1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. daerah untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri. Hal ini berarti

1. PENDAHULUAN. (Pedoman Pembinaan Pasar Daerah, 2000 dalam Pulungan; 2000)

WALIKOTA BANDAR LAMPUNG PROVINSI LAMPUNG PERATURAN DAERAH KOTA BANDAR LAMPUNG NOMOR 10 TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. (Tjokroaminoto dan Mustopadidjaya, 1986:1). Pembangunan ekonomi dapat

BAB I PENDAHULUAN. Lahirnya Undang-Undang (UU) No. 32 Tahun 2004 tentang. Pemerintah Daerah (Pemda) dan Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 tentang

BAB I PENDAHULUAN. dicapai biasanya bersifat kualitatif, bukan laba yang diukur dalam rupiah. Baldric

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan yang berlangsung secara terus-menerus yang sifatnya memperbaiki dan

BAB I PENDAHULUAN. dengan disahkannya Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. industri yang ramah lingkungan juga sering disebut sebagai industri tanpa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. No. 22 tahun 1999 diganti menjadi UU No. 32 tahun 2004 tentang

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANJUNG JABUNG TIMUR,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR

BUPATI SUKAMARA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKAMARA NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TENGAH,

BAB I PENDAHULUAN. sebagai alat untuk mengumpulkan dana guna membiayai kegiatan-kegiatan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah merupakan suatu proses dimana pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. pusat mengalami perubahan. Jika sebelumnya pemerintah bersifat sentralistik

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan

LEMBARAN DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2007 NOMOR : 8 PERATURAN DAERAH KOTA CILEGON NOMOR 8 TAHUN 2007 TENTANG PENYERTAAN MODAL DAERAH KOTA CILEGON

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG PENYERTAAN MODAL KEPADA BUMD PT PERDANA MULTIGUNA SARANA BANDUNG BARAT

3.1. Kerangka Pemikiran

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya, untuk terciptanya

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan senantiasa memerlukan sumber penerimaan yang memadai dan

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANGKAT NOMOR 10 TAHUN 2011 T E N T A N G PENYERTAAN MODAL DAERAH PADA PIHAK KETIGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri sesuai dengan peraturan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Secara umum pasar adalah sebuah tempat bertemunya pihak penjual dan

BUPATI SUKAMARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKAMARA NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG

I. PENDAHULUAN. Pasar dinyatakan sebagai kumpulan pembeli dan penjual yang melakukan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sistem otonomi daerah, terdapat 3 (tiga) prinsip yang dijelaskan UU

BAB I PENDAHULUAN. dampak positif juga memberi dampak negatif terutama ditunjukkan oleh

PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 9 TAHUN 2009 TENTANG PENYERTAAN MODAL DAERAH PADA BADAN USAHA MILIK DAERAH

POTENSI LOKASI PUSAT PERDAGANGAN SANDANG DI KOTA SOLO (Studi Kasus: Pasar Klewer, Beteng Trade Center dan Pusat Grosir Solo) TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. Untuk memperbesar pendapatan asli daerah maka pemerintah perlu. pariwisata dapat memberikan sumbangan bagi pembangunan ekonomi.

HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM (HMI)

PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sistem negara kesatuan, pemerintah daerah merupakan bagian yang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah. Salah satu upaya untuk mewujudkan sistem pemerintahan yang baik

I. PENDAHULUAN. Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. terkandung dalam analisis makro. Teori Pertumbuhan Ekonomi Neo Klasik

BAB I PENDAHULUAN. penyerahan wewenang pemerintahan oleh pemerintah pusat kepada daerah otonom untuk

BAB I PENDAHULUAN. adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran. Sektor ini memegang peranan yang

BAB I PENDAHULUAN. bertumpu pada penerimaan asli daerah. Kemandirian pembangunan baik di tingkat

PEMERINTAH KABUPATEN BENGKULU TENGAH

BUPATI BENGKAYANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya pembangunan ekonomi nasional bertujuan untuk membangun

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dari segala bidang. Pembangunan tersebut bertujuan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi di dalam peraturan perundang-undangan telah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam konteks pembangunan, bangsa Indonesia sejak lama telah

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, Undang-

BAB I PENDAHULUAN. nasional yang akan mempercepat pemulihan ekonomi dan memperkuat ekonomi

I. PENDAHULUAN. Jenis Wisatawan Domestik Asing Jumlah Domestik Asing Jumlah Domestik Asing

BAB I PENDAHULUAN. manusia atau masyarakat suatu bangsa, dalam berbagai kegiatan

1. PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH

I. PENDAHULUAN. pembangunan secara keseluruhan dimana masing-masing daerah memiliki

ANALISIS PERKEMBANGAN DAN PERBANDINGAN KINERJA KUANGAN PEMERINTAH DAERAH DALAM OTONOMI DAERAH PADA KABUPATEN SUKOHARJO DAN KABUPATEN SRAGEN

BAB I PENDAHULUAN. bangsa kita. Dengan dikeluarkannya Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 tentang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembangunan merupakan suatu proses yang berkesinambungan yang

BUPATI KOTAWARINGIN TIMUR PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN TIMUR

1 UNIVERSITAS INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Negara membutuhkan pendanaan dalam menggerakan dan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. otonomi daerah, yang ditandai dengan lahirnya Undang-undang Nomor 22 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka menjalankan fungsi-fungsi pemerintahan, pembangunan di

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Otonomi daerah dimulai sejak diberlakukannya Undang-undang Nomor 22

ANALISIS PERKEMBANGAN KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH. (Studi Kasus Kabupaten Klaten Tahun Anggaran )

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia memiliki banyak potensi dan sumber daya alam yang belum dikembangkan

PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG

BAB V ARAH KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pelaksanaan Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang. dan Undang Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat Indonesia yang adil

BAB I PENDAHULUAN. pemeliharaan hubungan yang serasi antara pemerintah pusat dan daerah.

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH

WALIKOTA PROBOLINGGO

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN Kinerja Keuangan Masa lalu

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

WALIKOTA SURAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Undang Nomor 32 Tahun 2004 sebagai penyempurnaan Undang-undang Nomor 22

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Era reformasi memberikan kesempatan untuk melakukan perubahan pada

BAB I PENDAHULUAN. baik dapat mewujudkan pertanggungjawaban yang semakin baik. Sejalan dengan pelaksanaan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang

BAB I PENDAHULUAN. yang mendorong manusia untuk berbondong-bondong memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. untuk menciptakan kemandirian dalam pembiayaan pembangunan dengan. mengurangi ketergantungan pada sumber dana luar negeri.

I. PENDAHULUAN. pengelolaan pemerintah daerahnya, baik ditingkat propinsi maupun tingkat kabupaten

BAB 1 PENDAHULUAN. yang meliputi seluruh kehidupan manusia, bangsa dan negara, untuk. Pembangunan nasional bertujuan mewujudkan masyarakat adil makmur

BAB I PENDAHULUAN. pusat (Isroy, 2013). Dengan otonomi daerah yang luas, nyata dan bertanggungjawab,

BAB I PENDAHULUAN. potensi daerah, sosial budaya, sosial politik, jumlah penduduk, luas daerah, dan

PERATURAN DAERAH KOTA KUPANG NOMOR 03 TAHUN 2009 TENTANG PENYERTAAN MODAL DAERAH PADA PIHAK KETIGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA KUPANG,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG PENYERTAAN MODAL DAERAH PADA BADAN USAHA MILIK DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

SHOPPING MALL DI JAKARTA BARAT

Transkripsi:

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Jakarta memiliki peranan yang sangat penting bagi bangsa Indonesia, selain berkedudukan sebagai Ibukota Negara, Kota Jakarta memiliki fungsi sebagai Pusat Pemerintahan Republik Indonesia juga Pusat Pemerintahan Daerah Khusus Ibukota Jakarta, sebagai pusat perdagangan, pusat jasa, sebagai kota pendidikan dan sebagai kota wisata yang menawarkan pariwisata dengan skala nasional maupun internasional. Sumber permasalahan utama yang dihadapi Kota Jakarta adalah pertumbuhan penduduk yang sangat tinggi, baik yang disebabkan oleh pertumbuhan alami, maupun tingginya arus urbanisasi yang tidak disertai dengan kemampuan penyediaan infrastruktur bagi warga kota. Untuk mengantisipasi hal tersebut dan sesuai dengan semangat otonomi daerah, setiap kota dituntut kemandiriannya dalam menggali potensipotensi penerimaan untuk memenuhi sebagian besar anggaran pembangunannya. Doli D. Siregar dalam Manajemen Aset (2004) meyakinkan bahwa salah satu alternatif yang dapat dijadikan pilihan untuk mengoptimalkan sumber-sumber penerimaan daerah adalah dengan mengoptimalkan pemanfaatan aset daerah. Pengelolaan aset daerah di lingkungan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dihadapkan pada dua kondisi yaitu: banyaknya aset nganggur (idle) yang belum dimanfaatkan atau sudah dimanfaatkan tetapi belum berjalan dengan optimal. Aset daerah yang sudah dimanfaatkan tetapi belum berjalan secara optimal pada umumnya dikelompokkan kedalam aset yang dipisahkan yang dikelola oleh Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) Provinsi DKI Jakarta dengan tujuan profit centre yang dapat memberikan kontribusi yang signifikan terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD). Strategi Pengelolaan..., Een Herawati, 1 Program Pascasarjana, Universitas 2008Indonesia

2 Tabel. 1.1. Prosentase Hasil Laba BUMD terhadap Pendapatan Asli Daerah Provinsi DKI Jakarta Tahun 2002 s.d Tahun 2006. Tahun Penerimaan PAD Laba BUMD % 2002 Rp 4,509,885,095,345.96 Rp 43,741,553,676.97 0.54 2003 Rp 5,470,278,813,432.59 Rp 92,977,190,319.57 1.39 2004 Rp 6,681,235,972,441.76 Rp 102,057,272,255.14 1.26 2005 Rp 8,110,681,198,582.53 Rp 102,742,808,273.22 1.21 2006 Rp 8,457,490,101,265.30 Rp 132,095,329,794.00 1.56 Sumber : KPKD Provinsi DKI Jakarta (diolah). Pendapatan Asli Daerah (PAD) mempunyai peranan penting dalam penyelenggaraan otonomi daerah untuk dapat mengurangi ketergantungan subsidi dari pemerintah pusat, namun berdasarkan tabel 1.1 diketahui bahwa kontribusi hasil pemanfaatan aset daerah melalui BUMD terhadap Pendapatan Asli Daerah tergolong masih sangat kecil, meski mengalami peningkatan secara nominal namun secara prosentase mengalami kecenderungan menurun, dan mulai terjadi peningkatan pada tahun 2006 sebesar 0,35%. 1.2 Masalah Penelitian Salah satu BUMD yang memiliki aset besar dan memainkan peranan strategis karena terkait langsung dengan urat nadi perekonomian rakyat dan membawa dampak sangat besar terhadap penyerapan tenaga kerja serta mendorong pertumbuhan ekonomi Jakarta adalah Perusahaan Daerah Pasar Jaya, namun hasil kajian evaluasi terhadap Kinerja Aset Pemerintah Provinsi DKI Jakarta oleh Badan Penanaman Modal dan Pemberdayaan Kekayaan Usaha Daerah Tahun 2006, dinyatakan bahwa PD. Pasar Jaya memiliki nilai aset besar namun belum dimanfaatkan secara optimal.

3 Perusahaan Daerah Pasar Jaya pada mulanya merupakan perusahaan jawatan ekonomi rakyat yang mengurusi masalah perpasaran di DKI Jakarta, tugas operasionalnya berpedoman pada Peraturan Daerah DKI Jakarta Nomor 12 Tahun 1999, memiliki dua fungsi utama yaitu fungsi ekonomi dan fungsi sosial. Saat ini Perusahaan Daerah Pasar Jaya mengelola 151 pasar yang tersebar sampai ke pelosok Jakarta, dengan luas lahan yang dimiliki sebesar 851.412,65 m2 dan nilai aset perusahaan diperkirakan lebih dari 3 triliun rupiah, dengan omzet bisnis mencapai 150 Triliun rupiah lebih per tahun ( PD. Pasar Jaya dalam Angka :2005). Ditinjau dari kontribusi pendapatan asli daerah (PAD) kepada Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, PD. Pasar Jaya merupakan BUMD terbesar ketiga yang memberikan setoran PAD terbesar, sebesar Rp. 26.011.795.926,- setelah PT. Bank DKI (sebesar 42 Milyar Rupiah) dan PT. Pembangunan Jaya Ancol (sebesar Rp. 36.287.999.937) (sumber: BPM-PKUD Provinsi DKI Jakarta Tahun 2007). Beberapa permasalahan mendasar yang dihadapi oleh PD. Pasar Jaya adalah : 1. Meski memiliki aset yang cukup signifikan dan faktor keunggulan lokasi, pengelolaan aset PD. Pasar Jaya tidak didukung dengan kondisi internal perusahaan yang memadai, kinerja manajemen yang tidak maksimal, struktur organisasi yang gemuk serta kualitas SDM yang minim. Salah satu indikator yang dapat dilihat adalah tingkat hunian tempat usaha pada aset PD. Pasar Jaya belum terpenuhi secara optimal, sampai dengan pertengahan 2007 masih tersedia tempat usaha kosong sebanyak 13.118 dari 101.841 tempat usaha yang disediakan (sumber: PD. Pasar Jaya). 2. Sebelum era 1990-an PD.Pasar Jaya memainkan peranan sangat penting sebagai pemasok utama kebutuhan pokok bagi warga Jakarta, namun memasuki era 1990-an ketika pusat perbelanjaan modern hadir bak cendawan di musim hujan, keberadaan pasar-pasar yang dikelola oleh PD. Pasar yang notebene merupakan pasar tradisional, keberadaannya semakin terpinggirkan, hasil riset konsumen AC Nielsen Tahun 2003 (Utami: 2006) sebesar 53% konsumen di 12 kota besar di Indonesia lebih memilih belanja di pasar modern dibanding pasar tradisional.

4 3. Keunggulan bersaing (competitive advantage) pedagang di pasar tradisional yang menggandalkan strategi harga rendah mulai terkikis (Achyu: 2003). Lemahnya peraturan pemerintah membuat pasar-pasar modern yang dikelola swasta memasuki semua segmen dengan memberikan harga relatif rendah untuk berbagai komoditas karena akses langsung mereka terhadap produsen. 4. Sebagian besar desain pasar yang dikelola oleh PD.Pasar Jaya sangat tertinggal dan tidak memenuhi kaidah sanitasi yang baik. Zumrotin (2002) sebagaimana dikutip (Achyu: 2003) menyebutkan ketidakmampuan pengelolaan pasar tradisional dalam menciptakan pasar yang bersih, aman dan melakukan pembinaan kepada para pedagang untuk berpraktek dagang yang sehat dan jujur, menjadikan konsumen enggan berbelanja di pasar tradisional. Dilihat dari perspektif properti, pasar merupakan aset komersil yang dapat mendatangkan manfaat ekonomis, oleh karena itu pengelolaan aset pasar diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap pendapatan asli daerah (PAD) Provinsi DKI Jakarta. Pasar merupakan fasilitas fisik yang penggunaannya sangat bergantung pada tingkat kunjungan konsumen untuk berbelanja, sementara itu pengguna utama aset pasar PD. Pasar Jaya adalah para pedagang yang jumlahnya mencapai lebih dari 80.000 orang, pada umumnya merupakan pedagang skala menengah kebawah. Optimasi pengelolaan aset PD. Pasar Jaya akan sangat bergantung pada ketersediaan tempat usaha yang layak bagi para pedagang, serta kemampuan para pedagang menghadapi berbagai persaingan dalam dunia perdagangan, sehingga tingkat kunjungan pada pasar tradisional PD. Pasar Jaya meningkat. 1.3 Pertanyaan Penelitian Berangkat dari konsep latar belakang dan perumusan masalah tersebut diatas, penulis ingin mengetahui:

5 1. Bagaimanakah pengelolaan aset PD. Pasar Jaya sehingga fungsi pemberdayaan pedagang sebagai stakeholder utama PD. Pasar Jaya dapat berjalan optimal. 2. Bagaimanakah upaya pengelolaan aset daerah pada Perusahaan Daerah Pasar Jaya sehingga kontribusi pendapatan asli daerah (PAD) dari sektor perpasaran dapat berjalan secara optimal. 1.4 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan prioritas alternatif strategi pengelolaan aset yang dapat digunakan oleh Perusahaan Daerah Pasar Jaya, berdasarkan analisis lingkungan internal dan ekternal perusahaan, dalam menentukan setiap kebijakan yang akan diambil dalam setiap aktivitas pengelolaan aset, sehingga fungsi pembinaan pedagang dan kontribusi PAD dari sektor perpasaran dapat berjalan secara optimal. 1.5 Manfaat Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan manfaat sebagai berikut : 1. Manfaat Teoritis Sebagai sumbangan pemikiran bagi kajian pengembangan perkotaan, khususnya dalam bidang pemanfaatan aset kota dalam bentuk pasar, juga sebagai bahan masukan bagi kajian ritel, khususnya ritel tradisional di Provinsi DKI Jakarta. 2. Manfaat Praktis Sebagai bahan masukan bagi shareholder maupun stakeholder dalam penyusunan strategi dan kebijakan pengelolaan perpasaran, khususnya pasar tradisional di DKI Jakarta, dan dalam rangka perbaikan pelayanan perpasaran di Provinsi DKI Jakarta.

6 1.6 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup dalam penelitian ini terbagi 2 (dua), yaitu: 1. Ruang Lingkup Wilayah Meliputi seluruh aset dalam bentuk pasar yang dimiliki maupun dikuasai oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta melalui Perusahaan Daerah Pasar Jaya, baik yang dikelola sendiri maupun dikerjasamakan dengan pihak ketiga (swasta) yang tersebar di lima Wilayah Kotamadya Provinsi DKI Jakarta. 2. Ruang Lingkup Materi Meliputi faktor-faktor yang berkaitan dengan pemanfaatan aset Perusahaan Daerah Pasar Jaya, baik yang terkait dengan fungsi ekonomi yaitu upaya peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) maupun yang terkait dengan fungsi sosial yaitu upaya pemberdayaan pedagang. 1.7 Sistematika Penulisan Penelitian ini disusun kedalam 7 (tujuh) bab pembahasan yang terdiri dari : 1. Pendahuluan. Pada bab ini dibahas hal-hal yang melatar-belakangi penelitian, terdiri dari latar belakang, masalah penelitian, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, ruang lingkup serta sistematika penulisan. 2. Gambaran Umum Wilayah Penelitian. Dalam bab ini dibahas mengenai gambaran umum pengelolaan aset di lingkungan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, gambaran umum Badan Usaha Milik Daerah serta Gambaran umum organisasi dan permasalahan pengelolaan aset Perusahaan Daerah Pasar Jaya. 3. Tinjauan Pustaka. Pada bab ini dibahas beberapa literatur yang berkaitan dengan konsep kota dan perkembangan kota, Pembiayaan Pembangunan Perkotaan, Pemanfaatan Aset PD. Pasar Jaya, konsep strategi dan AHP.

7 4. Konsep dan Metodologi Penelitian. Dalam bab ini dijelaskan bagaimana penelitian ini dilakukan, mulai dari penyusunan konsep, desain penelitian, teknik pengumpulan data serta teknik analisa data. 5. Hasil Penelitian. Pada bab ini dijelaskan hasil pengolahan data dalam bentuk analisis SWOT dan AHP yang merupakan hasil gabungan pendapat beberapa responden yang dianggap pakar dalam pengelolaan perpasaran. 6. Pembahasan Hasil Pada bab ini diuraikan tanggapan atau pembahasan atas jawaban-jawaban penelitian yang diperoleh melalui analisis data pada bab 5. 7. Penutup Bab ini merupakan bab terakhir dalam penelitian ini, berisi kesimpulan dan implikasi dalam pengelolaan aset PD. Pasar Jaya.