Bab 2. Landasan Teori

dokumen-dokumen yang mirip
FENOMENA SHOUSHIKA DI JEPANG : PERUBAHAN KONSEP ANAK

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Darma Persada

Bab 1. Pendahuluan. Dalam menjalani kehidupan, manusia memiliki kodrat. Kodrat itu antara lain; lahir,

Bab 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

* Terdapat dua teori besar dalam ilmu social yang. 1. Teori struktural fungsionalisme, dan 2. Teori struktural konflik

PENGARUH PERUBAHAN PERANAN WANITA JEPANG DAN KONDISI SOSIAL MASYARAKAT JEPANG TERHADAP MUNCULNYA SHOUSHIKA

PARASITE SINGLE SEBUAH FENOMENA SOSIAL KONTEMPORER DI JEPANG. Oleh : Amaliatun Saleha NIP:

BAB I PENDAHULUAN. 話すということは人と人の間で意思を伝えるあう いわゆるコミュニケーションであり その形には 1 人たい 1 人 1 人対多数 多数対 1 人などがある (Ogawa, 1984, hlm. 636)

DAMPAK PENINGKATAN JUMLAH WANITA BEKERJA KARENA MENINGKATNYA TARAF PENDIDIKAN TERHADAP FENOMENA SHOUSHIKA DI JEPANG ( )

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Pusat Bahasa

BAB 1. Pendahuluan Latar Belakang

Bab 2. Landasan Teori

Bab 1. Pendahuluan. hasrat, dan keinginan (Sutedi, 2003:2). Selain bahasa tentunya dalam, berkomunikasi

BAB 2. Landasan Teori. Pada bab ini, penulis akan menjelaskan teori-teori yang akan digunakan dalam

BAB I PENDAHULUAN. membedakannya dengan bahasa lain. Sehingga tidaklah mengherankan jika

MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA JEPANG

ANALISIS KONTRASTIF PENGGUNAAN KONJUNGSI /-TARA/ BAHASA JEPANG DENGAN KONJUNGSI /KALAU/ BAHASA INDONESIA

ABSTRAK. lambang tertentu ada yang dilambangkan. Maka yang dilambangkan disini yaitu

BAB I PENDAHULUAN. asing khususnya bahasa Jepang ialah adanya pengaruh Bl (bahasa ibu)

PERLUASAN MAKNA PARTIKEL DE UNTUK MENYATAKAN BAHAN DASAR PRODUKSI DALAM MAJALAH KYOU NO RYOURI ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. gagasan, maupun pertanyaan kepada orang lain dengan bahasa yang baik dan

Bab 5. Ringkasan. Sutedi (2003, hal.2), menjelaskan bahwa bahasa adalah alat komunikasi untuk

Bab 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Teori-teori Perkawinan dalam Masyarakat Jepang Sebelum Tahun 1946

BAB I PENDAHULUAN. tentunya sangat berkaitan dengan hidup dan kehidupan manusia serta kemanusiaan. Ia

BAB I PENDAHULUAN. berperan penting atau tokoh pembawa jalannya cerita dalam karya sastra.

BAB I PENDAHULUAN. Jepang telah mengalami beberapa pergantian sistem pemerintahan. Walaupun

PERNIKAHAN DILIHAT DARI SUDUT PANDANG ENAM PRIA SINGLE JEPANG DI JAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. ide, atau perasaan tersebut dapat secara harfiah atau metaforis, secara langsung atau tidak

BAB I PENDAHULUAN. Gender merupakan konstruksi sosial mengenai perbedaan peran dan. kesempatan antara laki-laki dan perempuan. Perbedaan peran dan

(Asari-chan buku no: 28, halaman: 40) あさり ガンバレ! bersemangat. Berusaha Asari! Pada situasi di atas, penggunaan katakana ada pada kata ガンバレ.

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengertian bahasa dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1989) adalah sistem

KEBANGKITAN FEMINISME

BAB IV ANALISIS PERLINDUNGAN HAK NAFKAH PEREMPUAN DALAM KOMPILASI HUKUM ISLAM DALAM PERSPEKTIF FEMINISME

ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN PRONOMINA DEMONSTRATIVA SISWA KELAS XII BAHASA TAHUN AJARAN 2013/2014 DI SMA NEGERI 1 BATU SKRIPSI

BAB 5 RINGKASAN. kegiatan, manusia memerlukan bantuan bahasa. Oleh karena itu, tidaklah mengherankan

3. Dimasa mendatang, saya bermaksud menjadi pelukis terkenal. ~ つもりです. 4. Sekarang, pertandingan baseball dapat ditonton di televisi.

映画 野ブタをプロデュース における社会的 現象 苛め の分析

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

2015 ANALISIS MAKNA ASPEKTUAL HOJODOUSHI TE IKU DAN TE KURU

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

LEMBAR PENGESAHAN TIM PENGUJI. Skripsi Sarjana yang berjudul : Telah diuji dan diterima baik pada : hari selasa tanggal 23 Agustus 2016

BAB IV KESIMPULAN. Penulis berkesimpulan bahwa di dalam penerjemahan kata tanya doko dan

BAB III PARADIGMA FEMINISME LIBERAL

Bab 2. Landasan Teori

UPAYA TOKOH OGINO GINKO MENCAPAI KESETARAAN GENDER DALAM NOVEL HANAUZUMI KARYA JUNICHI WATANABE

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

KENDALA YANG DIHADAPI TENAGA KERJA ASING ORANG JEPANG YANG TINGGAL DI INDONESIA (KHUSUSNYA DI WILAYAH JAKARTA DAN BEKASI)

BAB II TEORI FEMINISME SOSIALIS. secara logis, yang menerangkan fenomena tertentu. 25

PERKEMBANGAN AGAMA BUDDHA DI JEPANG PADA ZAMAN MEIJI SKRIPSI ZAIM AZROUI PURBA FAKULTAS SASTRA PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA JEPANG

KARAOKE SEBAGAI MEDIA UNTUK DEALING BISNIS DAN RELAKSASI BAGI PELAKU BISNIS DAN WISATAWAN ASING DI JUN EXECUTIVE KARAOKE HOTEL SAVOY HOMANN

BAB 2 LANDASAN TEORI. dari buddhi yang berarti budi atau akal. Dengan demikian ke-budaya-an dapat

BAB I PENDAHULUAN. 104).Secara historis keluarga terbentuk paling tidak dari satuan yang merupakan

membahas dari penggunaan dan arti tiga kata kerja tersebut,...ok,...he,.,he,.,he,.,.

BAB II LANDASAN TEORI. terbagi menjadi dua gelombang dan pada masing-masing gelombang memiliki

BAB III DAMPAK DAN USAHA MENGATASI FENOMENA SEKKUSU SHINAI SHOKOGUN DALAM KEHIDUPAN SOSIAL MASYARAKAT JEPANG

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Salah satu masalah pokok yang dihadapi Pemerintah Indonesia sebagai negara

BAB I PENDAHULUAN. sosial masyarakat di dalam karya sastra adalah hubungan antara laki-laki dan

Dikerjakan O L E H SUNITA BR

Nomer : Jenis Kelamin : Kuliah di : Usia : Asal daerah : Tempat tinggal di Semarang : PETUNJUK PENGISIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB IV KESIMPULAN. atau isu-isu yang sering terjadi dalam kehidupan perempuan. Melalui

BAB 3. Analisis Data. Pada bab ini, peneliti akan melakukan analisis dalam kalimat yang menggunakan verba bantu

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah

UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN PERCAKAPAN BAGI PENGAJAR BAHASA JEPANG

PELUANG WANITA BERPERAN GANDA DALAM KELUARGA SEBAGAI UPAYA MENDUKUNG KEMITRASEJAJARAN PRIA DAN WANITA DI KABUPATEN BANDUNG

BAB IV KESIMPULAN. Perempuan sebagai subjek yang aktif dalam urusan-urusan publik

Bab 2. Landasan Teori. Pada bab ini penulis akan menjabarkan teori-teori yang akan digunakan dalam

BAB I PENDAHULUAN. dimiliki suatu bangsa. Cerita rakyat dapat diartikan sebagai ekspresi budaya suatu

BAB I PENDAHULUAN. kalimat. Untuk menghubungkan kalimat satu dengan kalimat lainnya, digunakan

BAB 5 RINGKASAN. orang-orang dari negara lain. Perkawinan masyarakat Jepang didasarkan pada konsep ie.

