BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS. berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu. Definisi ini memiliki pengertian

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KEMAMPUAN PENALARAN ADAPTIF MELALUI MODEL PROBLEM BASED LEARNING DALAM MATERI KUBUS DAN BALOK. 1. Pengertian Model Problem Based Learning

BAB II LANDASAN TEORI

A. KUBUS Definisi Kubus adalah bangun ruang yang dibatasi enam sisi berbentuk persegi yang kongruen.

LEMBAR AKTIVITAS SISWA DIMENSI TIGA (WAJIB)

BAB II KAJIAN TEORI. Morgan, dkk (dalam Walgito, 2004: 167) memberikan definisi mengenai

Dimensi 3. Penyusun : Deddy Sugianto, S.Pd

Materi W9b GEOMETRI RUANG. Kelas X, Semester 2. B. Menggambar dan Menghitung jarak.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. kecakapan, keterampilan, sikap, pengertian, harga diri, minat, watak, penyesuaian

Tes Visualisasi Spasial

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN KELAS EKSPERIMEN

Materi W9a GEOMETRI RUANG. Kelas X, Semester 2. A. Kedudukan Titik, Garis dan Bidang dalam Ruang.

LEMBAR AKTIVITAS SISWA DIMENSI TIGA Ruas garis PQ Ruas garis QR Garis PQ = garis QR (karena bila diperpanjang akan mewakili garis yang sama)

LEMBAR AKTIVITAS SISWA DIMENSI TIGA (PEMINATAN)

BAB II KAJIAN TEORETIK. 1. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis

Geometri (bangun ruang)

BAB II KAJIAN TEORI. Pembelajaran sebagai proses belajar yang dibangun oleh guru untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

JURNAL. Oleh LUSIANA NUSI NIM

LEMBAR KERJA SISWA KE-3

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKKAN

BAB II KAJIAN TEORI. diungkapkan kembali oleh siswa. 1. siswa adalah kemampuan yang ada pada diri siswa untuk menerima,

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. visual dalam konteks ruang. Sedangkan menurut Piaget (Marliah, 2006:28)

MODUL MATEMATIKA KELAS 8 APRIL 2018

KUBUS DAN BALOK. Kata-Kata Kunci: unsur-unsur kubus dan balok jaring-jaring kubus dan balok luas permukaan kubus dan balok volume kubus dan balok

BAB II LANDASAN TEORI

CATATAN LAPANGAN OPTIMALISASI PENGGUNAAN STRATEGI TWO STAY TWO STRAY UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN KEBERANIAN BELAJAR MATEMATIKA SISWA

PEMBELAJARAN GEOMETRI DENGAN WINGEOM 3-DIM

BAB II KAJIAN PUSTAKA. optimal serta bersifat eksternal yang disengaja, direncanakan, dan bersifat

DAFTAR ISI PRAKATA DAFTAR ISI KATA KATA MOTIVASI TUJUAN PEMBELAJARAN KUBUS DAN BALOK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring dengan perkembangan zaman akan diikuti oleh banyak perubahan

Dr. Winarno, S. Si, M. Pd. - Modul Matematika PGMI - 1 BAB I PENDAHULUAN

BAB II KAJIAN TEORI. mengajar, dan hasil belajar. Istilah mengajar dan belajar adalah dua peristiwa yang

1. Titik, Garis dan Bidang Dalam Ruang. a. Defenisi. Titik ditentukan oleh letaknya dan tidak mempunyai ukuran sehingga dikatakan berdimensi nol

empat8geometri - - GEOMETRI - - Geometri 4108 Matematika BANGUN RUANG DAN BANGUN DATAR

GAMBAR TEKNIK PROYEKSI ISOMETRI. Gambar Teknik Proyeksi Isometri

MAKALAH BANGUN RUANG. Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Guru Bidang Matematika. Disusun Oleh: 1. Titin 2. Silvi 3. Ai Riska 4. Sita 5.

