Keragaan Tiga Varietas Unggul Baru Padi di Sawah Bukaan Baru Lahan Gambut Feriadi, Ahmadi dan Dede Rusmawan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kepulauan Bangka Belitung Jalan Mentok Km 4 Pangkalpinang 33134 E-mail: dede.rusmawan@ymail.com Abstrak Penggunaan varietas unggul baru yang adaptif dan memiliki produktivitas tinggi merupakan salah satu solusi penigkatan produksi di lahan sawah bukaan baru bergambut. Tujuan pengkajian ini untuk melihat daya adaptasi dan produktivitas tiga varietas padi unggul baru pada lahan sawah bukaan baru bergambut. Pengkajian ini dilaksanakan secara on farm seluas 1 ha di persawahan Meranteh Desa Selingsing, Kabupaten Belitung Timur pada musim hujan (MH) Desember 2012 April 2013. Lahan sawah yang digunakan adalah lahan bukaan baru dan pertama kali tanam. Varietas yang digunakan adalah Inpari 14, Inpari 15 dan Aek Sibundong. Hasil pengkajian menunjukkan bahwa padi varietas Aek Sibundong memiliki pertumbuhan dan produksi yang baik dibandingkan dengan Inpari 14 dan Inpari 15. Produktivitas Aek Sibundongsebesar4,96 t/ha GKP, sedangkan produktivitas padi varietas Inpari 14 dan Inpari15 masing-masing4,64 t/ha GKP dan 4,16 t/ha GKP. Keuntungan usahatani dengan menggunakan varietas Aek Sibundong sebesar Rp. 8.590.000,-, sedangkan keuntungan menggunakan Inpari 14 daninpari 15 masing-masing sebesar Rp 6.940.000,- dan Rp 5.390.000,-. Varietas Aek Sibundong layak untuk dikembangkan di lahan sawah bukaan baru. Kata kunci : Padi, produktivitas, sawah bukaan baru, varietas unggul baru Pendahuluan Guna memenuhi kebutuhan pangan Nasional, khususnya beras pemerintah melakukan pencetakan sawah bukaan baru di luar jawa. Lahan-lahan tersebut padaumumnya merupakan tanah marjinal yang memiliki tingkatkesuburan rendah. Selain itu lahan sawah bukaan baru di beberapa daerah merupakan lahan gambut. Lahan gambut merupakan bahan organik yang tertimbun secara alami dan sedikit mengalami perombakan belum terurai secara sempurna). Kendala yang dihadapi pada lahan bukaan baru disamping tingkat kesuburannya rendah dan porositasnya yang tinggi, juga diperparah oleh persoalan keracunan besi yang akan tetap muncul setiap musim tanam, jika lahan tidak dikelola sesuai dengan teknik yang tepat (Ismon et al., 2005). Lahan bukaan baru akan berproduksi optimal memerlukanwaktu15-20 tahun, dengan produktivitas yang tetap lebih rendah dari sawah mapan. Kondisi tersebut menyebabkan rendahnya semangat petani untuk mengelola lahan sawah bukaan baru. Untuk memperpendek rentang waktu tersebut, sangat diperlukan suatu teknologi yang efektif, efisien dan mudah diterapkan di lapangan (BurbeydanTaher 1993). Provinsi Bangka Belitung pada tahun 2015 telah melaksanakan Program cetak sawah seluas 2.495 ha yag tersebar di tiga kabupaten yaitu Kabupaten Bangka Selatan seluas 1.256 ha, Kabupaten Belitung Timur dengan luasan 719 ha dan Bangka Barat seluas 520 ha (Distanbunnak Prov. Babel, 2015). Lahan yang dicetak menjadi sawah merupakan lahan rawa. Lahan tersebut ada sebagian yang bergambut. Oleh karena, itu perlu ada langkah-langkah antisipasi agar usahatani dilahan tersebut berhasil. Peluang peningkatan produktivitas dan produksi padi di Indonesia masih sangat memungkinkan, antara lain melalui penerapan inovasi teknologi varietas unggul baru padi inbrida 214 Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian
dan hibrida dengan produktivitas tinggi (Badan Litbang Pertanian, 2007). Varietas unggul yang dihasilkan pada tanaman padi diharapkan mampu meningkatkan kesejahteraan petani. Unit analisis pendapatan usahatani adalah per hektar. Oleh karena itu, pendapatan usahatani merupakan dampak dari aplikasi teknologi, produktivitas, dan harga-harga masukan dan keluaran (Sumaryanto, 2004). Pengkajian ini bertujuan untuk mengetahui keragaan tiga varietas unggul baru yaitu Inpari 14, 15 dan Aek Sibundong di lahan sawah bukaan baru bergambut, dan menganalisis usahataninya. Metodologi Kegiatan pengkajian keragaan tiga varietas unggul baru di lahan bukaan baru bergambut dilaksanakan pada Musim Hujan (MH) dari bulan Desember 2012 sampai dengan April 2013. Lokasi pengkajian di lahan sawah bukaan baru di Dusun Meranteh Desa Selinsing Kecamatan Gantung Kabupaten Belitung Timur. Penanaman dilakukan dengan sistem Jajar Legowo 2:1 dan dalam budidayanya menggunakan pendekatan prinsip pengelolaan tanaman terpadu (PTT).. Data yang dikumpulkan meliputi tinggi tanaman dan jumlah anakan, serta komponen hasil berupa jumlah gabah bernas, jumlah gabah hampa, panjang malai, berat 1000 butir dan produksi. Data diambil pada saat panen. Kemudian data dianalisis secara deskriptif dengan membandingkan hasil penelitian sebelumnya dengan deskripsi varietas yang diuji. Untuk mengetahui besarnya pendapatan yang diterima oleh petani maka digunakan rumus sebagai berikut: Pd = Tri Tci Keterangan : Pd = Pendapatan petani padi, TRi = Total Revenue atau Total Penerimaan (Rp), TCi = Total Cost atau Total Biaya (Rp). Nilai total penerimaan kemudian digunakan untuk menilai kelayakan usahatani, dengan indikator sebagai berikut : R/C = Keterangan : R/C = Revenue and cost ratio, TR = Total Return (Rp), TC = Total Cost (Rp). Kriteria kelayakan dengan indikator adalah R/C > 1 dianggap layak atau untung, sedangkan R/Cabe merah 1 dianggap tidak layak. Hasil dan Pembahasan Keragaan Agronomis Keragaan agronomis padi varietas Aek Sibundong, Inpari 14 dan Inpari 15 di lahan sawah bukaan baru bergambut Dusun Meranteh Desa Selingsing Kecamatan gantung Kabupaten Belitung Timur disajikan pada Tabel 1 berikut. Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian 215
Tabel 1. Tinggi tanaman, jumlah anakan, jumlah butir per malai, dan panjang malai beberapa varietas padipada lahan sawah bukaan baru bergambut di Dusun Meranteh Desa Selingsing Kecamatan Gantung Kab. Belitung Timur. Varietas Tinggi Tanaman (cm) Jumlah Anakan Produktif Jumlah butir/malai Panjang Malai (cm) Aek Sibundong 102 12 115 25 Inpari 14 115 20 169 28 Inpari 15 76 10 89 23 Hasil pengamatan menunjukkan bahwa macam varietas berpengaruh terhadap tinggi tanaman. Varietas Inpari 14 memiliki tinggi tanaman tertinggi yaitu 115 cm dibandingkan Inpari 14 dan Inpari 15. Varietas juga berpengaruh terhadap jumlah anakan, jumlah butir per malai, dan panjang malai. Varietas Inpari 14 memiliki jumlah anakan, jumlah butir per malai, dan panjang malai tertinggi yaitu masing-masing sebanyak 20 anakan, 169 butir per malai, dan 28 cm. Menurut Fattah (2009) bahwa jumlah gabah permalai ber korelasi positif dengan jumlah gabah isi. Semakin tinggi jumlah gabah isi per malai semakin tinggi tingkat produksinya. Hal ini, ditunjukkan oleh varietas Inpari 14 dengan panjang malai 28 cm menghasilkan 169 gabah per malai. Semakin panjang malai maka jumlah gabah permalainya semakin banyak. Selain hal tersebut, ada faktor genetik yang berintaraksi dengan lingkungan sehingga setiap varietas memiliki parameter pertumbuhan yang berbeda. Menurut Rina et al. (2009) bahwa setiap varietas memberikan respon yang berbeda akibat adanya interaksi yang baik antara varietas dan lokasi. Beragamnya parameter pertumbuhan tinggi tanaman, jumlah anakan, jumlah butir per malai, dan panjang malai dari varietas padi yang berbeda dapat dipahami sebagai interaksi masing-masing varietas terhadap kondisi lahan. Parameter Produksi Keragaan produksi padi varietas Aek Sibundong, Inpari 14 dan Inpari 15 di lahan sawah bukaan baru bergambut Dusun Meranteh Desa Selingsing Kecamatan gantung Kabupaten Belitung Timur disajikan pada Tabel 2 berikut : Tabel 2. Gabah hampa dan hasil gabah padi beberapa varietas padi pada lahan sawah bukaan baru bergambut Kabupaten Belitung Timur. Varietas Gabah Hampa (%) Produksi (t/ha) Aek Sibundong Inpari 14 Inpari 15 18,56 17,36 27,14 4,96 4,64 4,16 Hasil pengamatan menunjukkan bahwa varietas berpengaruh terhadap jumlah gabah hampa dan produksi. Persentase gabah hampa tertinggi dimiliki varietas Inpari 15 sebesar27,14%, sedangkan persentase gabah hampa terendah terdapat pada varietas Inpari 14 sebesar 17,36%.Varietas Aek sibundong memiliki produksi tertinggi, yaitu sebesar 4.96 t/ha, dan varietas Inpari 14 dan Inpari 15, masing-masing sebesar 4,64 t/ha dan 4,16 t/ha. Produksi berkaitan erat dengan jumlah gabah hamapa. Semakin kecil jumlah gabah hamapa maka semakin tinggi produksi yang dicapai. Menurut Suhartono (2004) bahwa produksi 216 Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian
berkorelasi positif dengan jumlah anakan produktif dan prosentase gabah bernas. Produksi yang tinggi ditentukan oleh komponen hasil seperti tingginya jumlah anakan, jumlah gabah per malai danrendahnya prosentase gabah hampa. Varietas yang memiliki tingkat adaptasi baik dengan media tanam dapat meningkatkan hasil dan mudah diterima petani.selain itu, varietas yang memiliki anekaragaman keunggulan, termasuk budidaya hasil tinggi merupakakan andalan dalam meningkatkan produksi padi nasional (Kaher dan Lamid, 1992; Suprihatno et al. 2004). Penggunaan padi VUB mampu meningkatkan produktivitas padi di lahan sawah bukaan baru. Penggunaan varietas unggul yang telah diuji dan tidak berubah keunggulannhya karena faktor hubungan penotipe dan lingkungan merupakan komponen untuk meningkatkan hasil. Varietas unggul merupakan komponen teknologi yang terbukti andal dalam meningkatkan produksi berdaya hasil tinggi, tahan terhadap hama penyakit utama, dan toleran terhadap kondisi lingkungan tertentu.(jonharnas dan Sembiring 2007; Widiarta et al.2011). Menurut Suhartono et al. (2004) mengatakan dalam pemilihan varietas perlu memperhatikan kondisi wilayah dan sifat unggul dari varietas yang tersedia serta tekstur nasi ikut menentukan akan kebutuhan konsumen suatu daerah. Analisis Ekonomi Berdasarkan hasil analisis keuntungan usahatani dengan menggunakan varietas Aek Sibundong sebesar Rp. 8.590.000,-, sedangkan keuntungan menggunakan Inpari 14 dan Inpari 15 masing-masing sebesar Rp 6.940.000,- dan Rp 5.390.000,-. Varietas Aek Sibundong dari hasil analisis menunjukkan bahwa varietas ini paling menguntungkan dan paling layak untuk dikembangkan di lahan sawah bukaan baru. Analisis usahati masing-masing varietas dapat dilihat pada Tabel 2. Secara umum indikator kelayakan usahatani (R/C) ketiga Varietas Unggul Baru yang dianalisis masuk kriteria layak untuk diusahakan petani dengan nilai > 1. Secara berurutan nilai kelayakan usahatani dari yang terbesar hingga yang terkecil adalah 1,76 untuk varietas Aek Sibundong, disusul 1,64 untuk varietas Inpari 14 dan yang terakhir 1,48 untuk varietas Inpari 15. Sehingga Varietas Aek Sibundong sangat layak untuk dikembangkan oleh petani. Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian 217
Tabel 2. Analisis Ekonomi Uji Adaptas Beberapa Varietas Padi Unggul Baru di Lahan Gambut Kabupaten Belitung Timur 218 Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian
Kesimpulan 1. Varietas unggul baru Aek Sibundong memiliki produktivitas paling tinggi dibandingkan dengan varietas inpari 14 dan 15sebesar 4,96 t/ha GKP, sedangkan produktivitas padi varietas Inpari 14 dan Inpari 15 masing-masing 4,64 t/ha GKP dan 4,16 t/ha GKP. 2. Hasil analisis usahatani menunjukkan bahwa menggunakan varietas Aek Sibundong pendapatan petani lebih tinggi dibandingkan menggunakan dua varietas lainnya sebesar Rp. 8.590.000,-, sedangkan keuntungan menggunakan Inpari 14 dan Inpari 15 masingmasing sebesar Rp 6.940.000,- dan Rp 5.390.000,-. 3. Varietas Aek Sibundong layak untuk dikembangkan di lahan sawah bukaan baru bergambut. Daftar Pustaka Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 2007. Petunjuk Teknis Lapang. Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Padi Sawah Irigasi. Badan Penelitian dan Pengembangan. Jakarta. Burbey dan A. Taher. 1993. Pengelolaan Lahan Sawah Bukaan BaruUntukBudidayaPadi. Kinerja Penelitian Tanaman Pangan. Prosiding Simposium Penelitian Tanaman Pangan III. Jakarta/Bogor, 23-25 Agustus 1993. Dinas Pertanian, Perkebunan dan Peternakan Prov. Kep. Babel. 2015. Monitoring Dan Evaluasi Kegiatan Prasarana Dan Sarana Pertanian Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Fattah A. 2009. Penggunaan Varietas Unggul Baru Padi Meningkatkan Pendapatan Petani di Lokasi Prima Tani Kabupaten Pangkep. Dalam S. Abdulrachman, HM. Toha, D. Setyobudi, dan Agus S.Y.(Eds). Prosiding Seminar Nasional Padi 2008 Inovasi Teknologi Padi Mengantisipasi Perubahan Iklim Global Mendukung Ketahanan Pangan. Balai Besar Penelitian Padi. Sukamandi. Halaman 1219-1226. Jonharnas dan T. Sembiring. 2007. Evaluasi Varietas Unggul Padi Sawah Terhadap Hasil dan Penyakit Tungro di Asahan. Dalam I.W. Laba, I.M. Trisawa, D. Praptomo, Jepri, R. Bakti, dan Mulyawan (Eds). Prosiding Seminar Nasional Dukungan Teknologi Pertanian Dalam Upaya Peningkatan Produksi dan Pendapatan Usahatani. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kepulauan Bangka Belitung. Pangkalpinang. Halaman 257-262. Ismon, L., I. Syafei, Syamsiah, K.Zein, dan M.Jamalin. 2005. Laporan Hasil Percobaan Pot Pada Beberapa Jenis Tanah Areal Irigasi Batang Hari. Kerjasama BPTP Sumbar dengan BH- ADODispertahorti Propinsi. Kaher. A dan Z. Lamid. 1992. Teknologi Budidaya Padi pada Sawah Bukaan Baru. Distan TK I Riau. Pekanbaru Rina D. Ningsih, M. Sabran. Sumanto dan Fakhrina. 2009. Adaptasi Varietas Unggul Padi Lahan Lebak Kalimantan Selatan. Dalam S. Abdulrachman, HM. Toha, D. Setyobudi, dan Agus S.Y.(Eds). Prosiding Seminar Nasional Padi 2008 Inovasi Teknologi Padi Mengantisipasi Perubahan Iklim Global Mendukung Ketahanan Pangan. Balai Besar Penelitian Padi. Sukamandi. Halaman 1211-1217 Satoto, A. Setyono, P. Sasmita, A.A. Darajat, S. Abdulrachman, I.D.K. Sadra, Sukarman, A. Hendriadi, dan N. Widiarta. 2009. Peningkatan Produksi Padi Menuju 2020. Departemen Pertanian. Jakarta Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian 219
Suhartono, Artuti. AM, dan Zarwan. 2009. Penampilan Varietas Unggul Padi di Lahan Masam.Dalam Z. Lamid, Buharman, M. Boer, N. Husen, I. Manti, R. Febriamansyah, dan R. Mayerni (Eds). Prosiding Seminar Nasional Penerapan Argo Inovasi Mendukung Ketahanan Pangan dan Arobisnis. Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian. Bogor. Halaman 148-153. Sumaryanto. 2004. Usahatani dan Pendapatan Rumah Tangga Petani Padi : Studi Kasus di Persawahan DAS Brantas. Ekonomi Padi dan Beras Indonesia. p.225-252 Suprihatno. B, A.A. Daradjat, B. Abdullah, dan Satoto. 2004. Inovasi Teknologi Perakitan Varietas. Balai Besar Penelitian Padi. Sukamandi Widiarta IN., Hardono, Hermanto, Sunihardi, L. Hakim, dan E. Herawati. 2011. Varietas Unggul. Laporan Tahunan 2010 Penelitian Padi dan Palawija Inovasi Menuju Swasembada Pangan Berkelanjutan. Balai Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan.Bogor 220 Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian