BAB VI PEMBAHASAN. Mencit Balb/C yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari. Laboratorium Biomedik Fakultas Kedokteran Universitas Muhamadiyah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 5 PEMBAHASAN. Mencit yang digunakan dalam penelitian diperoleh dari Laboratorium

BAB I PENDAHULUAN. mengenai saluran cerna. Diagnosis demam tifoid bisa dilakukan dengan

BAB V PEMBAHASAN. fagositosis makrofag pada kelompok perlakuan (diberi ekstrak daun salam)

BAB I PENDAHULUAN. benda asing dan patogen di lingkungan hidup sekitar seperti bakteri, virus, fungus

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyerang banyak orang sehingga menimbulkan wabah. Demam

BAB I PENDAHULUAN. menular melalui makanan atau air yang terkontaminasi. 2 Indonesia merupakan

BAB V HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai obat antihipertensi (Palu et al., 2008). Senyawa aktif yang

BAB I PENDAHULUAN. Sistem imunitas didalam tubuh manusia merupakan satu kesatuan yang

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. patogen di lingkungan, seperti bakteri, virus, jamur, dan parasit yang dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. 3 penyakit menyular setelah TB dan Pneumonia. 1. Diare dapat disebabkan oleh berbagai macam hal, salah satunya infeksi bakteri.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. digunakan sebagai alternatif pengobatan seperti kunyit, temulawak, daun sirih,

SISTEM IMUN. Pengantar Biopsikologi KUL VII

Mekanisme Pertahanan Tubuh. Kelompok 7 Rismauzy Marwan Imas Ajeung P Andreas P Girsang

REAKSI ANTIGEN-ANTIBODI DAN KAITANNYA DENGAN PRINSIP DASAR IMUNISASI. Oleh : Rini Rinelly, (B8A)

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri

BAB I PENDAHULUAN. Lingkungan di sekitar manusia mengandung berbagai jenis unsur patogen,

MENJELASKAN STRUTUR DAN FUNGSI ORGAN MANUSIA DAN HEWAN TERTENTU, KELAINAN/ PENYAKIT YANG MUNGKIN TERJADI SERTA IMPLIKASINYA PADA SALINGTEMAS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. adalah tanaman kembang bulan [Tithonia diversifolia (Hemsley) A. Gray].

Tuberkulosis merupakan penyakit yang telah lama ada. Tetap menjadi perhatian dunia Penyebab kematian kedua pada penyakit infeksi

BAB 3 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penyakit akibat tubuh tidak mampu melawan zat asing yang masuk ke dalam

ulangan pada tiap perlakuan. Pada penelitian ini dilakuan sebanyak 6 kali ulangan.

HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Histopatologi Bursa Fabricius

CATATAN SINGKAT IMUNOLOGI

BAB II KOMPONEN YANG TERLIBAT DALAM SISTEM STEM IMUN

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB VI PEMBAHASAN. Analisis jumlah limfosit T CD4+ pada penelitian ini dijadikan baseline yang juga

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

IMUNITAS HUMORAL DAN SELULER

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. jenis teripang yang berasal dari Pantai Timur Surabaya (Paracaudina australis,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Manusia memiki 2 sistem imun yaitu sistem imun bawaan. (innate immunity) dan sistem imun adaptif (adaptive

SISTEM IMUN (SISTEM PERTAHANAN TUBUH)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sirih merah merupakan salah satu tanaman yang sudah dikenal luas di

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini meliputi bidang Histologi, Mikrobiologi, dan Farmakologi.

BAHAYA AKIBAT LEUKOSIT TINGGI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

PENGARUH PEMBERIAN ECHINACEA DAN MINYAK IKAN TERHADAP PERUBAHAN GAMBARAN HISTOPATOLOGI GINJAL MENCIT BALB/C YANG DIINFEKSI LISTERIA MONOCYTOGENES

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2006 HALAMAN PENGESAHAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman sirih merah (Piper crocatum) termasuk dalam famili Piperacae,

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

TEORI SISTEM IMUN - SMA KELAS XI SISTEM IMUN PENDAHULUAN

BAB 4 HASIL PENELITIAN. Penelitian telah dilakukan tentang pengaruh pemberian ekstrak etanol

BAB 1 PENDAHULUAN. metabolisme karbohidrat, lemak dan protein. Terjadinya diabetes melitus ini

LAPORAN KARYA TULIS ILMIAH. Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat dalam menempuh Program Pendidikan Sarjana Fakultas Kedokteran

