25 METODE Desain, Tempat dan Waktu Desain penelitian ini merupakan metode sensus menggunakan kuesioner dengan lokasi penelitian di STPP Bogor. Alasan pemilihan lokasi dikarenakan STPP Bogor adalah lembaga yang mendidik para calon penyuluh ahli yang berasal dari berbagai daerah di nusantara sehingga sangat strategis untuk mengetahui tingkat pemahaman para calon penyuluh ini terhadap ketahanan pangan dan tupoksinya yang berguna untuk pembangunan ketahanan pangan di wilayahnya masing-masing ketika lulus dari STPP Bogor. Penelitian dilaksanakan dari bulan Agustus sampai dengan bulan Oktober 2010. Unit Analisis Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian. Dalam penelitian ini subyek penelitian adalah seluruh calon penyuluh ahli yang sedang melaksanakan tugas belajar di STPP Bogor yang berasal dari dua jurusan yaitu Jurusan Penyuluhan Pertanian dan Jurusan Penyuluhan Peternakan. Adapun jumlah sebaran populasi calon penyuluh ahli di dua jurusan tersebut tersaji pada Tabel 1. Tabel 1. Populasi calon penyuluh ahli tugas belajar di STPP Bogor tahun 2010 Jurusan No Semester Penyuluhan Penyuluhan Pertanian Peternakan Jumlah 1 Tingkat IV 28 17 45 2 Alih Program (DIII ke DIV) 70 65 135 Jumlah 98 82 180 Sumber : BAAK STPP Bogor, 2010. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah dengan cara sensus, sehingga sampel dalam penelitian ini adalah seluruh populasi yaitu 180 mahasiswa dari kedua jurusan. Teknik pengambilan sampel ini dipakai dengan tujuan agar dapat memperoleh informasi yang lebih lengkap tentang kondisi sebenarnya. Alasan lainnya kenapa metode ini digunakan yaitu jumlah populasi dianggap tidak terlalu banyak dan mudah dalam mengumpulkan datanya. Cara sensus ini biasanya dikenal dengan istilah total sampling atau Complete
26 Enumeration yang digunakan jika jumlah populasi dari suatu penelitian tidak terlalu banyak (Prasetyo dan Jannah, 2005). Jenis dan Cara Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa data primer dan data sekunder. Adapun penjelasan dari kedua sumber data tersebut, yaitu : 1. Data primer adalah data yang dikumpulkan peneliti secara langsung melalui obyek penelitian, yaitu diperoleh dari responden calon penyuluh ahli, fasilitator dan pejabat struktural di STPP Bogor dengan cara mengisi kuesioner. 2. Data sekunder adalah data yang telah dikumpulkan oleh pihak lain. Dalam penelitian ini data sekunder diperoleh dari Adiministrasi STPP Bogor dan instansi terkait lainnya seperti; Pusat Pendidikan, Sertifikasi dan Akreditasi Profesi Pertanian, Pusat Penyuluhan Pertanian dan Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumberdaya Manusia Pertanian Kementerian Pertanian. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik atau instrumen : 1. Kuesioner. Kuesioner adalah seperangkat pertanyaan yang disusun untuk diajukan kepada responden. Kuesioner ini dimaksudkan untuk memperoleh informasi secara tertulis dari responden berkaitan dengan tujuan penelitian. Kuesioner pengambilan data untuk mengetahui pemahaman terhadap tupoksi dan ketahanan pangan terlampir pada Lampiran 1 dan 2. Pertanyaan dalam kuesioner untuk mengetahui pemahaman terhadap tupoksi dan ketahanan pangan merupakan pertanyaan kuesioner yang telah digunakan oleh peneliti terdahulu dengan lokasi penelitian di Kabupaten Lampung Barat, sedangkan pertanyaan untuk karakteristik calon penyuluh ahli, peneliti menyusunnya sendiri. 2. Interview/Wawancara Wawancara adalah suatu proses memperoleh informasi untuk tujuan penelitian dengan cara melakukan tanya jawab secara langsung antara peneliti dengan responden maupun pihak yang terkait. Wawancara dalam penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pola dan dinamika pembelajaran dan arah kebijakan STPP Bogor. Wawancara dilakukan kepada Ketua STPP Bogor, para pejabat fungsional (fasilitator/dosen) dan para pejabat struktural.
27 Operasional Variabel Variabel, indikator dan pengukuran untuk karakteristik calon penyuluh ahli tersaji pada Tabel 2. Sedangkan indikator dan pengukuran pemahaman calon penyuluh ahli terhadap tugas pokok dan fungsinya tersaji pada Tabel 3 dan untuk mengetahui pengetahuan calon penyuluh ahli tentang ketahanan pangan diukur dengan indikator dan pengukuran yang tersaji pada Tabel 4. Tabel 2. Karakteristik calon penyuluh ahli Variabel Indikator Parameter Asal daerah Asal domisili dan instansi pengrim calon penyuluh ahli tugas belajar di STPP Bogor Berasal dari provinsi, kabupaten/kota atau bentuk kelembagaan/instansi pengirim Pendidikan Formal Terakhir Pendidikan Non Formal Bidang keahlian (jurusan) Tingkat penguasaan materi Pendidikan formal terakhir yang dicapai oleh calon penyuluh ahli sebelum tugas belajar di STPP Bogor Lama dan banyaknya mengikuti jenis pelatihan yang berkaitan dengan ilmu penyuluhan dalam tiga tahun terakhir dengan satuan jam pelatihan Keahlian yang dipilih oleh calon penyuluh Penguasaan materi penyuluhan dan ketahanan pangan Tingkat pendidikan responden yang ditunjukkan dengan tingkat pendidikan tertinggi SLTA atau D III 1. Jenis pelatihan yang pernah diikuti 2. Jumlah jam belajar Bidang keahlian penyuluhan dan penyuluhan peternakan Tingkat penguasaan materi penyuluhan dan ketahanan pangan yang dipersepsikan menurut pendapat responden
28 Tabel 3. Pemahaman calon penyuluh ahli terhadap tugas pokok dan fungsinya Indikator 1 Definisi penyuluhan Pengukuran 1. Pengetahuan tentang definisi penyuluhan 2 Perencanaan penyuluhan 3 Pelaksanaan penyuluhan 4 Evaluasi dan pelaporan penyuluhan 5 Pengembangan penyuluhan 6 Pengembangan profesi penyuluh 7 Penunjang penyuluhan 1. Identifikasi potensi wilayah dan agroekosistem 2. identifikasi kebutuhan teknologi 3. Penyusunan rencana kerja penyuluh 4. Penyusunan program penyuluhan 1. Penyusunan materi penyuluhan 2. Penerapan metode penyuluhan 3. Membina kelompok tani 4. Pengembangan swadaya dan swakarya petani 1. Membuat evaluasi pelaksanaan tugas 2. Menyusun pelaporan 1. Penyusunan Juklak dan Juknis. 2. Perumusan kajian arah kebijakan penyuluhan 3. Pengembangan metode sistem kerja penyuluhan Penyusunan karya tulis ilmiah dan ilmu popular bidang Mengikuti seminar dan lokakrya penyuluhan
29 Tabel 4. Pengetahuan calon penyuluh ahli tentang ketahanan pangan Indikator 1. Definisi ketahanan pangan 2. Pengetahuan tentang ketersediaan 3. Pengetahuan tentang distribusi 4. Pengetahuan tentang konsumsi 5. Pengetahuan tentang mutu dan keamanan pangan Pengukuran Tingkat pemahaman penyuluh terhadap ketahanan pengan Tingkat pengetahuan penyuluh terhadap subsistem ketersediaan pangan Tingkat pengetahuan penyuluh terhadap subsistem distribusi pangan Tingkat pengetahuan penyuluh terhadap subsistem konsumsi pangan Tingkat pengetahuan penyuluh tentang mutu dan keamanan pangan Uji Validitas dan Reliabilitas Uji Validitas Uji validitas digunakan untuk mengetahui valid tidaknya instrumen pengukuran. Dimana instrumen dikatakan valid apabila dapat mengukur apa yang semestinya diukur atau mampu mengukur apa yang ingin dicari secara tepat (Arikunto, 1998). Valid tidaknya suatu instrumen dapat dilihat dari nilai koefisien korelasi antara skor item dengan skor totalnya pada taraf signifikan 5%, item-item yang tidak berkorelasi secara signifikan dinyatakan gugur. Dalam kaitannya dengan besarnya angka korelasi ini, Juliandi (2007) menyebutkan bahwa koefisien validitas yang tidak begitu tinggi, katakanlah berada di sekitar 0,50 sudah dapat diterima dan dianggap memuaskan. Namun apabila koefisien validitas ini kurang dari 0,50 maka dianggap tidak memuaskan. Uji Reliabilitas Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan (Singarimbun dan Effendi, 1995). Untuk mengetahui apakah alat ukur reliabel atau tidak, diuji dengan menggunakan metode Alpha Cronbach. Sebuah instrumen dianggap telah memiliki tingkat keandalan yang dapat diterima, jika nilai koefisien reliabilitas yang terukur adalah lebih besar atau sama dengan 0,6 (Juliandi, 2007).
30 Pengujian validitas dan reliabilitas instrumen dalam penelitian ini digunakan dengan teknik pengambilan sampling yaitu proporsional sampling, dimana responden diambil dari alumni STPP Bogor yang mewakili kedua jurusan sejumlah 18 orang. Teknik pengambilan sampel ini dipakai dengan tujuan untuk lebih memenuhi keterwakilan sampel pengujian. Proporsional sampel pengujian instrumen untuk masing-masing jurusan yang tersaji pada Tabel 5. Tabel 5. Proporsional sampling pengujian instrumen No Alumni Jumlah 1 Penyuluhan Pertanian 10 2 Penyuluhan Peternakan 8 Jumlah 18 Hasil pengujian keterandalan yang dilakukan kepada 18 orang responden alumni STPP Bogor memberikan hasil nilai alpha 0,97 pada koefisien reliabilitas untuk instrumen tugas pokok dan fungsi penyuluh sedangkan untuk instrumen pengetahun ketahanan pangan diberikan hasil nilai alpha 0,98. Atas dasar hasil perhitungan ini, dan dengan mengacu keterandalan maka kuesioner dapat dinyatakan andal dan dapat dipergunakan karena nilai keterandalan dari ketiga instrumen memiliki nilai yang lebih besar dari batas nilai diterimanya suatu intrumen yaitu 0,60. Berdasarkan uraian dari jenis-jenis validitas yang ada dan untuk mendapatkan hasil penelitian yang akurat dan dapat dipercaya, pengukuran validitas atau kesahihan dalam penelitian ini menggunakan kesahihan konstruk dan kesahihan isi. Hasil uji reliabilitas instrumen penelitian ini disajikan pada Tabel 6 dan Tabel 7, serta data selengkapnya tersaji pada Lampiran 3.
31 Tabel 6. Hasil uji reliabilitas instrumen tupoksi penyuluhan No Indikator Nilai Kisaran Reliabilitas (alpha Keterangan cronbach) 1 Definisi Penyuluhan Pertanian 0,81 Reliabel 2 Perencanaan Penyuluhan Pertanian 3 Pelaksanaan Penyuluhan Pertanian 0,54-0,85 Reliabel 0,68-0,91 Reliabel 4 Evaluasi dan Pelaporan 0,89-0,90 Reliabel 5 Pengembangan Penyuluhan 0,90 1 item pertanyaan di delete, Reliabel 6 Pengembangan Profesi 0,63-0,84 Reliabel 7 Penunjang Penyuluhan 0,62 Reliabel No 1 Tabel 7. Hasil uji reliabilitas instrumen ketahanan pangan Indikator Definisi Ketahanan Pangan Nilai Kisaran Reliabilitas (alpha Keterangan cronbach) 0,66-0,82 Reliabel 2 Pengetahuan Ketersediaan 0,42-0, 78 2 item pertanyaan di Pangan delete, Reliabel 3 Pengetahuan Distribusi Pangan 0,50-0, 85 1 item pertanyaan di delete, Reliabel 4 Pengetahuan Konsumsi 0,40-0,82 1 item pertanyaan di delete, Reliabel 5 Pengetahuan Mutu dan Keamanan Pangan 0, 62-0,74 Reliabel Pengolahan dan Analisis Data Proses pengolahan data meliputi editing, coding, entry dan analisis. Analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode deskriptif dan inferensial. Analisis secara deskriptif dilakukan pada karakteristik penyuluh yang meliputi asal daerah, bidang keahlian, penguasaan materi, pendidikan non formal dan pendidikan formal sebelumnya. Analisis data dilakukan dengan menggunakan program komputer Microsoft excel dan program SPSS for Windows versi 18 untuk penarikkan kesimpulan. Data karakteristik pendidikan calon penyuluh ahli dikategorikan dalam jenjang pendidikan yang telah ditempuh sebelum menjadi mahasiswa di
32 STPP Bogor, yang terdiri dari SLTA, SPP/SPMA/SMK Bidang Pertanian, Diploma III Pertanian, Diploma III Non Pertanian dan Sarjana Non Pertanian. Sedangkan data bidang keahlian penyuluh dikategorikan dalam, peternakan, dan perikanan. Pendidikan non formal adalah lamanya calon penyuluh ahli pernah mengikuti pelatihan sebelum dan ketika menjadi mahasiswa STPP Bogor yang dihitung dalam jumlah jam pelatihan. Pengkategoriannya berdasarkan Peraturan Menpan No 2 tahun 2008 yaitu batasan rentang jumlah jam pelatihan (JP) dalam mendapatkan angka kredit, yang terdiri dari sangat rendah (< 80 JP); rendah (81-160 JP); sedang (161-400 JP); dan tinggi (401-500 JP). Pengkategorian tingkat pemahaman tupoksi dan tingkat pengetahuan ketahanan pangan penyuluh dilakukan dengan cara range (rentangan) yaitu data tertinggi dikurangi data terendah lalu dikategorikan dalam tiga kategori yaitu rendah, sedang dan tinggi (Riduwan dan Sunarto, 2009). Sedangkan menurut Khomsan (2000), mengkategorikan pengetahuan bisa dibagi dalam tiga kelompok yaitu baik, sedang dan kurang. Cara pengkategorian dilakukan dengan menetapkan cut-off point dari skor yang telah dijadikan persen. Untuk keseragaman maka dianjurkan menggunakan cut-off point sebagai berikut : 1. Baik dengan skor >80% 2. Sedang dengan skor 60 80% 3. Kurang dengan skor <60% Uji korelasi Pearson dan Spearman s rho digunakan untuk menganalisis hubungan karateristik penyuluh terhadap pemahaman tupoksi dan pengetahuan ketahanan pangan. Analisis korelasi Pearson untuk menguji hubungan antar variabel yang datanya bersifat rasio sedangkan analisis korelasi Spearman digunakan untuk menguji hubungan antar variabel yang datanya bersifat ordinal. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pemahaman terhadap tupoksi dan pengetahuan ketahanan pangan dilakukan dengan analisis regresi berganda. Faktor-faktor yang diduga mempengaruhi pemahaman tupoksi dan pengetahuan ketahanan pangan adalah: 1) Asal Daerah, 2) Pendidikan formal terakhir, 3) Pendidikan non formal; 4) Bidang Keahlian (jurusan) 5) Persepsi Penguasaan Materi. Model regresi berganda pemahaman tupoksi dan pengetahuan ketahanan pangan calon penyuluh ahli adalah sebagai berikut :
33 Y = a + b 1 X 1 + b 2 X 2 + b 3 X 3 + b 4 X 4 + b 5 X 5 Keterangan : Y = Pemahaman Tupoksi dan Pengetahuan Ketahanan Pangan a = Konstanta b = Koefisien Regresi X 1 = Asal Daerah X 2 = Pendidikan formal terakhir X 3 = Pendidikan non formal (pelatihan) X 4 = Bidang Keahlian (jurusan) X 5 = Tingkat Penguasaan Materi D 1 = Varibel dummy untuk asal daerah yang diperoleh : D 1 = 1 (wilayah Indonesia Barat) D 1 = 0,1 (wilayah Indonesia Tengah) D 1 = 0,0 (wilayah Indonesia Timur) D 2 = Varibel dummy untuk bidang keahlian yang diperoleh : D 2 = 1 () D 2 = 0 (peternakan) Sedangkan untuk merekomendasikan jenis kurikulum atau mata latihan/pengajaran dari hasil persepsi pengetahuan ketahanan pangan calon penyuluh ahli digunakan dengan analisis SWOT. Tabel 8. Matriks Analisis SWOT
34 Definisi Istilah Penyuluhan adalah proses pembelajaran bagi petani agar mereka mau dan mampu menolong dan mengorganisasikan dirinya dalam mengakses informasi pasar, teknologi, permodalan, dan sumberdaya lainnya, sebagai upaya untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan, dan kesejahteraannya, serta meningkatkan kesadaran dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup. Penyuluh, penyuluh perikanan, atau penyuluh kehutanan, baik penyuluh PNS, swasta, maupun swadaya, yang selanjutnya disebut penyuluh adalah perorangan warga negara Indonesia yang melakukan kegiatan penyuluhan. Calon penyuluh ahli adalah Pegawai Negeri Sipil utusan daerah yang melaksanakan tugas belajar di STPP Bogor dan akan diproyeksikan sebagai penyuluh lapangan setelah lulus dari STPP Bogor. Jabatan fungsional penyuluh adalah penyuluh yang sudah menjadi PNS akan diangkat dalam jabatan fungsional sehingga proses kenaikan pangkatnya melalui sejumlah kredit poin yang sudah diperoleh. Penyuluh terampil adalah jabatan fungsional penyuluh keterampilan, yang dalam pelaksanaan pekerjaannya mempergunakan prosedur dan teknik kerja tertentu. Penyuluh ahli adalah jabatan fungsional penyuluh keahlian, yang dalam pelaksanaan pekerjaannya didasarkan atas disiplin ilmu pengetahuan, metodologi, dan teknik analisis tertentu. Karakteristik calon penyuluh ahli adalah ciri untuk mengidentifikasikan latar belakang seorang calon penyuluh ahli yang melaksanakan tugas belajar di STPP Bogor meliputi; asal daerah, pendidikan formal, pendidikan non formal, bidang keahlian dan perspsi penguasaan materi. Asal daerah adalah lokasi dimana seorang calon penyuluh ahli berasal sebelum melaksanakan tugas belajar di STPP Bogor.
35 Pendidikan formal adalah pendidikan terakhir dari calon penyuluh ahli sebelum melaksanakan tugas belajar di STPP Bogor terstratifikasi SLTA/SPMA/SMK Pertanian, Diploma III dan Strata-1 non. Pendidikan non formal adalah pendidikan dalam bentuk pelatihan teknis yang diperoleh sebelum melaksanakan tugas belajar di STPP Bogor. Bidang keahlian adalah program studi yang dipilih oleh calon penyuluh ahli selama melaksanakan pendidikan di STPP Bogor. Persepsi penguasaan materi adalah tingkat pemahaman calon penyuluh ahli dalam bidang penyuluhan dan ketahanan pangan. Tugas pokok dan fungsi penyuluh meliputi definisi penyuluhan, perencanaan penyuluhan, pelaksanaan penyuluhan, evaluasi dan pelaporan, pengembangan penyuluhan, pengembangan profesi penyuluh dan unsur penunjang. Ketahanan pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi setiap rumah tangga yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup baik jumlah maupun mutunya, aman merata dan terjangkau. Ketersediaan pangan adalah tersedianya pangan dari hasil produksi dalam negeri dan atau sumber lain. Distribusi pangan adalah gambaran proses aksesibilitas tangga. di tingkat rumah Konsumsi pangan adalah jenis dan jumlah pangan yang dimakan oleh seseorang dengan tujuan tertentu pada waktu tertentu. Kurikulum adalah kumpulan mata kuliah/latihan untuk pendidikan di STPP Bogor Mata Kuliah/Latihan adalah kumpulan sub-sub mata pelajaran yang diajarkan kepada calon penyuluh ahli di STPP Bogor.