ARTIKEL PENELITIAN PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN SCRAMBLE TERHADAP KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN SISWA KELAS V SDN 11 KURAO PAGANG PADANG Oleh RAHMA MAYANG SARI 1310013411175 PROGRAN STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS BUNGHATTA PADANG 2017
HALAMAN PERSETUJUAN ARTIKEL PENELITIAN PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN SCRAMBLE TERHADAP KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN SISWA KELAS V SDN 11 KURAO PAGANG PADANG Disusun Oleh RAHMA MAYANG SARI 1310013411175 Telah Disetujui Oleh Dosen Pembimbing Skripsi Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan sebagai Syarat Mengeluarkan Nilai Tugas Akhir Skripsi Padang, 6 Juli 2017 Pembimbing I Pembimbing II Dra. Gusnetti, M.Pd Hidayati Azkiya, S.Pd, M.Pd
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN SCRAMBLE TERHADAP KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN SISWA KELAS V SDN 11 KURAO PAGANG PADANG Rahma Mayang Sari 1, Gusnetti 2, Hidayati Azkiya 2 1 Mahasiswa Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar 2 Dosen Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Bung Hatta E-mail : rahmaiyeng04@gmail.com ABSTRACT This research is motivated by the low ability of reading students' understanding on learning Indonesian. The purpose of this research is to know the ability of reading comprehension on Indonesian lesson using V class scramble model at SDN 11 Kurao Pagang, Padang. The theory of this research is a model of scramble learning using Istarani theory. Variables in this research is the model of learning scramble and reading ability of learner. The type of research conducted is experimental research with the population of all students class V SDN 11 Kurao Pagang, Padang. With sampling technique is purposive sampling technique by considering the average value in class V. The experimental group is students of class V.A with average of 70.2 and control group that is student of class V.B with average 71,8. The results showed that students' reading ability was obtained through the final test in the form of a 20-item scramble question with an average grade for the experimental class was 79.76 and the control class was 71.19. This is evidenced from the results of t-test then obtained tcount is 2.46 and ttable is 1.6838 for t count > t table then accept H1 and reject H0, it means the hypothesis is accepted. It can be concluded that students 'reading ability using scramble learning model is better than students' reading ability using conventional learning model in grade V SDN 11 Kurao Pagang, Padang. Keywords: learning model of scramble, comprehension reading ability. PENDAHULUAN Bahasa merupakan alat komunikasi bagi masyarakat, karena bahasa memegang peranan penting dalam proses komunikasi dengan sesama manusia untuk hidup bermasyarakat. Sebagai alat komunikasi, bahasa berfungsi sebagai alat untuk menyampaikan pikiran dan perasaan kepada orang lain baik secara lisan maupun tulisan. Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar mencakup empat aspek keterampilan berbahasa yaitu, keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan membaca dan keterampilan menulis. Menurut Tarigan (2005: 1) keterampilan berbahasa dikelompokkan atas empat yaitu : (1) keterampilan menyimak/mendengarkan (listening skills),
(2) keterampilan berbicara (speaking skills), (3) keterampilan membaca (reading skills), dan (4) keterampilan menulis (writing skills). Keterampilan membaca merupakan aspek berbahasa yang ketiga setelah kemampuan menyimak dan berbicara. Keterampilan membaca dalam pendidikan merupakan suatu kemampuan yang sangat penting untuk menunjang proses pembelajaran. Hal itu disebabkan membaca merupakan langkah awal dalam memahami suatu materi pelajaran. Salah satu jenis membaca adalah membaca intensif. Membaca intensif sangat penting diajarkan di sekolah karena membaca intensif merupakan membaca dengan penuh penghayatan untuk menyerap apa yang harus dikuasai dan juga dapat melatih tingkat kemampuan pemahaman siswa tentang apa yang dibacanya. Melalui