BAB 5 RINGKASAN. Peranan wanita bagi masyarakat Jepang pada era Meiji adalah sebagai seorang istri

TEMA 5 JADWAL PELAJARAN じかんわり

BAB 2 LANDASAN TEORI. hal, seperti sosial budaya, kemasyarakatan dan sastra itu sendiri tentunya. Dalam

GAIRAIGO DI KALANGAN BAHASA ANAK MUDA JEPANG DALAM FILM KAMEN RIDER GAIM EPISODE 01-12

Bab 2. Landasan Teori. mengetahui atau menjelaskan hal-hal yang mempengaruhi perceraian usia lanjut di

PENERAPAN STUDENT CENTERED LEARNING PADA MATA KULIAH DOKKAI SEMESTER 5 Riri Hendriati Fakultas Sastra / Jurusan Sastra Jepang.

UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2006/2007

2015 ANALISIS MAKNA VERBA TORU SEBAGAI POLISEMI (KAJIAN SEMANTIK)

PERGESERAN MAKNA GAIRAIGO DALAM BAHASA IKLAN MAJALAH Q TO JAPON VOLUME 13 TAHUN 2012 SKRIPSI OLEH: ENNIS FAUZIA

Bab 2. Landasan Teori. Menurut Davies dan Osamu Ikeno (2002:95), giri merupakan kunci dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Setiap bahasa terdiri dari unsur kalimat, klausa, frase dan kata. Salah satu

STRATEGI UNGKAPAN PENOLAKAN BAHASA JEPANG DALAM DRAMA SERIAL NIHONJIN NO SHIRANAI NIHONGO EPISODE 1-12 SKRIPSI

Bab 2. Landasan Teori. Dalam KBBI, definisi dari tanda baca adalah tan da n 1 yang menjadi alamat

Bab 5. Ringkasan. Di Jepang saat ini sedang populer istilah Jukunen Rikon ( 熟年離婚 ), jukunen

Bab 4. Simpulan dan Saran. Pada bab ini penulis akan memberikan Simpulan dari hasil analisis mengenai makna

Bab 2. Landasan Teori

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Jepang banyak diminati, karena memiliki keunikan tersendiri. Sama

SATUAN ACARA PERKULIAHAN JITSUYO KAIWA I (JP 301) SEMESTER 6 /TINGKAT III

KONFLIK ANTARKLAN DALAM NOVEL TAIRA NO MASAKADO KARYA EIJI YOSHIKAWA (KAJIAN STRUKTURAL) SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

PERAN WANITA DALAM PEMBANGUNAN BERWAWASAN GENDER. Erniati*

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. responden, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: mitra tutur, ungkapan yang digunakan responden disesuaikan dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PENGGUNAAN SHUUJOSHI RAGAM BAHASA WANITA DALAM DRAMA SHOKOJO SEIRA EPISODE 1,2,3 SKRIPSI OLEH: ANINDYA PURI PRIMASWARI NIM

Bab 1. Pendahuluan. Jepang dikenal dan diakui oleh banyak negara sebagai salah satu negara maju dan

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyampaikan informasi yang ingin disampaikan kepada orang. salah satunya adalah mempelajari bahasa Asing.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Karya sastra merupakan gambaran tentang kehidupan yang ada dalam

Transkripsi:

Bab 2 Landasan Teori Dalam bab ini akan diuraikan teori, pendapat dan hasil penelitian yang berhubungan dengan masalah yang akan diteliti. 2.1 Konsep Shoushika Definisi shoushika ialah sebagai berikut : 少子化とは 新旧世代の間で1 対 1の人口の置換えができなくなる低い出産率が継続することを言. (Kono, 2007:1). Artinya: Shoushika ialah, tingkat kelahiran yang terus menerus rendah. Sehingga antara generasi baru dan lama satu persatu kehilangan populasi pengganti. Shoushika merupakan salah satu fenomena masyarakat yang terjadi di Jepang saat ini. Tingkat kelahiran yang terus menerus menurun mengakibatkan berkurangnya jumlah populasi penduduk. Sehingga tidak adanya generasi penerus yang mengganti dan melanjuti kehidupan di masa mendatang. Hal ini membuat keresahan dalam masyarakat Jepang mengenai kahidupan mereka di masa tua kelak. Penyebab munculnya fenomena shoushika menurut Tachibanaki (2010: 148); 1. Terlalu mahal untuk membesarkan dan mendidik anak 2. Tidak ingin melahirkan di usia dini x

3. Tidak dapat menanggung beban fisik/mental setelah memiliki anak 4. Menggangu pekerjaan (pekerjaan atau masalah keluarga) 5. Alasan kesehatan 6. Ingin memiliki anak, namun tidak bisa 7. Rumah terlalu kecil 8. Tidak memiliki suami yang dapat bekerjasama dalam mengurus anak dan pekerjaan rumah tangga 9. Kehidupan sosial yang tidak kondusif untuk anak-anak tumbuh dewasa riang 10. Ingin anak yang terakhir telah menjadi dewasa ketika suami memasuki usia pensiun 11. Suami tidak ingin memiliki anak lagi 12. Ingin fokus kepada hidupnya baik sebagai pasangan maupun individual 13. Lainnya. Alasan-alasan diatas berkembang pada pasangan muda yang telah menikah di Jepang moderen saat ini, sehingga menyebabkan terjadinya fenomena shoushika dalam masyarakat. ix

2.3 Konsep Feminisme Feminisme merupakan salah satu bentuk perjuangan wanita dalam mencari sebuah emansipasi. Emansipasi wanita terjadi oleh karena selama ini wanita merasa tidak dihargai hak-haknya dan merasa didiskriminasi oleh para pria. Feminisme adalah suatu sistem kepercayaan mengenai hal-hal yang berkenaan dengan perempuan, pengalamanpengalaman serta ide-ide perempuan dihargai, yaitu bahwa laki-laki dan perempuan harus setara secara sosial, ekonomi, dan hukum. Dalam buku yang ditulis oleh Rosemary Tong yaitu Feminist Thought, feminisme dibagi menjadi tiga yaitu feminisme liberal, feminisme radikal, feminisme marxis dan sosialis, feminisme psikoanalisi dan gender, feminisme posmodern, feminisme multikultural dan global, dan ekofeminisme. 2.3.1 Konsep Feminisme di Jepang Dalam perkembangannya, perjuangan emansipasi wanita di Jepang di gerakkan oleh kaum sosialis. Pada awal tahun 1900-an terdapat dua kelompok wanita sosialis yaitu, Sekirankai dan Yokakai. Wanita sosialis ini perlu meyakinkan kolega laki-laki bahwa wanita bukan hanya sebagai pekerja, namun juga sebagai kelompok pekerja yang potensial ( Mackie, 2003:79 ). Mackie ( 2003:77 ) mengemukakan mengenai hubungan sosialisme dengan feminisme adalah sebagai berikut: Socialism, like feminism, had developed from the roots of the early liberal movement. In different ways, both socialist thought and feminist thought addressed the limitation of liberalism. Artinya: sosialisme sama halnya dengan feminisme, mengalami perkembangan yang berakar dari pergerakan awal liberal. Dengan cara yang x

berbeda, baik pemikiran sosialis dan pemikiran feminisme ditujukan pada keterbatasan dari liberalisme. Hal ini menunjukkan bahwa keterkaitan antara sosialisme dan feminisme ialah karena sama-sama berasal dari liberalisme. Sosialisme dan feminisme muncul akibat dari keterbatasan terwujudnya liberal. Menurut kaum liberal, hak harus diberikan sebagai prioritas diatas kebaikan. Dengan kata lain, keseluruhan sistem atas hak individu dibenarkan, karena hak ini merupakan dasar bagi kita untuk memilih apa yang terbaik bagi kita masing-masing, selama kita tidak merampas hak orang lain. Tong ( 2008: 18 ) menjelaskan bahwa, tujuan umum dari feminisme liberal adalah untuk menciptakan masyarakat yang adil dan peduli tempat kebebasan berkembang. Hanya di dalam masyarakat seperti itu, perempuan dan juga laki-laki dapat mengembangkan diri. Harapan bahwa masyarakat membuka cara pandang mereka mengenai kebebasan, bahwa kebebasan dapat diperoleh baik laki-laki maupun perempuan dalam mengembangkan diri, mencari potensi-potensi yang mereka miliki tanpa adanya perbedaan masalah gender. Hal ini juga dipertegas oleh Mill dan Taylor dalam Tong ( 2008: 23 ), bahwa jika masyarakat ingin mencapai kesetaraan seksual, atau keadilan gender, maka masyarakat harus memberikan perempuan hak politik dan kesempatan, serta pendidikan yang sama yang dinikmati oleh laki-laki. Tugas laki-laki dan perempuan adalah untuk saling mendukung kehidupan. Maka seharusnya perempuan pun diberi kesempatan menjadi partner laki-laki dalam usaha dan keuntungan, risiko dan pendapatan dari industri produktif, yang berarti untuk menjadi partner laki-laki, perempuan atau istri harus mempunyai penghasilan dari pekerjaannya di luar rumah. ix

Feminisme liberal adalah kesetaraan dan kesempatan. Hal ini menunjukkan bahwa baik laki-laki dan perempuan untuk saling memberi kesempatan dan kebebasan untuk mempelajari tugas masing- masing kedua belah pihak. Dahulu tugas utama laki-laki ialah sebagai pencari nafkah utama, dan tugas utama perempuan ialah mengurus kehidupan rumah tangganya. Akan tetapi, dengan adanya kesetaraan maka perempuan bisa saja mempelajari tugas baru yaitu mencari nafkah utama dan juga sebaliknya. Friedan dalam Tong ( 2008: 43 ) menegaskan bahwa adalah sama pentingnya bagi laki-laki untuk mengembangkan diri personal dan pribadinya sebagaiamana penting bagi perempuan untuk mengembangkan diri publik dan sosialnya. Laki-laki yang menyadari hal ini, juga menyadari bahwa pembebasan bagi perempuan adalah pembebasan bagi laki-laki. Akhirnya, seorang laki-laki tidak harus menjadi pencari nafkah utama atau semata-mata melibatkan diri dalam usaha peningkatan karier yang tidak pernah berakhir dan tidak bermakna. Penekanan dalam masyrakat patriarkal yang mencampuradukkan seks dan gender, dan menganggap hanya pekerjaan-pekerjaan yang dihubungkan dengan kepribadian feminin yang layak untuk perempuan. Menurut Suharto ( 2006: 12 ), baik feminisme liberal dan feminisme radikal kedua feminisme ini menolak sistem hierarkis yang berstarata berdasarkan garis gender dan kelas. Feminis liberal berkeinginan untuk membebaskan perempuan dari peran gender yang telah melekat dalam gambaran wanita seperti, mengurus rumah tangga, merawat suami serta anak. Peran-peran yang digunakan sebagai alasan atau pembenaran untuk memberikan tempat yang lebih rendah, atau tidak memberikan tempat sama sekali bagi perempuan baik di dalam akademi, forum, maupun pasar ( Tong, 2008: 48 ). x

Penyetaraan perempuan dalam bidang akademi, sangatlah penting bagi perempuan untuk memperoleh kesempatan berkehidupan yang lebih layak sama halnya dengan lakilaki. Serta saling membagi tugas utama dengan laki-laki dalam hal mengurus rumah tangga serta menjadi pencari nafkah utama. Dikatakan oleh Tong ( 2008: 66 ), memberikan pendidikan awal yang sama bagi anak-anak perempuan dan laki-laki, serta mengakhiri prasangka, yang pada gilirannya akan menuntut redistribusi besar-besaran atas sumber daya dan perubahan kesadaran yang besar. Maksud Tong dalam pernyataanya bahwa dengan memberikan pendidikan awal yang sama baik pada anak laki-laki dan juga anak perempuan akan menghilangkan cara pandang masyarakat selama ini yaitu hanya anak laki-laki yang bisa mengemban pendidikan. Akan tetapi, dengan kesetaraan pendidikan yang diterima oleh perempuan menuntut meningkatnya permintaan sumber daya yang tinggi sehingga memunculkan kesadaran pada masyarakat bahwa pentingnya anak perempuan juga mendapatkan pendidikan awal yang setara dengan laki-laki. ix