BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keperawatan sebagai profesi dikembangkan sesuai dengan kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan asuhan keperawatan juga tidak disertai pendokumentasian yang

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan tenaga kesehatan yang bermutu, yang mampu bersaing baik

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kesadaran masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. kiat keperawatan. Berbentuk pelayanan bio-psiko-sosio-spiritual yang

BAB 1 PENDAHULUAN. memperhatikan sikap non-verbal saat berinteraksi. sekedar hubungan saling menguntungkan (mutualisme) tetapi juga kedua

BAB 1 PENDAHULUAN. berbentuk pelayanan bio-psiko-sosio-spiritual yang komprehensif ditujukan

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN SIKAP PERAWAT DALAM PELAKSANAAN RONDE KEPERAWATAN DI RUANG ASTER DAN ICCU RSUD dr.

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi merupakan proses belajar seumur hidup bagi perawat. Perawat terus

BABI PENDAHULUAN. Keperawatan sebagai sebuah profesi telah disepakati pada lokakarya

BAB I PENDAHULUAN. perawatan sampai pemulangannya kembali ke rumah (Supartini, 2004). Hospitalisasi

BAB I PENDAHULUAN. hubungan antar manusia. Pada profesi keperawatan, komunikasi menjadi lebih

GAMBARAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DAN TINGKAT KEPUASAN PASIEN DIRUANG RAWAT INAP RSUD SULTANSYARIF MOHAMAD ALKADRIE KOTA PONTIANAK

BAB 1 PENDAHULUAN. Program pendidikan profesi Ners disebut juga sebagai proses

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Wong (2009) Masa kanak-kanak awal yaitu pada usia 3 6 tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. hanya berkembang dengan cepat jika menciptakan kepuasan dan kesetiaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan kesehatan bertujuan agar setiap penduduk mampu

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan kurikulum pendidikan Sarjana Keperawatan atau Ners yang

BAB 1 PENDAHULUAN. dan profesional kesehatan lain, serta perawat dan komunitas. Proses interaksi

BAB I PENDAHULUAN. setiap hari dalam upaya melakukan perawatan. Upaya peningkatan derajat

BAB I PENDAHULUAN.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. empat lahan praktik yaitu RS Muhammadiyah, RS Muhammadiyah Unit II

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Keperawatan sebagai bagian integral pelayanan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pasien dalam merawat pasien. Dengan demikian maka perawatan dan spiritual telah

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT DENGAN KEPATUHAN MELAKSANAKAN PENDOKUMENTASIAN ASKEP DI RUANG RAWAT INAP RS JIH YOGYAKARTA ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN. Keperawatan) dan Profesional (Ners) dengan sikap, tingkah laku, dan

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan penunjang. Rumah sakit dalam menjalankan fungsinya

HUBUNGAN PERSEPSI MAHASISWA TENTANG PRAKTEK KLINIK KEPERAWATAN DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA MAHASISWA S1 KEPERAWATAN UMS SKRIPSI

Dalam kebidanan dan keperawatan

BAB I PENDAHULUAN. jika seringkali pasien dan keluarganya menunjukkan sikap yang agak

BAB I PENDAHULUAN. harus terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat (Depkes, 1998).

BAB I PENDAHULUAN. cepat, sehingga masyarakat dengan mudah memperoleh informasi yang diinginkan

BAB I PENDAHULUAN. mudah, terjangkau dan terukur kepada masyarakat dan pihak-pihak terkait.

BAB I PENDAHULUAN. berjalan secara efektif dan efisien yang dimulai dari perencanaan, mengupayakan agar individu dewasa tersebut mampu menemukan

BAB I PENDAHULUAN. perguruan tinggi harus membekali peserta didiknya dengan attitude, knowledge, memiliki daya saing tinggi (Nursalam & Ferry, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. tuntutan. Pelayanan kesehatan di rumah sakit merupakan bentuk pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. ilmu pengetahuan serta teknologi, tuntutan kebutuhan pelayanan kesehatan

Jurnal Keperawatan, Volume IX, No. 2, Oktober 2013 ISSN PERILAKU CARING PERAWAT DALAM MENINGKATKAN KEPUASAN PASIEN RAWAT INAP

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan bukan saja terlepas dari penyakit, karena individu yang terbebas dari

BAB I PENDAHULUAN. yang penting, sarat dengan tugas, beban, masalah dan harapan yang. memiliki kemampuan dalam menghubungkan aspek-aspek kemanusiaan

GAMBARAN PELAKSANAAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA PASIEN PRE OPERASI DI RUANG DADALI RSUD CIDERES KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN Oleh : Arni Wianti

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan jasa kesehatan. Keberhasilan sebuah rumah sakit dinilai dari mutu

BAB I PENDAHULUAN. sakit maupun sehat yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia

BAB III METODE PENELITIAN

HUBUNGAN PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG MODEL ASUHAN KEPERAWATAN METODE TIM DENGAN IMPLEMENTASINYA DI RUANG BEDAH FLAMBOYAN RSUD DR SOETOMO SURABAYA

TINGKAT PENGETAHUAN MAHASISWA TINGKAT I PASCA SOSIALISASI CARRATIVE CARING

BAB III METODE PENELITIAN. pendekatan pre-test dan post-test with control group. Tujuan. penelitian ini untuk mengetahui penerapan metode pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO) (2009) memperkirakan 450 juta. orang di seluruh dunia mengalami gangguan mental, sekitar 10% orang

SKRIPSI. Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Derajat Gelar S 1 Keperawatan. Oleh: WAHYUNI J

BAB 1. derajat kesehatan. Melalui sistem ini tujuan pembangunan kesehatan dapat

Fitri Arofiati, Erna Rumila, Hubungan antara Peranan Perawat...

BAB I PENDAHULUAN. penerima jasa pelayanan kesehatan. Keberadaan dan kualitas pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat kompleks. Hirarki kebutuhan dasar manusia menurut Maslow adalah

BAB I PENDAHULUAN. keperawatan adalah kepuasan pasien. Kepuasan pasien ditentukan oleh beberapa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Mutu pelayanan keperawatan merupakan salah satu keberhasilan

PERSETUJUAN PEMBIMBING JURNAL

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian kuantitatif dengan desain quasi eksperimen, dan dengan

HUBUNGAN PELAKSANAAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DENGAN TINGKAT KEPUASAN PASIEN DI RUANG RAWAT INAP MELATI RSUD SUBANG. Ibrahim N. Bolla, S.Kp.

Patria Asda STIKES Wira Husada Yogyakarta ABSTRACT

HUBUNGAN PERSEPSI PERAWAT PELAKSANA TENTANG KEMAMPUAN SUPERVISI KEPALA RUANG DENGAN KINERJA PERAWAT DI INSTALASI RAWAT

BAB I PENDAHULUAN. atau manajemen untuk memberikan pelayanan yang terbaik. Manajemen

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Banyaknya jumlah rumah sakit pada saat ini dapat menjadikan

BAB I PENDAHULUAN. yang berkualitas dalam bidang keperawatan. Upaya ini dilakukan agar dapat menarik lebih

DAMPAK KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DENGAN KEPUASAN PASIEN DI PUSKESMAS WARAKAS JAKARTA UTARA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB III METODE PENILITIAN. quasi eksperimen dengan times series design. Kelompok eksperimen

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan ilmu tidak hanya dari dosen. Metode Pembelajaran SCL

BAB I PENDAHULUAN. terbesar dari jumlah penderita diabetes melitus yang selanjutnya disingkat

BAB 1 PENDAHULUAN. keperawatan. Perubahan ini tidak serta-merta diterima oleh masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. untuk mempelajari fakta dan informasi saja, namun juga harus mempelajari

KINERJA PERAWAT DALAM PEMBERIAN ASUHAN KEPERAWATAN DI RUMAH SAKIT TK II PUTRI HIJAU MEDAN

HUBUNGAN KOMPETENSI BIDANG KOMUNIKASI DENGAN MUTU PELAYANAN KEPERAWATAN DI RUANG PERAWATAN BEDAH DAN INTERNA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SALEWANGANG MAROS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

HUBUNGAN KINERJA PERAWAT DENGAN KEPUASAN PASIEN RUANG RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT PANTI WALUYA MALANG ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. yang memproses penyembuhan pasien agar menjadi sehat seperti sediakala.

BAB I PENDAHULUAN. perawat dalam praktek keperawatan. Caring adalah sebagai jenis hubungan

BAB I PENDAHULUAN. membuat lubang ke dalam trakea dan memasukkan selang indwelling ke

IJMS Indonesian Journal On Medical Science Volume 3 No 1 - Januari 2016

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (2013), rumah sakit adalah bagian integral dari suatu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

STANDAR PRAKTIK KEPERAWATAN INDONESIA. Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI)

Oleh; Wahyu Riniasih 1). Fatchulloh 2) 1) Staf Pengajar STIKES An Nur Purwodadi Prodi Ners 2) Staf Pengajar STIKES An Nur Purwodadi Prodi Ners

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI PERAWAT DENGAN SIKAP PERAWAT DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN SPIRITUAL PASIEN RAWAT INAP DI RSUD KRATON KABUPATEN PEKALONGAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Kualitas jasa pelayanan kesehatan merupakan bagian terpenting yang perlu

BAB I PENDAHULUAN. membentuk sel-sel baru, memperbaiki sel-sel tubuh yang rusak, dan memberi

BAB III METODE PENELITIAN. resiko dan faktor efek (Notoatmodjo, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. (komprehensif dan holistik) yang berfokus pada kepuasan pasien.

BAB I PENDAHULUAN. tentang pelayanan kesehatan yang berkualitas. Pelayanan kesehatan

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI IBU TENTANG PERILAKU CARING PERAWAT DENGAN TINGKAT KEPUASAN IBU DENGAN ANAK YANG DI RAWAT DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA

SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PERAWAT TERHADAP PELAKSANAAN MODEL PRAKTIK KEPERAWATAN PROFESIONAL DI RUANG RAWAT INAP RS. JIWA PROF.

Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 2 (1) 2017

BAB I PENDAHULUAN. dalam Tomey & Alligood, 2006) mendefinisikan caring sebagai suatu proses. merupakan sesuatu yang unik terhadap praktik keperawatan.

BAB 1 PENDAHULUAN. yang bertujuan untuk mempersiapkan mahasiswa dalam menghadapi dunia nyata

UPAYA PENINGKATAN KOMPETENSI CLINICAL INSTRUCTUR DI RS PERMATA MEDIKA SEMARANG

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN PRE OPERASI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN PRE OPERASI HERNIA DI RSUD KUDUS ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu unsur yang sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. keperawatan. Sebagai pusat pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan, dan

ISSN Vol 5, ed 2, Oktober 2014

Transkripsi:

1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan, didasarkan pada ilmu dan keterampilan, berbentuk pelayanan bio-psiko-sosio-spiritual yang komprehensif, ditujukan kepada individu, keluarga, dan masyarakat baik sakit maupun sehat yang mencangkup seluruh proses kehidupan manusia (Nursalam, 2002). Pelayanan keperawatan yang dilakukan oleh seorang perawat bertujuan untuk membantu individu atau kelompok dalam mempertahankan atau meningkatkan kesehatan yang optimal selama proses kehidupan dengan mengkaji status kesehatannya, menentukan diagnose keperawatan, merencanakan dan mengimplementasikan strategi perawatan untuk mencapai tujuan, serta mengevaluasi respons terhadap perawatan dan pengobatan. Selain itu pelayanan keperawatan juga bertujuan untuk memberikan kepuasan kepada klien dan merupakan bentuk dari menjaga mutu serta kualitas rumah sakit (Supranto, 2001). Seorang perawat harus memiliki keterampilan interpersonal dalam memberikan asuhan keperawatan. Keterampilan interpersonal yaitu keterampilan berkomunikasi dengan pasien. Keterampilan berkomunikasi secara terapeutik (penyembuhan) yang dimiliki oleh 1

2 perawat tidak saja akan mudah menjalin hubungan rasa percaya dengan klien, namun juga akan mencegah terjadinya masalah illegal, memberikan kepuasan kepada klien dalam pelayanan keperawatan, dan meningkatkan citra profesi keperawatan dan membantu meningkatkan mutu rumah sakit (Potter & Perry, 2005). Salah satu dari tujuan penerapan komunikasi terapeutik pada pasien adalah agar terjalin hubungan saling percaya. Dengan adanya hubungan yang saling percaya tersebut akan mempermudahkan perawat dalam melakukan asuhan keperawatan sesuai dengan yang dibutuhkan oleh pasien. Ada pun tahapan yang harus dipelajari tentang komunikasi terapeutik itu sendiri diantaranya prainteraksi, orientasi kerja, dan terminasi. Untuk melakukan keterampilan interpersonal/ keterampilan dalam berkomunikasi ini tidaklah mudah, oleh sebab itu perlu diajarkan sejak dalam masa pendidikan agar tercapainya tujuan dari komunikasi terapeutik dan menjadi perawat yang professional (Swassbrug, 2000). Selain keterampilan berkomunikasi, perawat juga memiliki keterampilan dalam memberikan asuhan keperawatan. Asuhan keperawatan memiliki tujuan untuk membantu klien dalam mencapai derajat kesehatan semaksimal mungkin sesuai dengan potensi yang dimiliki, dan membantu klien dalam masalah kesehatan dengan cara mengkaji status kesehatan, menentukan diagnose keperawatan, merencanakan serta mengimplementasikan strategi keperawatan untuk mencapai tujuan, serta melakukan evaluasi terhadap pelayanan yang

3 diberikan. Dalam pencapaian kompetesi asuhan keperawatan yang professional sesuai dengan standar asuhan keperawatan, oleh sebab itu perlu diajarkan pada mahasiswa keperawatan (Nursalam, 2002). Menurut Bahruddin dan Makin (2004) mahasiswa secara umum yaitu subjek yang memiliki potensi untuk mengembangkan pola kehidupannya, dan sekaligus menjadi objek dalam keseluruhan bentuk aktifitas dan kreatifitasnya, sehingga diharapkan mampu menunjukan kualitas daya yang dimilikinya. Sedangkan mahasiswa keperawatan adalah mahasiswa yang menempuh pendidikan dalam bidang keperawatan dan melaksanakan praktek-praktek klinik sebagai sarana untuk menjadi seorang perawat yang profesional dan pada akhirnya mampu menunjukan dan mengaplikasikan kualitas daya keterampilan yang dimilikinya (Nursalam & Efendi, 2004). Agar tercapainya tujuan pendidikan keperawatan yaitu menjadi perawat yang professional dalam melakukan keterampilan keperawatan maka dibutuhkan fasilitas-fasilitas yang dapat menunjang. Diantaranya yaitu dosen atau pengajar yang profesional, pembimbing klinik dan sarana penunjang lainnya. Sarana penunjang tersebut yaitu pedoman pembelajaran atau yang disebut sebagai buku panduan pembelajaran praktek laboratorium yang digunakan sebagai acuan atau pedoman praktek bagi mahasiswa keperawatan dalam melakukan keterampilan keperawatan di laboratorium dan dapat juga digunakan sebagai panduan atau pedoman pada saat di rumah sakit. Buku panduan atau pedoman

4 pembelajaran praktek laboratorium tersebut dibuat oleh masing-masing instansi yang berisi tentang standar asuhan keperawatan, lembar penilaian mahasiswa dalam melaksanakan praktek keperawatan serta evaluasi kegiatan. Pedoman pembelajaran praktek laboratorium sangat diperlukan sebagai sarana penunjang dalam melakukan pembelajaran keterampilan pada mahasiswa keperawatan (Nursalam & Efendi, 2004). Menurut hasil wawancara pada tanggal 14 Oktober 2012 dan tanggal 26 Desember 2012 dengan beberapa mahasiswa keperawatan S1 semester V dan VII fakultas Ilmu Kesehatan UMP buku panduan pembelajaran praktek laboratorium sangat membantu dalam pembelajaran praktek klinik terutama pada saat di rumah sakit, baik dalam keterampilan berkomunikasi maupun keterampilan dalam memberikan asuhan keperawatan. Namun terkadang masih ada mahasiswa yang melakukan keterampilan keperawatan tidak sesuai dengan buku pedoman praktek laboratorium terutama keterampilan dalam melakukan komunikasi terapeutik sehingga tidak dapat melakukan keterampilan keperawatan dengan baik, hal tersebut dikarenakan banyak mahasiswa yang tidak menggunakan dan mempelajari pedoman tersebut sebagai acuan pada saat praktek klinik di rumah sakit. Berdasarkan data tersebut penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul Hubungan antara pedoman pembelajaran praktek dengan penerapan komunikasi terapeutik mahasiswa program studi Keperawatan S1 Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Purwokerto.

5 B. Rumusan Masalah Salah satu keterampilan yang harus dimiliki oleh mahasiswa keperawatan dalam melakukan pembelajaran adalah memiliki keterampilan komunikasi terapeutik. Tujuan dari pemebelajaran komunikasi terapeutik ini diharapkan mahasiswa mampu memberikan pelayanan keperawatan yang baik dan kepuasan kepada pasien, menjalin hubungan rasa percaya dengan klien, mencegah terjadinya masalah illegal, dan meningkatkan citra profesi keperawatan dan membantu meningkatkan mutu rumah sakit (Potter & Perry, 2005). Mahasiswa dalam melakukan pembelajaran komunikasi terapeutik menggunakan pedoman prosedur praktek. Pedoman prosedur praktek merupakan buku pedoman yang dibuat oleh instansi terkait sebagai sarana atau media dalam pembelajaran. Namun terkadang masih banyak mahasiswa yang tidak memanfaatkan pedoman prosedur praktek dengan baik sehingga dalam melakukan komunikasi terapeutik tidak sesuai dengan prosedur. Berdasarkan uraian tersebut, dapat ditarik permasalahan Apakah ada hubungan antara pemanfaatan pedoman prosedur praktek dengan penerapan komunikasi terapeutik mahasiswa keperawatan S1?.

6 C. Tujuan Penelitian 1. Umum: Mengetahui hubungan antara pemanfaatan pedoman prosedur praktek dengan penerapan komunikasi terapeutik mahasiswa keperawatan S1. 2. Khusus: a. Mengidentifikasi pemanfaatan pedoman prosedur praktek dalam menerapkan komunikasi terapeutik di dalam melakuakan praktek keperawatan b. Mengidentifikasi keterampilan komunikasi terapeutik pada mahasiswa keperawatan S1. c. Menganalisa hubungan antara pemanfaatan pedoman prosedur praktek dengan penerapan komunikasi terapeutik. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Instansi Pendidikan Penelitian ini dapat memberikan referensi dan masukan tentang pemanfaatan pedoman prosedur praktek dalam menerapkan komunikasi terapeutik pada mahasiswa keperawatan. 2. Bagi Peneliti Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai wacana, media pembelajaran, memberikan pengalaman belajar, dan meningkatkan

7 pengetahuan, serta dapat dijadikan pedoman dalam penelitian selanjutnya. 3. Bagi Profesi Keperawatan Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan tentang pedoman prosedur praktek dan lebih memanfaatkannya di dalam melaksanakan praktek keperawatan. E. Penelitian Terkait 1. Diana, Asrin, & Wahyu E (2006) pada penelitian ini meneliti tentang hubungan antara pengetahuan komunikasi terapeutik terhadap kemampuan komunikasi perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kolerasi, menggunakan rancangan cross sectional, dengan jumlah populasi 26 orang dan sampel pada penelitian ini hanya berjumlah 23 orang, teknik pengambilan sampel dengan menggunakan total sampel. Penelitian ini menggunakan kuisioner, pengolahan data dengan menggunakan analisa univariat dan uji bivariat menggunakan uji statistik speaman rank. Jadi dapat dismpulkan bahwa antara pengetahuan komunikasi terapeutik memiliki hubungan yang sangat erat dengan kemampuan komunikasi perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan. Saran dalam penelitian ini yaitu perawat hendaknya berusaha meningkatkan pengetahuan dan kemampuan dalam menerapkan komunikasi secara terapeutik dalam menerapkan

8 asuhan keperawatan untuk meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan. 2. Huriani, Emil & Malini (2006) meneliti mentorship sebagai suatu inovasi metode bimbingan klinik dalam keperawatan. Tujuan penelitian ini adalah mengetaui apakah penerapan menthorsip dalam proses pembelajaran klinik keperawatan mampu meningkatkan pencapaina kompetensi peserta didik, meningkatkan kepercayaan diri, harga diri dan kesadaran diri dalam bimbingan klinik keperawatan. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang menggunakan desain semi eksperimental, evaluasi proses dilakukan melalui observasi dan penilaian saat diskusi antara mentor dengan mahasiswa, sedangkan evaluasi hasil melalui uji praktek yang dilakukan pada akhir masa praktek. Pengumpulan data dilakukan langsung oleh peneliti melalui focus group discussion (FGD). Pada penelitian ini disimpulkan bahwa penerapan metode mentorship dalam pelaksanaan praktek professional keperawatan medical bedah mampu meningkatkan pencapaian kompetensi klinik, kepercayaan diri, harga diri dan kesadaran peserta didik. Saran dari peneliti yaitu untuk meningkatkan pengalaman yang berkualitas disertai dengan hasil yang maksimal baik bagi mentor maupun menti. Diperlukan persiapan yang lebih baik mengingat perubahan yang akan dilakukan bersifat fundamental. Ditambah lagi dengan adanya pedoman yang

9 sudah direvisi, manfaat program mentorship akan lebih dirasakan oleh semua pihak. 3. Puji Lestari, Susilaningsih, & Rahayu (2009) penelitian ini berjudul efektifitas metode pembalajaran bed side teaching terhadap kemampuan psikomotor mahasiswa DIII kebidanan bakti husada. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui efektifitas metode bed side teaching terhadap psikomotor mahasiswa. Sedangkan untuk mengetahui kemampuan psikomotor mahasiswa tentang vulva hygiene ibu nifas setelah bed side teaching, menganalisa kemampuan psikomotor mahasiswa sebelum dan sesudah bed side teaching. Jenis penelitian ini adalah pre eksperimen design dengan one group pre posttest design. Yaitu dilakukan dengan cara memberikan pre test setelah itu baru diberikan intervensi, kemudian baru dilakukan post test/pengamatan akhir. Populasi penelitian ini semua mahasiswa DIII kebidanan bakti husada yang sedang melaksankan praktik klinik di ruang Melati RSUD Dr. Harjono S. Sp OG Ponorogo sejumlah 40 orang. Sample penelitian ini menggunakan teknik simple random sampling pengambilan semple secara acak. Hasil penelitian ini yaitu bed side teaching sangat efektif untuk meningkatkan psikomotor mahasiswa. Saran dari peneliti bagi institusi rumah sakit sebagai lahan penelitian perlu kiranya untuk membuat atau memperbaharui standar operasional prosedur bersama-sama dengan institusi pendidikan dan lahan praktikm pembimbing klinik dan para bidan/

10 perawat berkomitmen menggunakan metode bed side teaching. Sedangkan institusi pendidikan kiranya perlu untuk membuat cek list dan standar operasional prosedur kemudian dilakukan sosialisasi dengan institusi lahan praktik. Dan bagi peneliti selanjutnya perlu kiranya untuk membahas lebih menyeluruh semua aspek yang dapat mempengaruhi unjuk kinerja atau keterampilan dari mahasiswa. 4. Mashudi, Sugeng (2010) penelitian ini meneliti dengan judul peningkatan prestasi belajar melalui model pembelajaran jigsaw. Penelitian ini memiliki tujuan penerapan pembelajaran kooperatif model jigsaw terhadap meningkatkan minat dan prestasi belajar mahasiswa serta berpartisipasi mahasiswa dalam proses pembelajaran sosiologi keperawatan pada program studi D3 keperawatan. Subjek penelitian ini adalah 48 mahasiswa semester 2 program studi D3 keperawatan universitas Muhammadiyah Surabaya. Teknik dan pengumpulan data menggunakan angket dan observasi, validitas data menggunakan trianggulai sumber dan metode sedangkan analisis data menggunakan analisis kualitatif. Hasil pada penelitian ini yaitu metode jigsaw terbukti mampu mendorong mahasiswa untuk lebih aktif selama proses pembelajaran sehingga prestasi belajar mahasiswa meningkat. Saran dari peneliti yaitu model pembelajaran jigsaw hendaknya diterapkan secara menyeluruh pada proses pembelajaran.

11 5. Nurhidayah (2011) penelitian berjudul The correlation between emotional intelligence and preceptors management capabilities with the clinical learning effectiveness at the nursing faculty of university of Sumatera Utara. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kecerdasan emosional perseptor dan kemampuan manajemen pembelajaran klinik terhadap efektifitas pembelajaran pada pendidikan keperawatan. Metode penelitian ini menggunakan penelitian korelasional inferensial deskriptif. Populasi berjumlah 65 orang, yang dipilih dengan cara stratified propotional random sampling. Strata penelitian ini yang ditetapkan untuk penelitian adalah: (1) tingkat pendidikan, (2) pangkat/ golongan, dan (3) masa kerja. Berdasarkan hasil penelitian ini terdapat hubungan antara kecerdasan emosional perseptor dan kemampuan manajemen pembelajaran profesi keperawatan baik secara oarsial maupun total. Saran dari peneliti yaitu perlu dikembangkan lagi faktor-faktor lain yang diprediksi efektivitas pembelajaran klinik.