BAB III METODE PENELITIAN

dokumen-dokumen yang mirip
III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. berlokasi di kawasan Taman Nasional Way Kambas. Taman Nasional Way

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman (Tahura

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

METODOLOGI. Gambar 4. Peta Lokasi Penelitian

III. METODE PENELITIAN. Tampak pada bulan Januari September Resort Pugung Tampak memiliki luas

IDENTIFIKASI FAKTOR PENYEBAB DEFORESTASI DAN REFORESTASI DITINJAU DARI ASPEK SOSIAL EKONOMI

III. METODOLOGI. Gambar 2. Peta Orientasi Wilayah Penelitian. Kota Yogyakarta. Kota Medan. Kota Banjarmasin

III. METODOLOGI. Gambar 1. Peta Administrasi Kota Palembang.

III. METODOLOGI 3.1 Waktu Penelitian 3.2 Lokasi Penelitian

III. BAHAN DAN METODE

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE

IV. METODOLOGI 4.1. Waktu dan Lokasi

3 METODE. Lokasi dan Waktu Penelitian

3/30/2012 PENDAHULUAN PENDAHULUAN METODE PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE

III METODOLOGI. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN

Gambar 7. Lokasi Penelitian

METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Perumusan Masalah Bagaimana kondisi perubahan tutupan lahan yang terjadi di daerah aliran sungai Ciliwung dengan cara membandingkan citra satelit

Gambar 1. Lokasi Penelitian

BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Tahapan Penelitian

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran

TM / 16 Mei 2006 U.S. Geological Survey* Landsat 5 4 Mei 2000 Global Land Cover Facility** 124/64 ETM+ / Landsat-7. 2 Maret 2005

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE

BAB IV KONDISI UMUM 4.1 Kabupaten Kuningan Letak dan luas Kependudukan Pendidikan dan kesejahteraan

III. METODE PENELITIAN

Manfaat METODE. Lokasi dan Waktu Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode Penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid

PERUBAHAN PENUTUPAN LAHAN DI TAMAN NASIONAL KERINCI SEBLAT KABUPATEN PESISIR SELATAN PROVINSI SUMBAR HANDY RUSYDI

III. METODE PENELITIAN. Kegiatan penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2013 hingga Maret 2014.

BAB III PEMBAHASAN. 3.1 Data. Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa :

Kampus IPB Darmaga, Bogor 16680

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Masyarakat Adat Kasepuhan

BAB III METODE PENELITIAN

BAHAN DAN METODE. Gambar 1 Peta Lokasi Penelitian

Analisa Perubahan Tutupan Lahan di Waduk Riam Kanan dan Sekitarnya Menggunakan Sistem Informasi Geografis(SIG) dan data citra Landsat

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

III. BAHAN DAN METODE

ANALISA PERUBAHAN POLA DAN TATA GUNA LAHAN SUNGAI BENGAWAN SOLO dengan menggunakan citra satelit multitemporal

METODE PENELITIAN. Sumber: Dinas Tata Ruang dan Pemukiman Depok (2010) Gambar 9. Peta Orientasi Wilayah Kecamatan Beji, Kota Depok

III. METODE PENELITIAN

4. PERUBAHAN PENUTUP LAHAN

III. BAHAN DAN METODE

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. BAHAN DAN METODE

III. METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Analisis Interpretasi dan Klasifikasi Citra. Tabel 4.1 Titik kontrol GCP dan nilai RMS

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

III. BAHAN DAN METODE. Bahan dan alat yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3 dan Tabel 4.

III. METODOLOGI Waktu dan Lokasi Penelititan

PERUBAHAN PENUTUPAN LAHAN DI TAMAN NASIONAL WAY KAMBAS (LAND COVER CHANGES IN WAY KAMBAS NATIONAL PARK)