membaca intensif, dapat menemukan ide pokok atau kalimat utama, tujuan dan masalah pada bacaan yang dibaca. Kemampuan membaca pemahaman bukan pekerjaan mudah untuk dibelajarkan kepada siswa. Membaca pemahaman melibatkan serangkaian proses. Pembelajaran keterampilan membaca di SD memiliki peran yang sangat penting. Dengan demikian, keterampilan membaca telah dipelajari siswa semenjak duduk di bangku Sekolah Dasar memadai sejak dini, anak tidak akan mengalami kesulitan membaca dikemudian hari. Dari hasil observasi, ternyata hasil ulangan Bahasa Indonesia di kelas V masih rendah. Hal ini disebabkan selama proses pembelajaran berlangsung siswa masih banyak bermain-main dan kurangnya minat siswa dalam proses pembelajaran, khususnya pada pembelajaran membaca, siswa cepat merasa bosan karena kurangnya pemahaman siswa dalam membacsehingga jika diberi kesempatan untuk bertanya oleh guru, siswa lebih banyak diam, banyaknya siswa yang keluar masuk pada saat pembelajaran, sehingga siswa menjadi sulit menjawab soal yang diberikan guru berupa butiran soal isian ataupun berbentuk soal yang berbentuk essay. Selain itu, masih banyak siswa yang mengobrol dengan teman sebangkunya pada saat proses belajar mengajar, sehingga mengganggu konsentrasi teman yang lain. Berdasarkan hasil wawancara, pada pembelajaran Bahasa Indonesia bahwa kurangnya kemampuan membaca siswa menyebabkan siswa sulit untuk memahami isi bacaan, seperti susah dalam menyimpulkan bacaan dan susah menemukan ide-ide pokok atau kalimat utama dalam suatu bacaan, sehingga berdampak terhadap hasil ulangan harian
siswa yang masih banyak tidak mencapai KKM, guru masih menggunakan metode ceramah. Guru belum menggunakan strategi yang tepat dalam proses pembelajaran. Guru langsung menugaskan siswa membaca teks, kemudian menugasi siswa menjawab pertanyaan yang telah di sediakan. Sehingga pembelajaran tersebut menjadi sedikit membosankan dan kurang menyenangkan yang menyebabkan peserta didik merasa jenuh dalam mengikuti pembelajaran dan tidak konsentrasi untuk mengikuti proses pembelajaran yang sedang berlangsung, akibatnya berdampak langsung pada hasil belajar siswa yang masih dibawah Kriteria Ketuntasan Minimun (KKM). Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut adalah pemilihanmodel yangbaikakanberbanding lurusdenganpenguasaan makna bacaan,akantetapipadaumumnyapesertadid ik dangurubelum menerapkanmetodemembacatertentu. Agar bisa meningkatkan kemampuan membaca siswa, penggunaan model dalam proses pembelajaran mempunyai arti yang cukup penting. Model merupakan alat untuk membantu siswa dalam proses pembelajaran dan memahami pembelajaran dengan mudah. Dengan menggunakan model dalam proses pembelajaran, akan membantu menghilangkan kebosanan siswa dalam menerima pelajaran. Salah satumodel yangdapatdigunakandalampembelajaranme mbaca pemahaman adalah model pembelajaran scramble.menurut Istarani (2012 : 184), scramble merupakan dua hal komponen yang sangat penting yaitu pernyataan atau pertanyaan yang tidak lengkap, yakni siswa disuruh untuk melengkapi pernyataan tersebut sehingga sempurna, dan yang kedua adalah menyiapkan kata-kata atau kalimat yang dapat melengkapi pertanyaan atau pernyataan tersebut sehingga sempurna. Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan kemampuan membaca pemahaman siswa dengan menggunakan model Scramble pada siswa kelas V SD Negeri 11 Kurao Pagang Padang. METODELOGI PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif berbentuk eksperimen, penelitian eksperimen (Experimental Research). Dalam penelitian ini digunakan dua kelas, yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Dalam penelitian ini siswa dibedakan menjadi dua kelas yaitu kelas ekperimen dan kelas kontrol. Kelas ekperimen merupakan kelompok siswa yang diberikan perlakuan
