HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM (HMI)

Transkripsi

1 PERNYATAAN SIKAP HMI KOMISARIAT LUMAJANG UNTUK PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG Catatan Progres Report Kabupaten Lumajang Dalam Kaca Mata HMI Lumajang Lumajang dalam bingkai Otonomi Daerah. Pasca tragedi berdarah Reformasi 1998, lahir UU nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah yang menjadi tonggak awal era desentralisasi (Otonomi Daerah). Dalam Perkembangannya semangat desentralisasi terus didorong dan peraturan yang mengaturnya terus disempurnakan. Hal ini ditandai ditetapkannya UU 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah menggantikan UU nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintah daerah dan di tahun 2014 diperbarui kembali dengan di tetapkannya UU nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah. Perjalanan Kabupaten Lumajang dalam bingkai Otonomi Daerah masih jauh dari kata Kabupaten Mandiri, hal ini terlihat dari APBD Kabupaten Lumajang yang masih bergantung dana dari pusat. Tercatat dalam APBD tahun 2015 pendapatan Kabupaten Lumajang mencapai 1,6 Triliun, namun 1,1 Triliun diantaranya bersumber dari dana perimbangan pusat, 170 M bersumber dari PAD dan pendapatan daerah lainnya yang sah 379 M. (APBD Kabupaten Lumajang tahun 2015). Jika dihitung dengan rasio kemandirian daerah, hanya 10 persen dari total pendapatan APBD Kabupaten Lumajang yang bersumber dari pendapatan Asli daerah, artinya pemerintah Kabupaten Lumajang masih bergantung kepada dana bantuan dari Pemerintah Pusat. Hal ini mengingatkan kita pada sinyalemen Mardiasmo (2009) mengatakan bahwa sebelum era otonomi harapan yang besar dari pemerintah daerah untuk dapat membangun daerah berdasarkan kemampuan dan kehendak daerah sendiri ternyata dari tahun ke tahun dirasakan semakin jauh dari kenyataan. Yang terjadi adalah ketergantungan fiskal dan subsidi serta

2 bantuan pemerintah pusat sebagai wujud ketidakberdayaan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dalam membiayai belanja daerah. Melihat fenomena tersebut, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan bersama dalam proses pengembangan kabupaten Lumajang ke depannya. Oleh karena itu Pengurus Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat Lumajang menyampaikan, 1. Aspek Ekonomi 1.1 Tinjauan Sektor Pariwisata : Secara geografis Lumajang memiliki potensi menjadi kota pariwisata, karena Lumajang memiliki Gunung Mahameru yang notabene gunung tertinggi di pulau jawa, pantai selatan yang terkenal dengan keindahanya untuk dimaksimalkan sebagai salah satu motor penggerak perekonomian untuk mendorong pertumbuhan PAD Kabupaten Lumajang. Kabupaten Lumajang setidaknya memiliki 24 destinasi wisata (Sumber: Lumajang dalam angka 2014), namun dari 24 destinasi wisata banyak diantaranya masih belum mendapat perhatian serius dan cenderung terabaikan. Lemah di manajemen pengelolaan, kurang maksimal dalam promosi wisata Lumajang dan tidak di dukung, infrastruktur yang tidak baik membuat tempat wisata Lumajang kurang menarik dan minim pengunjung. Hal ini berdampak pada kurang maksimalnya PAD yang diterima kabupaten Lumajang dalam pengelolaan di Sektor Pariwisata. Pernyataan Sikap : Kami mengharap Bupati Lumajang untuk fokus mengembangkan satu tempat pariwisata untuk dijadikan sebuah icon dan branding tempat wisata yang di tawarkan ke masyarakat baik di dalam maupun luar kota. Agar nantinya ketika ada wisatawan lokal, wisatawan nasional bahkan wisatawan asing ketika berkunjung ke Kabupaten Lumajang itu teringat dengan icon Pariwisata yang ada di Kabupaten Lumajang. Karena menurut kajian kami selama ini Pemkab Lumajang, tidak fokus untuk mengembangkan satu tempat pariwisata yang ada di Lumajang. Itu terbukti dengan banyaknya tempat pariwisata yang ditawarkan namun pembangunan infrastruktur tempat pariwisata itu juga tidak maksimal. Karena untuk program pengembangan destinasi pariwisata hanya tersedia dana APBD kurang lebih Rp

3 1.2 Optimalisai Peran BUMD BUMD mempunyai peran yang strategis dalam memaksimalkan penerimaan PAD Kabupaten Lumajang, dari tiga BUMD Kabupaten Lumajang yakni Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) yang bergerak di bidang air, PD BPR Bank Pasar yang bergerak di bidang keuangan dan PD Semeru yang bergerak di bidang pertambangan, bidang Aneka Usaha dan Jasa Perdagangan dan dibidang Pariwisata (Perda No.24 tahun 2014) belum mampu berbuat banyak untuk memaksimalkan PAD Kabupaten Lumajang. Pernyataan Sikap : Kami mengharap Bupati Lumajang mendorong BUMD Kabupaten Lumajang untuk berbenah di internal perusahaan, dan mengoptimalkan kinerja BUMD untuk memberikan kontribusi yang maksimal bagi PAD Kabupaten Lumajang. Point Inovatif menjadi catatan kami melihat kinerja BUMD Lumajang, Seperti PDAM yang sebenarnya bisa melebarkan sayap usaha air minum gelas dan botol. Kreatifitas manajemen PD BPR Bank Pasar dalam mengemas program perusahaan lebih dioptimalkan agar bisa bersaing dengan perbankan swasta di wilayah Kabupaten Lumajang, pun sama dengan PD Semeru yang membawahi tiga bidang strategis seharusnya menjadi motor utama penambah pundi PAD Lumajang kedepannya. Di sisi lain sebagaimana yang ditetapkan pada Musrenbang Lumajang tahun 2015 dan menjadi Komitmen Bupati Lumjng bahwa setiap kecamatan terdapat satu sentra UMKM Batik. Namun hingga saat ini untuk program tersebut tidak ada tindak lanjut, sekalipun telah dilaksanakan pelatihan membatik di setiap kecamatan. Salah satu caranya yakni mendorong UMKM mampu menembus pasar yang lebih besar dengan metode kemitraan.

4 2. Aspek Pendidikan Pemerintahan Kabupaten Lumajang periode mengusung visi Terwujudnya Masyarakat Lumajang yang Sejahtera, dan Bemartabat, untuk menunjang visi tersebut Pendidikan menjadi salah satu prioritas program kabupaten karena melalui pendidikan rekayasa manusia berkualitas dan produktif bisa tercipta. Salah Komitmen dalam mewujudkan visi tersebut adalah Program 1 Kecamatan 1 SD Unggulan, dari hasil analisa kami program ini akan melahirkan pendidikan Kelas unggulan dan non unggulan, hal tersebut mencederai amanat UUD dasar 1945 pasal 31 ayat 1 yang menyatakan setiap warga negara berhak mendapat pendidikan, artinya setiap warga negara mendapatkan hak memperoleh pendidikan tanpa diskriminasi. Dengan adanya program tersebut berpotensi menciptakan diskrimasi dan dengan sendirinya akan membentuk fragmentasi kelas di dunia pendidikan Kabupaten Lumajang, sebagaimana kebijakan pemerintah pusat telah menghapuskan sekolah rintisan sekolah berstandar internasional (RSBI), kebijakan tersebut tertuang dalam Surat Edaran Nomor : 017/MPK/SE/2013 tentang Kebijakan Transisi RSBI, yang diteken Mendikbud 30 Januari 2013, edaran tersebut ditujukan kepada para gubernur, bupati/walikota, kepala dinas pendidikan provinsi/kabupaten/kota di seluruh Indonesia. Kebijakan ini diambil menindaklanjuti putusan Mahkamah Konstitusi (MK) Nomor 5/PUU-X/2012, yang mengabulkan permohonan Koalisi Pendidikan ke MK. Putusan MK itu menghapus dasar hukum penyelenggaraan RSBI karena dunia pendidikan diperuntukkan untuk seluruh element masyarakat tanpa kelas.

5 Pernyataan Sikap : Kami mengharapkan Bupati Lumajang mengkaji kembali komitmen tersebut agar tidak terjadi diskriminasi pendidikan di bumi Lumajang, pendidikan tanpa perbedaan kelas unggulan atau non unggulan telah menjadi komitmen negara kepada masyarakat Indonesia. Melihat kondisi Pendidikan Kabupaten Lumajang, dimana terdapat 5 Kecamatan seperti Kecamatan Ranuyoso, Kecamatan Kedungjajang, Gucialit, Sukodono, dan Sumbersuko yang masih tidak ada SMA / SMK di kecamatan tersebut, Sarana Sekolah dan Kualitas tenaga pendidik yang belum merata antara wilayah kota dengan desa. Ketiga hal tersebut menjadi point kami untuk menjadi perhatian Pemerintah Kabupaten Lumajang untuk segera ditindaklanjuti untuk mewujudkan masyarakat yang lebih beradab. Lumajang, 2 Sya ban 1436 H 20 Mei 2015 M PENGURUS HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM CABANG JEMBER KOMISARIAT LUMAJANG