BAB I PENDAHULUAN. terus berkembang bukan hanya dalam hal kuantitas, namun juga terkait kualitas

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Cekungan Air Tanah Magelang Temanggung meliputi beberapa wilayah

BAB I PENDAHULUAN. Temanggung bagian timur. Cekungan airtanah ini berada di Kabupaten Magelang

KIMIA AIR TANAH DI CEKUNGAN AIR TANAH MAGELANG-TEMANGGUNG BAGIAN BARAT, KABUPATEN TEMANGGUNG DAN MAGELANG, PROVINSI JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan kimia airtanah dipengaruhi oleh faktor geologi dan faktor antropogen.

DAFTAR ISI. BAB II. GEOLOGI REGIONAL...12 II.1. Geomorfologi Regional...12 II.2. Geologi Regional...13 II.3. Hidrogeologi Regional...16.

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Gunungkidul, Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Kecamatan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Kondisi hidrogeologi daerah penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. Desa Tinapan, Kecamatan Todanan, Kabupaten Blora, Provinsi Jawa

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. HALAMAN PENGESAHAN... ii. KATA PENGANTAR... iii. HALAMAN PERNYATAAN... v. DAFTAR ISI... vi. DAFTAR GAMBAR...

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya airtanah terbentuk akibat adanya proses siklus hidrologi

BAB I PENDAHULUAN. yang terletak pada bagian utara gawir Pegunungan Selatan (lihat Gambar 1.1).

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas subduksi antara lempeng Indo-Australia dengan bagian selatan dari

BAB I PENDAHULUAN. dengan metode peninjauan U-Pb SHRIMP. Smyth dkk., (2005) menyatakan dari

lajur Pegunungan Selatan Jawa yang berpotensi sebagai tempat pembentukan bahan galian mineral logam. Secara umum daerah Pegunungan Selatan ini

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang

POTENSI AIR TANAH DANGKAL DAERAH KECAMATAN NGEMPLAK DAN SEKITARNYA, KABUPATEN SLEMAN, D.I. YOGYAKARTA

BAB 3 GEOLOGI SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. Zona Bogor (Van Bemmelen, 1949). Zona Bogor sendiri merupakan antiklinorium

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Judul Penelitian. I.2. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB IV SISTEM PANAS BUMI DAN GEOKIMIA AIR

Week 4. Struktur Geologi dalam Hidrogeologi. (Geological structure in hydrogeology)

BAB I PENDAHULUAN. Bayat merupakan salah satu daerah yang menarik sebagai obyek penelitian

BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian mengenai geokimia air tanah adalah salah satu jenis penelitian

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Air merupakan sumberdaya alam yang terbarukan dan memiliki peranan

BAB I PENDAHULUAN. Pulau Jawa merupakan daerah penghasil sumber daya tambang dengan

DAFTAR ISI. Halaman HALAMAN JUDUL...i. HALAMAN PENGESAHAN...ii. HALAMAN PERSEMBAHAN...iii. UCAPAN TERIMAKASIH...iv. KATA PENGANTAR...vi. SARI...

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. modern ini, baik untuk kebutuhan sehari-hari yang bersifat individu maupun

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB V PEMBAHASAN. mana tinggi rendahnya konsentrasi TDS dalam air akan mempengaruhi besar

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 2 Tatanan Geologi Regional

PENENTUAN ZONA KONSERVASI CEKUNGAN AIR TANAH WATES, KABUPATEN KULON PROGO, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan terhadap barang ini pun kian meningkat seiring bertambahnya jumlah

BAB II GEOLOGI REGIONAL

Tanggapan Laporan Masyarakat Kepulan Asap dari dalam Tanah di Gedangsari GunungKidul

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-8 Academia-Industry Linkage OKTOBER 2015; GRHA SABHA PRAMANA

KONTROL STRUKTUR GEOLOGI TERHADAP SEBARAN ENDAPAN KIPAS BAWAH LAUT DI DAERAH GOMBONG, KEBUMEN, JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum kondisi geologi menyimpan potensi kebencanaan yang dapat

BAB III TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB 2 GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. dan sejarahnya (termasuk perkembangan kehidupan), serta proses-proses yang telah

BAB III STRATIGRAFI 3. 1 Stratigrafi Regional Pegunungan Selatan

BAB I PENDAHULUAN. alam yang bersifat timbal balik (Dwiputra, 2011). Timbal balik atau saling

PEMETAAN POTENSI AIRTANAH DI DAS JUWET KABUPATEN GUNUNGKIDUL

POTENSI AKUIFER DAERAH DESA WATUBONANG KECAMATAN TAWANGSARI KABUPATEN SUKOHARJO PROPINSI JAWA TENGAH BERDASARKAN DATA GEOLISTRIK

BAB IV ANALISIS STRUKTUR GEOLOGI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II TATANAN GEOLOGI REGIONAL

POTENSI AIRTANAH DI CEKUNGAN AIRTANAH (CAT) PALU BERDASARKAN SATUAN HIDROMORFOLOGI DAN HIDROGEOLOGI. Zeffitni *)

BAB II GEOLOGI REGIONAL

KONTRUKSI SUMUR BOR AIRTANAH DALAM PADA SUMUR X DESA NYEMOK, KECAMATAN BRINGIN, KABUPATEN SEMARANG, PROVINSI JAWA TENGAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB 3 PENGOLAHAN DAN INTERPRETASI DATA

1 BAB I PENDAHULUAN. lainnya tidak selalu sama. Bentukan khas pada bentang alam ini disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. Disebutkan oleh Surono, dkk (1992), penyusun Formasi Wonosari-Punung berupa

PROSPEKSI ENDAPAN BATUBARA DI DAERAH KELUMPANG DAN SEKITARNYA KABUPATEN MAMUJU, PROPINSI SULAWESI SELATAN

BAB II Geomorfologi. 1. Zona Dataran Pantai Jakarta,

BAB I PENDAHULUAN I.1.

BAB II TATANAN GEOLOGI DAN HIDROGEOLOGI REGIONAL

Studi Hidrogeologi dan Identifikasi Intrusi Air asin pada Airtanah di Daerah Samas, Kabupaten Bantul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

BAB II GEOLOGI REGIONAL

KERANGKA ACUAN KERJA ( TERM OF REFERENCE TOR )

Potensi Panas Bumi Berdasarkan Metoda Geokimia Dan Geofisika Daerah Danau Ranau, Lampung Sumatera Selatan BAB I PENDAHULUAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Wilayah Administratif Kabupaten Tanggamus

PENYELIDIKAN HIDROGEOLOGI CEKUNGAN AIRTANAH BALIKPAPAN, KALIMANTAN TIMUR

JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: Vol. 6 No. 1 Agustus 2013

APLIKASI GEOLISTRIK UNTUK MENENTUKAN POTENSI AKUIFER AIR TANAH: STUDI KASUS DI KECAMATAN MASARAN, KEDAWUNG DAN SIDOHARJO, KABUPATEN SRAGEN

BAB 2 GEOLOGI REGIONAL

BAB I PENDAHULUAN. pengendalian banjir, air baku 300 liter/ detik dan energi listrik 535 KWH (Wicaksono,

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang I.2. Perumusan Masalah

Gambar 2. Lokasi Penelitian Bekas TPA Pasir Impun Secara Administratif (

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. dan perekonomian. Data Kementerian ESDM (2014) menyatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. bertipe komposit strato (Schmincke, 2004; Sigurdsson, 2000; Wilson, 1989).

BAB 4 PENGOLAHAN DAN INTERPRETASI DATA GEOFISIKA

KELOMPOK

KAJIAN KUALITAS AIRTANAH BERDASARKAN BENTUKLAHAN DI KABUPATEN CILACAP, JAWA TENGAH. Dwi Nila Wahyuningsih

BAB II GEOLOGI REGIONAL

HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERSEMBAHAN

BAB I PENDAHULUAN. besar yang dibangun di atas suatu tempat yang luasnya terbatas dengan tujuan

SURVEI PENDAHULUAN PANAS BUMI GEOLOGI DAN GEOKIMIA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada gambar di bawah ini ditunjukkan lokasi dari Struktur DNF yang ditandai

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB 2 TATANAN GEOLOGI

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Desa Pendoworejo berada pada ketinggian 100 hingga 475 mdpl. Pada peta

, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-10

BAB IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN. Secara Geografis Kota Depok terletak di antara Lintang

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang

GEOLOGI DAERAH KLABANG

Transkripsi:

PENDAHULUAN 1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penelitian Air merupakan kebutuhan utama setiap makhluk hidup, terutama air tanah. Kebutuhan manusia yang besar terhadap air tanah mendorong penelitian yang terus berkembang bukan hanya dalam hal kuantitas, namun juga terkait kualitas air tanah tersebut. Penelitian terhadap air tanah berkaitan erat dengan keadaan hidrogeologi yang terdiri dari tiga elemen utama yaitu geologi, fisika, dan kimia air tanah (Suharyadi, 1984). Elemen geologi dan fisika erat kaitannya dengan kuantitas air tanah yang berhubungan dengan keberadaan air tanah, dimensi, dan geometri akuifer air tanah, serta pola aliran atau persebaran air tanah. Sedangkan elemen kimia berkaitan dengan unsur-unsur kimia yang terkandung di dalam air tanah yang akan menentukan kualitas air tanah. Analisis geokimia air tanah menjadi sangat penting karena dapat menentukan ketersediaan air bersih, mengidentifikasi adanya pencemaran, serta mengenali adanya anomali yang sebabkan oleh kondisi geologi tertentu. Penelitian geokimia air tanah di wilayah Bayat, kabupaten Klaten, provinsi Jawa Tengah ini dilakukan karena pada penelitian sebelumnya pada kegiatan Field Camp on Engineering Geology & Hydrogeology daerah Bayat (RWTH Aachen Jerman UGM, dan Undip, Agustus 2015) diperoleh suatu data yang menunjukkan adanya anomali karakteristik kimia air tanah, yaitu berupa besarnya nilai konduktivitas elektrik (DHL) dan besarnya nilai konsentrasi Cl - pada beberapa sampel sumur air tanah yang ditemukan secara setempat-setempat. Dalam hal ini, pada beberapa sampel air sumur yang diteliti terdapat anomali

PENDAHULUAN 2 berupa adanya air yang terasa asin dan air yang keruh. Secara geologi, wilayah penelitian sebagian besar merupakan endapan kuarter vulkanik Gunung Merapi dan endapan aluvium, yang umumnya air tanah yang dikontrol oleh batuan vulkanik mempunyai kualitas yang baik (Suharyadi, 1984). Namun pada lokasi penelitian juga terdapat batuan dari formasi yang lebih tua yaitu Formasi Kebo- Butak yang tersusun dari litologi batupasir, batulanau, dan batulempung, dan sedimen silisiklastik yang tersingkap dipermukaan, serta formasi Semilir yang tersusun oleh batupasir tufan dan sedimen vulkaniklastik (Surono dkk, 1992). Selain itu, diperoleh informasi beberapa sumur yang berubah menjadi asin setelah gempa 26 Mei 2006. Pada air tanah, nilai konsentrasi Cl - yang tinggi ditemukan pada mata air panas pada sistem geothermal dan air formasi (Nicholson, 1993), pada intrusi air laut (Klassen et al, 2014), serta pada air tanah purba (Kelly et al, 2012), dan akibat proses antropogenik (Mashburn et al, 2003). Air tanah dengan konsentrasi Cl - yang tinggi dapat muncul ke permukaan akibat upflow dan outflow pada sistem hidrotermal yang dicirikan dengan suhu air yang cukup tinggi, upwelling dari air tanah pada batuan dasar akibat adanya sesar, maupun akibat proses pemboran (Nicholson, 1993). Maka dari itu, penelitian geokimia air tanah pada daerah tersebut dilakukan untuk menganalisis dan mengidentifikasi lebih lanjut mengenai kemunculan anomali geokimia air tanah, sehingga diharapkan dapat terpetakan persebaran anomali geokimia air tanah, dan diperoleh interpretasi geologi yang mencerminkan sistem hidrologi yang berkembang di daerah penelitian, sehingga dapat diketahui faktor penyebab kemunculan anomali geokimia air tanah.

PENDAHULUAN 3 Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan pemahaman yang lebih jelas mengenai sistem hidrogeologi dan kondisi air tanah di daerah penelitian dari adanya anomali yang ditemukan. I.2. Rumusan Masalah Penelitian Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah dijelaskan, maka dibuatlah beberapa rumusan masalah yang akan digunakan sebagai pedoman penelitian, antara lain: 1. Bagaimana kondisi geologi dan hidrogeologi daerah penelitian? 2. Bagaimana karakteristik geokimia air tanah daerah penelitian? 3. Apa faktor yang menyebabkan kemunculan anomali geokimia air tanah tersebut? 4. Bagaimana hubungan geokimia air tanah tersebut dengan kondisi geologi daerah penelitian? I.3. Maksud dan Tujuan Penelitian Maksud dari penelitian ini adalah untuk melakukan studi geologi, hidrogeologi, dan geokimia air tanah, serta menganalisis kemungkinan adannya kontrol geologi terhadap keberadaan air tanah pada daerah penelitian. Sedangkan tujuan dari penelitian ini antara lain untuk: 1. Mengetahui kondisi geologi dan hidrogeologi daerah penelitian. 2. Mengetahui tipe kimia air tanah, serta karakteristik fisik dan kimia air tanah daerah penelitian. 3. Menentukan pola persebaran anomali geokimia air tanah pada daerah penelitian.

PENDAHULUAN 4 4. Menghubungkan penemuan anomali geokimia air tanah dengan kondisi geologi daerah penelitian. I.4. Ruang Lingkup Penelitian I.4.1 Lokasi, Luas, dan Kesampaian Daerah Penelitian Wilayah penelitian difokuskan pada daerah Bayat meliputi desa Brangkal, Melikan, Kadilanggon, Pacing, Bogem, Paseban, Nengahan, Beluk, Krikilan, Kebon, Banyuripan, Jarum, Tancep, Jambakan, Dukuh, Tegalrejo, kecamatan Bayat, kabupaten Klaten, dan desa Ngerangan dan Tegalrejo, kabupaten Gunung Kidul, provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (Gambar 1.1). Daerah ini berada di bagian selatan kabupaten Klaten, berbatasan dengan kabupaten Gunung Kidul, provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta di sebelah selatan, dan berbatasan dengan kabupaten Wonogiri di sebelah timur. Wilayah penelitian memiliki luasan kurang lebih 6 km x 3,5 km. Wilayah penelitian dapat dicapai dengan kendaraan bermotor kurang lebih 20 km kearah selatan dari pusat kota Klaten, atau sekitar 40 km dari kampus Universitas Gadjah Mada.

PENDAHULUAN 5 Gambar 1.1. Peta lokasi penelitian

PENDAHULUAN 6 I.4.2. Ruang Lingkup Kegiatan Penelitian Pada penelitian ini Penulis membatasi pada analisis hidrogeologi dan geokimia air tanah, untuk menentukan persebaran anomali kimia air tanah, dan memprediksi kemungkinan adanya faktor geologi yang mengontrol kemunculan anomali tersebut dari data geokimia yang diperoleh, dan memprediksi akuifer sumber air yang ada pada daerah penelitian. Dalam rangka penelitian tersebut, ruang lingkup kegiatan dalam penelitian dibagi menjadi 3, yaitu: 1. Ruang lingkup geologi, berupa pemetaan geologi daerah penelitian untuk mengetahui kondisi geologi daerah penelitian, meliputi kegiatan-kegiatan berikut: - Pemetaan geomorfologi - Pemetaan litologi - Pemetaan struktur geologi, berupa kekar, sesar, maupun lipatan. Pada ruang lingkup kegiatan ini juga dilakukan pengambilan sampel batuan untuk dilakukan analisis laboratorium berupa analisis petrografi dan analisis XRF untuk mengetahui komposisi kimia batuan. 2. Ruang lingkup hidrogeologi, berupa pemetaan hidrogeologi dari sumur gali maupun sumur bor pada daerah penelitian untuk mengetahui pola aliran air tanah, meliputi kegiatan-kegiatan berikut: - Pengukuran kedalaman air tanah - Pengukuran kedalaman sumur - Pengukuran tebal air tanah 3. Ruang lingkup geokimia air tanah, berupa pengambilan data karakteristik geokimia air tanah meliputi nilai ph, daya hantar listrik (DHL), kandungan

PENDAHULUAN 7 garam terlarut (TDS), dan suhu air. Kemudian dilakukan pengambilan sampel air tanah untuk analisis laboratorium dengan menggunakan ion chromatograph untuk mengetahui konsentrasi kation dan anion mayor penyusun air tanah. Kemudian dilakukan analisis berupa pengeplotan data ke dalam diagram-diagram sebagai berikut: - Pengeplotan Diagram Kurlov - Pengeplotan Diagram Trilinier Piper - Pengeplotan Diagram Fingerprint - Pengeplotan Diagram Komposisi Setelah semua data dianalisis kemudian dilakukan evaluasi untuk menentukan hubungan antara kondisi geologi dan hidrogeologi terhadap karakteristik geokimia air tanah pada daerah penelitian. I.5. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian yang dilakukan ini adalah sebagai berikut: 1. Memberikan informasi yang komprehensif mengenai kondisi hidrogeologi, geokimia air tanah, dan kondisi geologi di daerah penelitian. 2. Memberikan pemahaman kepada masyarakat/pembaca mengenai adanya anomali air tanah di daerah penelitian. 3. Sebagai informasi yang dapat digunakan untuk kepentingan akademis mengenai kondisi air tanah di daerah penelitian.

PENDAHULUAN 8 I.6. Peneliti Terdahulu Daerah Bayat merupakan kompleks studi geologi yang lengkap dan telah diteliti oleh banyak peneliti terdahulu. Sebagian besar penelitian dilakukan terhadap litologi dan tatanan geologi, dan masih jarang dilakukan penelitian terhadap kondisi dan sistem hidrogeologi pada daerah tersebut. Beberapa peneliti yang pernah melalukan penelitian di daerah Bayat dan sekitarnya antara lain: 1. Djaeni, dkk (1982) dalam Peta Hidrogeologi Lembar Yogyakarta skala 1 : 250.000 menyebutkan bahwa daerah Bayat tersusun atas batuan endapan vulkanik muda dengan kelulusan tinggi hingga sedang pada bagian utara, aluvium endapan dataran kerikil dan pasir dengan sisipan lempungan dengan kelulusan tinggi hingga sedang pada bagian tengah, seri dari campuran endapan vulkanik dengan sedimen endapan marin dengan kelulusan rendah pada bagian selatan, dan sekis dengan kelulusan rendah hingga kedap air setempat berada di tengah. Berdasarkan keterdapatan air tanah dan produktivitas akuifer daerah Bayat dibagi menjadi akuifer dengan produktivitas sedang dengan muka air tanah beragam dari dekat permukaan sampai lebih dalam dari 10 m pada bagian utara, akuifer dengan produktivitas sedang tetapi setempat-setempat, tidak menerus, tipis, terletak pada bagian tengah, dan daerah air tanah langka di bagian selatan dan setempat di tengah. Aliran air tanah dari utara ke selatan. Selain itu juga dilalui sesar dengan kelurusan relatif barat-timur. 2. Surono, dkk (1992) dalam Peta Geologi Regional Lembar Surakarta- Giritontro skala 1 : 100.000 menyebutkan bahwa daerah Bayat tersusun oleh endapan gunungapi Merapi berumur Kuarter, endapan aluvium tua berumur Kuarter, secara setempat batugamping berumur Tersier, batupasir tufan dan

PENDAHULUAN 9 dan sedimen vulkaniklastik berumur Tersier, batupasir berumur Tersier, dan batuan malihan yang berumur lebih tua. Terdapat juga sesar-sesar yang memotong batuan-batuan pada lokasi ini. Secara keseluruhan daerah ini didominasi oleh batuan gunungapi Merapi berumur Kuarter. 3. Samodra (2012) dalam tesis Prodi Ilmu Lingkungan Universitas Gadjah Mada dengan judul Zonasi Tingkat Risiko Bencana Gempabumi di Kecamatan Bayat, Kabupaten Klaten, Propinsi Jawa Tengah, menyebutkan bahwa wilayah Bayat tersusun oleh litologi berupa sedimen lepas, sedimen kompak, serta batuan beku dan metamorf. Penelitian dengan metode geolistrik, georadar, dan mikrotremor menunjukkan adanya sedimen yang tebal (>30 m) yang melintang barat timur di sebelah selatan Perbukitan Jiwo Barat dan Jiwo Timur, dan menerus ke timur hingga di perbatasan dengan Kecamatan Cawas. Berdasarkan rekaman georadar, terdapat sesarsesar yang tertimbun di bawah endapan fluviovulkanik maupun endapan aluvium di daerah desa Jarum, dimana sesar-sesar tersebut tidak teramati di permukaan. 4. RWTH Aachen, UGM, dan Undip (2015) dalam pemetaan Water Type Analysis in Bayat Region menyebutkan adanya konsentrasi klorida yang dominan dan anomali nilai konduktifitas elektrik pada beberapa sampel yang diambil yang diakibatkan oleh upwelling dari klorida. Diprediksi bahwa kondisi geokimia air tanah dipengaruhi oleh kondisi geologi daerah tersebut, namun tidak berlaku pada semua sampel yang diteliti. Terdapat adanya aliran air tanah yang mengalir melalui suatu sesar. Perkiraan zona upwelling air tanah dan pola aliran air tanah pada daerah Jiwo Timur diidentifikasi dari barat daya ke timur laut.

PENDAHULUAN 10 5. Budiman (2016) dalam Laporan Akhir Penentuan Kedalaman Airtanah Berdasar Metode Geolistrik Desa Tegalrejo, Kecamatan Bayat, Kabupaten Klaten, Propinsi Jawa Tengah, diperoleh suatu hasil log batuan, dimana pada daerah penelitian tersusun oleh soil/tanah pada endapan paling atas pada kedalaman 0-0.6 meter, kemudian perselingan batupasir-batulempung sampai kedalaman 10 meter, kemudian batupasir sebagai akuifer dangkal pada kedalaman 10-16 meter, kemudian batupasir, batulempung, breksi, kemudian di bawahnya batupasir sebagai akuifer air tanah pada kedalaman 127-176 meter, dan di bawahnya terdapat breksi, batupasir, dan batulempung pada tiga titik yang berbeda.