BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Obat Generik (Unbranded Drug) adalah obat dengan nama generik, nama

LAPORAN PRAKTIKUM HPLC : ANALISA TABLET VITAMIN C

High Performance Liquid Chromatography (HPLC) Indah Solihah

BAB I PENDAHULUAN. tertentu seperti asam-asam amino, asam-asam nukleat, dan proteinprotein

High Performance Liquid Chromatography (HPLC) Indah Solihah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

High Performance Liquid Chromatography (HPLC) Indah Solihah

BAB I PENDAHULUAN ZAT PADAT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut USP (2007), sifat fisikokimia cefadroxil adalah sebagai berikut:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengkompromikan daya pisah kromatografi, beban cuplikan, dan waktu analisis

Analisis Fisiko Kimia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Ditjen. BKAK (2014), sifat fisikokimia pirasetam adalah : Gambar 2.1 Struktur Pirasetam. : 2-Oxopirolidin 1-Asetamida

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berbagai infeksi virus pada manusia disebabkan oleh virus herpes. Infeksi

BAB I PENDAHULUAN. kuat dilaboratorium kimia. Metode kromatografi, karena pemanfaatannya

Kromatografi Cair Kinerja Tinggi Atau Hplc (High Performance Liquid Chromatography) Disusun oleh: Kelompok 4 (empat)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terbuat dari pati atau bahan lain yang sesuai (Ditjen POM RI, 1995).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. metilselulosa atau bahan lain yang cocok (Anief, 1994).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KROMATOGRAFI. Adelya Desi Kurniawati, STP., MP., M.Sc.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. dengan penambahan bahan tambahan yang sesuai. Tablet dapat berbeda-beda

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sediaan pemutih wajah. Hal ini dikarenakan efektivitas kerja dari hidrokuinon

Kelompok 2: Kromatografi Kolom

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. A (retinol) atau disebut juga tretinoin. Bahan ini sering dipakai pada

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Fase gerak : dapar fosfat ph 3,5 : asetonitril (80:20) : panjang gelombang 195 nm

Beberapa keuntungan dari kromatografi planar ini :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bentuk tabung pipih atau siskuler, kedua permukaannya rata atau cembung,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang tidak larut tetapi terdispersi dalam cairan. Zat yang terdispersi harus halus

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I TINJAUAN PUSTAKA

Cara Pengklasifikasian Kromatografi :

TINJAUAN PUSTAKAA Sifat. Fisikokimia. berikut: Rumus struktur : Nama Kimia. Rumus Molekul. : C 6 H 12 NNaO. Berat Molekul.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Kromatografi Gas-Cair (Gas-Liquid Chromatography)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kadar air = Ekstraksi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. atau diagnosis suatu penyakit, kelainan fisik, atau gejala-gejalanya pada manusia

KROMATOGRAFI PERMIASI GEL. Gel permeation chromatography

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. gigitan serangga dan eksim scabies (Anonim, 2008). Fluosinolon asetonid

ANALISIS KADAR METANOL DAN ETANOL DALAM MINUMAN BERALKOHOL MENGGUNAKAN KROMATOGRAFI GAS. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. kembali pada awal tahun 1920-an. Pada tahun 1995-an, metode kromatografi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SEJARAH. Pertama kali digunakan untuk memisahkan zat warna (chroma) tanaman

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. menghambat enzim HMG-CoA reduktase. HMG-CoA merupakan pembentuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Saus cabai atau yang biasa juga disebut saus sambal adalah saus yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Suspensi Kotrimoksazol mengandung Sulfametoksazol C 10 H 11 N 3 O 3 S dan. Rumus struktur : H 2 N SO 2 NH N.

BAB I PENDAHULUAN. digunakan sebagai obat influenza. PCT merupakan analgesik-antipiretik, dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut British Pharmacopeia (2009), sifat fisikokimia domperidone

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I Pengantar kromatografi Sejarah dan perkembangan kromatografi Teknik pemisahan yang sebenarnya dapat dikatagorikan teknik kromatografi adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kombinasi kedua obat memberikan efek sinergis (Ganiswarna, 2007).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bahan Tambahan Makanan (BTM) atau food additives adalah senyawa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Nistatin sebagai obat antijamur poliena secara alami berasal dari

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan analisis obat semakin dikenal secara luas dan bahkan mulai

BAB VII Kromatografi Cairan Kinerja Tinggi (KCKT) (High Performance Liquid Chromatography)HPLC

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. meringankan gejala batuk dan pilek, penyakit yang seluruh orang pernah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lunak yang dapat larut dalam saluran cerna. Tergantung formulasinya kapsul terbagi

KROMATOGRAFI. Kromatografi adalah teknik pemisahan campuran didasarkan atas perbedaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Sifat Fisikokimia Sifat fisikokimia menurut Ditjen POM (1995) adalah sebagai berikut :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. METODE PENELITIAN. Penelitian akan dilaksanakan pada bulan Januari 2012 di Balai Besar Pengembangan

PEMISAHAN ZAT WARNA SECARA KROMATORAFI. A. Tujuan Memisahkan zat-zat warna yang terdapat pada suatu tumbuhan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

LAPORAN TETAP KIMIA ANALITIK INSTRUMEN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Obat adalah suatu bahan atau paduan bahan yang dimaksudkan untuk digunakan

BAB I PENDAHULUAN. Tuberculosis merupakan infeksi bakteri kronik yang disebabkan oleh

PERANCANGAN PENGAWASAN MUTU - BAHAN BAKU OBAT - SEDIAAN JADI

LAPORAN PRAKTIKUM Praktikum HPLC, Analisa Tablet Vitamin C

LAPORAN PRAKTIKUM ANALISA VITAMIN C METODE HPLC HIGH PERFORMANCE LIQUID CROMATOGRAPHY

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Pembuatan larutan induk standar fenobarbital dan diazepam

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

Kata Kunci : kromatografi gas, nilai oktan, p-xilena, pertamax, pertamax plus.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Hukum Kesetimbangan Distribusi

Untuk mengetahui pengaruh ph medium terhadap profil disolusi. atenolol dari matriks KPI, uji disolusi juga dilakukan dalam medium asam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. analgetik dan antipiretik disamping jenis obat lainnya. Jenis obat tersebut banyak

BAB I PENDAHULUAN. Kulit merupakan jaringan pelindung yang lentur dan elastis, yang

KLASIFIKASI KROMATOGRAFI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PERCOBAAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2. Menentukan kadar berbagai tablet Vitamin C menggunakan metoda HPLC. HPLC(HighPerfomance Liquid Cromatografi)

Jurnal Farmasi Malahayati Volume 1 No.1 Januari

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Betametason (Bm) dan Deksklorfeniramin Maleat (Dk) adalah kombinasi

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

KROMATOGRAFI PENUKAR ION Ion-exchange chromatography

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Acyclocir Asiklovir (Acycloguanosine), juga dikenal sebagai asiklovir, merupakan obat antivirus. Hal ini terutama digunakan untuk pengobatan infeksi herpes simplex virus, cacar, dan herpes zoster. Kegunaan lain termasuk pencegahan infeksi cytomegalovirus setelah transplantasi dan komplikasi berat dari infeksi virus Epstein-Barr. Hal ini dapat diambil melalui mulut, diterapkan sebagai krim, atau disuntikkan. Efek samping yang umum termasuk mual dan diare. Berpotensi efek samping yang serius termasuk masalah ginjal dan trombosit rendah. perawatan yang lebih besar dianjurkan pada mereka dengan hati yang buruk atau fungsi ginjal. Hal ini umumnya dianggap aman untuk digunakan dalam kehamilan dengan tidak membahayakan yang telah diamati. Tampaknya menjadi aman selama menyusui. Asiklovir adalah analog asam nukleat yang terbuat dari guanosin. Ia bekerja dengan mengurangi produksi DNA virus. (http://en.wikipedia.org/wiki/acyclovir) Gambar 2.1 Struktur Acyclovir (Acycloguanosine) 5

6 Untuk aktivasi, asiklovir memerlukan tiga langkah fosforilasi. Pertama, asiklovir diubah menjadi derivat monofosfat oleh timidin kinase yang spesifik virus, kemudian menjadi senyawa ditrifosfat dan trifosfat oleh enzim inangnya. Karena asiklovir memerlukan kinase virus untuk fosforilasi awal, asiklovir diaktifkan secara selektif dan trifosfat hanya berakumulasi pada sel yang terinfeksi. Asiklovir trifosfat menghambat sintesis DNA virus melalui dua mekanisme yaitu penghambatan kompetitif dari deoxygtp untuk polimerisasi DNA virus, dengan mengikat pada pola DNA sebagai suatu kompleks yang ireversibel, dan terminasi rantai mengikuti penggabungan menjadi DNA virus. (Bertram G. Katzung, 2004) Acyclovir (Acycloguanosine) adalah agen antiviral yang telah diakui untuk penanganan terhadap infeksi varicella. Nukleotida ini telah menggantikan vidarabin dan IFN-α, yang merupakan antivirus pertama yang diketahui memiliki efek klinis untuk mengatasi infeksi primer dan rekurens dari VZV. Asiklovir hanya terfosforilasi ketika bertemu dengan timidin kinase dari virus, obat ini cenderung inaktif di dalam tubuh kecuali bila tersensitisasi dengan sel yang terinfeksi VZV atau yang telah memiliki enzim virus. Setelah terjadi penggabungan antara asiklovir dengan timidine kinase, maka selular kinase akan memetabolisme monofosfat menjadi trifosfat yang bersifat kompetitif inhibitor dan menjadi rantai terminasi DNA virus polimerase. Konsentrasi yang biasanya diperlukan untuk menginhibisi VZV adalah sekitar 1 hingga 2 mg/ml.(http://www.universitaspelita Harapan.ac.id)

7 2.2. Cacar Air (Varisela) Cacar air merupakan penyakit virus yang sangat menular terutama menyerang anak anak, disebabkan oleh Varicella-zoster virus. Virus ini termasuk virus DNA dari famili Herpetoviridae yang mempunyai virion berdiameter 110 nm. Varisela (Varicella) terutama menyerang anak anak berumur antara 5-8 tahun. Epidemi varisela biasanya terjadi setiap 2-5 tahun. Penularan virus terjadi melalui udara bersama titik ludah (droplet infection) atau melalui kontak langsung dan tidak langsung dengan lesi kulit penderita. Penderita dengan gangguan system imun akan mengalami varisela yang lebih berat gejala klinisnya, bahkan dapat menyenankan kematian penderita. (Soedarto, 2009) Penyakit cacar air jauh lebih ringan dan tidak seberbahaya penyakit cacar (small pox). Gejala yang muncul adalah demam, adanya gelembung gelembung ini dimulai dari bagian tubuh penderita, lalu menjalar ke anggota tubuh lainnya. Cacar ular adalah nama awam untuk penyakit herpes zoster. Penyakit ini merupakan bentuk pengaktifan kembali peenyakit cacar air (varisela) yang pernah diderita seseorang sebelumnya. Apabila seseorang terkena infeksi virus variselazoster untuk pertama kali, maka akan timbul cacar air setelah sembuh, virus tersebut tidaklah musnah seluruhnya dari tubuh penderita. Tetapi berdiam di dalam tubuh penderita. Virus yang berdiam dalam tubuh penderita ini dapat sewaktu waktu muncul kembali dan menyebabkan penyakit yang disebut herpes zoster. Gejala yang terjadi pada penyakit ini awalnya hampir sama dengan cacar air, yaitu terjadi demam dan badan terasa pegal pegal. Slanjutnya, sedikit berbeda dengan penyakit cacar air, walaupun virus penyebabnya sama. Pada herpes zoster, gelembung muncul dalam suatu kelompok yang menyerupai garis

8 lebar dengan dasar kulit kemerahan, yang muncul dari bagian belakang tubuh dan menjalar ke arah depan pada salah satu sisi tubuh, yang paling sering dari punggung ke dada. Ketika deretan gelembung muncul di kedua sisi tubuh, berarti infeksi yang terjadi sangan berat, dan daya tahan tubuh penderita dalam keadaan sangat lemah dan buruk. Kondisi fisik yang demikian ini memiliki resiko yang bias berakibat fatal. (Mutaroh Akmal dkk, 2016) 2.2.1. Pencegahan dan Pengobatan Pencegahan penyakit cacar air: 1. Anak anak tidak boleh bersekolah selama 5 hari sejak timbulnya ruam 2. Pemberian vaksin varisela: vaksin hidup yang dilemahkan member perlindungan 85% dan aman (terutama menyebabkan nyeri local ringan dan <5% ruam cacar air jarang yang berlangsung singkat dalam 28 hari dan sangat jarang menyebabkan cacar air ringan pada orang yang berkontak) 3. Data yang ada kurang untuk menentukan efektivitas asiklovir dalam mencegah cacar air Pengobatan penyakit cacar air: 1. Anak kecil hanya membutuhkan obat simtomatik dan perawatan yang higienis untuk mencegah infeksi bakteri sekunder 2. Asiklovir oral mempersingkat penyakit pada orang dewasa dan remaja bila diberikan dalam 24 jam ejak timbulnya ruam dan direkomendasikan 3. Semua pasien immunocompromised dan pasien dengan pneumonia harus mendapatkan asiklovir intravena (IV).

9 Pencegahan Penyakit Herpes Zoster: 1. Uji vaksin varisela mati menunjukkan harapan dalam menurunkan insidensi herpes zoster pada pasien transplantasi Pengobatan Penyakit Herpes Zoster: 1. Asiklovir yang diberikan dalam 72 jam memperpendek durasi penyakit akut, mencegah diseminasi, dan mungkin memperpendek durasi, insidensi, serta keparahan nyeri pasca herpes. (Mandal B.K, 2008) 2.3. Pengertian Obat Obat memiliki cakupan makna yang cukup luas, bukan hanya terbatas pada zat zat yang digunakan untuk menyembuhkan seseorang dari sakit. Zat zat yang berfungsi untuk menetapkan diagnose (mengetahui penyakit), mencegah, mengurangi, menghilangkan, penyakit atau gejala penyakit, luka atau kelainan pada manusia dan juga hewan yang disebut obat. (Widodo, 2004) Meskipun obat dapat bersifat menyembuhkan tapi banyak kejadian yang mengakibatkan seseorang menderita akibat keracunan obat. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa obat dapat bersifat sebagai obat dan juga dapat bersifat sebagai racun. Obat itu akan bersifat sebagai obat apabila tepat digunakan dalam pengobatan suatu penyakit dengan dosis dan waktu yang tepat. Jadi jika digunakan salah dalam pengobatan akan menimbulkan keracunan. Bila dosisnya lebih kecil, maka tidak diperoleh efek penyembuhan. (Anief, 2007) Penggunaan obat melalui oral bertujuan terutama untuk mendapatkan efek sistematik, yaitu obat beredar melalui pembuluh darah ke seluruh tubuh. Kecepatan absorbsi obat melalui oral tergantung pada ketersediaan obat terhadap

10 cairan biologic. Sedangkan obat yang diabsorbsi lambat akan member aktivitas obat yang lebih panjang. (Anief, 1989) 2.4. Tablet Tablet merupakan bahan obat dalam bentuk sediaan padat yang biasanya dibuat dengan penambahan bahan tambahan farmasetika yang sesuai. Tablet dapat berbeda beda ukuran, bentuk, berat, kekerasan, ketebalan, daya hancur, dan aspek lainnya tergantung pada cara pemakaian tablet dan metode pembuatannya. Umumnya tablet digunakan pada pemberian obat secara oral. (Ansel, 1989) 2.4.1 Persyaratan Tablet Menurut farmakope Indonesia Edisi IV dan sumber sumber lainnya, tablet harus memenuhi persyaratan sebagai berikut : 1. Keseragaman bobot Tablet harus memenuhi uji keseragaman bobot untuk menjamin keseragaman bobot tiap tablet yang dibuat. Tablet yang bobotnya seragam diharapkan memiliki kandungan bahan obat yang sama, sehingga mempunyai efek terapi yang sama. 2. Kekerasan Tablet harus memiliki kekuatan atau kekerasan agar dapat bertahan terhadap berbagai guncangan pada saat pengepakan dan pengangkutan. Uji ini digunakan dengan menggunakan alat yang disebut hardness tester. 3. Kerenyahan Uji ini dilakukan untuk mengetahui kerenyahan tablet, karena tablet yang rapuh dan rusak kandungan zat berkhasiatnya berkurang sehingga

11 mempengaruhi efek terapi. Kerenyahan ditandai dengan massa partikel yang berjatuhan dari tablet. Uji ini menggunakan alat yang disebut Roche Friabilator. 4. Waktu Hancur Uji ini dimaksud untuk mengetahui kesesuaian batas waktu hancur yang tertera dalam masing masing monografi, kecuali pada etiket dinyatakan bahwa tablet dirancang untuk pelepasan kandungan obat secara bertahap dalam jangka waktu tertentu atau melepaskan obat dalam dua periode berbeda atau lebih dengan jarak waktu yang jelas diantara periode pelepasan tersebut. Uji waktu hancur tidak menyatakan bahwa sediaan atau bahan aktifnya terlarut sempurna, interval waktu hancur yaitu 5-30 menit. Sediaan dinyatakan hancur sempurna bila tidak ada sisa sediaan yang tidak larut tertinggal pada kasa. 5. Penetapan Kadar Zat Berkhasiat Penetapan kadar ini dilakukan untuk mengetahui apakah tablet tersebut memenuhi syarat sesuai dengan etiket. Bila kadar obat tersebut tidak memenuhi syarat, berarti obat tersebut tidak memiliki efek terapi yang baik dan tidak layak dikonsumsi. 6. Disolusi Disolusi adalah proses pemindahan molekul obat dari bentuk sediaan padat kedalam larutan pada suatu medium. Uji ini digunakan untuk mengetahui kesesuaian dengan persyaratan disolusi yang tertera dalam monografi pada sediaan tablet kecuali pada etiket yang dinyatakan bahwa tablet harus dikunyah atau tidak memerlukan uji disolusi.

12 2.5. Sejarah Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) Di balik kepopulerannya, kromatografi cair atau KCKT telah berkembang melalui beberapa tahapan dan sekarang teknik kromatografi cair atau KCKT telah tersedia bagi ahli kimia analitik. Pemisahan dengan teknik kromatografi dilaporkan pertama kali oleh Tswett di tahun 1906. Dalam eksperimennya, Tswett memisahkan pigmen tumbuhan berwarna pada kolom berisi serbuk kalsium karbonat dan dari pekerjaannya muncul istilah kromatografi. Setelah itu, selama 35 tahun perkembangan kromatografi cair terhenti. Pada tahun 1941 Martin dan Synge mempublikasikan hasil temuaannya mengenai teori kromatografi dan setelah itu publikasi yang berkenaan dengan teknik pemisahan kromatografi meningkat pesat dalam hal jumlah, kepentingan serta popularitas. (Hendayana Sumar, 2006) 2.5.1. Prinsip Kerja Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) Prinsip kerja KCKT adalah sebagai berikut: dengan bantuan pompa fase gerak cair dialirkan melalui kolom ke detektor. Cuplikan dimasukkan ke dalam aliran fase gerak dengan cara penyuntikan. Di dalam kolom terjadi pemisahan komponen komponen campuran. Karena perbedaan kekuatan interaksi antar solut solut terhadap fase diam. Solut solut yang kurang kuat interaksinya dengan fase diam akan keluar dari kolom lebih dulu. Sebaliknya, solut solut yang kuat berinteraksi dengan fase diam maka solut solut tersebut akan keluar dari kolom lebih lama. Setiap komponen campuran yang keluar dari kolom dideteksi oleh detektor kemudian direkam dalam bentuk kromatogram. (Hendayana Sumar, 2006)

13 2.5.2. Jenis Jenis Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) Hamper semua jenis campuran solute dapat dipisahkan dengan KCKT karena banyaknya fase dian yang tersedia dan selektifitas yang dapat ditingkatkan dengan mengatur fase gerak. Pemisahan dapat dilakukan dengan fase norma atau fase terbalik tergantung pada polaritas relatif fase diam dan fase gerak. Berdasarkan pada kedua pemisahan ini, sering kali KCKT dikelompokkan menjadi KCKT fase normal dan KCKT fase terbalik. Meskipun demikian, klasifikasi berdasarkan pada sifat fase dian dan atau berdasarkan mekanisme sorpsi solute memberikan suatu jenis KCKT yang lebih spesifik. Jenis jenis KCKT berdasarkan hal ini diuraikan dibawah ini: 1. Kromatografi Adsorbsi Pemisahan kromatografi adsorbsi biasanya menggunakan fase normal dengan menggunakan fase diam silica gel dan alumina, meskipun demikian sekitar 90% kromatografi ini memakai silica sebagai fase diamnya. Fase gerak yang digunakan untuk fase diam silica atau alumina berupa pelarut non polar yang ditambah dengan pelarut polar seperti air atau alkohol rantai pendek untuk meningkatkan kemampuan elusinya sehingga tidak timbul pengekoran puncak, misalnya n-heksana ditambah dengan methanol. Jenis KCKT ini kurang luas penggunaannya, meskipun demikian jenis KCKT ini sesuai untuk pemisahan pemisahan campuran isomer struktur dan untuk pemisahan solute dengan gugus fungsional yang berbeda. Serangkaian senyawa yang homolog tidak dapat dipisahkan dengan kromatrografi adsorbs ini karena pada bagian solute yang non polar tidak dapat berinteraksi dengan permukaan adsorben yang polar.

14 2. Kromatografi Partisi Kromatografi jenis ini disebut juga dengan kromatografi fase terikat. Kebanyakan fase diam kromatografi ini adalah silica yang didominasikan secara kimiawi atau fase terikat. Fase diam yang paling popular digunakan adalah oktadesilsilan (ODS atau C 18 ) dan kebanyakan pemishannya adalah fase terbalik. Sebagai fase gerak adalah campuran methanol atau asetonitril dengan air atau dengan larutan buffer. Untuk solute yang bersifat asam lemah atau basa lemah, peranan ph sangat krusial karena kalau ph fase gerak diatur maka solute akan mengalami ionissi atau protonasi. Terbentuknya spesies yang terionisasi ini menyebabkan ikatannya dengan fase diam menjadi lebih lemah dibandingkan jika solute dalam bentuk spesies yang tidak terionisasi karenanya spesies yang mengalami ionisasi akan terelusi lebih cepat. 3. Kromatografi Penukar Ion KCKT penukar ion menggunakan fase diam yang dapat menukar kation atau anion dengan suatu fase gerak. Ada banyak penukar ion yang beredar dipasaran, meskipun demikian yang paling luas penggunaannya adalah polistiren resin. Kebanyakan pemisahan kromatografi ion dilakukan dengan menggunakan media air karena sifat ionisasinya. Dalam beberapa hal digunakan pelarut campuran misalnya air-alkohol dan juga pelarut organic.jenis ion fase gerak dapat berpengaruh secara nyata pada retensi solute sebagai akibat dari perbedaan kemampuan ion fase gerak berinteraksi dengan resin penukar ion. 4. Kromatografi Eksklusi ukuran Kromatografi ini disebut juga dengan kromatografi permiasi gel dan dapat digunakan untuk memisahkan atau menganalisis senyawa dengan berat molekul

15 > 2000 dalton. Fase diam yang digunakan dapat berupa silica atau polimer yang bersifat porus sehingga solute dapat melewati porus (lewat diantara partikel), atau berdifusi lewat fase diam. Molekul solute yang memiliki BM yang jauh lebih besar, akan terelusi terlebih dahulu, kemudian molekul molekul yang berukuran medium, dan terakhir adalah molekul yang jauh lebih kecil. Hal ini disebabkan solute dengan BM yang besar tidak melewati porus, akan tetapi lewat diantara partikel fase diam. Dengan demikian, dalam pemisahan dengan eksklusi ukuran ini tidah terjadi interaksi kimia antara solute dan fase diam seperti kromatografi yang lain. (Gandjar, I.B, 2008) 5. Kromatografi Pasangan Ion Kromatografi pasangan ion juga dapat digunakan untuk pemisahan sampel sampel ionic dan mengatasi masalah masalah yang melekat pada metode penukaran ion. Sampel ionic ditutup dengan ion yang mempunyai muatan yang berlawanan. 6. Kromatografi Afinitas Kromatografi jenis ini, pemisahan terjadi karena interaksi interaksi biokimiawi yang sangat spesifik. Fase diam mengandung gugus gugus molekul yang hanya dapat menyerap sampel jika ada kondisi kondisi yang terkait dengan muatan dan sterik tertentu pada sampel yang sesuai (sebagaimana dalam interaksi antara antigen dan antibody). Kromatografi jenis ini dapat digunakan untuk mengisolasi protein (enzim) dari campuran yang sangat kompleks. (Rohman, A, 2009)

16 2.5.3. Bagian Bagian Alat Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) Instrumentasi KCKT pada dasarnya terdiri atas: wadah fase gerak, pompa, injector, kolom, detector, wadah penampung buangan fase gerak, dan sebuah computer atau integrator atau perekam. 1. Wadah Fase Gerak dan Fase Gerak a. Wadah Fase Gerak Wadah fase gerak harus bersih dan lembam (inert). Wadah pelarut kosong ataupun labu laboratorium dapat digunakan sebagai wadah fase gerak. Wadah ini biasanya dapat menampung fase gerak antara 1 sampai 2 liter pelarut. (Rohman, A, 2009) b. Fase Gerak Fase gerak atau eluen biasanya terdiri atas campuran pelarut yang dapat bercampur yang secara keseluruhan berperan dalam daya elusi dan resolusi. Daya elusi dan resolusi ini ditentukan oleh polaritas keseluruhan pelarut, polaritas fase diam, dan sifat sifat komponen sampel. Untuk fase normal (fase diam lebih polar dari fase gerak), kemampuan elusi meningkat dengan meningkatnya polaritas pelarut. Sementara untuk fase terbalik (fase diam kurang polar daripada fase gerak), kemampuan elusi menurun dengan meningkatnya polaritas pelarut. Fase gerak sebelum digunakan harus disaring terlebih dahulu untuk menghindari partikel partikel kecil. Selain itu, adanya gas dalam fase gerak juga harus dihilangkan, sebab adanya gas akan berkumpul dengan komponen lain terutama dipompa dan detektor sehingga akan mengacaukan analisis.