model pembelajaran scramble sedangkan kelas kontrol merupakan kelas yang tidak diberikan perlakuan tersebut. Menurut Sugiyono (2009:80), Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek dan subyek yang mempunyai kualitas serta karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Jumlah seluruh siswa dikelas V SDN 11Kurao Pagang tahun ajaran 2016/2017 adalah 47 orang yang terbagi dalam dua kelas, maka sampel penelitian diambil dari jumlah seluruh populasi. Penelitian ini menggunakan kedua kelas sampel yaitu kelas eksperimen (kelas V.A) dan kelas kontrol (kelas V.B). Peneliti mengambil sampel dengan dengan menggunakan teknik sampling purposive, menurut Sugiyono (2009:85), sampling purposive adalah teknik pengambilan sampel dengan pertimbangan tertentu. Ada dua variabel dalam penelitian ini, yakni variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel terikat. Variabel ini dilambangkan dengan X. Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. Variabel terikat ini dilambangkan dengan Y. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kemampuan membaca siswa pada aspek kognitif yang diperoleh berdasarkan tes yang diberikan pada akhir penelitian. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas data primer dan data sekunder. Dalam penelitian ini yang merupakan data primer adalah data hasil belajarsiswa kelas eksperimen dan kelas kontrol. Sumber data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari subjek yang diteliti. 2) Data sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan peneliti dari berbagai sumber yang telah ada. Penelitian terdiri dari tiga tahapan, yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap penyelesaian. Teknik pengambilan data dalam penelitian yang akan peneliti laksanakan yaitu dengan menggunakan tes. Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif yang didapatkan setelah diberikan tes pada akhir penelitian. Data kuantitatif didapat dari hasil belajar siswa pada ranah kognitif. Ranah kognitif diperoleh setelah diberikan tes pada akhir penelitian. Instrumen penelitian adalah alat pengumpul data yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian yaitu tes kemampuan membaca pemahaman
untuk memperoleh data penelitian ini kepada kedua kelas sampel diberikan tes. Dalam penelitian ini digunakan instrumen berbentuk tes kekampuan membaca pemahaman Bahasa Indonesia yang dilaksanakan setelah eksperimen. Tes kemampuan membaca pemahaman berfungsi untuk mengukur tingkat kemampuan individu sebagai hasil belajar yang dicapai dalam kurun waktu tertentu. Dalam penelitian, sebelum instrumen digunakan maka dilakukan uji coba terlebih dahulu dengan tujuan untuk mengetahui kelayakan dari indikator. Setelah diuji cobakan maka dilakukan penyeleksian item dengan melihat hasil validasi instrumen. Teknik analisis data bertujuan untuk menguji hipotesis, tentang perbedaan dua rata-rata. Dalam penelitian ini dilihat dari ranah kognitif atau tingkat pemahaman siswa. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil rumusan masalah dan tujuan penelitian maka dilakukan pengumpulan data tentang efektivitas model scramble terhadap kemampuan membacapemahaman di SD Negeri 11 Kurao Pagang, Padang. Pengumpulan data ini dilakukan dengan memberikan tes akhir kepada dua kelompok sampel yang terdiri dari kelompok eksperimen 21 orang anak dan kelompok kontrol 21 orang anak. Dari analisis hasil tes kemampuan membaca pemahaman kedua sampel didapatkan data yang peneliti ringkaskan pada tabel dibawah ini. Tabel 1. Perhitungan rata-rata, simpangan baku, dan varians kelas sampel Kelas N X S S 2 sampel Eksperimen 21 79,76 11,67 136,20 Kontrol 21 71,19 10,94 119,68 Keterangan : N : Jumlah anggota sampel X : Nilai Rata-rata S : Simpangan Baku S 2 : Varians Terlihat bahwa hasil tes kemampuan membaca pemahaman siswa pada kelas eksperimen yang diberi perlakuan melalui model scramble dengan jumlah anak 21 orang memperoleh nilai rata-rata yaitu 79,76. Sedangkan kelompok kontrol dengan jumlah anak 21 orang memperoleh nilai rata-rata yaitu 71,19. Dapat diketahui bahwa hasil kemampuan membacapemahaman anak di kelompok eksperimen lebih tinggi dibandingkan kelompok kontrol. Analisis Data Untuk dapat menarik kesimpulan dari hasil penelitian, dilakukan uji hipotesis dengan menggunakan uji-t. Sebelum melakukan uji-t terlebih dahulu dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas terhadap hasil penelitian.
1. Uji Coba Soal Langkah-langkah yang dilakukan untuk mendapatkan soal dengan karakteristik yang baik adalah : a. Validitas Butir Soal Tes Teknik yang digunakan dalam menghitung validitas soal dalam penelitian ini adalah dengan cara mencari validitas perbutir soal dari hasil uji coba soal yang telah dilakukan dengan menggunakan rumus korelasi product moment (Arikunto, 2012:87). Tabel 2. Validitas Butir Soal Tes Jumlah Soal yang Soal yang N Soal Valid tidak Valid 20 25 20 5 Disimpulkan dari 25 soal terdapat 20 soal yang valid dan 5 soal yang tidak valid. b. Reliabilitas Tes Hasil uji coba yang telah dilakukan maka reliabilitas yang sangat diperoleh adalah 1,154 menunjukan bahwa reliabilitas tes mempunyai kriteria sangat tinggi. Tabel 3. Uji Reliabilitas N n- 1 X X 2 pq r 11 Kriteria 25 24 344 5098 4,455 1,154 Sangat Tinggi Diketahui besar koefisien reliabilitas uji coba tes 1,15.dengan demikian reliabilitas tes tersebut dapat dinyatakan bahwa kemampuan membaca pemahaman tingkat C1, C2, C3, C4 siswa kelas V SDN 28 Air Tawar Timur berada pada taraf klasifikasi 0,8 r adalah reliabilitas sangat tinggi. Maka dari itu taraf klasifikasi kemampuan membaca pemahaman siswa kelas V SDN 28 Air Tawar Timur memiliki reliabilitas sangat tinggi. c. Tingkat Kesukaran Butir Soal Hasil uji coba yang dilaksanakan maka dilakukan perhitungan tingkat kesukaran butir soal. Untuk rincian tingkat kesukaran butir soal, dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 4. Tingkat Kesukaran Butir Soal Kriteria Tingkat Jumlah Soal Kesukaran Butir Soal Soal tergolong sukar 1 Soal tergolong sedang 10 Soal tergolong mudah 14 Jumlah 25 Terdapat 1 soal yang tergolong sukar, 10 soal tergolong sedang, dan 14 soal tergolong mudah. Soal sukar di perbaiki. d. Daya pembeda Soal Hasil uji coba soal yang telah dilaksanakan, maka selanjutnya dilakukan prhitungan daya pembeda soal. Berikut ini adalah hasil analisis daya pembeda soal. Tabel 5. Daya Pembeda Soal Kriteria daya pembeda Jumlah Soal soal Jelek 5 Cukup 11 Baik 9 Jumlah 25
Terdapat 5 soal kriteria jelek, 11 soal kriteria cukup, dan 9 soal kriteria baik. 2. Analisis Data Tes Akhir a. Uji Normalitas Data penelitian kelompok eksperimen dan kelompok kontrol diolah untuk menentukan uji normalitas. Pada uji normalitas ini digunakan uji Lilieforsseperti yang dikemukakan pada teknik analisis data. Berdasarkan uji normalitas kelompok eksperimen dan kelompok kontrol diperoleh harga L 0 dan L t pada taraf nyata 0,05 untuk N = 21 seperti pada tabel berikut: Tabel 6. Hasil Perhitungan Pengujian Liliefors Post-testKelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol Kelompok N Α L 0 L t Keterangan Eksperimen 21 0,05 0,0973 0,190 Normal Kontrol 21 0,05 0,1038 0,190 Normal Terlihat bahwa kelompok eksperimen nilai L hitung 0,0973 lebih kecil dari Ltabel 0,190 untuk 0,05. Dengan demikian nilai kelompok eksperimen berasal dari data yang berdistribusi normal. Untuk kelompok kontrol diperoleh L hitung 0,1038 lebih kecil dari L tabel 0,190 untuk 0,05. Ini berarti bahwa data kelompok kontrol berasal dari data yang berdistribusi normal. b. Uji Homogenitas Setelah dilakukan uji normalitas, selanjutnya dilakukan uji homogenitas varians anata kelompok data, Jika F hitung < F tabel maka varians kedua kelas dikatakan homogen. Tabel 7. Hasil Uji Homogenitas