Jadwal Pelaksanaan Penelitian Kelas Eksperimen (X-5) dan Kelas Kontrol (X-4) SMA Negeri 2 Purworejo. No Hari, Tanggal Jam ke- Kelas Materi

( ) 2. Nilai x yang memenuhi log 9. Jadi 4x 12 = 3 atau x = 3,75

Modul Matematika X IPA Semester 2 Dimensi Tiga

Modul Matematika Semester 2 Dimensi Tiga

PEMECAHAN MASALAH UNTUK MENGAKTIFKANSISWA SLTP DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Lampiran 1.1 Surat Izin Penelitian

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

MODUL MATEMATIKA. Geometri Dimensi Tiga. Maylisa Handayani,S.Pd. Penyusun: MAT. 06. Geometri Dimensi Tiga

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Siswa dapat menyebutkan dan mengidentifikasi bagian-bagian lingkaran

LAMPIRAN - LAMPIRAN 61

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan sehari-hari. Oleh sebab itu matematika mulai diajarkan ketika

C. y = 2x - 10 D. y = 2x + 10

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN

SOAL-SOAL UJIAN NASIONAL MATEMATIKA SMP/MTs TAHUN PELAJARAN 2009/2010

BAB I PENDAHULUAN. sistematis dalam menyelesaikan persoalan kehidupan sehari-hari atau dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan mampu menggunakan metode ilmiah untuk memecahkan masalah yang dihadapinya.

KEDUDUKAN TITIK, GARIS, DAN BIDANG DALAM RUANG

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

P 54 TRY OUT 4 UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2011/2012 MATEMATIKA (E-3) SMK KELOMPOK KEAHLIAN TEKNOLOGI, KESEHATAN DAN PERTANIAN UTAMA

SIMETRI BAHAN BELAJAR MANDIRI 3

BAB V PENUTUP. menurut Clemente (1992: 3) yang telah peneliti modifikasi, letak. ruang sisi datar kubus dan balok sebesar 48.87%.

Daftar Nilai Ketuntasan Siswa Pra Siklus No Nama KKM Nilai Keterangan 1 Era Susanti Tuntas 2 Nuri Safitri Belum Tuntas 3 Aldo Kurniawan

Lampiran 1. Surat Ijin Penelitian

Materi W9c GEOMETRI RUANG. Kelas X, Semester 2. C. Menggambar dan Menghitung Sudut.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. belajar sebagai suatu kebutuhan yang telah dikenal dan bahkan sadar atau

BAB I PENDAHULUAN. dunia, diterima oleh semua lapisan masyarakat dan dipelajari pada setiap

GAMBARAN UMUM SMA/MA. Hak Cipta pada Pusat Penilaian Pendidikan BALITBANG DEPDIKNAS 1

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

TEORI BELAJAR MATEMATIKA DAN PENERAPANNYA DI SEKOLAH DASAR

UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2006/2007

D. 18 anak Kunci : C Penyelesaian : Gambarkan dalam bentuk diagram Venn seperti gambar di bawah ini :

KEEFEKTIFAN PENGGUNAAN MEDIA VIDEO DAN MULTIMEDIA INTERAKTIF DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL MATERI KUBUS DAN BALOK PADA SISWA KELAS VIII

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Untuk medefinisikan pengertian matematika belum ada kepastian yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan terdiri dari akademik dan non akademik. Pendidikan. matematika merupakan salah satu pendidikan akademik.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. tengah semester maupun ulangan akhir semester. Simbol untuk. mengetahui sejauh mana keberhasilan siswa dalam mengikuti kegiatan

UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2007/2008

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II KAJIAN TEORI. berbagai metode sehingga siswa dapat melakukan kegiatan belajar secara

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Lampiran 1 Jadwal Pertemuan

PEMBAHASAN SOAL UN MATEMATIKA SMP (KODE A) TAHUN PELAJARAN 2009/2010

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kajian Teori

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

LAMPIRAN 1 RPP SIKLUS 1 DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE

Kata kata Kunci : Media Pembelajaran Tiga Dimensi, Hasil Belajar, Matematika, Sekolah Dasar.

Bangun Ruang. 2s = s 2. 3s = s 3. Contoh Soal : Berapa Volume, luas dan keliling kubus di bawah ini?

BAB I PENDAHULUAN. Mulyasa (2009: 32), pembelajaran dikatakan berhasil dan berkualitas apabila seluruhnya atau

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan mata pelajaran yang dipelajari oleh semua siswa,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. laku peserta didik dari tidak tahu menjadi tahu berdasarkan pengalaman dan

Diajukan Oleh : IRFAKNI BIRRUL WALIDATI A

Bab 7. Bangun Ruang Sisi Datar. Standar Kompetensi. Memahami sifat-sifat kubus, balok, prisma, limas dan bagian-bagiannya serta menentukan ukurannya

LATIHAN UJIAN AKHIR SEKOLAH

LAMPIRAN 1. Surat Ijin Observasi dan Penelitian Skripsi

PAKET 5 1. Hasil dari 4 5 2, 6 adalah B C D.