17 2. Pompa Pompa yang cocok untuk KCKT adalah pompa yang mempunyai syarat sebagaimana syarat wadah pelarut, yakni: pompa harus inert terhadap fase gerak. Bahan yang umum dipakai untuk pompa adalah gelas, baja tahan karat, Teflon, dan batu nilam. Pompa yang digunakan sebaiknya mampu memberikan tekanan sampai 5000 psi dan mampu mengalirkan fase gerak dengan kecepatan 3 ml/menit. Untuk tujuan preparative, pompa yang digunakan harus mampu mengalirkan fase gerak dengan kecepatan 20 ml/menit. Tujuan penggunaan pompa atau system penghantaran fase gerak adalah untuk menjamin proses penghantar fase gerak berlangsung secara tepat, konstan, dan bebas dari gangguan. Ada 2 jenis pompa dalam KCKT yaitu: pompa dengan tekanan konstan, dan pompa dengan aliran yang konstan. Tipe pompa dengan aliran fase gerak yang jauh ini lebih umum dibandingkan dengan tipe pompa dengan tekanan konstan. 3. Injektor Atau Tempat Penyuntikan Sampel Sampel sampel cair dan larutan disuntikan secara langsung kedalam fase gerak yang mengalir dibawah tekanan menuju kolom menggunakan alat penyuntik yang terbuat dari tembaga tahan karat dan katup Teflon yang dilengkapi dengan keluk sampel (sample loop) internal atau eksterna. 4. Kolom 5. Ada 2 jenis kolom pada KCKT yaitu kolom konvensional dan kolom mikrobor. Kolom merupakan bagian KCKT yang mana terdapat fase diam untuk berlangsungnya proses pemisahan solute/analit.

18 6. Detektor Detektor pada KCKT dikelompokkan menjadi 2 golongan yaitu: detector universal (yang mampu mendeteksi zat secara umum, tidak bersifat spesifik, dan tidak bersifat selektif) seperti detektor indeks bias dan detector spektrofotometri massa; dan golongan detektor yang spesifik yang hanya akan mendeteksi analit secara spesifik dan selektif, seperti detektor uv-vis, detektor fluorosensi, dan elektrokimia. (Rohman, A, 2009) Pelarut yang dapat digunakan sebagai fase gerak KCKT harus memenuhi persyaratan berikut: murni sekali, jernih sekali, tidak kental. Dalam KCKT fase normal, pelarut yang digunakan bersifat lebih nonpolar dibandingkan fasa diam, sebaliknya untuk KCKT terbalik digunakan pelarut pelarut yang lebih polar daripada fasa diam. Dalam KCKT, pompa bertekanan tinggi digunakan untuk mengalirkan fasa gerak cair. Yang paling penting, pompa harus dapat mengalirkan pelarut secara konstan dan terbuat dari bahan tahan karat. (Hendayana Sumar, 2006) 2.5.4. Keuntungan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi Kromatografi Cair Kinerja Tinggi mempunyai banyak kelebihan, yaitu : 1. Cepat, waktu analisis yang kurang dari satu jam merupakan hal yang lazim. Banyak analisis dapat dilakukan dalam 15-30 menit. Memang, untuk analisis yang tidak rumit, dapat dicapai waktu analisis kurang dari 5 menit. 2. Daya pisah baik, mempunyai dua fase tempat terjadinya interaksi. Kemampuan linarut berinteraksi secara selektif dengan fase diam dan fase

19 gerak memberikan parameter tambahan untuk mencapai pemisahan yang dikehendaki. 3. Peka/ detector unik, detector serapan UV yang biasa dipakai dalam kromatografi cair tingkat tinggi dapat mendeteksi berbagai jenis senyawa dalam jumlah nanogram. 4. Kolom dapat dipakai kembali, laju penurunan mutu itu bergantung pada jenis cuplikan yang disuntikkan, kemurnian pelarut, dan jenis pelarut yang dipakai. 5. Ideal untuk molekul besar dan ion, ragam ekslusi dan pertukaran ion ideal untuk menganalisis molekul besar dan ion. 6. Mudah memperoleh kembali cuplikan, biasanya pelarut dihilangkan dengan mudah dengan cara penguapan, kecuali pada pertukaran ion yang memerlukan cara kerja khusus. (Jhonson, 1991)