BAB I PENDAHULUAN. memberikan manfaat bagi masyarakat pada sebuah destinasi. Keberhasilan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara agraris, memiliki banyak keunggulan-keunggulan UKDW

ANALISIS MATERI SEJARAH DAN KEBUDAYAAN ISLAM MADRASAH TSANAWIYAH KELAS IX

BAB I PENDAHULUAN. Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) adalah salah satu daerah yang

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kota Yogyakarta merupakan salah satu kota di Indonesia yang terus

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN. setiap kali Kraton melaksanakan perayaan. Sepanjang Jalan Malioboro adalah penutur cerita bagi setiap orang yang

PERAN WANITA DALAM AKTIVITAS WISATA BUDAYA (Studi Kasus Obyek Wisata Keraton Yogyakarta) TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. cerita yang khas dan tidak lepas dari cerita magis yang sampai saat ini bisa. dirasakan oleh siapapun ketika berada didalamnya.

BAB I PENDAHULUAN. Danandjaja (dalam Maryaeni 2005) mengatakan bahwa kebudayaan daerah

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi ketika seseorang pengunjung melakukan perjalanan. Pariwisata secara

BAB I PENDAHULUAN. pergerakan wisatawan muslim ke berbagai dunia, perlu adanya sebuah konsep baru

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata sebagai salah satu sumber pendapatan negara dan daerah,

BAB I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di era globalisasi ini, bangunan bersejarah mulai dilupakan oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Kraton Surakarta merupakan bekas istana kerajaan Kasunanan Surakarta

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. sebagai salah satu sumber pendapatan daerah.program pengembangan dan

BAB I PENDAHULUAN. multi dimensional baik fisik, sosial, ekonomi, politik, maupun budaya.

BAB I PENDAHULUAN. berkembang. Pentingnya sektor pariwisata karena sektor pariwisata ini

No Sentralitas posisi masyarakat DIY dalam sejarah DIY sebagai satu kesatuan masyarakat yang memiliki kehendak yang luhur dalam berbangsa dan b

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tari Putri Asrini, 2013

2. Kesimpulan Khusus Adapun kesimpulan secara khusus akan dijabarkan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. Kota Gudeg, Kota Pelajar, Kota Budaya dan Kota Sejarah. Dari julukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB 2 DATA DAN ANALISA. Data dan informasi untuk mendukung proyek Tugas Akhir ini diperoleh dari berbagai sumber, antara lain:

BAB I Pendahuluan. Pariwisata merupakan sebuah industri yang menjanjikan. Posisi pariwisata

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Daya tarik kepariwisataan di kota Yogyakarta tidak bisa dilepaskan dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia kaya akan budaya, adat istiadat, dan tradisi yang dapat dijadikan

Akulturasi Langgam Arsitektur pada Elemen Pintu Gerbang Masjid Agung Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. keinginannya, dimana perjalanan yang dilakukan tidak untuk mencari nafkah.

KHM 203 ONLINE PR SEKSI 10. NAMA : SRI CICI KURNIA NIM : TEMA BLOG : WARNA WARNI YOGYAKARTA :

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB V PENUTUP. Masjid Agung Demak mempunyai arti yang sangat penting bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1. 1 Peta Wisata Kabupaten Sleman Sumber : diakses Maret Diakses tanggal 7 Maret 2013, 15.

BAB I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. di sektor jasa yang disebut industri pariwisata, oleh karena itu banyak negara

BAB I PENDAHULUAN. setelah komoditi minyak dan gas bumi serta minyak kelapa sawit. 1

2016 PENGARUH CULTURAL VALUE PADA DAYA TARIK WISATA PURA TANAH LOT BALI TERHADAP KEPUTUSAN BERKUNJUNG

BAB I PENDAHULUAN. Museum Permainan Tradisional di Yogyakarta AM. Titis Rum Kuntari /

BAB V PENUTUP. ditarik kesimpulan bahwa Pesan Non Verbal dalam Upacara Adat Grebek Sekaten

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Udkhiyah, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1

KERATON YOGYAKARTA SEBAGAI AKAR BUDAYA BANGSA INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Desa Karangtengah merupakan salah satu desa agrowisata di Kabupaten Bantul,

BAB I PENDAHULUAN. tradisional yang masih kental. Tidak mengherankan bahwa Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. Kota Bandung memiliki sejarah yang sangat panjang. Kota Bandung berdiri

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta terletak antara 70 33' LS ' LS dan ' BT '

2015 STRATEGI PENGEMBANGAN PARIWISATA SYARIAH UNTUK MENINGKATKAN KUNJUNGAN WISATAWAN MUSLIM DOMESTIK DAN MANCANEGARA DI KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pariwisata sebagai sebuah sektor telah mengambil peran penting dalam membangun perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. atau pola kelakuan yang bersumber pada sistem kepercayaan sehingga pada

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mendapatkan gambaran tentang pengertian DESAIN KAWASAN. WISATA PUSAT KERAJINAN PERAK, KAB. BANTUL, perlu diketahui

BAB I PENDAHULUAN. makam yang merupakan tempat disemayamkannya Ngabei Loring Pasar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. merupakan daya tarik agar orang-orang mau berkunjung. Obyek wisata dapat

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. baik kepada seluruh pelaku pariwisata dan pendukungnya. Dengan adanya

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menarik wisatawan untuk berkunjung ke suatu daerah tujuan wisata. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. untuk perusahaan yang menjual jasa kepada wisatawan. Oleh karena itu,

BAB 1. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah,

BAB I PENDAHULUAN. dengan adanya transaksi baik berupa barang atupun jasa. Menurut Mankiw (2003: 82),

commit to user 1 BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. perjalanan yang dilakukan secara berkali-kali atau berputar-putar dari suatu

I. PENDAHULUAN. Jenis Wisatawan Domestik Asing Jumlah Domestik Asing Jumlah Domestik Asing

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Kampung Naga merupakan salah satu perkampungan masyarakat yang. kampung adat yang secara khusus menjadi tempat tinggal masyarakat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kemajuan komunikasi dan pola pikir pada zaman sekarang ini

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan kepariwisataan merupakan kegiatan yang bersifat sistematik,

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengembangkan serta menggalakan dunia kepariwisataan kini semakin giat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Widayati Prihatiningsih, 2015

ISLAMIC CENTRE BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. keanekaragaman kulinernya yang sangat khas. Setiap suku bangsa di Indonesia

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. yang sedang diteliti. Penelitian ini menggunakan analisis SWOT dan Importance

BAB I PENDAHULUAN. segi sarana dan prasarana (Ajeng, 2012). Pengunjung wisata merupakan

BAB I PENDAHULUAN. budaya yang semakin arif dan bijaksana. Kegiatan pariwisata tersebut

BAB I PENDAHULUAN. positif bagi kemajuan ekonomi suatu negara. Terlebih kekayaan alam dan budaya

2015 STRATEGI PENGEMBANGAN KAWASAN AGROWISATA DI PUNCAK DARAJAT DESA PASIRWANGI KABUPATEN GARUT

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi berkepanjangan pernah menimpa negara Indonesia dampak

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Statistik tabel Pariwisata Yogyakarta dan Perkembangannya

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Jakarta merupakan kota metropolitan di Indonesia yang sedang maju pesat

PENGEMBANGAN MASJID AGUNG DEMAK DAN SEKITARNYA SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh dan berkembang seiring dengan perkembangan jaman. Kesenian tradisional pada

BAB I PENDAHULUAN. Negara Jerman adalah negara maju. Sebagai negara maju, negara Jerman

BAB I PENDAHULUAN. UNESCO (United Nation Educational, Scientific, and Culture Organization) telah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. agama islam, hindu, budha, katolik, protestan, dan konghucu, namun mayoritas

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kasus Proyek

BAB I PENDAHULUAN. daerah pegunungan, pantai, waduk, cagar alam, hutan maupun. dalam hayati maupun sosio kultural menjadikan daya tarik yang kuat bagi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. ada di Indonesia. Sebagai salah satu unsur keistimewaan DIY, maka pada dasarnya

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terus meningkat dan merupakan kegiatan ekonomi yang bertujuan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sekarang ini sedang dikembangkan oleh pemerintah Indonesia. Selain bertujuan

PENDAHULUAN. satu dengan yang lain (Utama, 2014; Samaji, 2015; Setiawan, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan pariwisata di Indonesia saat ini mengalami peningkatan dan terus

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pariwisata adalah salah satu mesin penggerak perekonomian dunia yang terbukti mampu memberikan kontribusi terhadap kemakmuran sebuah negara. Pembangunan pariwisata mampu menggairahkan aktivitas bisnis untuk menghasilkan manfaat sosial. budaya, dan ekonomi yang signifikan bagi suatu negara. Ketika pariwisata direncanakan dengan baik, mestinya akan dapat memberikan manfaat bagi masyarakat pada sebuah destinasi. Keberhasilan pariwisata terlihat dari penerimaan pemerintah dari sektor pariwisata dapat mendorong sektor lainnya untuk berkembang. Keberhasilan yang paling mudah untuk diamati adalah bertambahnya jumlah kedatangan wisatawan dari periode ke periode (Som dan Badarneh, 2011 dalam Utama, 2014) Saat ini wisata juga merupakan suatu kebutuhan manusia dalam menambah ilmu pengetahuan atau hanya sekedar untuk menghilangkan rasa penat setelah melakukan r utinitas sehari-hari. Banyak wisatawan yang menghabiskan hari liburnya untuk berwisata ke tempat wisata di daerahnya atau di luar daerahnya. Tidak hanyak anak-anak saja yang merasakan kegembiraan saat berwisata tetapi orang dewasa bahkan orang tua juga merasakan kegembiraan saat berwisata. Meningkatnya jumlah wisatawan setiap periodenya, membuat pemerintah daerah atau pihak swasta dalam mengelola pariwisata melakukan pembangunan dan pengembangan pariwisata guna memberikan fasilitas dan kenyamaan yang lebih baik. Contohnya adalah 1

2 dengan adanya fasilitas untuk beribadah umat muslim, sehingga wisatawan muslim tertarik untuk mengunjungi tempat wisata karena kemudahan untuk beribadah di tempat wisata itu. Pariwisata islami dinilai memiliki prospek yang cukup bagus dalam perkembangan pariwisata di Indonesia. Potensi pasar pariwisata islami makin prospektif lantaran jumlah pendapatan yang didapatkan dari wisatawan muslim terbilang tinggi. Rata-rata kaum muslim yang ada di Asia, Amerika, dan Eropa merupakan kalangan kelas menengah. Mereka adalah pasar yang pas untuk dibidik oleh pelaku usaha karena daya beli mereka terus naik. UNWTO memperkirakan jumlah tersebut merupakan 12,3 % dari total belanja wisatawan secara global di tahun 2011. Sedangkan penerimaan devisa dari wisatawan mancanegara muslim ke Indonesia pada tahun 2011 diperkirakan sebesar $1,6 milyar dari total $8,5 milyar. (Yuniawati, 2013) Dari data atas, maka perlu adanya perhatian khusus pemerintah daerah maupun pemerintah pusat tentang pariwisata islami yang ada di Indonesia. Banyak potensi yang dimiliki Indonesia untuk mengembangkan pariwisata Islami, karena sejarah Indonesia sebagai lintas kultur budaya dan berkembangnya agama di Indonesia, terutama Islam. Berkembangnya Islam di Indonesia ditandai dengan pesatnya kerajaan Islam di Indonesia. Salah satu kerajaan Islam dengan kultur dan heritage yang sangat kuat, serta masih dilestarikan hingga sekarang adalah Keraton Yogyakarta. Yogyakarta merupakan salah satu daerah istimewa yang ada di Indonesia, karena di Yogyakarta masyarakat dipimpin oleh seorang raja selain presiden. Bentuk

3 kerajaan di Yogyakarta masih lekat dan dapat terlihat secara nyata dengan masih kokohnya Keraton Yogayakarta yang digunakan sebagai pusat budaya dan tempat tinggal Sultan serta keluarganya. Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat atau Keraton Yogyakarta merupakan istana resmi Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat yang berlokasi di Kota Yogyakarta. Keraton Yogyakarta yang memutuskan untuk bergabung menjadi bagian dari Republik Indonesia pada tahun 1950 ini masih berfungsi sebagai tempat tinggal Sultan dan rumah tangga istananya serta masih menjalankan tradisi kesultanan hingga saat ini. Selain sebagai tempat tinggal Sultan dan keluarganya, Kraton Yogyakarta kini juga dijadikan sebagai museum yang menyimpan berbagai koleksi milik kesultanan, replika pusaka keraton, gamelan, barang-barang pemberian dari raja-raja Eropa dan lain sebagainya. Bangunan keraton ini merupakan salah satu contoh arsitektur istana Jawa terbaik yang memiliki ruang-ruang mewah, lapangan dan paviliun yang luas. Keraton Yogyakarta didirikan oleh Sultan Hamengku Buwono I pada tahun 1755 setelah adanya Perjanjian Giyanti. Lokasi yang dipilih untuk membangun Keraton Yogyakarta ini konon merupakan sebuah pesanggrahan yang digunakan untuk beristirahat iring-iringan jenazah raja-raja Mataram (Kartasura dan Surakarta) yang akan dimakamkan di Imogiri, pesanggrahan tersebut bernama Pesanggrahan Garjitawati. Versi lain mengatakan bahwa lokasi Keraton Yogyakarta tersebut merupakan sebuah mata air (Umbul Pacethokan) yang berada di tengah hutan Beringan. Sebelum menempati

4 Keraton Yogyakarta, Sultan Hamengku Buwono bertempat tinggal di pesanggrahan Ambar Ketawang yang berada di wilayah Kecamatan Gamping Kabupaten Sleman. Secara fisik istana Keraton Yogyakarta memiliki tujuh pelataran inti yaitu, Siti Hinggil Ler (Balairung Utara), Kamadhungan Ler (Kamadhungan Utara), Sri Manganti, Kedhaton, Kamagangan, Kamandhungan Kidul (Kamandhungan Selatan), dan Siti Hinggil Kidul (Balairung Selatan). Selain itu Keraton Yogyakarta masih memiliki warisan budaya baik upacara adat maupun benda-benda kuno bersejarah. Keraton Yogyakarta juga merupakan suatu lembaga adat yang lengkap dengan pemangku adatnya. Oleh karena itu, tidaklah mengherankan apabila nilai-nilai filosofi dan mitologi begitu menyelubungi Istana Keraton Yogyakarta (Darmadjati, 1989 dalam Salamah, 2008). Walaupun lekat dengan budaya Jawa, Keraton Yogyakarta merupakan kerajaan Islam yang sangat berpegang teguh pada ajaran Islam dan menerapkanya dalam kehidupan sehari-hari. Hal tersebut sangat kental terlihat dari acara-acara adat di Yogyakarta yang bertepatan dengan hari bersejarah Islam yang dapat disaksikan oleh masyarakat Yogyakarta maupun wisatawan yang berkunjung di Yogyakarta, acara tersebut disebut dengan Grebeg. Grebeg keraton Yogyakarta adalah upacara adat sebagai simbol kekucah dalem, yakni simbol kemurahan hati raja kepada kawulanya. Raja digambarkan sebagai sosok yang mengayomi, mengayemi, dan mengenyangkan kawulanya. Secara garis besar grebeg merupakan simbol

5 kedermawanan Sultan kepada rakyatnya, dengan upacara inti pelepasan Gunungan atau bahan makanan yang dirangkai menyerupai gunung. Gunungan diarak dari Pagelaran Keraton Yogyakarta menuju halaman di Masjid Kauman dan didoakan oleh ulama keraton di Masjid Gedhe Kauman. Setelah itu, gunungan dilepas dan diperebutkan oleh masyarakat Yogyakarta sebagai simbol berkah. Dalam satu tahun kalender Islam, tradisi grebeg dilaksanakan sebanyak tiga kali, yaitu : 1. Grebeg Syawal, dilaksanakan untuk merayakan telah berakhirnya Bulan Ramadhan sebagai ungkapan syukur dan merayakan Hari Raya Idul Fitri. Grebeg syawal adalah upacara adat keraton Ngayogyakarta Hadiningrat yang diselenggarakan tiap Syawal penanggalan Hijriyah, atau bertepatan dengan Hari Raya Idul Fitri. Upacara ini biasanya dilangsungkan di sekitar Alun-alun Utara Keraton Yogyakarta seusai dilaksanakannya sholat Idul Fitri berjama ah. 2. Grebeg Maulud, diadakan setiap 12 Rabiul Awwal, sebagai puncak peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW. Grebeg diawali dengan arakarakan perangkat gamelan Kyai Guntur Madu dan Kyai Nogowilogo. 3. Grebeg Besar, dilaksanakan bertepatan dengan Hari Raya Idul Adha. Dari penjabaran diatas, maka kawasan Keraton Yogyakarta dapat dikembangkan menjadi destinasi pariwisata Islami, karena potensi yang dimiliki oleh keraton Yogyakarta yang merupakan kerajaan Islam di pulau Jawa dan masih terjaganya budaya dan tradisi Islam yang masih dilaksanakan di Keraton Yogyakarta. Hal tersebut diperkuat dengan penjabaran terkait

6 definisi Pariwisata Islami. Definisi pariwisata Islami merupakan kegiatan yang didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan masyarakat, pengusaha, pemerintah dan pemerintah daerah yang memenuhi syariat Islam (Kemenpar, 2012). Pariwisata Islami dimanfaatkan oleh banyak orang karena karakteristik produk dan jasanya yang bersifat universal. Tidak berbeda dengan pariwisata umumnya, pariwisata islami juga memiliki produk dan jasa wisata, objek wisata dan tujuan wisata, namun hanya saja produk, jasa, objek dan tujuan wisata tersebut tidak bertentangan dengan nilai-nilai dan etika Islam. Jadi pariwisata Islami tidak terbatas hanya pada wisata religi, namun pariwisata yang mengedepankan syariat Islam, seperti: 1. Pelayanan yang ramah 2. Kebersihan tempat wisata dari najis 3. Menjaga budaya dan kearifan lokal 4. Mempunyai sarana pendukung bagi wisatawan untuk beribadah 5. Tidak ada unsur musyrik Kawasan Keraton Yogyakarta terkenal dengan pelayanan yang ramah dan sangat menjunjung tinggi kearifan lokal. Selain itu, kawasan Keraton Yogyakarta sangat menjaga budaya Islam yang sudah ada bertahun-tahun. Kawasan Keraton Yogyakarta juga mempunyai Masjid Kauman yng tidak jauh dari Keraton, Masjid Kauman juga merupakan bukti bahwa Keraton Yogyakarta sangat menjunjung tinggi nilai Islam dalam sejarah Keraton Yogyakarta. Namun, sejauh ini belum adanya turun tangan Pemerintah Kota Yogyakarta untuk membangun Keraton Yogyakarta menjadi wisata Islami.

7 Dalam upaya membangun wisata islami di kawasan wisata Keraton Yogyakarta perlu adanya kerjasama antara pemerintah daerah, masyarakat dan lembaga yang terkait. Sehingga penulis mengambil tema penelitian : "Strategi Membangun Kawasan Wisata Keraton Yogyakarta Sebagai Kawasan Wisata Heritage Yang Islami". B. Rumusan Masalah Berikut rumusan masalah yang akan diteliti : 1. Bagaimana faktor-faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dalam pengembangan pariwisata islami di Kawasan Keraton Yogyakarta? 2. Bagaimana faktor-faktor eksternal (peluang dan ancaman) dalam pengembangan pariwisata Islami di Kawasan Keraton Yogyakarta? 3. Bagaimana strategi pembangunan pariwisata islami di Kawasan Keraton Yogyakarta? C. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai adalah sebagai berikut : 1. Mengidentifikasi faktor-faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dalam pengembangan pariwisata islami di Kawasan Keraton Yogyakarta 2. Mengidentifikasi faktor-faktor eksternal (peluang dan ancaman) dalam pengembangan pariwisata islami di Kawasan Keraton Yogyakarta 3. Mendeskripsikan strategi pengembangan pariwisata islami yang sesuai untuk dilakukan dalam pembangunan wisata islami di Kawasan Keraton Yogyakarta dengan metode IPA.

8 D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis a. Bagi Penulis Penelitian ini untuk menambah wawasan serta pengetahuan bagi penulis terutama terhadap pengembangan pariwisata islami yang sekarang sedang menjadi program dari Kementrian Pariwisata. b. Bagi Penelitian Lebih Lanjut Penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi untuk peneliti lain yang sejenis atau berkaitan dengan isi dari penelitian 2. Manfaat Praktis a. Penelitian ini sebagai rekomendasi atau masukan bagi pemerintah dalam mengembangkan pariwisata islami khususnya di Kawasan Keraton Yogyakarta b. Sebagai salah satu rekomendasi strategi Kawasan Keraton Yogyakarta untuk menerapkan dan mengembangkan pariwisata islami melalui penelitian yang dilakukan penulis.