FISIOLOGI SISTEM PERTAHANAN TUBUH. TUTI NURAINI, SKp., M.Biomed

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Perbedaan Rerata Berat Badan Tikus Putih (Rattus novergicus) Pre

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Inflamasi merupakan reaksi lokal jaringan terhadap infeksi atau cedera dan melibatkan lebih banyak mediator

BAB I. PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. respon terhadap stres adalah hippocampus. Hippocampus merupakan bagian dari

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat dalam menempuh Program Pendidikan Sarjana Fakultas Kedokteran. Dian Kusumaningrum 3, Winarto 4

SEL SISTEM IMUN SPESIFIK

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

SISTEM PERTAHANAN TUBUH

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Tingginya angka kesakitandan angka kematian terutama pada negara

MATURASI SEL LIMFOSIT

BAB PENDAHULUAN 1.1. Kedudukan dan Reran Imunologi dalam Ilmu Kefarmasian Imunologi imunitas alami dan imunitas perolehan.

BAB I PENDAHULUAN. Deksametason merupakan salah satu obat golongan glukokortikoid sintetik

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

HASIL DAN PEMBAHASAN Perubahan Histopatologi

PENGARUH PEMBERIAN SIMUNOX DOSIS BERTINGKAT TERHADAP PROLIFERASI LIMFOSIT PADA MENCIT SWISS ARTIKEL KARYA TULIS ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Makrofag Makrofag merupakan sel fagosit mononuklear yang utama di jaringan

Migrasi Lekosit dan Inflamasi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tubuh yaitu terjadinya kerusakan jaringan tubuh sendiri (Subowo, 2009).

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. diinfeksi Klebsiella pneumoniae, diperoleh hasil sebagai berikut.

BAB 1 PENDAHULUAN. Aspirin adalah golongan Obat Anti Inflamasi Non-Steroid (OAINS), yang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. mencit terinfeksi E. coli setelah pemberian tiga jenis teripang ditunjukkan pada

BAB I PENDAHULUAN. Kanker payudara disebut juga dengan carsinoma mammae merupakan

BAB I PENDAHULUAN. penyakit beragam (Perhimpunan Reumatologi Indonesia, 2011). Manifestasi klinis SLE

Immunology Pattern in Infant Born with Small for Gestational Age

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Rinitis alergi adalah gangguan fungsi hidung akibat inflamasi mukosa hidung yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2006

BAB I PENDAHULUAN. Malaria merupakan penyakit infeksi yang masih menjadi masalah

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

FIRST LINE DEFENCE MECHANISM

Pemberian preparat daun G. procumbens peroral kepada mencit kelompok. Pengamatan terhadap jumlali makrofag intraperitoneal dilakukan pada hari

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Malaria merupakan salah satu penyakit infeksi yang. masih menjadi masalah di negara tropis dan subtropis

Respon imun adaptif : Respon humoral

BAB I PENDAHULUAN. Kanker payudara menempati urutan pertama pada wanita setelah kanker leher

7.2 CIRI UMUM SITOKIN

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK LIDAH BUAYA (Aloe vera) TERHADAP PROLIFERASI LIMFOSIT PADA MENCIT Balb/c YANG DIINFEKSI SALMONELLA TYPHIMURIUM

PRINSIP UMUM IMUNITAS INNATE DAN ADAPTIF

Transkripsi:

BAB VI PEMBAHASAN Mencit Balb/C yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari Laboratorium Biomedik Fakultas Kedokteran Universitas Muhamadiyah Yogyakarta. Banyaknya mencit yang digunakan adalah 24 ekor, di mana tiap kelompok dibagi menjadi 6 ekor. Mencit kemudian diadaptasikan selama 7 hari di Laboratorium Biokimia Universitas Diponegoro. Mencit selama diadaptasi diberi pakan dan minum setelah diadaptasi selama 7 hari kemudian diberi perlakuan, sebelumnya di timbang dulu rata-rata berat badan mencit. Pemberian ekstrak etanol Merremia mammosa dengan dosis bertingkat P1; 0.32 mg/kgbb/hari, P2; 1,6 mg/kgbb/hari, P3; 8 mg/kgbb/ hari diberikan selama 13 hari sebanyak 1 ml/hari, begitu pula dengan kelompok kontrol diberi aquades 1 ml/hari dan pada hari ke enam mencit diinfeksi Salmonella typhimurium. Pengamatan fisik terhadap mencit dilakukan pada hari pertama sampai hari ke enam sebelum diinfeksikan Salmonella typhimurium yang akan dibandingkan dengan kondisi mencit setelah infeksikan Salmonella typhimurium. Mencit pada kelompok kontrol pada penelitian hari ke lima mati sebelum diinfeksikan Salmonella typhimurium, ada beberapa kemungkinan mencit tersebut mati dalam penelitian. Pertama bisa disebabkan oleh stres yang dapat menurunkan sistem imun, di mana stres ini mempengaruhi sistem imun tubuh 52

53 melalui stimulasi sekresi kortisol dan adrenalin serta berpengaruh terhadap pelepasan noradrenalin dan prostaglandin simpatik terminal saraf di pembuluh darah dan organ limfoid. Efek sistemik dari glukokortikoid dan katekolamin ini mempengaruhi sitokin sehingga terjadi penurunan produksi sitokin yang dibutuhkan dalam merespon infeksi bakterial melalui respon imun seluler. Mencit pada kelompok (P3) mati selama masa penelitian pada hari ke enam setelah infeksi jumlah kematian mencit 3 ekor. Kematian mencit pada perlakuan (P3) ini seharusnya dilakukan penelitian terhadap organ-organnya, misalnya hepar dan ginjal untuk menentukan mekanisme kematian yang tepat. Akan tetapi dugaan penyebab kematian saat ini karena kandungan resin yang terkandung dalam ekstrak etanol Merremia Mammosa. Kandungan senyawa resin ini apabila dikonsumsi terus menerus dalam dosis yang tinggi maka akan terjadi terakumulasi zat toksin resin dalam tubuh yang akan menyebabkan efek samping pada sistem saraf yang bisa menyebabkan kematian. A. Proliferasi Limfosit Respon imun seluler akan teraktivasi untuk mengeliminasi infeksi oleh bakteri intra seluler seperti Salmonella typhimurium, diantaranya dengan adanya respon proliferasi limfosit. Respon proliferasi limfosit secara makroskopis dilihat dengan adanya perbedaan penambahan ukuran (besar dan berat) limpa (Splenomegaly). Pembesaran limpa merupakan penemuan klinis penting pada demam tifoid dan merespon penambahan fungsi fagosit. 2

54 Pada penelitian ini tidak ada penambahan berat limpa yang berbeda signifikan terhadap kontrol pada semua kelompok yang diberi ekstrak Merremia mammosa, berat limpa justru menurun dengan semakin meningkatnya dosis Merremia mammosa. Menurut Manson dan Guerrant dalam Gasem (2001), pada infeksi oleh Salmonella typhimurium splenomegali terjadi pada akhir minggu pertama atau awal minggu ke dua. 2 Diketahui bahwa pada infeksi oleh Salmonella typhimurium akan menginisiasi respon inflamasi pada tempat penyebaran bakteri ini, diantaranya akan mencapai limpa dan dapat menyebabkan pembesaran pada limpa. 21 Berat limpa yang cenderung menurun pada kelompok yang diberi ekstrak Merremia mammosa, semua perlakuan ada perbedaan yang signifikan dengan kelompok kontrol disebabkan oleh efek anti inflamasi dari Merremia mammosa sehingga pembesaran organ limpa karena pengaruh inflamasi dapat ditekan. Hal ini telah dibuktikan dengan pengukuran berat limpa pada 5 ekor mencit yang tidak tidak diberi perlakuan sama sekali, dengan hasil pengukuran rerata berat limpa 150,00 mg. Imunitas terhadap Salmonella typhimurium melibatkan komponen cell mediated imunity seperti limfosit. Limfosit secara genetik diprogram agar mampu mengenal antigen tertentu saja. Organ limfoid sekunder seperti limpa berfungsi untuk menangkap dan mengumpulkan antigen dengan efektif, untuk proliferasi dan diferensiasi limfosit yang sudah desensitasi

55 (antigen commited lymphocyte). Limfosit mengalami resirkulasi dari organ limfoid satu kelainnya, kesaluran limfe dan darah, sehingga sewaktu terjadi infeksi akan banyak limfosit terpapar dengan antigen kuman penginfeksi. Kemampuan mengenal antigen tersebut disebabkan oleh adanya reseptor pada permukaan sel limfosit tersebut. Limfosit yang telah distimulasi oleh antigen spesifik akan segera membelah dan akan mengekspresikan reseptor baru yang memungkinkan mereka untuk merespon terhadap sitokin dari sel lain yang merupakan sinyal proliferasi. Limfosit juga akan mensekresi sitokin sendiri dan dibawah pengaruh sitokin tersebut mereka akan mengalami sejumlah siklus pembelahan sebelum berdiferensiasi menjadi sel efektor yang matang. Proliferasi akan menurunkan sel-sel yang secara genetik identik (clonal selection). 6,15 Pengaruh pemberian ekstrak Merremia mammosa pada penelitian ini dapat meningkatkan jumlah limfosit pada limpa dibandingkan kontrol, dengan perbedaan yang signifikan dengan kelompok yang diberi dosis 0,32 mg (P1), 1,6 mg (P2), dan 8 mg (P3) meskipun antar dosis perlakuan (P1,P2,P3) tidak ada perbedaan signifikan tetapi kelompok perlakuan yang diberi Merremia mammosa jumlah limfositnya lebih tinggi dari kontrol. Hal ini disebabkan karena adanya rangsangan dari senyawa Merremia mammosa yang bersifat flavonoid terhadap limfosit. Flavonoid merupakan senyawa alamiah yang dapat meningkatkan IL-2 dan mempunyai kemampuan memacu proliferasi limfosit.

56 Perlakuan dengan Merremia mammosa pada penelitian ini dapat meningkatkan jumlah relatif limfoblas limpa. Berdasarkan jumlah relatif limfoblas yang tinggi maka diasumsikan jumlah limfositnya juga akan tinggi. Hasil penelitian menunjukan bahwa jumlah relatif limfoblas ada perbedaan yang signifikan antara perlakuan (P1,P2,P3) dengan kontrol, sedangkan antar perlakuan P1,P2,P3 cenderung lebih tinggi dari kontrol tetapi tidak ada perbedaan yang signifikan. Hal ini sejalan dengan hasil yang diperoleh pada jumlah limfosit, dengan demikian pemberian Merremia mammosa mampu meningkatkan jumlah limfosit, jumlah relatif limfoblas dan menurunkan berat limpa. B. Produksi ROI Makrofag Imunitas terhadap Salmonella typhimurium melibatkan proses Fagositosis makrofag teraktivasi, di mana aktivasi terjadi melalui salah satu sitokin yang dihasilkan sel T. Sitokin yang dihasilkan sel T ini yaitu IFN-γ yang merangsang dan mengaktifkan makrofag untuk memproduksi sitokin, dan berbagai substansi pembunuh kuman, termasuk ROI, NO serta enzim lisosim yang disekresikan ke dalam fagosom. 3,15,18 Makrofag teraktivasi mengubah oksigen mejadi reactive oxygen intermediate yang merupakan agen pengoksidasi reaktif yang menghancurkan mikroba. Pada penelitian ini pemberian ekstrak Merremia mammosa menunjukkan adanya peningkatan produksi ROI makrofag secara signifikan dibandingkan dengan kontrol yang tidak diberi ekstrak Merremia mammosa yaitu P1: 3,217, P2: 3,267, P3: 3,400 dan kelompok

57 kontrol: 1,640. Pemberian ekstrak Merremia mammosa ini terbukti meningkatkan produksi ROI makrofag dibandingkan dengan yang tidak diberi ekstrak Merremia mammosa. Meningkatnya produksi ROI makrofag salah satunya karena ekstrak Merremia mammosa mengandung flavonoid. Fungsi flavonoid salah satunya adalah mengaktifkan makrofag. Makrofag yang teraktivasi selain memproduksi sitokin juga menghasilkan ROI makrofag yang berguna sebagai bakterisidal. ROI makrofag yang meningkat akan meningkatkan pula efektivitas makrofag untuk melakukan aktivitas killing. 3 C. Keterbatasan Penelitian Penelitian ini tidak menggunakan bahan aktif tunggal sehingga bahan aktif lain yang terkandung dalam ekstrak Merremia mammosa dapat mempengaruhi hasil penelitian. Penelitian ini tidak dilakukan pengujian terhadap kadar bahan aktif, sehingga tidak diketahui kadar bahan aktif yang memberikan efek diinginkan. Kadar resin dalam Merremia mammosa tidak dianalisis, tidak diketahui apakah memiliki kadar toksik yang menyebabkan efek samping pada sistem saraf sehingga mengganggu efek yang diharapkan. Waktu kematian hewan coba pada P3 yang bersamaan menyebabkan peneliti tidak dapat mengambil kesimpulan atas hasil gambaran histopatologi hepar dan ginjal untuk menentukan mekanisme kematian yang tepat.