Post-testKelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol Kelompok A F hitung F table Kesimpulan Eksperimen Kontrol 0,05 1,14 2,12 Homogen Dari hasil uji homogenitas tersebut diketahui bahwa data yang diperoleh memiliki varians yang homogen. c. Uji Hipotesis Setelah dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas, diketahui bahwa kedua kelompok sampel berdistribusi normal dan mempunyai varians homogen. Maka dapat dilanjutkan dengan pengujian hipotesis dengan menggunakan teknik t- test. Jika t hitung >t tabel maka H 0 ditolak dan H 1 diterima. Jika t hitung < t tabel maka H 0 diterima dan H 1 ditolak t tabel Dengan kata lain, apabila t hitung > berarti terdapat perbedaan yang signifikan antara kedua kelompok. Berikut ini akan digambarkan pengolahan data dengan t-test: Tabel 8. Hasil Perhitungan Nilai Post-testKelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol Aspek Kelompok Eksperimen Kelompok Kontrol N 21 21 X 79,76 71,19 S 2 136,20 119,68 T tabel untuk taraf nyata α=0,05 (5%) dengan dk sebesar 40 adalah =
1,6838. Dengan demikian, dapat diketahui bahwa pada taraf nyata α=0,05 (5%), t hitung lebih besar dari pada t tabel (2,46 > 1,6838). Jadi, dapat disimpulkan bahwa H 1 diterima yaitu: terdapat pengaruh model pembelajaran scramble terhadap kemampuan membacapemahaman di SD Negeri 11 Kurao Pagang, Padang. Tabel 9. Hasil Perhitungan Post-test Pengujian dengan t-test Kelompok N Hasil Ratarata Eksperimen 21 79,76 Kontrol 21 71,19 diterima t hitung t table α 0,05 Keputusan 2,46 1,6838 Terima H 1 Dapat disimpulkan bahwa H 1 atau H 0 ditolak yaitu terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil post test (hasil akhir) kemampuan membacapemahaman siswa kelas V di kelas eksperimen yang diberikan treatmentmodel scramble dengan kemampuan membacapemahaman siswa kelas V di kelas kontrol yang mengunakan metodekonvensional. Dengan demikian, kelompok eksperimen memperoleh nilai yang lebih tinggi dibandingan kelompok kontrol. Pembahasan Berdasarkan hasil analisis data yang didapatkan bahwa model pembelajaran scramble dapat meningkatkan kemampuan membaca pemahaman siswa. Hal ini terlihat dari rata-rata kelas eksperimen yaitu 79,76, sedangkan nilai rata-rata kelas kontrol yaitu 71,19. Berdasarkan uji hipotesis data posttest yang telah dilakukan bahwa t hitung sebesar 2,46 dibandingkan dengan α 0,05 (t tabel = 1,68385) dengan derajat kebebasan dk (N 1-1)+(N 2-1)=20. Dengan demikian t hitung lebih besar dari pada t tabel yaitu 2,46 > 1,68386, maka dapat dikatakan bahwa hipotesis H 1 diterima atau H o ditolak. Dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan kemampuan membaca pemahaman siswa kelas V SDN 11 Kurao Pagang Padang melalui model pembelajaran scramble. Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran scramble dapat mendorong siswa untuk belajar dan meningkatkan hasil kemampuan membaca pemahaman siswa, hal ini masih terlihat dari hasil tes akhir kemampuan membaca pemahaman siswa. Siswa tampak sungguh-sungguh dalam proses pembelajaran dan keseriusan siswa mengerjakan soal evaluasi pada akhir pembelajaran, siswa menjadi termotivasi dengan adanya kegiatan diskusi kelompok dalam mencocokkan kartu soal dengan kartu pertanyaan. Sehingga pada saat diberikan evaluasi setelah proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran scramble siswa mendapatkan hasil yang sangat memuaskan.
