II. METODOLOGI 2.1 Prosedur Pelaksanaan Penentuan Betina dan Jantan Identifikasi Kematangan Gonad

dokumen-dokumen yang mirip
III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Induk 3.3 Metode Penelitian

II. METODOLOGI. a) b) Gambar 1 a) Ikan nilem hijau ; b) ikan nilem were.

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Teknik Pemijahan ikan lele sangkuriang dilakukan yaitu dengan memelihara induk

V. GAMBARAN UMUM 5.1. Sejarah Perusahaan 5.2. Struktur Organisasi

III. BAHAN DAN METODE

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN


Penelitian ini dilakukan di laboratorium Balai Benih Ikan Fakultas Perikanan dan Ilmu

BAHAN DAN METODE. Tabel 1. Subset penelitian faktorial induksi rematurasi ikan patin

Panduan Singkat Teknik Pembenihan Ikan Patin (Pangasius hypophthalmus) Disusun oleh: ADE SUNARMA

BAB III BAHAN DAN METODE. 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di PT. Peta Akuarium, Bandung pada bulan April hingga Mei 2013.

PETUNJUK PRAKTIKUM TEKNOLOGI PEMBENIHAN IKAN TEKNOLOGI PEMIJAHAN IKAN DENGAN CARA BUATAN (INDUCE BREEDING)

UPAYA PEMIJAHAN IKAN BELUT SAWAH (Monopterus albus) AHMAD FATTAYA

3. METODE PENELITIAN

Produksi benih ikan patin jambal (Pangasius djambal) kelas benih sebar

BAHAN DAN METODE. Percobaan 1. Pengaruh pemberian bahan aromatase inhibitor pada tiga genotipe ikan nila sampai tahap pendederan.

METODE PENELITIAN. Gambar 2. Peta lokasi penangkapan ikan kembung perempuan (R. brachysoma)

3. METODE PENELITIAN. Gambar 3. Peta daerah penangkapan ikan kuniran di perairan Selat Sunda Sumber: Peta Hidro Oseanografi (2004)

KHAIRUL MUKMIN LUBIS IK 13

3.3. Pr 3.3. P os r ed e u d r u r Pe P n e e n l e iltiitan

3 METODOLOGI PENELITIAN

3 METODE PENELITIAN. Waktu dan Lokasi Penelitian

BAHAN DAN METODE. 3.1 Waktu dan tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Agustus 2009 di Balai Budidaya Air Tawar (BBAT) Jambi.

statistik menggunakan T-test (α=5%), baik pada perlakuan taurin dan tanpa diberi Hubungan kematangan gonad jantan tanpa perlakuan berdasarkan indeks

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN

AQUACULTURE POND BOTTOM SOIL QUALITY MANAGEMENT

PEMBENIHAN KAKAP PUTIH (Lates Calcarifer)

5. PARAMETER-PARAMETER REPRODUKSI

3. METODE PENELITIAN

II. BAHAN DAN METODE 2.1 Prosedur Persiapan Wadah Persiapan dan Pemeliharaan Induk Peracikan dan Pemberian Pakan

Pematangan Gonad di kolam tanah

LINGKUNGAN BISNIS KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS

VII. ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

3 METODE PENELITIAN. Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian

3. METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. larva. Kolam pemijahan yang digunakan yaitu terbuat dari tembok sehingga

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan

III. BAHAN DAN METODE

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli 2011 sampai September 2011 bertempat

STMIK AMIKOM YOGYAKARTA

LINGKUNGAN BISNIS PELUANG BISNIS BUDIDAYA IKAN MAS : IMADUDIN ATHIF N.I.M :

TEKNIK PRODUKSI INDUK BETINA IKAN NILA. T. Yuniarti, Sofi Hanif, Teguh Prayoga, Suroso

Deskripsi. METODA PRODUKSI MASSAL BENIH IKAN HIAS MANDARIN (Synchiropus splendidus)

BAB III BAHAN DAN METODE

METODE Bahan Lokasi dan Waktu Penelitian Prosedur Penelitian Rancangan penelitian Persiapan wadah

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Biologi Molekuler Jurusan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dan Pengembangan Budidaya Ikan Hias, Depok Jawa Barat.

III. METODOLOGI. Bawang, Provinsi Lampung selama 6 bulan dimulai dari bulan April 2013 hingga

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi induk ikan patin siam (Pangasius hyphthalmus) kelas induk pokok (Parent Stock)

METODE PENELITIAN. Budidaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

II. BAHAN DAN METODE 2.1Prosedur Persiapan Wadah Persiapan dan Pemeliharaan Induk Pencampuran dan Pemberian Pakan

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi induk ikan lele dumbo (Clarias gariepinus x C.fuscus) kelas induk pokok (Parent Stock)

III. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN

BUDIDAYA LELE DENGAN SISTEM BIOFLOK. drh. Adil Harahap dokadil.wordpress.com

METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan selama 4 bulan dimulai dari bulan Oktober 2013

KARYA ILMIAH KULIAH LINGKUNGAN BISNIS

STMIK AMIKOM YOGYAKARTA

KARYA ILMIAH MERAIH SUKSES DENGAN BISNIS BUDIDAYA IKAN LELE

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi Benih Kodok Lembu (Rana catesbeiana Shaw) kelas benih sebar

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi benih ikan patin siam (Pangasius hyphthalmus) kelas benih sebar

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Derajat Pemijahan Fekunditas Pemijahan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai Juni 2012 di Laboratorium

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 7 Maret 19 April 2016, bertempat

BAB III BAHAN DAN METODE

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi ikan lele sangkuriang (Clarias gariepinus var) menurut Kordi, (2010) adalah. Subordo : Siluroidae

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi benih ikan lele dumbo (Clarias gariepinus x C.fuscus) kelas benih sebar

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi benih ikan gurame (Osphronemus goramy, Lac) kelas benih sebar

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi Induk Ikan Mas (Cyprinus carpio Linneaus) strain Majalaya kelas induk pokok (Parent Stock)

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada bulan April sampai dengan Desember 2013 di Sungai

Pembenihan Jambal Siam (Pangasius sutchi )

ASPEK REPRODUKSI IKAN LELAN (Osteochilus vittatus C.V) Di SUNGAI TALANG KECAMATAN LUBUK BASUNG KABUPATEN AGAM

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi Benih Ikan Mas (Cyprinus carpio Linneaus) strain Sinyonya kelas benih sebar

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi Induk Ikan Mas (Cyprinus carpio Linneaus) strain Sinyonya kelas induk pokok (Parent Stock)

METODE. Waktu dan Tempat Penelitian

V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

PEMIJAHAN LELE SEMI INTENSIF

BAB III MATERI DAN METODE. Persentase Hidup dan Abnormalitas Spermatozoa Entok (Cairina moschata), telah

3. METODE PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1. Ikan nila merah Oreochromis sp.

Budidaya Nila Merah. Written by admin Tuesday, 08 March :22

LOMBA KOMPETENSI SISWA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN TINGKAT NASIONAL XXIII 2015 SERPONG INFORMATION SHEET BIDANG LOMBA FISHERY

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

METODE PENELITIAN. : Nilai pengamatan perlakuan ke-i, ulangan ke-j : Rata-rata umum : Pengaruh perlakuan ke-i. τ i

TEKNIK PEMBESARAN BELUT SAWAH (Monopterzs albus) PADA SKALA BUDIDAYA KOLAM TERPAL SEMI ALAMI

VI. ANALISIS ASPEK-ASPEK NON FINANSIAL

bio.unsoed.ac.id III. METODE PENELITIAN A. Materi 1. Materi Penelitian

METODOLOGI PENELITIAN

bio.unsoed.ac.id III. METODE PENELITIAN A. Materi, Lokasi, dan Waktu Penelitian 1. Materi Penelitian

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi Benih Ikan Mas (Cyprinus carpio Linneaus) strain Majalaya kelas benih sebar

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga. Pendahuluan

II. BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE

Transkripsi:

II. METODOLOGI 2.1 Prosedur Pelaksanaan Ikan uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah belut sawah (Monopterus albus) yang diperoleh dari pengumpul ikan di wilayah Dramaga. Kegiatan penelitian terdiri atas penentuan betina dan jantan, identifikasi kematangan gonad, upaya pemijahan secara alami, dan upaya pemijahan dengan perangsangan hormon. Data yang didapat dalam penelitian ini dibahas secara deskriptif. 2.1.1 Penentuan Betina dan Jantan Penentuan betina dan jantan menggunakan 60 ekor belut dengan 4 rentang ukuran panjang yang berbeda. Ukuran panjang 20,5-30 cm, 30,5-40 cm, 40,5-50 cm, dan 50,5-60 cm yang masing-masing berjumlah 15 ekor untuk dibedah serta dilihat perbedaan jenis kelamin betina atau jantan secara makroskopis dan mikroskopis (metode asetokarmin). Setiap individu belut dengan rentang ukuran berbeda diambil dan dibius menggunakan es batu sebanyak 2 kg di dalam styrofoam selama 5 menit. Setelah terbius, belut diberi penanda pada bagian tubuhnya dan didokumentasikan. Setiap individu belut ditimbang bobot dan diukur lingkar perutnya lalu belut tersebut dibedah dan diamati gonadnya secara makroskopis. Selanjutnya gonad tersebut diambil dan ditaruh di atas slide glass, dicacah sampai halus, ditetesi larutan asetokarmin kemudian dilihat di bawah mikroskop. Tahapan metode asetokarmin dapat dilihat pada Lampiran 1. 2.1.2 Identifikasi Kematangan Gonad Belut diidentifikasi kematangan gonadnya untuk mengetahui belut yang siap memijah atau matang gonad saat melakukan pemilihan induk yang digunakan dalam upaya pemijahan alami maupun dengan perangsangan hormon. Setiap belut yang sudah diketahui jenis kelaminnya baik betina atau jantan diklasifikasikan berdasarkan tingkat kematangan gonad ovari atau testisnya. Individu belut pada tingkat kematangan gonad IV untuk jantan dan betina diamati ciri-ciri morfologinya terutama pada bagian ekor, perut, dan kelamin (genital/urogenital). Penentuan tingkat kematangan gonad belut betina dan jantan didasarkan pada Tabel 1 berikut ini. 3

Tabel 1 Ciri-ciri tingkat kematangan gonad belut betina dan ikan jantan secara umum. TKG Belut betina * Ikan jantan secara umum ** I II III IV V Butiran telur tidak dapat dilihat secara visual, proporsi telur lebih besar daripada proporsi jantan. Secara visual telur sudah terlihat. Telur yang terlihat berukuran sangat kecil, proporsi telur sekitar 80-90 % dari isi gonad. Telur terlihat sangat jelas, butiranbutiran telur berukuran besar, antara butiran telur masih rekat sehingga sukar dipisahkan. Proporsi telur sekitar 95% dari isi gonad. Telur terlihat sangat jelas, butiranbutiran telur berukuran besar, antara butiran telur sulit terpisah. Gonad hampir seluruhnya berisi telur dengan proporsi sperma sangat sedikit. Testis seperti benang lebih pendek dan terlihat ujungnya di rongga tubuh, serta berwarna jernih. Ukuran testis lebih besar, pewarnaan putih seperti susu, bentuk lebih jelas dari tingkat I. Permukaan testis tampak bergerigi, warna makin putih, testis makin besar, dalam keadaan diawetkan mudah putus. Seperti pada tingkat III tetapi lebih jelas, testis pejal. - Testis bagian belakang kempis, dan di bagian belakang pelepasan masih berisi. keterangan: * Bahri (2000), ** Effendie dan Sjafei (1977) dalam Bahri (2000) 2.1.3 Upaya Pemijahan Alami Upaya pemijahan alami menggunakan 4 buah bak yang terbuat dari terpal dan bambu. Air yang digunakan adalah air sungai yang telah ditampung pada bak semen berukuran 1 x 1 x 0,5 m, selanjutnya air disalurkan menggunakan pipa ke bak 1 dan bak ke 2 sejauh 20 m, dan disalurkan pula ke bak ke 3 dan ke 4 melalui bak penampungan air (Gambar 1). Bak 1 (2,7 x 2,7 x 0,8 m) 20 m 10 m Bak 2 (2,7 x 2,7 x 0,8 m) Bak 4 Bak (2,5 x 2,5 x 0,8 m) penampungan air (3 x 1,5 x 0,5 m) Bak 3 (2,5 x 2,5 x 0,8 m) keterangan: inlet outlet Gambar 1 Tata letak bak pemijahan alami belut. 4

Seluruh bak diisi dengan lumpur setinggi 30 cm dari dasar bak dan dibuatkan pematang dengan menambahkan lumpur setinggi 20 cm dari permukaan lumpur. Kemudian bak diisi air setinggi 5 cm dari permukaan lumpur, diganti setelah 24 jam lalu diisi kembali dan didiamkan selama 1 minggu (Gambar 2). 5 cm 20 cm keterangan: inlet Lumpur 30 cm outlet pematang Gambar 2 Penampang melintang bak pemijahan alami belut. Pada setiap bak pemijahan ditebar induk belut jantan dan betina yang matang gonad dengan rasio berbeda, yaitu 1:2, 1:3, 1:4, dan 1:5 dengan kepadatan rata-rata 3 ekor/m 2. Pakan yang diberikan selama pemeliharaan berupa pakan hidup ikan seribu (Lebistes sp.) secara ad libitum. Kisaran panjang belut matang gonad yang ditebar pada bak untuk induk betina memiliki kisaran panjang 27-39 cm sedangkan induk jantan >50 cm. Pengecekan suhu, ph air, dan pengamatan permukaan air pada bak pemijahan untuk mengganti belut yang mati dilakukan setiap hari selama pemeliharaan. Selain itu, pengamatan lubang pada pematang untuk mengetahui adanya busa sebagai ciri-ciri belut memijah dilakukan pula setiap harinya. Kondisi bak pemijahan alami belut dapat dilihat pada Tabel 2 dan Gambar 3 di bawah ini. Tabel 2 Kondisi bak pemijahan alami belut. Parameter Bak 1 4 3 2 Jumlah belut yang ditebar (ekor) 24 20 20 24 Kisaran ukuran panjang induk belut betina (cm) 29-37 27-39 29-38 28-37 Kisaran ukuran panjang induk belut jantan (cm) 51-60 51-59 53-59 52-57 Rasio jantan:betina 1:2 1:3 1:4 1:5 Ukuran bak (m) 2,7 x 2,7 x 0,8 2,5 x 2,5 x 0,8 2,5 x 2,5 x 0,8 2,7 x 2,7 x 0,8 Pengisian lumpur dalam bak (m) 2,7 x 2,7 x 0,3 2,7 x 2,7 x 0,3 2,7 x 2,7 x 0,3 2,7 x 2,7 x 0,3 Kepadatan (ekor/m 2 ) 3 3 3 3 5

Bak 1 Bak 2 Bak 3 Bak 4 Gambar 3 Kondisi bak pemijahan alami belut. Pematang dibongkar secara perlahan setelah pemeliharaan 1,5 bulan untuk memeriksa dan mengamati kemungkinan adanya sarang yang dibuat belut untuk menyimpan telur serta mengamati bentuk lubang yang dibuat oleh belut. Seluruh bak dipanen setelah 2 bulan pemeliharaan untuk pengecekan ada atau tidaknya benih belut hasil pemijahan. Induk betina dan jantan yang didapat dihitung jumlahnya lalu benih yang didapatkan diukur panjang, bobot, dan lingkar perutnya serta dihitung jumlahnya, selanjutnya seluruh belut dipindahkan ke akuarium. 2.1.4 Upaya Pemijahan dengan Perangsangan Hormon Pemijahan dengan perangsangan hormon dilakukan dengan menggunakan 4 ekor induk betina yang matang gonad di antara induk-induk yang telah digunakan pada pemijahan alami. Akuarium yang digunakan sebanyak 4 buah dengan ukuran 40 x 20 x 30 cm yang sebelumnya telah diberi aerasi dan diisi lumpur setinggi 15 cm serta diisi air setinggi 5 cm. Belut kemudian dibius menggunakan minyak cengkeh sebanyak 1 ppt selama 10 menit dalam wadah akuarium berukuran 30 x 20 x 30 cm. Selanjutnya masing-masing belut ditimbang bobotnya untuk menentukan dosis ovaprim yang diperlukan. Dosis ovaprim yang digunakan adalah 0,5 ml/kg dan 0,7 ml/kg bobot induk sebanyak 2 kali ulangan. Setiap belut disuntik menggunakan ovaprim yang telah diencerkan menggunakan 6

akuabides dengan perbandingan 1:2. Kemudian belut disuntik satu persatu pada bagian intramuscular dan ditempatkan pada akuarium yang berbeda. Pengamatan keberhasilan ovulasi, penimbangan bobot belut serta percobaan stripping dilakukan pada jam ke 8, 16, 20, dan 24 setelah penyuntikan. Selain itu, dilakukan pula pengukuran suhu air pada jam tersebut. 2.2 Parameter Pengamatan Parameter yang diamati pada penelitian ini yaitu jenis kelamin, tingkat kematangan gonad (TKG), keberhasilan pemijahan, dan keberhasilan ovulasi. 7