KEMAMPUAN MENYUSUN TEKS CERITA FABEL SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 PAINAN KABUPATEN PESISIR SELATAN DENGAN MENGUNAKAN TEKNIK PEMODELAN ARTIKEL ILMIAH RIRI WULANDARI NPM.11080062 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP) PGRI SUMATERA BARAT PADANG 2016
KEMAMPUAN MENYUSUN TEKS CERITA FABEL SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 PAINAN KABUPATEN PESISIR SELATAN DENGAN MENGUNAKAN TEKNIK PEMODELAN Oleh Riri Wulandari 1, Trisna Helda 2, Zulfitriyani 3 1) Mahasiswa STKIP PGRI Sumatera Barat 2) 3) Dosen Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia STKIP PGRI Sumatera Barat ABSTRAK Penelitian ini dibelatarbelakangi oleh tiga hal sebagai berikut. Pertama, siswa kurang tertarik untuk menulis, terutama menulis teks cerita fabel. Kedua, siswa kurang mampu membedakan tulisan fabel dengan tulisan lainnya, seperti eksposisi, deskripsi, eksplanasi dan cerpen pada kelas VII. Ketiga, penggunaan media pembelajaran yang tidak efektif. Siswa sulit memahami konsep atau materi yang di ajarkan guru. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kemampuan menyusun teks cerita fabel dengan mengunakan teknik pemodelan siswa kelas VIII SMPN 1 Painan Kabupaten Pesisir Selatan. Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan menggunakan metode deskriptif. Populasi penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMPN 1 Painan yang terdaftar pada tahun ajaran 2015/2016. Jumlah siswa kelas VIII tersebut adalah 210 siswa yang tersebar dalam 7 kelas. Mengingat jumlah populasi 210 siswa, perlu adanya teknik penarikan sampel penelitian. Teknik penarikan sampel yang digunakan adalah purposive sampling. Pertama, kemampuan menyusun teks cerita fabel siswa untuk indikator 1 ( orientasi) tergolong baik (B), dengan rata-rata 78,57 yang terdapat pada rentangan 76-85%. Kedua, kemampuan menyusun teks cerita fabel siswa untuk indikator 2 ( komplikasi) tergolong sangat baik ( SB), dengan rata-rata 95,24 yang terdapat pada rentangan 86-95%. Ketiga, kemampuan menyusun teks cerita fabel siswa untuk indikator 3 (resolusi) tergolong baik (B), dengan rata-rata 82,15 yang terdapat pada rentangan 76-85%. Keempat, kemampuan menyusun teks cerita fabel siswa untuk indikator 4 ( koda) tergolong kurang (K), dengan rata-rata 45,22 yang terdapat pada rentangan 36-45%. Kelima, kemampuan menyusun teks cerita fabel siswa untuk indikator 5 (konjungsi) tergolong sempurna (SR), dengan rata-rata 100 yang terdapat pada rentangan 96-100%. Keenam, kemampuan menyusun teks cerita fabel siswa untuk gabungan kelima indikator tergolong baik (B), dengan rata-rata 80.00 yang terdapat pada rentangan 76-85%. Kata kunci: menulis teks cerita fabel, pemodelan
KEMAMPUAN MENYUSUN TEKS CERITA FABEL SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 PAINAN KABUPATEN PESISIR SELATAN DENGAN MENGUNAKAN TEKNIK PEMODELAN Oleh Riri Wulandari 1, Trisna Helda 2, Zulfitriyani 3 1) Mahasiswa STKIP PGRI Sumatera Barat 2) 3) Dosen Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia STKIP PGRI Sumatera Barat ABSTRAK Penelitian ini dibelatarbelakangi oleh tiga hal sebagai berikut. Pertama, siswa kurang tertarik untuk menulis, terutama menulis teks cerita fabel. Kedua, siswa kurang mampu membedakan tulisan fabel dengan tulisan lainnya, seperti eksposisi, deskripsi, eksplanasi dan cerpen pada kelas VII. Ketiga, penggunaan media pembelajaran yang tidak efektif. Siswa sulit memahami konsep atau materi yang di ajarkan guru. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kemampuan menyusun teks cerita fabel dengan mengunakan teknik pemodelan siswa kelas VIII SMPN 1 Painan Kabupaten Pesisir Selatan. Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan menggunakan metode deskriptif. Populasi penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMPN 1 Painan yang terdaftar pada tahun ajaran 2015/2016. Jumlah siswa kelas VIII tersebut adalah 210 siswa yang tersebar dalam 7 kelas. Mengingat jumlah populasi 210 siswa, perlu adanya teknik penarikan sampel penelitian. Teknik penarikan sampel yang digunakan adalah purposive sampling. Pertama, kemampuan menyusun teks cerita fabel siswa untuk indikator 1 ( orientasi) tergolong baik (B), dengan rata-rata 78,57 yang terdapat pada rentangan 76-85%. Kedua, kemampuan menyusun teks cerita fabel siswa untuk indikator 2 ( komplikasi) tergolong sangat baik ( SB), dengan rata-rata 95,24 yang terdapat pada rentangan 86-95%. Ketiga, kemampuan menyusun teks cerita fabel siswa untuk indikator 3 (resolusi) tergolong baik (B), dengan rata-rata 82,15 yang terdapat pada rentangan 76-85%. Keempat, kemampuan menyusun teks cerita fabel siswa untuk indikator 4 ( koda) tergolong kurang (K), dengan rata-rata 45,22 yang terdapat pada rentangan 36-45%. Kelima, kemampuan menyusun teks cerita fabel siswa untuk indikator 5 (konjungsi) tergolong sempurna (SR), dengan rata-rata 100 yang terdapat pada rentangan 96-100%. Keenam, kemampuan menyusun teks cerita fabel siswa untuk gabungan kelima indikator tergolong baik (B), dengan rata-rata 80.00 yang terdapat pada rentangan 76-85%. Kata kunci: menulis teks cerita fabel, pemodelan
PENDAHULUAN Permasalahan yang terdapat dalam pembelajaran bahasa Indonesia kelas VIII SMP Negeri 1 Painan Kabupaten Pesisir Selatan diperoleh informasi tentang kendala dalam pembelajaran menyusun teks cerita fabel sebagai berikut. Pertama, siswa kurang tertarik untuk menulis, terutama menulis teks cerita fabel. Kedua, siswa kurang mampu membedakan tulisan fabel dengan tulisan lainnya, seperti eksposisi, deskripsi, eksplanasi dan cerpen pada kelas VII. Ketiga, penggunaan media pembelajaran yang tidak efektif. Siswa sulit memahami konsep atau materi yang di ajarkan guru. Berdasarkan permasalahan tersebut, maka penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kemampuan menyusun teks cerita fabel siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Painan Kabupaten Pesisir Selatan dengan menggunakan teknik pemodelan. Di dalam menulis teks cerita fabel, guru mata pelajaran bahasa Indonesia harus mampu menggunakan teknik yang cocok dalam kegiatan menulis teks cerita fabel. Salah satu teknik yang diasumsikan dapat membantu siswa menulis teks cerita fabel adalah teknik pemodelan. Rumusan tujuan penelitian ini adalah, Bagaimanakah kemampuan menyusun teks cerita fabel siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Painan Kabupaten Pesisir Selatan dengan menggunakan teknik pemodelan?. Tarigan (2008:22) mengungkapkan bahwa menulis adalah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang sehingga orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut. Gambar atau lukisan mungkin dapat menyampaikan makna-makna, tetapi tidak menggambarkan kesatuan-kesatuan bahasa. Pada dasarnya peran utama menulis adalah sebagai alat berkomunikasi yang bersifat tidak langsung. Menurut Priyatni (2014:65) teks adalah ujaran (lisan) atau tulis bermakna yang berfungsi untuk mengekspresikan gagasan. Menurut E.Kosasih (2008 :18), fabel atau cerita binatang adalah cerita yang tokoh-tokohnya binatang dengan peran layaknya manusia. Menurut Mahsun (2014:19), sruktur teks fabel sebagai struktur teks cerita fabel, yaitu orientasi, komplikasi, resolusi, dan koda. Serta menggunakan ciri kebahasaan teks cerita fabel, yaitu konjungsi. Sudaryat (2009:155) mengemukakan konjungsi merupakan kata-kata yang digunakan untuk menghubungkan unsur-unsur sintaksis (frasa, klausa, kalimat) dalam satuan yang lebih besar. Menulis teks cerita fabel dengan menggunakan teknik pemodelan dapat membantu siswa dalam menulis teks cerita fabel dengan mudah. Menurut Sandjaya (2006:267), pemodelan adalah proses pembelajaran dengan memperagakan sesuatu sebagai contoh yang dapat ditiru oleh setiap siswa. METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Populasi penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMPN 1 Painan yang terdaftar pada tahun ajaran 2015/2016. Jumlah siswa kelas VIII tersebut adalah 210 siswa yang tersebar dalam 7 kelas. Mengingat jumlah populasi 210 siswa, perlu adanya teknik penarikan sampel penelitian. Teknik penarikan sampel yang digunakan adalah purposive sampling, yaitu teknik yang biasa dilakukan karena beberapa pertimbangan, misalnya alasan keterbatasan waktu, tenaga dan dana sehingga tidak mengambil sampel yang besar dan jauh (Arikunto,2006:140). Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes unjuk kerja tentang menulis teks cerita fabel, yaitu menulis cerita fabel berbantuan mengunakan teknik pemodelan. Pengumpulan data dilakukan dengan cara memberikan tes unjuk kerja, yang dilakukan dengan cara: Pertama, guru menjelaskan materi yang berhubungan dengan teks cerita fabel. Kedua, guru memperlihatkan model penulisan teks cerita fabel yang benar kepada siswa yang berjudul kupu - kupu berhati mulia, siswa di berikan kesempatan untuk memahami cara menulis teks cerita fabel yang benar. Keempat, siswa menulis teks fabel yang benar. Kelima, menilai hasil siswa dengan lembaran pengamatan (tabel). Data yang terkumpul dianalisis melalui tahap-tahap berikut ini. Pertama, adalah memeriksa hasil tulisan teks cerita fabel siswa berdasarkan indikator yang akan dinilai. Kedua, memberi skor hasil tes yang telah dikerjakan siswa dengan cara memberi skor 1 untuk dinilai terendah dan skor 3 untuk nilai tertinggi. Ketiga, mencari nilai rata-rata kemampuan menulis cerita fabel menggunakan rumus. Keempat, mengelompokkan kemampuan menulis cerita fabel berdasarkan tabel skala 10. Kelima, membuat histogram. Keenam, menafsirkan kemampuan
menyusun cerita fabel berdasarkan sejarah yang diperdengarkan menggunakan metode kontekstual. Ketujuh, membuat kesimpulan hasil deskripsi data. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian yang diperoleh dari kemampuan menyusun teks cerita fabel siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Painan Kabupaten Pesisir Selatan dengan menggunakan teknik pemodelan sebagai berikut. Pertama, kemampuan menyusun teks cerita fabel untuk indikator orientasi ini, yaitu (1) siswa yang mendapat skor 1 sebanyak 5 orang (17,86%), (2) siswa yang mendapat skor 2 sebanyak 8 orang (28,57%), dan (3) siswa yang mendapat skor 3 sebanyak 15 orang (53,57%). Kedua, kemampuan menyusun teks cerita fabel untuk indikator komplikasi ini, yaitu (1) siswa yang mendapat skor 2 sebanyak 4 orang (14,29%), dan (2) siswa yang mendapat skor 3 sebanyak 24 orang (85,71%). Ketiga, kemampuan menyusun teks cerita fabel untuk indikator resolusi ini, yaitu (1) siswa yang mendapat skor 1 sebanyak 3 orang (10,72%), (2) siswa yang mendapat skor 2 sebanyak 9 orang (32,14%), dan (3) siswa yang mendapat skor 3 sebanyak 16 orang (57,14%). Keempat, kemampuan menyusun teks cerita fabel untuk indikator koda ini, yaitu (1) siswa yang mendapat skor 1 sebanyak 20 orang (71,43%), (2) siswa yang mendapat skor 2 sebanyak 6 orang (21,43%), dan (3) siswa yang mendapat skor 3 sebanyak 2 orang (7,14%). Kelima, kemampuan menyusun teks cerita fabel untuk indikator konjungsi ini, yaitu siswa mendapatkan skor 3 sebanyak 28 orang (100%). Hasil penelitian yang diperoleh dari kemampuan menyusun teks cerita fabel siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Painan Kabupaten Pesisir Selatan dengan menggunakan teknik pemodelan adalah sebagai berikut. Pertama, untuk indikator 1 yaitu orientasi. Menurut Zainurahman (2011:38) menjelaskan struktur cerita fabel yaitu orientasi merupakan tempat penulis memperkenalkan latar atau setting serta memperkenalkan tokoh dalam cerita. Berdasarkan pendapat Zainurahman tersebut, diketahui kemampuan menyusun teks cerita fabel siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Painan Kabupaten Pesisir Selatan dengan menggunakan teknik pemodelan untuk indikator 1 yaitu orientasi adalah sebagai berikut. (1) nilai 100 berjumlah 15 orang (53,57%), (2) nilai 66,7 berjumlah 8 orang (28,57%), dan (3) nilai 33,3 berjumlah 5 orang (17,86%). Berdasarkan rata-rata hitung (M) diperoleh sebesar 78,57. Jadi, dapat disimpulkan bahwa kemampuan menyusun teks cerita fabel siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Painan Kabupaten Pesisir Selatan dengan menggunakan teknik pemodelan untuk indikator 1, yaitu orientasi tegolong baik (B) berada pada, tingkat penguasaan 76-85%. Rata-rata M = = 78,57 Kedua, untuk indikator 2 yaitu komplikasi. Menurut Zainurahman (2011:38), komplikasi berfungsi untuk menyampaikan konflik yang terjadi, bagaimana para tokoh menyelesaikan masalah. Berdasarkan pendapat Zainurahman tersebut, diketahui kemampuan menyusun teks cerita fabel siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Painan Kabupaten Pesisir Selatan dengan menggunakan teknik pemodelan untuk indikator 2 yaitu komplikasi adalah sebagai berikut. (1) nilai 100 berjumlah 24 orang (85,71%), dan (2) nilai 66,7 berjumlah 4 orang (14,29%). Berdasarkan ratarata hitung (M) diperoleh sebesar 95,24. Jadi, dapat disimpulkan bahwa kemampuan menyusun teks cerita fabel siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Painan Kabupaten Pesisir Selatan dengan menggunakan teknik pemodelan untuk indikator 2, yaitu komplikasi tergolong baik (B) berada, pada tingkat siswa Kelas VII SMP Negeri 1 penguasaan 86-95%. Rata-rata M = = 95,24 Ketiga, untuk indikator 3 yaitu resolusi. Zainurahman (2011:38) mengemukakan resolusi berfungsi untuk menggambarkan upaya para tokoh untuk memecahkan masalah. Berdasarkan pendapat Zainurahman tersebut, diketahui kemampuan menyusun teks cerita fabel siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Painan Kabupaten Pesisir Selatan dengan menggunakan teknik pemodelan untuk indikator 3 yaitu resolusi sebagai berikut. (1) nilai 100 berjumlah 16 orang ( 57,14%), (2) nilai 66,7 berjumlah 9 orang ( 32,14%), dan (3) nilai 33,3 berjumlah 3 orang (10,71%). Berdasarkan rata-rata hitung (M) diperoleh sebesar 82,15. Jadi, dapat disimpulkan bahwa kemampuan menyusun teks cerita fabel siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Painan Kabupaten Pesisir Selatan dengan menggunakan teknik pemodelan untuk indikator 3, yaitu resolusi tergolong baik (B) berada, pada tingkat penguasaan 76-85%. Rata-rata M = = 82,15
Keempat, untuk indikator 4 yaitu koda. Mahsun (2014-19) mengemukakan koda adalah bagian cerita yang berisi kesimpulan. Berdasarkan pendapat Mahsun tersebut, diketahui kemampuan menyusun teks cerita fabel siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Painan Kabupaten Pesisir Selatan dengan menggunakan teknik pemodelan untuk indikator 4 yaitu koda sebagai berikut. (1) nilai 100 berjumlah 2 orang (7,14%), (2) nilai 66,7 berjumlah 6 orang (21,43%), dan (3) nilai 33,3 berjumlah 20 orang (71,43%). Berdasarkan rata-rata hitung (M) diperoleh sebesar 45,22. Jadi, kemampuan menyusun teks cerita fabel siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Painan Kabupaten Pesisir Selatan dengan menggunakan teknik pemodelan dapat disimpulkan bahwa untuk indikator 4, yaitu, koda tergolong kurang (K) berada pada tingkat penguasaan 36-45%. Rata-rata M = = 45,22 Kelima, untuk indikator 5 yaitu konjungsi. Sudaryat (2009:155) mengemukakan konjungsi merupakan kata-kata yang digunakan untuk menghubungkan unsur-unsur sintaksis (frasa, klausa, kalimat) dalam satuan yang lebih besar. Berdasarkan pendapat Sudaryat tersebut, diketahui kemampuan menyusun teks cerita fabel siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Painan Kabupaten Pesisir Selatan dengan menggunakan teknik pemodelan untuk indikator 5 yaitu konjungsi diperoleh nilai tertinggi adalah 100 dan berjumlah 28 orang (100%). Berdasarkan ratarata hitung (M) diperoleh sebesar 100. Jadi, dapat disimpulkan bahwa kemampuan menyusun teks cerita fabel siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Painan Kabupaten Pesisir Selatan dengan menggunakan teknik pemodelan untuk indikator 5, yaitu konjungsi tergolong sempurna (SR ) berada pada tingkat penguasaan 96-100%. Rata-rata M = = 100. Keenam, untuk gabungan kelima indikator. (1) nilai 100 berjumlah 2 orang (7,14%), (2) nilai 93,3 berjumlah 2 orang (7,14%), (3) nilai 86,7 berjumlah 6 orang (21,43%), (4) nilai 80 berjumlah 8 orang (28,57%), (5) nilai 73,3 berjumlah 5 orang (17,85%), (6) nilai 66,7 berjumlah 4 orang (18,27%), dan (7) nilai 60 berjumlah 1 orang (3,57%). Berdasarkan rata-rata hitung (M) diperoleh sebesar 80.00. Jadi, dapat disimpulkan bahwa kemampuan menyusun teks cerita fabel siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Painan Kabupaten Pesisir Selatan dengan menggunakan teknik pemodelan untuk gabungan kelima indikator tergolong baik (B) karena (M) berada pada tingkat, penguasaan 76-85%. Rata-rata M= = 80,00 Tabel 1 Klasifikasi Nilai Kemampuan Menyusun Teks Cerita Fabel Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Painan Kabupaten Pesisir Selatan dengan Menggunakan Teknik Pemodelan (Gabungan Indikator) No Tingkat Nilai Frekuensi Persentase Kualifikasi Penguasaan Ubahan 1 96 100% 10 2 7,14% Sempurna 2 86 95% 9 8 28,57% Sangat Baik 3 76 85% 8 8 28,57% Baik 4 66 75% 7 9 32,14% Lebih dari Cukup 5 56 65% 6 1 3,57% Cukup 6 46 55% 5 0 0 Hampir Cukup 7 36 45% 4 0 0 Kurang 8 26 35% 3 0 0 Sangat Kurang 9 16 25% 2 0 0 Buruk 10 0 15% 1 0 0 Sangat Buruk 28 100 Berdasarkan tabel 1 kemampuan menyusun teks cerita fabel siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Painan Kabupaten Pesisir Selatan dengan menggunakan teknik pemodelan untuk gabungan kelima indikator dapat digambarkan dalam bentuk histogram di bawah ini.
20 15 Frekuensi 10 5 0 Cukup Lebih dari Cukup Baik Sangat Baik Sempurna Kualifikasi Skala 10 Gambar 1 Histogram Kemampuan Menyusun Teks Cerita Fabel Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Painan Kabupaten Pesisir Selatan Dengan Menggunakan Teknik Pemodelan (Gabungan Indikator) KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dan dijabarkan pada bab IV, diperoleh kesimpulan sebagai berikut. Pertama, kemampuan menyusun teks cerita fabel siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Painan Kabupaten Pesisir Selatan dengan menggunakan teknik pemodelan berdasarkan indikator satu tergolong baik (B) dengan nilai rata -rata 78,57 yang berada pada rentangan 76-85%. Kedua, kemampuan menyusun teks cerita fabel siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Painan Kabupaten Pesisir Selatan dengan menggunakan teknik pemodelan berdasarkan indikator dua tergolong sangat baik (SB) dengan nilai rata-rata 95,24 yang berada pada rentangan 89-95%. Ketiga, kemampuan menyusun teks cerita fabel siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Painan Kabupaten Pesisir Selatan dengan menggunakan teknik pemodelan berdasarkan indikator 3 tergolong baik (B) dengan nilai rata-rata 82,15 yang berada pada rentangan 76-85%. Keempat, kemampuan menyusun teks cerita fabel siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Painan Kabupaten Pesisir Selatan dengan menggunakan teknik pemodelan berdasarkan indikator 4 tergolong Lebih kurang (K) dengan nilai rata-rata 45,22 yang berada dengan rentangan 36-45%. Kelima, kemampuan menyusun teks cerita fabel siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Painan Kabupaten Pesisir Selatan dengan menggunakan teknik pemodelan berdasarkan indikator lima tergolong sempurna (SR) dengan nilai rata-rata 100 yang berada dengan rentangan 96-100%. Keenam, kemampuan menyusun teks cerita fabel siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Painan Kabupaten Pesisir Selatan dengan menggunakan teknik pemodelan berdasarkan kelima indikator tergolong baik (B) dengan nilai rata -rata 80,00 yang berada dengan rentangan 76-85%. Penulis mengemukakan beberapa saran berikut ini. Pertama, Pertama, bagi siswa penelitian ini dapat menumbuhkan semangat dan motivasi siswa pada pelajaran menulis terutama menulis cerita fabel. Kedua, bagi guru bidang studi bahasa Indonesia khususnya di SMPN 1 Painan untuk menambah wawasan guru dalam penerapan pembelajaran menulis terutama menulis teks ceita fabel. Ketiga, bagi pembaca lainnya, penelitian ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan berpikir pembaca dalam menghasilkan bacaan yang baik. Keempat, bagi peneliti sendiri penelitian ini sangat bermanfaat dalam menambah wawasan.
KEPUSTAKAAN Kosasih,E.2008. Apresiasi Sastra Indonesia. Jakarta: Nobel Edumedia Mahsun.20014. Teks Dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Sandjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group Sudaryat,Yayat. 2009. Makna makna Dalam Wacana. Bandung :Yrama widya. Tarigan, Henry Guntur. 2008. Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa Bandung. Zainurahman 2011. Menulis : Dari Teori Hingga Praktik. Bandung.Alfabita.