Suasana proses pembelajaran pada kedua kelas sampel berbeda. Siswa pada kelas eksperimen terlihat lebih semangat dan serius selama proses pembelajaran dibandingkan kelas kontrol. Terlihat pada dilakukannya tes akhir siswa bersungguhsungguh dalam mengerjakan tes yang diberikan, sehingga hasil yang didapatkan tidak mengecewakan. Hasil tes kemampuan membaca pemahaman yang diperoleh dari kedua kelas sampel berbeda, yaitu nilai rata-rata kelas eksperimen lebih tinggi dari pada kelas kontrol. Dengan demikian pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran scramble dapat meningkatkan kemampuan membaca pemahman siswa. Sehingga pada hipotesisnya diperoleh hasil bahwa terdapat perbedaan kemampuan membaca pemahaman siswa kelas V SDN 11 Kurao Pagang, Padang. Jadi, hasil kemampuan membacapemahaman siswa pada kelas eksperimen lebih baik dari pada hasil kemampuan membacapemahaman siswa siswa di kelas kontrol, dapat dilihat dari rata-rata siswa kelas eksperimen (kelas V.A) yang lebih tinggi dari pada kelas kontrol (kelas V.B). PENUTUP Berdasarkan hasil analisis data penelitian yang telah dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan bahwa terdapat pengaruh model pembelajaran scramble terhadap kemampuan membaca pemahaman siswa kelas V SDN 11 Kurao Pagang, Padang dibandingkan dengan menggunakan metode konvensional. Terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar kelas eksperimen (kelasv.a) yang menggunakan model pembelajran scramble dibandingkan dengan kelas kontrol (V.B) yang menggunakan metode konvensional. Hal ini membuktikan bahwa dengan menggunakan model scramble mempengaruhi kemampuan membaca pemahaman siswa, nilai rata-rata yang diperoleh dari kelompok eksperimen (kelasva) lebih tinggi 79,76 dibandingkan dengan kelompok kontrol (kelasvb) dengan nilai rata-rata 71,19. Berdasarkan uji hipotesis didapat t hitung lebih besar dari pada t tabel dimana (2,46>1,6838), yang di buktikan dengan taraf signifikan α 0,05 ini berarti terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil kemampuan membaca pemahaman siswa yang menggunakan model scramble dengan kemampuan membaca pemahaman siswa yang menggunakan metode konvensional atau ceramah. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penggunaan model scramble yang dilakukan oleh peneliti dapat meningkatkan kemampuan membaca pemahaman siswa dan terdapat perbedaan
terhadap kemampuan membaca pemahaman siswa kelas V SDN 11 Kurao Pagang Padang. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. 2012. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara Dalman. 2014. Keterampilan Membaca. Jakarta : Rajawali Pers. Gusnetti. 2014. Bahan Ajar Membaca. Padang: Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni FKIP Universitas BungHatta Hamzah, Mohamad. 2012. Belajar dengan Pendekatan PAILKEM. Bandung: Bumi Aksara. Huda, Miftahul. 2014. Model-model Pengajaran dan Pembelajaran. Yogyakarta:Pustaka pelajar Istarani. 2012. 58 Model Pembelajaran Inovatif. Medan Persada Rahim, Farida. 2009. Pembelajaran Membaca Sekolah Dasar. Jakarta: Bumi Aksara. Ratumaman. 2006. Evaluasi Hasil Belajar. Surabaya : Unesa University Press. Sudjana, Nana. 2009. Penilaian Hasil Belajar Mengajar. Bandung: Angkasa. Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung : ALFABETA Susanto, Ahmad. 2012. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta : Kencana Tarigan, Henry Guntur. 2005. Membaca sebagai Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa