PENATAAN DAN PENGEMBANGAN SENTRA BATIK & TENUN DI PEKALONGAN DENGAN PENEKANAN DESAIN SUSTAINABLE SETTLEMENT

dokumen-dokumen yang mirip
PENATAAN DAN PENGEMBANGAN SENTRA BATIK & TENUN DI PEKALONGAN Dengan Penekanan Desain Sustainable Settlement

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

LP3A TA 115 SENTRA TENUN ATBM MEDONO PEKALONGAN KATA PENGANTAR

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

6.3 Hasil Perubahan Elemen Kawasan

UNIVERSITAS DIPONEGORO

PERANCANGAN KOTA BAB IV ANALISA ALUN ALUN KABUPATEN WONOGIRI MENURUT 8 ELEMEN KOTA HAMID SHIRVANI. 4.1 Analisa Tata Guna Lahan Alun alun Wonogiri

Jl. Tamansari No.1 Bandung

PENGEMBANGAN WISATA PANTAI TELENG RIA DI PACITAN

HIRARKI ANTARA PERENCANAAN WILAYAH KAB/KOTA DENGAN PERANCANGAN KOTA

PENGEMBANGAN WISATA GOA GONG Di PACITAN

PENATAAN KAWASAN INDUSTRI BATIK DI TRUSMI, CIREBON

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang.

TUGAS AKHIR 134. Semarang City Walk Mall

Kajian Karakteristik Fisik Kawasan Komersial Pusat Kota

PENATAAN TEPIAN SUNGAI CENRANAE DENGAN PENDEKATAN EKOLOGIS DI KOTA SENGKANG

Perencanaan Kota TEORI URBAN DESIGN 3 (LINGKUNGAN DAN PENUNJANG)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang dominan berupa tampilan gedung-gedung yang merupakan karya arsitektur dan

KATA PENGANTAR. Semarang, Juli Penyusun

b. Kebutuhan ruang Rumah Pengrajin Alat Tenun

Prosiding Perencanaan Wilayah dan Kota ISSN:

Bab I Pendahuluan I - 1

BAGIAN 1 PENDAHULUAN

2. Tata Ruang adalah wujud struktur dan pola pemanfaatan ruang baik yang direncanakan maupun tidak (Kamus Tata Ruang, Ditjen Cipta Karya, 1997).

Penataan Kampung Songket Pandai Sikek, Kab. Tanah Datar sebagai Kawasan Wisata Kerajinan

BAB 4 PENDEKATAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

PERANCANGAN ARSITEKTUR DAN PERANCANGAN KOTA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perencanaan

PEKALONGAN BATIK CENTER

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Keberadaan Fungsi Bangunan Sekitar dalam Membentuk Pemanfaatan Ruang Koridor Jalan di Pusat Kota Pasuruan

BAB III METODE PERANCANGAN Ruang Lingkup Penelitian Untuk Rancangan. Penelitian tentang upaya Perancangan Kembali Pasar Karangploso

I.1 LATAR BELAKANG I.1.1

ARTIKEL PUBLIKASI PENGEMBANGAN KAWASAN KAMPUS UMS SEBAGAI DESTINASI WISATA KREATIF BERBASIS EDUKASI

Penerapan Budaya Sunda dalam Perancangan Pasar Rakyat Kasus: Pasar Sederhana, Bandung

Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang

Gigih Juangdita

REDESAIN PENGADILAN NEGERI SEMARANG KELAS IA KHUSUS

KAJIAN ELEMEN PEMBENTUK RUANG KOTA PADA RUANG TERBUKA PUBLIK KOTA (Studi Kasus : Alun-Alun Karanganyar) ABSTRAK ABSTRACT

PERANCANGAN KAWASAN PERMUKIMAN MELALUI PENDEKATAN SUSTAINABLE URBAN DRAINAGE SYSTEMS DI SRENGSENG JAKARTA BARAT LAPORAN TUGAS AKHIR.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Kesimpulan dari penelitian dinamika aktifitas di ruang pejalan kaki di Jalan

BAB I PENDAHULUAN I.1. Pengertian Judul Penataan dan Pengembangan Wisata Kampung Rebana di Tanubayan, Bintoro, Demak. I.1.1.

MUSEUM BATIK JAWA TENGAH DI KOTA SEMARANG

DAFTAR ISI. Hal. HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PENGESAHAN... ii KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI... iv DAFTAR TABEL... vii DAFTAR GAMBAR...

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Kepentingan Ruang Terbuka di dalam Kota

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

KAJIAN WATERFRONT DI SEMARANG (Studi Kasus : Sungai Banjir Kanal Barat)

BAB III METODE PENELITIAN

DESA WISATA DI KAWASAN RAWA PENING DENGAN PENEKANAN DESAIN EKOWISATA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

KARAKTERISTIK KAWASAN KOTA LAMA MANADO DENGAN PENDEKATAN TEORI HAMID SHIRVANI

Arahan Penataan Kawasan Pusat Pemerintahan Kabupaten Pangandaran The Direction of The Central Government Setup the Regency of Pangandaran

Kajian Hubungan Antar Fungsi Pada Kawasan Cihampelas Walk Bandung

Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

KARAKTER INDIS KAWASAN SAGAN LAMA YOGYAKARTA

PUSAT BATIK DI PEKALONGAN (Showroom,Penjualan,Pelatihan Desain,dan Information center)

BAB VI. A. Rumah Industri Batik 1. Kegiatan Kebutuhan Produksi Batik Cap Jelamprang (Production)

PENATAAN KORIDOR GATOT SUBROTO SINGOSAREN SURAKARTA SEBAGAI KAWASAN WISATA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latarbelakang

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

PENATAAN KORIDOR SENTRA INDUSTRI PATUNG DAN UKIR DESA MULYOHARJO JEPARA

Evaluasi Tingkat Kenyamanan Penghuni Pasca Perubahan Fungsi Taman Parang Kusumo Semarang

BAB I PENDAHULUAN Kepedulian Pemuda Terhadap Lingkungan dan Pertanian

REVITALISASI TAMAN BALEKAMBANG SEBAGAI TEMPAT REKREASI DI SURAKARTA

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB II STEP BY STEP, UNDERSTANDING THE WHOLE PICTURE

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENATAAN KORIDOR JALAN LETJEN S. PARMAN SEBAGAI KAWASAN PERDAGANGAN DI PURWOKERTO

Aspek Arsitektur Kota dalam Perancangan Pasar Tradisional

Penekanan Desain Arsitektur Ekologis

Evaluasi Purna Huni pada Ruang Terbuka Publik di

PENATAAN BUNDARAN KALIBANTENG SEBAGAI SIMPUL KOTA DENGAN KORIDOR JALAN JENDERAL SUDIRMAN SEMARANG

Ir. Drs. Budi Tjahjono, M.T. Staf Pengajar Program Studi Arsitektur - Sekolah Tinggi Teknologi Cirebon ABSTRAKSI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

DAFTAR PUSTAKA. Bappeda Yogyakarta Laporan Akhir Pekerjaan Penyusunan Revitalisasi Sungai Winongo Kota Yogyakarta.

BAB 1 PENDAHULUAN. sesuatu yang merupakan penunjang terselenggaranya suatu proses (usaha,

BAB V HASIL PENELITIAN

Konsep Perancangan Kampung Baru Nelayan Kenjeran Surabaya Berbasis Potensi Wilayah

LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR PENATAAN KORIDOR JALAN JEND. SUDIRMAN, PURWOKERTO BAB I PENDAHULUAN

LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR PENDESAIAN MALL PADA SUB KAWASAN CIBADUYUT SEBAGAI SENTRA PERDAGANGAN SEPATU

KONSEP dan TEKNIK PENYAJIAN GAMBAR PADA PROYEK ARSITEKTUR KOTA (URBAN DESIGN)

Lokasi yang direkomendasikan Peruntukan lahan Zoning plan Rencana tapak Zona skematik Arsitektur bangunan Tata pamer Program ruang MUSEUM BATIK

HOTEL BINTANG EMPAT DENGAN FASILITAS PERBELANJAAN DAN HIBURAN DIKAWASAN PANTAI MARINA SEMARANG

BAB II KAJIAN PUSTAKA

MUSEUM BATIK PEKALONGAN PENEKANAN DESAIN ARSITEKTUR NEO-VERNAKULAR

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENGATURAN PERUBAHAN FUNGSI PADA KAWASAN PERUMAHAN KONSERVASI: STUDI KASUS KAWASAN KONSERVASI CISANGKUY, BANDUNG

BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN

PEMILIHAN PEDESTRIAN WAYS DITINJAU DARI PERSEPSI PENGGUNA DI KORIDOR JALAN GUNUNG SAHARI JAKARTA PUSAT

BAB 1 Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

GALERI SENI RUPA KONTEMPORER DI KOTA SEMARANG

Transkripsi:

PENATAAN DAN PENGEMBANGAN SENTRA BATIK & TENUN DI PEKALONGAN DENGAN PENEKANAN DESAIN SUSTAINABLE SETTLEMENT Oleh : Fathulia Fahmatina, R.Siti Rukayah, Titien Woro Murtini ABSTRAK Sebagai komoditas batik, Kota Pekalongan memiliki produk unggulan dan kebanggaan tersendiri yang pada dasarnya adalah salah satu warisan budaya dunia, ini terbukti dengan sebutan Kota Pekalongan sebagai Kota Batik serta dengan adanya sebutan baru saat saat ini yaitu The World City Of Batik. Selain batik ada juga kerajinan khas Indonesia yang tidak kalah dengan corak dan motif Batik, kerajinan ini juga hampir dimiliki setiap daerah yang ada di Indonesia, yaitu Tenun Tradisional. Tenun tradisional ini dibuat dengan menggunakan tenaga manusia bukan tenaga mesin. Salah satu daerah penghasil tenun ATBM adalah Kota Pekalongan. Pemerintah Kota Pekalongan terus berusaha mengembangkan kerajinan tenun ATBM tersebut. Salah satu programnya dengan sentralisasi industri tenun ATBM. Sentra industri tenun ATBM yang dapat ditemukan di Kota Pekalongan berada di Kelurahan Medono, Kecamatan Pekalongan Barat. Puluhan tenaga kerja terserap dalam usaha tenun ini. Industri di sentra tenun ATBM Medono ini termasuk katagori industri kecil menengah. Para pengrajin yang rumahnya berada di jalan utama meciptakan sebuah showroom di rumah tinggalnya. Maka muncullah rumah - rumah produksi yang merupakan gabungan dari rumah tinggal, showroom, dan workshop (bengkel kerja). Perkembangan industri batik & tenun medono hanya memperhatikan aspek ekonomi dan kurang mempedulikan aspek lingkungan dan sosial. Ketidakseimbangan ini yang mengancam keberlanjutan kawasan sentra batik & tenun Pekalongan itu sendiri. Konsep window shopping ini diharapkan mampu mendorong sektor industri batik lebih maju dan semakin memperkenalkan proses produksi batik & tenun kepada masyarakat luas. Konsep desain di dalam penataan kawasan ini mengacu pada sustainable settlement yang diharapkan mampu menciptakan sebuah kawasan permukiman industri kecil yang secara berkelanjutan dapat memberdayakan masyarakat setempat sehingga dapat menunjang kehidupan masyarakatnya saat ini maupun di masa mendatang tanpa meninggalkan perhatian pada lingkungan. Konsep berkelanjutan merupakan salah satu konsep yang dapat menjadi pemecahan masalah antara industri, permukiman dan lingkungan yang menjadi perpaduan permasalahan yang ada di kawasan Karya Bakti. Kata Kunci : Batik, Tenun, Sentra Industri, Sustainable Settlement 1. Latar Belakang Pertumbuhan dan perkembangan industri Batik & Tenun di Kota Pekalongan menjadi salah satu karakteristik Kota Pekalongan yang sangat mendukung program pengembangan wisata belanja di Kota Pekalongan. Upaya penataan dan pengembangan wisata belanja ini salah satunya adalah dengan mengembangkan kawasan yang pada dasarnya merupakan sentra Batik & Tenun di Kota Pekalongan. Sentra Batik dan Tenun di Pekalongan ini belum memiliki sarana dan fasilitas bersama. Showroom dan penjualan hanya ada pada tiap-tiap rumah yang berada di tepi jalan utama saja, serta belum adanya lahan parkir kawasan yang memadai pada sentra Batik dan Tenun tersebut. Diperlukan pula wadah berupa ruang yang menjadi sarana komunikasi dan pengembangan bagi para pengrajin dan pengusaha Batik dan Tenun di Pekalongan. Untuk menyelesaikan masalah tersebut, salah satu solusinya adalah dengan menata ulang serta mengembangkan kawasan sentra Batik dan Tenun Pekalongan. Penataan dan Pengembangan Sentra Batik dan Tenun Pekalongan ini mengangkat konsep paket wisata berupa sentra dengan fasilitas bersama atau kolektif yang mengangkat fungsi promosi dan informasi, perdagangan, pelatihan dan pendidikan serta komunikasi dan pengembangan bagi para pengrajin di kawasan tersebut. Fasilitas bersama atau kolektif ini terintegrasi dengan kawsan dengan pengrajin-pengrajin setempat yang I M A J I - V o l. 3 N o. 4 O k t o b e r 2 0 1 4 721

dilengkapi sarana umum perdagangan di Kota Pekalongan. Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa perlu adanya sebuah Perencanaan dan Perancangan Sentra Batik dan Tenun ATBM di Pekalongan yang merupakan penataan dan pengembangan kawasan sentra industri Batik dan Tenun ATBM di Pekalongan, yaitu dengan Konsep desain di dalam penataan dan pengembangan kawasan ini mengacu pada sustainable settlement yang diharapkan mampu menciptakan sebuah sentra Batik & Tenun secara berkelanjutan dapat memberdayakan masyarakat setempat sehingga dapat menunjang kehidupan masyarakatnya di masa sekarang maupun di masa yang akan datang tanpa meninggalkan perhatian pada lingkungannya. ekonomi, pembangunan sosial dan perlindungan lingkungan. 3. Lokasi Gambar 2. Foto Tapak Sumber : Google Earth 2. Latar Belakang Holden (dalam Budiharjo 1992) menyebutkan persyaratan minimum pembangunan berkelanjutan berupa terpeliharanya total natural capital stock pada tingkat yang sama atau bahkan lebih tinggi dibanding keadaan sekarang. Dalam perkembangan konsep selanjutnya, konsep pembangunan berkelanjutan diartikan sebagai suatu interaksi antara tiga sistem yaitu, sistem biologis/sumber daya, sistem ekonomi, dan sistem sosial. Gambar 1 Tiga pilar utama dalam pembangunan berkelanjutan Sumber : Digambar ulang dari Wunas, 2011 Pembangunan berkelanjutan tidak saja berkonsentrasi pada isu-isu lingkungan. Lebih luas daripada itu, pembangunan berkelanjutan mencakup tiga lingkup kebijakan: pembangunan 722 I M A J I - V o l. 3 N o. 4 O k t o b e r 2 0 1 4

4. Konsep Urban design merupakan bagian dalam proses perencaaan yang berkaitan dengan kualitas fisik lingkungan (Shirvani, 1985). Dalam mengidentifikasi elemenelemen urban design dapat diakukan dengan mengidentifikasi elemen-elemen pokok dari urban design itu sendiri. Berikut ini akan dikaji mengenai elemenelemen urban design yang dikemukakan oleh Shirvani (1985). a. Tata guna lahan (Land Use) b. Bentuk dan massa bangunan c. Sirkulasi dan Parkir (Circulation and Parking) d. Ruang terbuka (Open space) e. Jalur Pedestrian f. Pendukungaktivitas (Activity Support) g. Penanda ( Signage) h. Preservasi. I M A J I - V o l. 3 N o. 4 O k t o b e r 2 0 1 4 723

R. Pengelola 10 orang 1 meja, 1 kursi dan 1 file cabinet kecil 50 m 2 1 file cabinet besar Ruang Pelatihan 30 orang Nenun - 1 set tenun terdiri dari 4 unit (1 alat malet = 3, 125 m 2 ) 109 m 2 (1 alat nucuk = 3,375 m 2 ) (1 alat gelok = 30 m 2 ) (1 alat nenun = 5,625m 2 ) Hall 50 orang 32 m 2 Toilet 2 unit 5 m 2 TOTAL BESARAN RUANG Sumber : Analisa, 2014 201 m2 - Balai Pelatihan Batik Balai pelatihan ini memberikan fasilitas educasi kepada pengunjung yang datang ke Sentra Batik & Tenun ATBM. Kebutuhan Ruang Pelatihan Batik Jenis Ruang Kapasitas Luas (m 2 ) Area Cap 5 orang 41 m 2 Area sablon 5 orang 134 m 2 Area batik tulis 8 orang 14 m 2 Area Celup 10 orang 30 m 2 Area nglorod 8 orang 16 m 2 Area cuci 5 orang 75 m 2 Area Jemur 150 m 2 TOTAL BESRAN RUANG 360 m 2 Sumber : Analisa, 2014 - Balai Pelatihan Tenun ATBM Tabel 4. 30 Pendekatan Program Ruang Balai Pelatihan Tenun Jenis Ruang Kapasitas R. Kepala 1 orang 1 meja, 1 kursi dan 1 file cabinet kecil 5 m 2 Luas (m²) 724 I M A J I - V o l. 3 N o. 4 O k t o b e r 2 0 1 4

5. Daftar Pustaka Adisasmita, Raharja. 2008. Pembangunan Wilayah Konsep dan Teori. Yogyakarta : Graha Ilmu. Adisasmita, Raharja. 2010. Pembangunan Kawasan dan Tata Ruang. Yogyakarta : Graha Ilmu. Budiharjo, Eko & Djoko Sujarto. 2009. Kota Berkelanjutan (sustainable city). Bandung : Penerbit ALUMNI. Budiharjo, Eko (Ed.). 1997. Arsitektur Pembangunan dan Konservasi. Penerbit Djambatan: Jakarta. Ja Darmawan, Edy. 2009. Ruang Publik dalam Arsitektur Kota, Semarang :Badan Penerbit UNDIP. Doxiadis. 1971. Ecology and Ekistics. Ekistics Elex : California Mulyandari, Hestin. 2011. Pengantar Perancangan Kota. Kota Yogyakarta : Penerbit Andi. Shirvani, Hamid. 1985. 1 The Urban Design Process. New York. Van Nostrand Reinhold Company. Wunas, Shirly. 2011.Kota 2011. Humanis. Surabaya: Brilian Internasional. I M A J I - V o l. 3 N o. 4 O k t o b e r 2 0 1 4 725

726 I M A J I - V o l. 3 N o. 4 O k t o b e r 2 0 1 4