BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. prinsip-prinsip efektifitas dan efisiensi. Kebutuhan tenaga listrik di suatu wilayah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proyek

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Menurut UU No. 22 Tahun 1999 yang telah diganti dengan UU No. 34 Tahun 2004

CHECKLIST DOKUMEN PRASTUDI KELAYAKAN KPBU SEKTOR PENERANGAN JALAN UMUM (PJU)

BAB 1 PENDAHULUAN. 8,39 % 1,67 % 5,04% Jumlah

BAB I PENDAHULUAN. semakin ketatnya persaingan antar perusahaan-perusahaan di Indonesia. Kini

PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN LAMPU PENERANGAN JALAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN. Seiring pesatnya kemajuan dan perkembangan daerah - daerah di Indonesia, memicu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BUPATI PANGANDARAN PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANGANDARAN NOMOR 18 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PENERANGAN JALAN UMUM

D4 Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung I - 1

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN PENERANGAN JALAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PERANAN AUDIT OPERASIONAL DALAM MENINGKATKAN EFEKTIVITAS PENGENDALIAN BIAYA OPERASI

RINGKASAN INFORMASI JABATAN PIMPINAN TINGGI PRATAMA DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN BUMN

BAB I PENDAHULUAN. Jalan tol adalah jalan umum yang kepada pemakainya dikenakan kewajiban

BAB I PENDAHULUAN. melalui suatu perencanaan untuk memperbaiki kehidupan masyarakat dalam segala

BAB 1 PENDAHULUAN. kota terbesar ketiga di Indonesia setelah Jakarta dan Surabaya menurut jumlah

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA PENDANAAN

BAB I PENDAHULUAN. pusat agar pemerintah daerah dapat mengelola pemerintahannya sendiri

I. PENDAHULUAN. karena sampai sekarang ini masih banyak kasus yang timbul mengenai perlindungan terhadap

BAB IV ANALISIS HAK KEAMANAN PENGGUNA JALAN TOL DARI KABUT ASAP KEBAKARAN LAHAN DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG PERLINDUNGAN KONSUMEN DAN PP NO 15 TAHUN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sistem negara kesatuan, pemerintah daerah merupakan bagian yang

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan diklasifikasikan sebagai aset yang sangat vital. Potensinya dapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kabupaten Sleman merupakan salah satu daerah administrasi yang luas dan

BAB I PENDAHULUAN. rasio profitabilitas yang berhubungan dengan struktur modal salah satunya adalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Universitas Kristen Maranatha

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA

Disampaikan pada Seminar Membuka Sumbatan Investasi Efisiensi Energi di Indonesia: Tantangan dan Peluang Kebijakan dan Regulasi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pemilik aset. Aset berarti kekayaan atau harta yang nantinya diharapkan

GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH BAB - III Kinerja Keuangan Masa Lalu

Proposal Proyek. Judul Proyek : Pembuatan Aplikasi Sistem Informasi Geografis Penerangan Jalan Umum

Deskripsi LAMPU PENERANGAN JALAN UMUM YANG DITINGKATKAN

2016, No Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indo

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

Analisis Piutang Pada PT. PLN (Persero) Area Pelayanan Dan Jaringan Bandung

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Pemecahan masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Gambar 1. Kenaikan Tarif Dasar Listrik Tahun 2013 (KESDM, 2012) Gambar 2. Biaya Tagihan Listrik Tahun 2012 dan Tahun 2013 (RSIS, 2013)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

TKS 7338 EKONOMI TRANSPORTASI Dr. GITO SUGIYANTO, S.T., M.T.

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan bisnis, industri, dan lain sebagainya. Sehingga diperlukan peramalan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. potensi daerah, sosial budaya, sosial politik, jumlah penduduk, luas daerah, dan

WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2016 NOMOR 4

ROADMAP PENGELOLAAN PENERANGAN JALAN UMUM KOTA PARINGIN KABUPATEN BALANGAN LAPORAN AKHIR

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah pusat, dikarenakan tingkat kebutuhan tiap daerah berbeda. Maka

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

STUDI PUBLIC PRIVATE PARTNERSHIP DALAM PROYEK INFRASTRUKTUR: KASUS JALAN TOL TG. MORAWA - TEBING TINGGI

2013, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Pendidikan Tinggi adalah jenjang pendidikan setela

BAB I PENDAHULUAN. maka menuntut daerah Kab. Lombok Barat untuk meningkatkan kemampuan. Pendapatan Asli Daerah menurut Undang Undang Nomor 28 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan dan pelayanan publik, mengoptimalkan potensi pendapatan daerah

BAB II LANDASAN TEORI

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 48 TAHUN 2008 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. diterapkan otonomi daerah pada tahun Undang-Undang Nomor 32 Tahun

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 2012 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PENERANGAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah pajak yang dikenakan terhadap objek pajak berupa bumi dan/atau

SALINAN NO : 14 / LD/2009

PELAYANAN PEMASANGAN LAMPU PJU

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional merupakan usaha peningkatan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. berupaya melakukan penyelenggaraanpemerintah yang menjunjung tinggi

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN PENERANGAN JALAN UMUM DAN LINGKUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proyek

BAB I PENDAHULUAN. oleh krisis ekonomi yang menyebabkan kualitas pelayanan publik terganggu dan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan keuangan yang sehat. perusahaan yang dimana aktivitas manajemen sangat berperan

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Pada saat ini pemenuhan kebutuhan akan sistem informasi bagi semua jenis

BAB I PEDAHULUAN. memerlukan perlindungan tubuh atau memberikan training sebelumnya untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia dirasakan sangat penting, tidak hanya oleh pemerintah tapi juga oleh

BAB I PENDAHULUAN 1.1 L atar Belakang

RINGKASAN INFORMASI JABATAN PIMPINAN TINGGI PRATAMA DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN BUMN JABATAN PIMPINAN TINGGI PRATAMA SETARA DENGAN ESELON II

BAB I PENDAHULUAN. provinsi terbagi atas daerah-daerah dengan kabupaten/kota yang masing-masing

2012, No Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 65, Tambahan Lembaran

Infrastruktur Jalan Tol Biaya Pemeliharaan Persentase Gerbang Tol Rp 7,596, %

BAB 1 PENDAHULUAN. Di Indonesia pada era sebelum tahun 1980, faktor pelayanan pada pelanggan masih kurang

Dana Alokasi Khusus Bidang Energi Skala Kecil TA. 2017

BAB I PENDAHULUAN. disebut Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), baik untuk

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

Tulisan ini adalah catatan yang dapat dibagikan dari hasil pertemuan tersebut.

MANAJEMEN KEUANGAN RUMAH SAKIT SWASTA DAN RUMAH SAKIT BADAN LAYANAN UMUM (BLU)

I. PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Otonomi

BAB IV ANALISA DAN KOMBINASI SOLAR HOME SYSTEM DENGAN LISTRIK PLN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

KANTOR JASA PENILAI PUBLIK (KJPP) O, P, Q DAN REKAN. LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) KOMPARATIF 31 DESEMBER 2013 DAN 2014 (Dinyatakan dalam Rupiah)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

PENYERTAAN MODAL NEGARA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Pengelolaan aset bertujuan untuk memberikan kejelasan status kepemilikan aset, inventarisasi kekayaan, optimasi penggunaan dan pemanfaatan aset dan dasar penyusunan neraca (Siregar, 2004, halm.525). Pengelolaan yang baik terhadap aset yang dimiliki, dapat memberikan keuntungan untuk meningkatkan pengurusan dan akuntabilitas, meningkatkan manajemen layanan, meningkatkan manajemen resiko dan meningkatkan efesiensi keuangan dalam hal biaya operasional (operational cost) aset tersebut. Oleh sebab itu diperlukan adanya tahap perencanaan dan pengendalian agar aset-aset perusahaan dapat dikelola dengan baik, karena dengan adanya sistem perencanaan untuk pengelolaan aset ini dapat lebih memaksimalkan produktivitas dan efektifitas sehingga dapat meminimalkan terjadinya over budgetting, dan juga dapat membantu proses pengelolaan berjalan dengan efektif dan tepat waktu dengan adanya tahap perencanaan, terutama perusahaan BUMN seperti PT Jasa Marga (Persero) Tbk. Didalam pengelolaan aset-aset perusahaan, terutama perusahaan BUMN seperti PT Jasa Marga (Persero) Tbk. telah melakukan pengelolaan aset dengan baik sehingga dapat memperluas jaringan jalan tol yang menjadi aset utama bagi perusahaan. Perusahaan ini mengelola berbagai macam aset, selain aset jalan tol dan tanah, PT. Jasa Marga (Persero) Tbk. juga melakukan pengelolaan terhadap sistem transportasi. Sistem transportasi ini meliputi penggunaan sarana dan prasarana yang saling bergantung satu sama lain. Khususnya dalam hal prasarana, infrastruktur jalan sangat membutuhkan adanya faktor keamanan, keselamatan dan kenyamanan yang prima bagi para pengguna jalan tol. Salah satu sarana penunjang yang diperlukan untuk hal itu adalah sistem penerangan lampu jalan. Penerangan lampu jalan diperlukan untuk memenuhi kebutuhan penerangan para pengguna jalan tol khususnya pada malam hari agar tidak terjadi banyak kecelakaan akibat kurangnya penerangan. Oleh sebab itu pada tahap 1

pertama untuk mengelola aset penerangan jalan dibutuhkan adanya perencanaan dan pengendalian yang akurat. Perencanaan dan pengendalian yang akurat dilakukan untuk kepentingan para pengguna jalan tol khususnya pada malam hari, karena para pengguna jalan memiliki hak atas pelayanan seperti yang tertera dalam UUPK No.8 Tahun 1999 Pasal 4 mengenai hak konsumen yaitu hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam mengkonsumsi barang dan/atau jasa, sehingga pengelola aset di PT.Jasa Marga (Persero) Tbk. Cabang Purbaleunyi bertanggung jawab untuk terus meningkatkan sarana dan prasarana agar hak konsumen terpenuhi salah satunya dengan cara melakukan penentuan prakiraan penerangan sesuai kebutuhan konsumen. Sistem penerangan lampu jalan yang umum diaplikasikan adalah sistem penerangan lampu jalan yang dicatu dari PLN. Sedangkan untuk jalan yang posisinya berada di luar kota yang tidak terjangkau oleh sumber PLN, menggunakan Sistem Lampu Penerangan Jalan LED dengan Solar Cell. Terutama untuk penerangan jalan tol yang sudah dan sedang dibangun serta penerangan yang diperlukan tentunya memberikan dampak pada konsumsi listrik, terutama untuk penerangan pada malam hari. Konsumsi listrik yang semakin meningkat tidak diimbangi dengan ketersediaan energi yang ada saat ini sedangkan hal penting yang tidak boleh dilupakan dalam pembangunan jalan tol adalah masalah penerangan. Satu lampu penerangan di jalan tol menurut standar nasional memiliki daya 400 W (detikcom, 2011). Berdasarkan keadaan sudut pandang mobilitas para pengguna jalan tol saat malam hari sangat penting adanya penerangan jalan agar tidak terjadinya kecelakaan karena kurangnya penerangan dan rambu-rambu yang diberikan oleh PT. Jasa Marga (Persero) Tbk. Cabang Purbaleunyi. Sehingga lampu penerangan jalan umum (PJU) merupakan suatu sarana yang dapat mewujudkan adanya rasa nyaman, aman, serta keindahan bagi setiap orang yang melakukan aktifitas khususnya saat malam hari. Melihat dari kebutuhan para pengguna jalan tol akan adanya rasa aman, nyaman serta keindahan menggunakan jalan tol khususnya saat malam hari, PT. Jasa Marga (Persero) Tbk. ingin menggunakan penerangan jalan umum yang 2

menggunakan LED tenaga surya yang menggunakan sistem penerangan bukan dari jaringan listrik tetapi solar (battery). Sehingga penerangan jalan umum yang menggunakan LED tenaga surya tidak perlu membayar listrik borongan PJU dan tidak akan adanya pemadaman listrik saat adanya aliran dari pihak PLN, serta tidak mengganggu aktifitas para pengguna jalan saat malam hari. Akan tetapi pembelian lampu PJU dengan LED tenaga surya masih tergolong mahal saat awal pembelian walaupun setiap bulannya tidak akan ada tagihan rekening listrik dari PT. PLN karena menggunakan tenaga solar. Sedangkan PJU yang menggunakan tenaga listrik saat pembelian awal PJU tersebut dapat dikatakan murah, akan tetapi setiap bulannya dikenakan rekenin biaya untuk pembayaran listrik penggunaanya walaupun ada beberapa lampu yang tidak berfungsi tetap dikenakan biaya karena bersifat borongan. Berdasarkan faktor-faktor kelemahan dan keuntungan tersebut, pihak PT. Jasa Marga menilai bahwa pengelolaan dan penggunaan aset belum dimanfaatkan secara optimal oleh PT. Jasa Marga (Persero) Tbk. Cabang Purbaleunyi, sehingga berakibat keluarnya biaya operasional yang cukup tinggi untuk aset tersebut, seperti biaya listrik dan pemeliharaan. Oleh karenanya aset tersebut harus dapat di optimalkan sehingga bisa menutupi biaya operasional aset. Mengacu pada Peraturan Menteri Keuangan No.96/PMK/2007 tentang tata cara pelaksanaan penggunaan, pemanfaatan, penghapusan dan pemindahtanganan barang milik negara, bahwa barang yang sudah berstatus idle capacity dapat di optimalkan dengan cara mengubah status kepemilikan barang tersebut ataupun tidak. Adapun gambar peta lokasi pembangunan lampu penerangan jalan umum (PJU) LED tenaga surya adalah diruas jalan tol Purbaleunyi KM 67+600 s/d 68+680, KM 91 s/d 91+950, KM 93+600 s/d 95+300, KM 100, KM 105-106, KM 108 dan KM 109 sebagai berikut: 3

Sumber : www.google.com, 2011. Gambar1.1 Peta Tol Purbaleunyi Terdapat di 5 daerah yang telah melakukan pekerjaan pemasangan dengan menggunakan lampu PJU Solar Cell atau yang biasa disebut dengan PJU LED teanga Surya single ornament dan lampu sorot diruas jalan tol Padaleunyi, yaitu di daerah Pasteur, Pasir Koja, Kopo, Mochamad Toha, Buah Batu. Di daerah Pasteur terdapat 31 Unit pemasangan baru yang menggunakan PJU LED tenaga surya dan 9 Unit pemasangan lama yang masih menggunakan PJU tenaga listrik, di daerah Pasir Koja, Kopo, Mochamad Toha, dan Buah Batu terdapat 27 Unit pemasangan baru. Sedangkan PJU LED tenaga surya single ornament dan lampu HPIT 400 watt dilokasi KM 147+300, KM149+800. KM 150+250, KM 151+700, KM 152+50 masing-masing terdapat 9 Unit titik PJU pemasangan baru. Banyaknya pemasangan baru yang telah dilaksanakan oleh PT. Jasa Marga (Persero) Tbk. Cabang Purbaleunyi menuntut adanya perawatan terhadap PJU tersebut agar tetap dapat berfungsi secara maksimal. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari data laporan keuangan tahun 2010 konsolidasi yang telah diaudit, jumlah total penerimaan PJU PLN selama tahun 2010 pembayaran untuk PJU mencapai Rp. 41.556.000.000. Namun dikarenakan pajak PJU yang dikutip dari 4

masyarakat pengguna jalan Tol merupakan Pendapatan Asli Daerah (PAD) disetiap daerah, maka dalam proses penganggarannya dibagi untuk pos anggaran pembangunan yang lain, mengakibatkan tidak seluruh hasil pajak yang didapat digunakan untuk pembangunan dan pemeliharaan PJU itu sendiri. Isu-isu mengenai lokasi PJU tenaga listrik yang padam belum dijadikan rujukan utama dalam perumusan anggaran dan kebijakan alokasi untuk menggunakan PJU LED tenaga surya yang dinilai dapat menghemat biaya listrik, menimbang dari data untuk penurunan subsidi yang diberikan. Namun besar anggaran pemeliharaan dan penggunaan lampu PJU LED tenaga surya belum diputuskan dan belum dipastikan dapat lebih mengurangi beban anggaran PT. Jasa Marga (Persero) Tbk. setiap bulannya daripada dengan menggunakan lampu PJU tenaga listrik. Berdasarkan hasil penelitian studi kasus oleh penulis mengenai Penentuan Kebutuhan Lampu Penerangan Jalan Umum (PJU) LED Tenaga Surya Di Area Tol Purbaleunyi, dapat diketahui bahwa variabel-variabel penentuan kebutuhan PJU LED (komponen-komponen PJU LED tenaga surya, dan penentuan jumlah kebutuhan PJU LED tenaga surya) di sepanjang tol Purbaleunyi masih memiliki kekurangan dengan jumlah 2724 unit penerangan jalan umum LED tenaga surya. Sehingga perlu adanya perencanaan untuk pembangunan dalam upaya penambahan jumlah PJU LED tenaga surya di sepanjang tol Purbaleunyi. Dari paparan di atas, penulis akan melanjutkan berdasarkan studi kasus untuk menentukan sistem Penerangan Jalan Umum (PJU) lebih memberikan benefit maka dilakukan adanya Studi Kelayakan Investasi Sektor Publik Lampu Penerangan Jalan Umum (PJU) yang Menggunakan Tenaga Listrik Dengan PJU LED Tenaga Surya Di Tol Purbaleunyi Menggunakan Analisis Benefit Cost Ratio (BCR). 5

1.2 Identifikasi Masalah Adapun beberapa permasalahan yang akan diidentifikasi dalam penyusunan laporan ini antara lain adalah: 1. Berapa anggaran pembangunan untuk lampu penerangan jalan umum (PJU) yang menggunakan LED tenaga surya dengan PJU tenaga listrik di tol Purbaleunyi? 2. Berapakah biaya tarif penggunaan untuk PJU LED tenaga surya dengan PJU tenaga listrik di tol Purbaleunyi pertahunnya? 3. Menentukan nilai manfaat penerangan jalan umum (PJU) yang menggunakan LED tenaga surya dengan PJU tenaga listrik di tol Purbaleunyi? 1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian Sehubungan dengan identifikasi yang telah di ungkapkan di atas, tujuan dari penelitian dan manfaat penelitian, sebagai berikut ini: 1.3.1 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Menganalisis anggaran pembangunan untuk lampu penerangan jalan umum (PJU) yang menggunakan LED tenaga surya dengan PJU tenaga listrik di tol Purbaleunyi 2. Mengetahui biaya tarif penggunaan untuk PJU LED tenaga surya dengan PJU tenaga listrik di tol Purbaleunyi pertahunnya. 3. Menganalisis besar nilai manfaat penerangan jalan umum (PJU) yang menggunakan LED tenaga surya dengan PJU tenaga listrik di tol Purbaleunyi. 6

1.3.2 Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian yang dilakukan adalah: 1. Manfaat untuk Perusahaan: Memberikan masukan dengan menganalisis Benefit Cost Ratio (BCR) dari lampu Penerangan Jalan Umum (PJU) LED tenaga surya dengan PJU tenaga listrik di ruas tol Cipularang kepada pengelola Jalan Tol PT. Jasa Marga (Persero) agar penelitian dalam penilaian aset PJU yang dilakukan dapat mencapai tujuan yang diharapkan. 2. Manfaat untuk Penulis: Sebagai media pengembangan diri melalui pengetahuan dan ilmu manajemen aset yang di dapat dibangku kuliah dan diaplikasikan di lapangan dengan menganalisis Benefit Cost Ratio (BCR) dari PJU tenaga listrik dengan PJU LED tenaga surya yang lebih menguntungkan bagi perusahaan. 1.4 Lokasi dan Waktu Penelitian Untuk keperluan penelitian ini ditentukan lokasi dan waktu penelitian terlebih dahulu untuk memfokuskan pada materi penelitian. 1.4.1 Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan di PT. Jasa Marga (Persero) Tbk. Cabang Purbaleunyi yang beralamat di Plaza Tol Pasteur Jl. Dr. Djunjunan No.257 Bandung, Jawa Barat. Sedangkan objek penelitiannya berlokasi di Jalan Tol Area Purbaleunyi, Bandung. Dapat dilihat pada peta gambar 1.1 sebagai berikut: 7

Tol Purbaleunyi Sumber: google maps, (2011) Gambar 1.2 Peta Lokasi Jalan Tol Purbaleunyi 1.4.2 Waktu Penelitian Waktu penelitian dilaksanakan dari bulan April 2012 sampai dengan awal bulan Juni 2012. 1.5 Kerangka Berpikir Kerangka berfikir ini menjadi pemandu untuk melaksakan mengenai Studi Kelayakan Investasi Sektor Publik Lampu Penerangan Jalan Umum (PJU) yang Menggunakan Tenaga Listrik Dengan PJU LED Tenaga Surya Di Tol Purbaleunyi Menggunakan Analisis Benefit Cost Ratio (BCR). Pemetaan Input-Proses-Output adalah upaya pemetaan hubungan kebutuhan data dalam kaitan proses analisa dan 8

hasil yang di harapkan. Berikut ini rangkaian langkah dalam kerangka berfikir Studi Kelayakan Investasi Sektor Publik Lampu Penerangan Jalan Umum (PJU) yang Menggunakan Tenaga Listrik Dengan PJU LED Tenaga Surya Di Tol Purbaleunyi Menggunakan Analisis Benefit Cost Ratio (BCR): 1. Input Input dari kerangka berfikir ini adalah hasil dari identifikasi dan pengukuran mengenai Studi Kelayakan Investasi Sektor Publik Lampu Penerangan Jalan Umum (PJU) yang Menggunakan Tenaga Listrik Dengan PJU LED Tenaga Surya Di Tol Purbaleunyi Menggunakan Analisis Benefit Cost Ratio (BCR). Input dalam proses ini adalah data primer yang didapatkan melalui tinjauan lapangan (survey) pada saat akan melakukan penelitian dan data awal dari pengelola aset. Input dari penelitian ini yaitu: 1) Berapa anggaran pembangunan untuk lampu penerangan jalan umum (PJU) yang menggunakan LED tenaga surya dengan PJU tenaga listrik di tol Purbaleunyi? 2) Berapakah anggaran penggunaan untuk PJU LED tenaga surya dengan PJU tenaga listrik pertahunnya di tol Purbaleunyi? 3) Menentukan nilai manfaat penerangan jalan umum (PJU) yang menggunakan LED tenaga surya dengan PJU tenaga listrik di tol Purbaleunyi? 2. Proses dan Metode Metode dan proses dalam kerangka berfikir ini adalah dengan mengelola data yang berasal dari input. Proses yang digunakan adalah dengan cara melakukan interview pada pengelola aset dan observasi terhadap aset yang akan di kaji. Setelah data terkumpul, kemudian data tersebut di analisis dengan menggunakan analisis forecasting dan analisis Benefit Cost Ratio (BCR). Yang termasuk analisis forecasting adalah estimasi kejadian, waktu, atau besarnya kejadian-kejadian dimasa yang akan datang. Sedangkan analisis Benefit Cost Ratio (BCR) merupakan salah satu metode yang sering digunakan dalam tahap-tahap evaluasi awal perencanaan investasi sektor 9

public atau sebagai analisis tambahan dalam rangka memvalidasi hasil dari evaluasi yang telah dilakukan dengan metode lainnya (Sugiyono, 2001). Setelah itu kemudian dilakukan analisis mengenai pengelolaan dari aset yang sedang di kaji. Dalam melakukan analisis selalu didasari oleh Landasan Normatif dan Landasan Teori. Sehingga apa yang dilakukan dalam proses dan metode ini selalu ada batasannya dan juga terarah. 3. Output Output adalah hasil yang ingin di capai dalam melakukan penelitian ini. Output ini bisa menjawab identifikasi masalah yang sudah dibuat di dalam input. Output yang ingin di capai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) Menganalisis anggaran pembangunan untuk lampu penerangan jalan umum (PJU) yang menggunakan LED tenaga surya dengan PJU tenaga listrik di tol Purbaleunyi. 2) Mengetahui anggaran penggunaan untuk PJU LED tenaga surya dengan PJU tenaga listrik pertahunnya di tol Purbaleunyi. 3) Menganalisis besar nilai manfaat penerangan jalan umum (PJU) yang menggunakan LED tenaga surya dengan PJU tenaga listrik di tol Purbaleunyi. Untuk lebih jelasnya mengenai kerangka berfikir Studi Kelayakan Investasi Sektor Publik Lampu Penerangan Jalan Umum (PJU) yang Menggunakan Tenaga Listrik Dengan PJU LED Tenaga Surya Di Tol Purbaleunyi Menggunakan Analisis Benefit Cost Ratio (BCR) dapat dilihat pada gambar 1.3 sebagai berikut: 10

INPUT 1) Berapa anggaran pembangunan untuk lampu penerangan jalan umum (PJU) yang menggunakan LED tenaga surya dengan PJU tenaga listrik di tol Purbaleunyi? 2) Berapakah biaya tarif penggunaan untuk PJU LED tenaga surya dengan PJU tenaga listrik di tol Purbaleunyi pertahunnya? 3) Menentukan nilai manfaat penerangan jalan umum (PJU) yang menggunakan LED tenaga surya dengan PJU tenaga listrik di tol Purbaleunyi? Keterangan : Informasi Data 1. Dokumentasi 2. Interview 3. Observasi Lapangan PROSES DAN METODE Studi Kelayakan Investasi Sektor Publik Penerangan Jalan Umum (PJU) yang Menggunakan Tenaga Listrik Dengan PJU LED Tenaga Surya Di Tol Purbaleunyi Menggunakan Analisis Benefit Cost Ratio. Sumber Normatif : 1. UUPK No.8 Tahun 1999 2. KepMen Dalam Negeri No.49 Tahun 2001 3. PPRI No 6 Tahun 2006 4. PMK No 96 Tahun 2007 5. BSN 2006 6. Dirjen Bina Marga No.12/S/BNKT/1991 7. UU No. 34 tahun 2000 pasal 2 ayat 2 8. PP No.24 Tahun 2005 Analisis Deskriptif Landasan Teori Meliputi: 1. Manajemen Aset 2. Penerangan Jalan Umum (PJU) 3. Analisis Manfaat Biaya OUTPUT 1) Menganalisis anggaran pembangunan untuk lampu penerangan jalan umum (PJU) yang menggunakan LED tenaga surya dengan PJU tenaga listrik di tol Purbaleunyi. 2) Mengetahui biaya tariff penggunaan untuk PJU LED tenaga surya dengan PJU tenaga listrik pertahunnya di tol Purbaleunyi. 3) Menganalisis besar nilai manfaat penerangan jalan umum (PJU) yang menggunakan LED tenaga surya dengan PJU tenaga listrik di tol Purbaleunyi Sumber: Data Olahan Penulis, 2012. Gambar 1.3 Kerangka Berfikir Studi Kelayakan Investasi Sektor Publik Lampu Penerangan Jalan Umum (PJU) yang Menggunakan Tenaga Listrik Dengan PJU LED Tenaga Surya Di Tol Purbaleunyi Menggunakan Analisis Benefit Cost Ratio (BCR). 11