 R tanpa ukuran 77 77

j. Memberi ukuran yang disederhanakan oleh huruf-huruf referensi Di mana diperlukan, dan agar tidak mengulang-ulang ukuran yang sama atau untuk menghindari garis-garis penunjuk yang panjang, digunakan huruf-huruf referensi, yang ditabelkan atau diberi catatan (Gambar 5.35). cara ini sangat berguna untuk pembuatan dengan mesinmesin N.C. Gambar 5.35 Memberi ukuran dengan huruf referensi k. Memberi ukuran bagian-bagian yang dikerjakan secara khusus Baigan-bagian benda tertentu, sesuai fungsinya harus dikerjakan secara khusus, umpamanya harus dipoles, disepuh, dsb. Bagian bagian tersebut harus dijelaskan pada gambar. Bagian yang akan dikerjakan khusus diberi tanda dengan garis sumbu tebal, dan dengan garis penunjuk dijelaskan dengan dijelaskan pengerjaan khusus yang diinginkan (Gambar 5.36). ujung panah dari garis penunjuk harus berhenti pada garis sumbu tebal. Gambar 5.36 Penunjukan khusus dengan ukuran-ukuran 78 78

Bilamana letak dan luasnya bagian yang akan dikerjakan khusus sudah jelas dari gambar, tidak perlu diberi ukuran. Cara penunjukannya sama dengan garis sumbu tebal dengan garis penunjuk, seperti pada Gambar 5.37. Gambar 5.37 Penunjukan khhusus tanpa ukuran l. Angka ukur yang tidak sesuai dengan ukuran gambar Angka ukur dari bagian benda yng tidak sesuai dengan ukuran gambarnya harus dijelaskan dengan menggaris bawahi angka ukur yang bersangkutan (Gambar11.28). hal ini tentunya tidak perlu bila gambarnya dibuat dengan skala tertentu. Artinya bila gambar dibuat dengan skala 1:5, ukuran 50 mm, pada gambar harus menjadi 5 mm. jikalau ternyata ukuran gambar tidak 5 mm melainkan 15 mm, maka ukuran terakhir ini harus digaris bawahi dengan garis sumbu tebal. Lain halnya jika gambarnya dipendekkan, lihat bagian 9.5. di sini sudah jelas bahwa ukuran benda dan ukuran gambar tidak sama. Jika dirasakan perlu, ukuran tersebut boleh juga digaris awahi. Jika seluruh gambar dibuat tidak menurut skala, biasanya diberi keterangan TIDAK SESUAI SKALA pada kotak nama, atau di tempat lain dalam gambar secara jelas. 79 79

Gambar 5.38 Ukuran tidak sesuai gambar 5.9 Pandangan Yang Terutama Diberi Ukuran Ukuran-ukuaran harus ditempatkan pada pandangan atau potongan yang memberikan bentuk benda kerja yang paling jelas. Pandangan depan pada umumnya dipilh demikian rupa, yang menunjukan bentuk khas atau fungsi benda, seperti yang telah dibahas pada bab sebelumnya. Gambar 5.39 memberi ukuran bagian berbentuk silinder 80 80

Oleh karena itu ukuran-ukuran harus ditempatkan sebanyak mungkin pada pandangan depan, dan ukuran-ukuran lain yang tidak dapat ditempatkan disisni, dapat ditempatkan pada pandangan-pandangan lain seperlunya. Gambar 5.39 menunujukan sebuah contoh dimana ukuran-ukuran loengkap dapat ditempatkan hanya pada pandangan depan saja. 5.10 Ukuran-Ukuran Dalam Toleransi Pada bab ini dan yang ditunujukan pada Gambar 5.8, telah dikatakan, bahwa semua ukuran pada gambar mempunyai toleransi, walaupun hal ini tidak selalu dinyatakan dalam gambvar pada ukurannya. Untuk toleransi linear dan sudut lihat ISO/R 406; toleransi geometric lihat ISO 151; toleransi yang tidak dinyatakan atau toleransi umum lihat ISO 2768. 5.11 Ukuran-ukuran Dalam Gambar Semua ukuran, toleransi dan keterangan yang diperlukan untuk dapat menjelaskan cara kerja, atupun keterangan mengenai letak komponen satu terhadap yang lain secara lengkap, harus ditempatkan pada gambar selengkap-lengkapnya. Ukuran-ukuran, termasuk toleransi harus jelas dan terperinci, agar tidak perlu menghitung. Ukuran-ukuran yang diperlukan untuk pembuatan atau oemeriksaan harus jelas dan terperinci, agar tidak perlu menghitung, dan akan menghemat waktu. Gambar 5.40 memperlihatkan contoh proses pembuatan sebuah bagian berbentuk silinder, yang diperlihatkan pada Gambar 5.39. Dari urutan pengerjaan tersebut, ukuran-ukuran yang diperlukan harus ditentukan seperti pada Gambar 5.39. 81 81

Dalam hal ini konsep ukuran fungsional, yang disebut pada subbab 5.5 harus diterapkan, sehubungan dengan toleransi yang diperlukan. Pada Gambar 5.41 (a) nilai toleransi -0,1 untuk panjang 15 merupakan persyaratan fungsional. Pemberian ukuran seperti pada Gambar 5.41(b), memerlukan toleransi yang lebih ketat. Oleh karena itu, pengabaian persyaratan fungsional dari benda kerja, berarti toleransinya harus dibagi kembali, dan pada umumnya memerlukan toleransi yang lebih ketat. Ini tidak berarti menghalangi pemberian ukuran lubang, pusat ke pusat, walaupun ukuran-ukuran fungsionalnya mungkin adlah tepi ke tepi. Ukuran-ukran non fungsional harus diletakkan ditempat yang paling mudah dibaca oleh pembuat maupun untuk pengawas. Gambar 5.40 Proses pembuatan bagian berbentuk silinder 82 82

Gambar 5.41 Macam-macam ukuran dan toleransinya 5.12 Ukuran-Ukuran Yang Ditambahkan Tiap ukuran hanya boleh diberikan sekali dalam gambar, kecuali sebagai ukuran bantu. Tiap ukuran harus diberikan seperlunya untuk menentukan benda kerja, atau satu besaran ditempatkan oleh tidak lebih dari datu ukuran dengan toleransinya dalam arah mana saja. Betapapun juga penyimpangan dalam keadaan berikut dapat dilakukan : a. Dalam keadaan-keadaan khusus dimana diperlukan pemberian ukuran- ukuran yang dipakai pada tahap-tahap pembuatan (misalnya untuk ukuran bagian benda yang akan disepuh dan kemudian disempurnakan (finish) sesuai ukurannya). b. Jika diinginkan menambah ukuran-ukuran tambahan walaupun tidak mutlak untuk menentukan benda kerja, tetapi berguna sebagai keterangan 83 83

tambahan bagi pekerja atau lain petugas, agar supaya tuidak menghitung. Ukuran-ukuran bantu demikian tidak diberi toleransi, dan bila diperlukan toleransi umum, ukuran-ukuran bantu ini harus diletakan diantara kurung (Gambar 5.8 (e)) untuk menunjukan bahwa hal ini tidak terikat pada toleransi tersebut, dan tidak menjamin diterimanya benda kerja tersebut atau bagiannya. c. Benda yang digambar pada beberapa lembar, beberapa ukuran mungkin dinyatakan lebih dari sekali pandangan depan dan pandangan-pandangan lain (pada kertas gambar tersendiri) yang ada hubungannya satu dengan lain, supaya menjamin arti dan maksud dari gambar (lihat Gambar 5.42). Dalam hal demikian dianjurkan supaya hal ini dinyatrakan dalam gambar sejelas-jelasnya. Gambar 5.42 Ukuran-ukuran ganda 84 84

5.13 Garis Ukur dan Garis Bantu Garis sumbu, garis simetri dan garis gambar tidak boleh dipakai sebagai garis ukur (Gambar 5.43) tetapi dapat dipergunakan sebagai garis bantu (Gambar 5.44). jika garis sumbu atau gari gambar diperpanjang untuk dipakai sebagai garis bantu, garis perpanjangan tersebut harus ditarik dengna garis tipis. Gambar 5.43 Garis ukur dan garis bantu Garis bantu dan garis ukur tidak boleh saling memotong, kecuali bila hal tersebut tidal dapat dihindari (Gambar 5.45). Gambar 5.44 Garis sumbu sebagai garis bantu 85 85

Gambar 5.45 Garis bantu tidak saling memotong kecuali garis sumbu Jika beberapa ukuran dinyatakan berturt-turut, garis ukur demikian sedapatnya harus diletaka segaris (Gambar 5.46, 5.47). Gambar 5.46 Ukuran segaris 86 86

Gambar 5.47 Ukuran segaris Gambar 5.48 garis ukur sejajar untuk diameter 5.14 Susunan Ukuran a. Ukuran berantai Ukuran berantai, lihat Gambar 5.49 (a) dan Gambar 5.50 (a), hanya boleh diterapkan, bilamana kemungkinan pengumpulan toleransi tidak akan mempengaruhi persyaratan fungsional dari benda bersangkutan. Cara pemberian ukuran demikian akan mengumpulkan toleransi seperti tampak pada Gambar 5.50 (b). lagi pula pada Gambar 5.50 (b) sisi kiri benda kerja merupakan bidang referensi, tetapi tidak dinyatakan dengan jelas pada gambar. Oleh karena itu, gambar tersebut meragukan dan tidak tegas. 87 87

Gambar 5.49 Macam-macam cara pemberian ukuran b. Ukuran sejajar Pemberian ukuranz secara sejajar menggunakan ukuran-ukuran terpisah untuk tiap elemen terhadap suatu garis referensi atau titik dasar, seperti pada Gambar 5.50 (b) dan (c). Pada cara pemberian ukuran demikian bidang referensinya ditentukan dan toleransinya tidak mengumpul seperti tampak pada Gambar 5.50 (d). olenh karena itu, cara pemberian ukuran ini cukup jelas dan tegas. Walaupun demikian cara ini memerlukan banyak waktu dan tempat. 88 88

Gambar 5.50 Ukuran dan diagram toleransinya c. Ukuran-ukuran berimpit Untuk kesederhanaan dan ruang gambar yang terbatas, atau jika tidak menimbulkan persoalan kejelasan pembacaan, ukuran-ukuran beberapa unsur dapar ditumpangkan satu pada yang lain, seperti tampak pada Gambar 5.49 (c), Gambar 5.50 (c), Gambar 5.51). Gambar 5.51 ukuran berurutan 89 89

Pada cara ini, titik pangkal yang menunjukkan garis atau bidang referensi harus dilingkari. Angka ukurnya harus diletakkan dekat dengan anak panah searah dengan garis bantu bersangkutan. d. Ukuran-ukuran kombinasi Ukuran-ukuran kombinasi terjadi akibat penggunaan ukuran berantai dan ukuran sejajar bersama-sama (Gambar 5.49 (d)). e. Pemberian ukuran dengan koordinat Untuk proses-proses pembuatan tertentu kadang-kadang lebih menguntungkan bila digunakan ukuran berimpit dalam dua arah seperti pada Gambar 5.52. Titik nol dari dasar bersama dapat berupa tepi dari benda, titik pusat dari sebuah lubang atau sembarang unsur yg menonjol. Gambar 5.52 Memberi ukuran dengan koordinat-koordinat Dalam hal-hal tertentu, penggunaan sebuah tabel yang menentukan koordinat-koordinat sekelompok titik pusat dari beberapa lubang seperti pada Gambar 5.53 lebih menguntungkan. 90 90

Gambar 5.53 Memberi ukuran dengan koordinat-koordinat 5.15 Memberi Ukuran Bentuk-Bentuk Tertentu a. Profil Sebuah garis lengkung yang terdiri dari beberapa busur lingkaran mengutamakan pemberian ukuran dengan jari-jari dan kedudukan titik pusatnya, atau dengan garis singgung lengkungnya seperti pada Gambar 5.54. bentuk-bentuk lengkungan lain dapat diberi ukuran dengan cara koordinat (Gambar 5.55). cara ini dapat dilakukan juga untuk garis-garis lengkung lainnya, jika cara demikian dianggap lebih praktis. Gambar 5.54 Memberi ukuran dengan jari-jari 91 91

Gambar 5.55 Memberi ukuran dengan ordinat b. Jari-jari atau diameter Ukuran-ukuran busur pada umumnya dinyatakan oleh jari-jari, jika sudutnya kuang dari 180 o, dan oleh diameter jika sudutnya lebih besar dari 180 o (Gambar 5.56). Ukuran busur diberikan juga sebagai diameter walaupun suwalaupun sudutnya kurang dari 180 o, bila ukuran tersebut diperlukan untuk proses pemesinan (Gambar 5.57). benda kerja yang karena alasan simetri hanya digambar setengah diberi ukuran penuh. Gambar 5.58 menunjukkan contoh sebuah benda berbentuk silinder, yang digambar setengah. Dalam hal demikian tanda o tetap harus dibubuhkan di depan angka ukurnya. Gambar 5.56 Jari-jari atau diameter 92 92

Gambar 5.57 Diameter diperlukan untuk proses pengerjaan Gambar 5.58 Diameter pada separuh dari bagian simetris c. Ukuran lubang dengan garis penunjuk. Ukuran lubang dapat ditempatkan diluar gambar tanpa garis bantu dan garis ukur seperti tampak pada Gambar 5.59. Ukuran diameter bagian silinder dari benda kerja tersebut hanya dihubungkan dengan garis penunjuk. Garis penunjuk tersebut ujung permulannya harus diberi titik bila berada dalam batas gambar dan harus diberi anak panah jika berada pada batas gambar. 93 93

Gambar 5.59 ukuran diameter dengan garis petunjuk d. Ukuran Sudut Garis ukur dari sebuah sudut berupa sebuah busur dengan titik pusatnya pada titik sudutnya, dan berujung pangkal pada kedua buah kaki sudutnya atau pada perpanjangannya (Gambar 5.60). Gambar 5.60 Pemberian ukuran sudut e. Memneri ukuran bagian yang sama Benda kerja yang mempunyai bagian-bagian yang sama, seperti misalnya plenes dari sebuah sambungan T, lemari katup, dsb, hanya diberi ukuran pada salah satu bagian saja (Gambar 5.61). dalam hal ini bagian yang tidak diberikan ukuran harus diterangkan dengan pernyataan kesamaannya. 94 94

Gambar 5.61 Ukuran dari bagian-bagian yang sama f. Ukuran lubang dengan laur pasak Jika sebuah lubang laur paa digambar sebagai gambar potongan, maka ukurannya diberikan seperti pad Gambar 5.62. Gambar 5.62 Diameter dalam dengan alur pasak 95 95

g. Ukuran lubang Ukuran ukuran lubang baut, lubang ulir, lubang pen, lubang palu keeling dan sejenis, harus dinyatakan dengan jumlah lubang didepan ukuran lubang, yang dihubungkan oleh garis penunjuk pada salah satu lubang (Gambar 5.63). Jumlah lubang hanya menyatakan kelompok lubang yang sma besarnya pada bagian yang bersangkutan (contoh sebuah lemari katup jumlah luubang hanya berlaku sebuah plenes). Jika hanya terdapat sebuah lubang, jumlahnya tidak perlu dicantumkan. Gambar 5.63 Ukuran lubang 5.16 Jika Beberapa Elemen Yang Berjarak Sama Jika elemen yang berjarak sama, atau disususn secara teratur, cara cara berikut untuk penyederhanaan dapat dipakai. Ukuran-ukuran linera dapat ditentukan menurut Gambar 5.64 jika hal demikian menimbulkan keraguan, maka sebuah ukuran jarak boleh dicantumkan, seperti pada Gambar 5.65. Jarak antara lubang dan elemen lain pada sebuah lingkaran dapat diberi ukuran seperti pada gambar 5.66. ukuran jarak boleh ditiadakan bila dari gambar sudah cukup jelas (gambar 5.67). 96 96

Gambar 5.64 memberi ukuran bagian yang berjarak sama Gambar 5.65 Memberi ukuran bagian yang berjarak sama Gambar 5.66 Memberi ukuran bagian yang berjarak sama 97 97

Gambar 5.67 Memberi ukuran lubang Gambar 5.68 Memberi ukuran bagian yang berjarak sama pada lingkaran 98 98

Gambar 5.69 Memberi ukuran bagian yang berjarak sama pada lingkaran Gambar 5.70 Memberi ukuran letak lubang terhadap Bidang referensi 99 99

Gambar 5.71 Memberi ukuran lubang Jarak anatara melengkung (circular) dapat dinyatakan secara tidak langsung dengan memberikan jumlah elemen, seperti tampak pada Gambar 5.68 dan 5.69. Jika dalam hal-hal tertentu diperlukan ketentuan jumlah elemen, umpamnya untuk menghindari pengulangan ukuran yang sama, jumlah elemen dapat dinyatakan seperti pada Gambar 5.70 dan Gambar 5.71. 5.17 Cara Memberi Ukuran Bagian-Bagian Yang Disusun Jika beberapa bagian digambar dalam susunan, ukuran-ukuran dari tiap bagian sedapatnya harus dipisahkan (Gambar 5.72). Gambar 5.72 Memberi ukuran bagian-bagian yang disusun 10 01