STUDI TENTANG IDENTIFIKASI LONGSOR DENGAN MENGGUNAKAN CITRA LANDSAT DAN ASTER (STUDI KASUS : KABUPATEN JEMBER)

III. METODOLOGI. 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian

III. METODOLOGI 3.1 Ruang Lingkup dan Batasan Kajian

MATERI DAN METODE. Prosedur

Evaluasi Kesesuaian Tutupan Lahan Menggunakan Citra ALOS AVNIR-2 Tahun 2009 Dengan Peta RTRW Kabupaten Sidoarjo Tahun 2007

BAHAN DAN METODE. Tabel 4 Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENILITIAN. Lokasi penelitian mengambil daerah studi di Kota Gorontalo. Secara

Jurusan Teknik Geomatika Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli-November Penelitian ini

3. BAHAN DAN METODE. Penelitian yang meliputi pengolahan data citra dilakukan pada bulan Mei

III. METODOLOGIPENELITIAN Waktu dan Tempat. Penelitian ini telah dilakukan tepatnya pada Agustus 2008, namun penyusunan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Bahan dan alat yang dibutuhkan dalam interpretasi dan proses pemetaan citra

Nilai Io diasumsikan sebagai nilai R s

BAB 3 PENGOLAHAN DATA

KAJIAN CITRA RESOLUSI TINGGI WORLDVIEW-2

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Alat dan Data 3.3 Tahapan Pelaksanaan

BAB III PENGOLAHAN DATA ALOS PRISM

3/30/2012 PENDAHULUAN PENDAHULUAN

BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2 Bahan dan Alat

LAPORAN PROYEK PENGINDERAAN JAUH IDENTIFIKASI PENGGUNAAN LAHAN DENGAN MENGGUNAKAN HIRARKI DI KOTA BATU

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

MODEL PENDUGA BIOMASSA MENGGUNAKAN CITRA LANDSAT DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT HARLYN HARLINDA

Indeks Vegetasi Bentuk komputasi nilai-nilai indeks vegetasi matematis dapat dinyatakan sebagai berikut :

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran Ruang Lingkup Penelitian

METODE PENELITIAN. Kerangka Pemikiran

III. BAHAN DAN METODE

Tabel 3 Aliran energi dan massa III METODOLOGI. Variabel neraca energi. Vegetasi tinggi (MJm -2 hari -1 )

Studi Perhitungan Jumlah Pohon Kelapa Sawit Menggunakan Metode Klasifikasi Berbasis Obyek

III. BAHAN DAN METODE

Transkripsi:

12 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan selama enam bulan mulai dari Bulan Juni sampai dengan Bulan Desember 2009. Penelitian ini terbagi atas pengambilan dan pengumpulan data LMDH, survey lapang untuk mengetahui tipe-tipe penutupan lahan Kabupaten Kuningan, dan data MDH. Peta lokasi penelitian terdapat pada Gambar 1. Gambar 1 Peta lokasi penelitian. Pengambilan data MDH dilakukan pada Bulan November-Desember 2009. Desa terpilih untuk pengumpulan data MDH yaitu desa yang termasuk ke dalam desa hutan binaan Perum Perhutani KPH Kuningan. Terdapat dua desa tepilih, yaitu Desa Segong, Kecamatan Karangkancana dan Desa Sukarapih, Kecamatan Cibeureum. Pengambilan dan pengumpulan data LMDH dilakukan pada Bulan Juli- Agustus 2009. Pengambilan dan pengumpulan data LMDH ini dilakukan di desa-

13 desa yang termasuk ke dalam desa hutan binaan Perum Perhutani KPH Kuningan. Terdapat 11 LMDH terpilih yang tersebar di Desa Tanjungkerta, Jabranti, Margacina, Cipondok, Kawungsari, Dukuhbadag, Tarikolot, Cimara, Mekarsari, Cipakem, dan Segong. Pengolahan data citra dilakukan di Pusat Penelitian Lingkungan Hidup Institut Pertanian Bogor (PPLH-IPB) dan Laboratorium Analisis Lingkungan dan Pemodelan Spasial, Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor. 3.2 Alat dan Bahan Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah seperangkat komputer yang dilengkapi dengan paket Sistem Informasi Geografis (seperangkat keras dan lunak) termasuk software Arc View GIS versi 3.2, software ERDAS Imagine versi 9.1, SPSS 15.0 dan Microsoft Office Excel 2007, sedangkan peralatan yang digunakan di lapangan adalah Global Positioning System (GPS), voice recorder, kamera digital, kusioner (Masyarakat Desa Hutan dan Lembaga Masyarakat Desa Hutan), dan alat tulis. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah citra Landsat 7 ETM dengan waktu akuisisi (waktu perolehan) Bulan Maret tahun 2002 dan 5 TM dengan waktu akuisisi Bulan Maret tahun 2009 path/row 121/65 Kabupaten Kuningan, peta digital batas administrasi dan batas sungai Kabupaten Kuningan (peta Rupa Bumi Indonesia skala 1 : 25000), potensi desa tahun 2006, statistik Registrasi Lembaga Masyarakat Desa Hutan KPH Kuningan sampai dengan Bulan Mei 2009, dan Rekapitulasi Hasil Identifikasi Zona Kerawanan (Red/Green Zone Area) periode Juli-Desember 2008 KPH Kuningan. 3.3 Jenis Data yang Dikumpulkan 3.3.1 Data spasial Data spasial merupakan data yang bersifat keruangan meliputi peta rupa bumi dan citra Landsat. Peta rupa bumi terdiri atas peta sungai dan peta batas administrasi Kabupaten Kuningan. Peta rupa bumi dan citra Landsat tersebut diperoleh dari Pusat Penelitian Lingkungan Hidup (PPLH) Institut Pertanian

14 Bogor. Data lain yang digunakan adalah data Ground Control Point (GCP) untuk menandakan lokasi-lokasi jenis penutupan lahan yang ada di lapangan. Pengambilan data ini dilakukan dengan alat Global Positioning System (GPS). Data ini digunakan untuk diverifikasikan dengan dengan data citra, dan diambil dokumentasinya dengan menggunakan kamera digital. Hal ini bertujuan untuk verifikasi data citra dengan kenampakan sebenarnya di bumi. Hasil pengecekan lapangan akan dijadikan acuan untuk membuat klasifikasi citra yang lebih tepat. 3.3.2 Data non-spasial Data non-spasial merupakan data berupa tulisan atau angka-angka yang membantu dalam menginterpretasikan citra Landsat. Data non-spasial ini meliputi data kepadatan pendudukan, data sosial ekonomi, data kelembagaan (Lembaga Masyarakat Desa Hutan), serta data lain yang terkait dengan penelitian. Pengambilan data dilakukan dengan teknik wawancara dan studi literatur. 3.4 Teknik Pengumpulan Data 3.4.1 Penentuan desa Penentuan desa untuk responden masyarakat desa hutan didasarkan pada hasil pengolahan data spasial. Pengolahan data spasial ini dilakukan untuk mengetahui perubahan penutupan lahan. Pengolahan data spasial ini dilakukan untuk mengetahui deforestasi dan reforestasi (akumulasi dari hutan alam/sekunder, hutan tanaman jati, dan hutan tanaman pinus). Untuk mengetahui deforestasi dan reforestasi, dilakukan dengan cara melakukan overlay antara peta penutupan lahan dengan data statistik potensi desa. Dari data statistik potensi desa tahun 2006, dapat diketahui bahwa di Kabupaten Kuningan terdiri atas 342 desa. Dalam penelitian ini, karena lokasi yang digunakan berada dalam pengelolaan Perum Perhutani KPH Kuningan, maka hanya diambil desa-desa yang terdaftar sebagai LMDH. Terdapat 106 desa yang terdaftar sebagai desa LMDH dari data statistik potensi desa tersebut. Dari hasil pengolahan tersebut dibuat peringkat desa-desa yang mengalami deforestasi dan reforestasi. Dalam hal ini, dibuat peringkat desa yang terdeforestasi dan reforestasi kedalam 10 peringkat terbesar.

15 Peta penutupan lahan Kabupaten Kuningan Overlay Potensi desa Kabupaten Kuningan Tahun 2006 Summarize Zones 342 desa di Kabupaten Kuningan Menjumlahkan total luas hutan (alam/sekunder, tanaman jati, dan tanaman pinus) pada masing-masing desa Total luas hutan di 106 desa terdaftar LMDH di KPH Kuningan Peringkat desa berdasarkan kondisi tutupan hutan dan trend deforestasi dan reforestasi Peringkat desa deforestasi dan peringkat desa reforestasi Masing-masing satu desa sampel dari desa deforestasi dan desa reforestasi Gambar 2 Alur diagram penentuan desa.

16 Penentuan desa untuk responden masyarakat desa hutan dalam penelitian ini diambil satu desa yang mengalami deforestasi (Desa Sukarapih) dan satu desa yang mengalami reforestasi (Desa Segong) berdasarkan kesamaan kondisi biofisik kedua desa tersebut dan perbandingan jarak antara kedua desa tersebut tidak terlalu berjauhan. Lebih lengkapnya, alur penentuan desa terlihat pada Gambar 2. 3.4.2 Penarikan sampel responden Masyarakat Desa Hutan (MDH) Penarikan sampel responden MDH dilakukan terhadap LMDH Desa Segong dan LMDH Desa Sukarapih. LMDH Desa Segong bernama LMDH Rimbajaya dan LMDH Desa Sukarapih bernama LMDH Wanarapih. Penentuan Responden MDH ini dilakukan dengan tahapan sebagai berikut: 1. Mengetahui jumlah Kelompok Tani Hutan (KTH) dalam LMDH, 2. Mengetahui jenis mata pencaharian pokok anggota berdasarkan pengetahuan ketua KTH atau kokolot, 3. Pengambilan jumlah responden dilakukan dengan menggunakan intensitas sampling 10% anggota KTH masing-masing berdasarkan keterwakilan mata pencaharian pokok anggota. 3.4.3 Penarikan sampel Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) Penarikan sampel Lembaga Masyarakat Desa Hutan dilakukan berdasarkan kelengkapan berkas Akta Notaris, Nota Kesepakatan Bersama (NKB), dan Nota Perjanjian Kerjasama (NPKS). Data yang dipakai sebagai input penentuan LMDH yaitu data statistik Registrasi Lembaga Masyarakat Desa Hutan KPH Kuningan sampai dengan Bulan Mei 2009, yang didukung juga dengan data Rekapitulasi Hasil Identifikasi Zona Kerawanan (Red/Green Zone Area) periode Juli- Desember 2008 KPH Kuningan, dan beberapa data lain yang mendukung (data usaha produktif, bagi hasil penjarangan/tebangan Perhutani-LMDH). Pengolahan LMDH ini dilakukan dengan menggunakan software Microsoft Office Excel 2007. Berdasarkan data statistik Registrasi Lembaga Masyarakat Desa Hutan KPH Kuningan sampai dengan Bulan Mei 2009, diketahui bahwa terdapat 118 desa LMDH, dimana sebanyak 110 desa LMDH terdapat di Kabupaten Kuningan dan

17 sebanyak 8 desa LMDH terdapat di Kabupaten Cirebon. Kombinasi LMDH yang memiliki kelengkapan berkas dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2 LMDH berdasarkan kepemilikan Akta Notaris, NKB, dan NPKS Kombinasi Kepemilikan Berkas Jumlah Akta Notaris NKB NPKS (buah) 45-0 - 53 - - 14-0 - - 0 - - 1 - - - 5 Keterangan: = memiliki - = tidak memiliki Berdasarkan kombinasi kepemilikan berkas tersebut, digunakan intensitas sampling sebesar 10%, sehingga dari 118 LMDH di KPH Kuningan didapatkan sampel penelitian sebanyak 11 LMDH terpilih. 3.5 Analisis Data 3.5.1 Analisis spasial Analisis spasial ini dilakukan untuk mengetahui gambaran penutupan lahan. Analisis ini dilakukan melalui pengolahan peta rupa bumi dan citra Landsat. Alur pengolahan data citra dapat dilihat pada Gambar 3. Adapun beberapa penjelasan mengenai pengolahan data citra adalah sebagai berikut: 3.5.1.1 Koreksi data citra Perbaikan citra perlu dilakukan terhadap citra satelit, yang dimaksudkan untuk menghilangkan kesalahan-kesalahan radiometrik dan geometrik yang terdapat pada data citra satelit tersebut. Tujuan dilakukannya koreksi radiometrik adalah untuk memperbaiki bias pada nilai digital piksel yang disebabkan oleh gangguan atmosfer ataupun kesalahan sensor. Sedangkan koreksi geometrik bertujuan untuk memperbaiki distorsi geometrik. Hal pertama yang perlu dilakukan dalam koreksi geometrik adalah penentuan tipe proyeksi dan sistem koordinat yang akan digunakan. Penyeragaman data-data kedalam sistem koordinat dan proyeksi yang sama perlu dilakukan, guna mempermudah dalam proses pengintegrasian data-data selama

18 penelitian. Proyeksi yang digunakan dalam penelitian ini adalah Geographic (Lat/Lon) WGS 84. Perbaikan distorsi geometrik dapat dilakukan dengan mengambil titik-titik ikat/kontrol di lapangan atau menggunakan peta/citra acuan yang telah terkoreksi. 3.5.1.2 Pemotongan data citra (Subset Image) Hal pertama sebelum melakukan pemotongan citra adalah dengan melakukan penentuan lokasi penelitian (clipping) yang berdasarkan batas administrasi wilayah Kabupaten Kuningan. Selanjutnya setelah didapatkan batasan areal lokasi penelitian kemudian proses pemotongan citra dapat dilakukan. Pemotongan citra dilakukan dengan memotong wilayah yang menjadi objek penelitian, dimana peta rupa bumi hasil digitasi (peta digital) dapat dijadikan acuan pemotongan citra. Batas wilayah yang akan dipotong dibuat dengan area of interest (aoi), yaitu pada wilayah yang termasuk ke dalam Kabupaten Kuningan. 3.5.1.3 Klasifikasi data citra (Image Classification) Persiapan yang harus dilakukan sebelum melakukan pengklasifikasian adalah menetapkan kelas-kelas spektral yang terliput oleh citra satelit, kemudian membuat aturan penetapan klasifikasi setiap piksel kedalam kelas-kelas yang telah ditentukan. Pemilihan kelompok-kelompok piksel kedalam kelas klasifikasi merupakan proses pemilihan objek (feature selection). Pembagian kelas klasifikasi dibuat berdasarkan kondisi penutupan lahan sebenarnya dilapangan dan dibatasi menurut kebutuhan pengklasifikasian. Kelas klasifikasi tersebut meliputi (1) hutan alam/sekunder, (2) hutan tanaman jati, (3) hutan tanaman pinus, (4) lahan terbangun, (5) sawah, (6) kebun campuran, (7) ladang, (8) rumput dan semak belukar, (9) badan air, (10) lahan terbuka, (11) tidak ada data. Menurut Lillesand dan Kiefer (1990), tahapan klasifikasi dilakukan dengan dua pendekatan dasar klasifikasi, yaitu klasifikasi terbimbing (supervised classification) dan klasifikasi tidak terbimbing (unsupervised classification). Tahapan yang dilakukan dalam klasifikasi terbimbing menggunakan software ERDAS Imagine 9.1 adalah sebagai berikut:

19 1. Pengenalan pola-pola spektral yang ditampilkan oleh citra dengan berpedoman pada titik-titik kontrol yang diambil pada lokasi penelitian menggunakan GPS, 2. Pemilihan daerah (area of interest) yang diidentifikasi sebagai suatu tipe penutupan lahan berdasarkan pola-pola spektral yang ditampilkan oleh citra, 3. Proses klasifikasi citra yang dilakukan secara otomatis oleh komputer berdasarkan pola-pola spektral yang telah ditetapkan pada saat proses pemilihan daerah, 4. Menggabungkan daerah-daerah yang memiliki tipe penutupan lahan yang sama (recode), 5. Pengkoreksian citra hasil klasifikasii dengan membandingkannya dengan citra sebelum diklasifikasi.

20 Citra Landsat Koreksi geometris Peta Rupa Bumi Citra terkoreksi Subset image Klasifikasi tak terbimbing (Unsupervised classification) Citra hasil klasifikasi tak terbimbing Cek lapangan Klasifikasi terbimbing (Supervised classification) Fill & Focal Majority Tidak Citra hasil klasifikasi terbimbing Diterima? Uji akurasi Citra hasil klasifikasi Ya Peta penutupan lahan Gambar 3 Alur diagram pengolahan data citra.

21 3.5.2 Analisis perubahan lahan Analisis perubahan lahan dilakukan dengan membandingkan peta perubahan lahan tahun 2002 dan 2009. Kedua peta tersebut dioverlay dan selanjutnya di summary, sehingga diketahui perubahan penutupan lahan yang terjadi pada tahun 2002-2009. Perubahan penutupan lahan pada kurun waktu tersebut dianalisis melalui rumus berikut : V = N 2 N 1 N 1 x 100% Keterangan: V : Laju perubahan (100%) N 1 : Luas penutupan lahan tahun pertama (ha) N 2 : Luas penutupan lahan tahun kedua (ha) 3.5.3 Analisis statistik Analisis regresi logistik digunakan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara deforestasi/reforestasi (Y) dan beberapa faktor sosial (X) yang diduga berpengaruh terhadap deforestasi/reforestasi. Menurut Mutaqin (2008), regresi logistik merupakan suatu metode yang biasa digunakan untuk menganalisi data kategorik. Persamaan regresi logistik ini tidak menghasilkan nilai pada variabel respon, namun menghasilkan peluang kejadian pada variabel respon. Nilai peluang ini yang dipakai sebagai ukuran untuk mengklasifikasikan pengamatan. Rekapitulasi data sosial dan ekonomi responden lebih lengkap terdapat pada Lampiran 1. Peubah respon yang digunakan dalam penelitian ini adalah Y=0 menunjukkan reforestasi dan Y=1 menunjukkan deforestasi. Peubah-peubah bebas yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. X1 (tanggungan keluarga), yaitu banyaknya orang yang tinggal serumah dengan responden. 2. X2 (pendidikan), yaitu pendidikan terakhir yang dikenyam oleh responden. Ragam pendidikan terakhir responden terdiri dari: tidak sekolah/tidak tamat

22 SD (0), setara SD (1), setara SMP (2), setara SMA (3), dan setara S1/Amd (4). 3. X3 (mata pencaharian pokok), yaitu mata pencaharian pokok yang dilakukan sehari-hari oleh responden untuk mendapatkan penghasilan ekonomi. Ragam mata pencaharian pokok responden terdiri dari: petani (1), buruh tani (2), rantau/dagang (3), wiraswasta (4), guru (5), perangkat desa (6), dan buruh bangunan (7). 4. X4 (pendapatan), yaitu pemasukan/penghasilan dalam setahun yang diperoleh responden dari mata pencaharian pokok yang dilakukannya. Total pendapatan tersebut diperoleh dari menambahkan pendapatan mata pencaharian pokok, mata pencaharian sampingan, mata pencaharian istri, kiriman keluarga, dari hasil menggarap tanah (milik, bukan milik, dan Perhutani), dan menyewakan tanah. 5. X5 (kepemilikan lahan), yaitu total luas kepemilikan lahan berupa tanah rumah, sawah dan kebun milik responden. 6. X6 (konsumsi kayu bakar), yaitu mengkonsumsi kayu bakar sebagai bahan bakar memasak (1) atau tidak mengkonsumsi kayu bakar sebagai bahan bakar memasak (0). 7. X7 (pengetahuan mengenai kawasan), yaitu mengetahui kawasan Perhutani KPH Kuningan (1) atau tidak mengetahui kawasan Perhutani KPH Kuningan (0). Terdapat 4 jenis indikator untuk mengukur pengetahuan responden mengenai kawasan, yaitu: pal batas, papan larangan, patroli petugas, dan partisipasi patroli bersama petugas. Jika responden hanya mengetahui 1-2 jenis indikator maka responden dianggap tidak mengetahui kawasan, sedangkan jika responden mengetahui 3-4 jenis indikator maka responden dianggap mengetahui kawasan. 8. X8 (gangguan keamanan hutan), yaitu adanya gangguan keamanan hutan yang terjadi di sekitar hutan pangkuan desa (1) atau tidak adanya gangguan keamanan hutan yang terjadi di sekitar hutan pangkuan desa (0). Terdapat 5 jenis gangguan keamanan hutan yang terjadi, yaitu: pencurian pohon, penggembalaan, kebakaran hutan, perencekkan, dan perusakan batas. Jika hanya terjadi 1-2 jenis gangguan keamanan hutan, maka dianggap tidak terjadi

23 adanya gangguan keamanan hutan, sedangkan jika terjadi 3-5 jenis gangguan keamanan hutan, maka dianggap terjadi adanya gangguan keamanan hutan. 9. X9 (pengetahuan mengenai tebangan Perhutani), yaitu mengetahui adanya tebangan Perhutani di sekitar hutan pangkuan desa (1) atau tidak mengetahui adanya tebangan Perhutani di sekitar hutan pangkuan desa (0). 10. X10 (partisipasi dalam kegiatan Perhutani), yaitu ikut berpartisipasi dalam kegiatan Perhutani (1) atau tidak ikut berpartisipasi dalam kegiatan Perhutani (0). Terdapat 6 jenis indikator untuk mengukur partisipasi responden dalam kegiatan Perhutani yaitu pengamanan, persemaian, penanaman, pemeliharaan, penjarangan, dan tebangan. Jika responden hanya mengikuti 1-3 jenis indikator maka responden dianggap tidak ikut berpartisipasi dalam kegiatan Perhutani, sedangkan jika responden mengetahui 4-6 jenis indikator maka responden dianggap ikut berpartisipasi dalam kegiatan Perhutani. Peubah respon (Y) dan peubah-peubah bebas (X) masing-masing responden diolah dalam SPSS 15.0 dengan menggunakan metode regresi logistik biner untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara deforestasi/reforestasi (Y) dan beberapa faktor sosial (X) yang diduga berpengeruh terhadap deforestasi/reforestasi. 3.5.4 Analisis tabulasi dan deskripsi Data yang didapatkan dari hasil wawancara kepada responden baik data sosial ekonomi maupun kelembagaan, dianalisis dengan membuat persentase serta tabel dan grafik. Selanjutnya, data dideskripsikan dengan menggunakan uraian kata atas dasar pertimbangan-pertimbangan ilmiah dengan melihat kondisi dan permasalahan sosial, ekonomi, dan kelembagaan yang ada di masyarakat sebagai objek penelitian.