ISTIYANTO.COM. memenuhi persamaan itu adalah B. 4 4 C. 4 1 PERBANDINGAN KISI-KISI UN 2009 DAN 2010 SMA IPA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Transkripsi:

BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS 2.1 LANDASAN TEORI 2.1.1 Pengertian Belajar Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, secara etimologis belajar memiliki arti berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu. Definisi ini memiliki pengertian bahwa belajar adalah sebuah kegaiatan untuk mencapai kepandaian atau ilmu. Di sini, usaha untuk mencapai kepandaian atau ilmu merupakan usaha manusia untuk memenuhi kebutuhannya mendapatkan ilmu atau kepandaian yang belaum diketahui sebelumnya. Sehingga, dengan belajar itu manusia menjadi tahu, memahami, mengerti, dapat melaksanakan dan memiliki tentang sesuatu. (Fudyartanto dalam Baharuddin, 2007: 13). Morgan, dkk (dalam Baharuddin, 2007: 14), mengatakan bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif tetap dan terjadi sebagai hasil latihan atau pengalaman. Pernyataan Morgan dkk ini senada dengan apa yang dikemukakan oleh Skinner bahwa belajar adalah perubahan prilaku. Jenis perubahan yang dimaksudkan dalam belajar ini meliputi perubahan tingkah laku setelah individu mendapatkan berbagai pengalaman dalam situasi belajar yang dialaminya, baik yang disengaja (dimodifikasi) atau alamiah. Dari pengalaman-pengalaman tersebut akan menyebabkan proses perubahan pada diri seseorang. Perubahan itu bersifat progresifyaitu bergerak kearah yang lebih maju.

Belajar menurut James O. Whittaker (dalam wismasastra, 2009:20) adalah proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman. Sedangkan menurut Cronchbach (dalam wismasastra, 2009:20) belajar adalah suatu aktifitas yang ditunjukkan oleh perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman. Demikian juga Belajar menurut Howard L. Kingskey (dalam wismasastra, 2009:20) belajar adalah proses di mana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui praktek atau latihan. Selain itu, menurut Liang Gie (dalam Sam, 2008:34) belajar adalah segenap rangkaian kegiatan yang dilakukan secara sadar oleh seseorang yang rnengakibatkan perubahan dalam dirinya berupa penambahan pengetahuan. Belajar merupakan suatu perubahan yang terjadi setelah seseorang mengalami proses belajar sehingga terjadi perubahan tingkah laku, baik pengetahuan, keterampilan, maupun sikap kearah yang lebih baik. Perubahan ini diperoleh dari pengumpulan sejumlah pengetahuan baik dalam bentuk latihan maupun pengalaman. Skinner (dalam Sagala, 2006:14) berpandangan bahwa belajar adalah suatu perilaku. Pada saat orang belajar, maka responnya menjadi lebih baik. Sebaliknya bila ia tidak belajar maka responnya menurun. Dari uraian di atas diperoleh suatu pengertian bahwa belajar adalah sebuah proses yang dapat menyebabkan perubahan tingkah laku seseorang yang terjadi sebagai akibat dari usaha atau pengalaman belajar yang dialaminya. Maksud dari perubahan tingkah laku yang baru tersebut misalnya dari sesuatu yang tidak diketahui menjadi diketahui, perubahan dalam sikap, keterampilan, pengetahuan dan

pemahaman. Belajar juga diharapkan dapat membuat perilaku seseorang menjadi lebih baik. 2.1.2 Hasil Belajar Hasil belajar merupakan sasaran yang ingin dicapai setelah proses belajar mengajar berlangsung. Sudjana (2005: 22) mendefinisikan bahwa hasil belajar adalah kemampuan dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajar. Hamalik (2001: 159) mengemukakan bahwa hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti. Hamalik (2006: 159) mengemukakan bahwa hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti. Sudjana (2001:22) mengemukakan bahwa hasil belajar adalah kemampuankemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Selanjutnya Uno (2004:265) mengemukakan bahwa Hasil belajar sebagai perubahan kapabilitas (kemampuan tertentu) sebagai akibat dari belajar. Jadi hasil belajar merupakan perubahan yang terjadi pada diri seseorang setelah melakukan proses belajar. Hasil belajar sangat erat kaitannya dengan proses belajar, seperti yang diuraikan Sudjana ( 2005 : 23 ) bahwa Secara umum keberhasilan dalam proses belajar mengajar dapat ditinjau dari dua segi, yakni dari segi proses dan hasil belajar. Dari

segi proses artinya keberhasilan pengajaran terletak pada proses belajar mengajar yang dilakukan oleh siswa sebagai akibat proses-proses yang dilakukan oleh siswa. Pengalaman yang diperoleh siswa dapat dikatakan sebagai hasil belajar siswa. Secara sederhana hasil belajar dapat dikatakan sebagai produk dari belajar. Sebagai suatu produk, hasil belajar sesungguhnya merupakan akumulasi dari berbagai faktor dimulai dari awal, proses, sampai dengan hasil. Sudjana (2005 : 22) mendefenisikan bahwa Hasil belajar adalah kemampuan-kamampuan yang dimiliki oleh siswa setelah ia mengalami pengalaman belajar. Selanjutnya Uno (2004 : 265) mengemukakan bahwa hasil belajar sebagai perubahan kapabilitas (kemampuan tertentu) sebagai akibat dari belajar. Jadi, hasil belajar merupakan perubahan yang terjadi dalam diri seseorang setelah ia melakukan proses belajar. Howard Kingsley ( dalam Sudjana, 2005 : 22 ) membagi tiga macam hasil belajar, yakni (a) keterampilan dan kebiasaan, (b) pengetahuan dan pengertian, (c) sikap dan cita-cita. Masing-masing hasil belajar dapat diisi dengan bahan yang telah ditetapkan dalam kurikulum. Sedangkan Benyamin Bloom secara garis besar mengklasifikasi hasil belajar menjadi tiga ranah, yakni ranah kognitif, ranah afektif, ranah psikomotorik. Hasil belajar merupakan salah satu faktor penting untuk mengukur keberhasilan dalam belajar. Hasil belajar dapat diartikan sebagai produk dari proses belajar. Pada umumnya orang mengartikan bahwa hasil sama dengan prestasi belajar. Gagne (dalam Uno, dkk, 2004 : 187) menyatakan bahwa hasil belajar merupakan kapasitas

terukur dari perubahan individu yang diinginkan berdasarkan ciri-ciri atau variabel bawaannya melalui perlakuan pengajaran tertentu. Hal ini sesuai denganpendapatpurwanto (2002:86) bahwa hasil belajar adalah kapabilitas orang yang memungkinkan beragam penampilan. Dimyati (2010: 109) mengatakan bahwa hasil belajar adalah sebuah kegiatan belajar mengajar yang menghendeki tercapainya tujuan pengajaran dimana hasil belajar ditandai dengan skala nilai. Menurut Oemar Hamalik dalam Indra Munawar (2009:120), Berdasarkan teori Taksonomi Bloom hasil belajar dalam rangka studi dicapai melalui tiga kategori ranah antara lain kognitif, afektif, psikomotor. Perinciannya adalah sebagai berikut: 1. Ranah Kognitif Berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari 6 aspek yaitu: a. Pengetahuan (mengingat,menghapal) b. Pemahaman (mengintetpretasikan) c. Aplikasi (menggunakan konsep untuk memecahkan suatu masalah) d. Analisis (menjabarkan suatu konsep) e. Sintesis (menggabungkan bagian-bagian konsep menjadi suatu konsep utuh) f. Evaluasi (membandingkan nilai-nilai, ide, metode, dan sebagainya). 2. Ranah Afektif Berkenaan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif meliputi lima jenjang kemampuan yaitu sebagai berikut:

a. Pengenalan (ingin menerima, sadar akan adanya sesuatu) b. Merespon (aktif berpartisifasi) c. Penghargaan (menerima nilai-nilai, setia kepada nilai nilai-nilai tertentu) d. Pengorganisasian (menghubung-hubungkan nilai-nilaiyang dipercayai) e. Pengalaman (menjadikan nilai-nilai sebagai bagian dari pola hidup). 3. Ranah Psikomotor Meliputi keterampilan motorik, sebagai berikut: a. Peniruan (menirukan gerak) b. Penggunaan (menggunakan konsep untuk melakukan gerak) c. Ketepatan (melakukan gerak dengan benar) d. Perangkaian (melakukan beberapa gerakan sekaligus dengan benar) e. Naturalisasi (melakukan gerak secara wajar). Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa adalah perubahan yang diperoleh siswa setelah proses belajar mengajar dan dapat dikatakan bahwa setiap proses pendidikan yang dihadapi siswa dapat dilihat dari hasil belajar yang mereka peroleh. Hasil belajar tersebut dapat diperoleh dari hasil test dan dapat diamati dalam setiap proses pembelajaran berlangsung. Hasil belajar yang telah dicapai dapat diukur melalui kemajuan yang mereka peroleh dan ditandai dengan skala nilai yang baik dan keantusiasan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran yang diberikan. Atau tingkat kemampuan yag dimiliki siswa setelah meningikuti proses belajar mengajar berdasarkan tujuan pengajaran yang telah ditetapkan sebelumnya yang biasanya ditandai dengan nilai. Hasil belajar merupakan ukuran dari

keberhasilan suatu proses belajar mengajar yang berupa penguasaan ilmu pengetahuan, keterampilan dan diperoleh melalui evaluasi, dengan belajar seorang dapat menggunakan pengalaman kemudian pengelolaan dan pengambilan kesimpulan dari pengalaman itu. Hasil belajar yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah dampak kemampuan spasial siswa terhadap hasil apa yang dipelajari pada geometri, setelah dilakukan proses pembelajaran guru atau peneliti mengukur siswa dengan evaluasi berupa permasalahan yang terkait materi yang sudah diajarkan sampai dimana pemahaman tentang materi yang diajarkan. Dalam hal ini adalah hasil belajar pada materi geometri. 2.1.3 Materi Geometri 2.1.3.1 Kubus Agus (2008:184), Sebuah bangun ruang yang semua sisinya berbentuk persegi dan semua rusuknya sama panjang, bangun ruang tersebut dinamakan kubus. Kubus mempunyai bagian-bagian dan jarring-jaring sebagai berikut: 1. Bagian-Bagian Kubus a. Sisi/Bidang Sisi kubus adalah bidang yang membatasi kubus. Dari Gambar 1 Kubus ABCD-EFGH Gambar 1 terlihat bahwa kubus memiliki 6 buah sisi yang semuanya berbentuk persegi, yaitu ABCD (sisi bawah), EFGH (sisi atas), ABFE (sisi depan), CDHG

(sisi belakang), BCGF (sisi samping kiri), dan ADHE (sisi samping kanan). b. Rusuk Rusuk kubus adalah garis potong antara dua sisi bidang kubus dan terlihat seperti kerangka yang menyusun kubus. Coba perhatikan kembali Gambar 1 Kubus ABCD.EFGH memiliki 12 buah rusuk, yaitu AB, BC, CD, DA, EF, FG, GH, HE, AE, BF, CG, dan DH. Gambar 2 Diagonal bidang kubus c. Titik sudut Titik sudut kubus adalah titik potong antara dua rusuk. Dari Gambar 1,terlihat kubus ABCD. EFGH memiliki 8 buah titik sudut, yaitu titik A, B, C,D, E, F, G, dan H. d. Diagonal bidang Pada Gambar 2. Pada kubus tersebut terdapat garis AF yang menghubungkan dua titik sudut yang saling berhadapan dalam satu sisi/bidang. Ruas garis tersebut Gambar 3 Diagonal ruang kubus dinamakan sebagai diagonal bidang. e. Diagonal ruang Pada Gambar 3 terdapat ruas garis HB yang menghubungkan dua titik sudut yang saling berhadapan dalam satu ruang. Ruas garis tersebut disebut diagonal

ruang. 4. Bidang diagonal Pada Gambar 4 terlihat dua buah diagonal bidang pada Gambar 4 Bidang diagonal kubus kubus ABCD.EFGH yaitu AC dan EG. Ternyata, diagonal bidang AC dan EG beserta dua rusuk kubus yang sejajar, yaitu AE dan CG membentuk suatu bidang di dalam ruang kubus bidang ACGE pada kubus ABCD. Bidang ACGE disebut sebagai bidang diagonal. 2. Jaring-Jaring Kubus Jaring-jaring kubus adalah rangkaian sisi-sisi suatu kubus yang jika dipadukan akan membentuk suatu kubus. Gambar 5 kubus yang direbahkan Pada gambar 5 merupakan gambar kubus yang direbahkan sehingga terbentuk jaring-jaring pada gambar 6 dibawah ini,

Gambar 6 jaring kubus. Berbagai macam bentuk jaring-jaring kubus. Di antaranya sebagai berikut: 3. Volume Kubus Gambar 7 contoh jaring-jaring kubus Gambar 8 kubus satuan Gambar 8 menunjukkan bentuk-bentuk kubus dengan ukuran berbeda. (a) merupakan kubus satuan. Untuk membuat kubus satuan (b), diperlukan 2 2 2 = 8 kubus satuan, sedangkan untuk membuat kubus (c), diperlukan 3 3 3 = 27 kubus satuan. Dengan demikian, volume atau isi suatu kubus dapat ditentukan dengan cara mengalikan panjang rusuk kubus tersebut sebanyak tiga kali. Sehingga volume kubus = panjang rusuk panjang rusuk panjang rusuk = s s s = S 3

2.1.3.2. Balok 1. Bagian-Bagian Balok a. Sisi/Bidang Dari Gambar 9, terlihat bahwa balok ABCD.EFGH Gambar 9 balok ABCD.EFGH memiliki 6 buah sisi berbentuk persegipanjang. Keenam sisi tersebut adalah ABCD (sisi bawah), EFGH (sisi atas), ABFE (sisi depan), DCGH (sisi belakang), BCGF (sisi samping kiri), dan ADHE (sisi samping kanan). Sebuah balok memiliki tiga pasang sisi yang berhadapan yang sama bentuk dan ukurannya. Ketiga pasang sisi tersebut adalah ABFE Gambar 10 Diagonal bidang balok dengan DCGH, ABCD dengan EFGH, dan BCGF dengan ADHE. b. Rusuk Gambar 9, rusuk-rusuk balok ABCD.EFGH adalah AB, BC, CD, DA, EF, FG, GH, HE, AE, BF, CG, dan HD yakni memiliki 12 rusuk. c. Titik sudut Dari Gambar 9, terlihat bahwa balok ABCD.EFGH memiliki 8 titik sudut, yaitu A,B,C,D,E,F,G,dan H. d. Diagonal bidang

Gambar 11 Diagonal ruang balok Pada gambar 10. Ruas garis AC yang melintang antara dua titik sudut yang saling berhadapan pada satu bidang, yaitu titik sudut A dan titik sudut C, dinamakan diagonal bidang balok ABCD.EFGH. e. Diagonal ruang Ruas garis CE yang menghubungkan dua titik sudut C dan E pada balok ABCD.EFGH seperti pada Gambar 11 disebut diagonal ruang balok. f. Bidang diagonal Pada Gambar 12. Dari gambar tersebut terlihat dua buah diagonal bidang yang sejajar, yaitu diagonal bidang HF dan DB. Kedua diagonal bidang tersebut Gambar 12 Bidang diagonal balok beserta dua rusuk balok yang sejajar, yaitu DH dan BF membentuk sebuah bidang diagonal. Bidang BDHF adalah bidang diagonal balok ABCD.EFGH. 2. Jaring-Jaring Balok Sama halnya dengan kubus, jaring-jaring balok diperoleh dengan cara membuka balok tersebut sehingga terlihat seluruh permukaan balok: Gambar 13 jaring balok

Gambar 14 alur pembuatan jarring-jaring balok Terdapat berbagai macam bentuk jaring-jaring balok. Di antaranya adalah sebagai berikut. 3. Volume Balok Gambar 15 contoh jaring-jaring balok Gambar 16 balok satuan Gambar 16 menunjukkan pembentukan berbagai balok dari balok satuan. (a) adalah balok satuan. Untuk membuat balok seperti (b), diperlukan 2 1 2 = 4 balok satuan, sedangkan untuk membuat balok seperti pada (c) diperlukan 2 2 3 = 12 balok satuan. Hal ini menunjukan bahwa volume

suatu balok diperoleh dengan cara mengalikan ukuran panjang, lebar, dan tinggi balok tersebut. Volume balok = panjang lebar tinggi = p l t Dari uraian materi Geometri diatas, maka penelitian ini hanya dibatasi pada kubus dan balok yang memperhatikan indikator sebagai berikut: (1) kemampuan menjelaskan bagian-bagian kubus, (2) kemampuan membuat jarring-jaring kubus, (3) kemampuan menghitung volume kubus, (4) kemampuan menjelaskan bagian-bagian balok, (5) kemampuan membuat jarring-jaring balok, (6) kemampuan menghitung volume balok. 2.1.4 Pengertian Kemampuan Spasial Definisi kemampuan spasial yang dikemukakan oleh Black (dalam Nurkholis, 2012:18), yaitu suatu keterampilan dalam merepresentasikan, mentransformasi, membangun dan memanggil kembali informasi simbolik tidak dalam bentuk bahasa. Gee (dalam Nurkholis, 2012:18) mendefinisikan kemampuan spasial sebagai suatu kemampuan dalam memanipulasi gambar secara mental, merotasikan atau membaliknya. Kemampuan spasial diklasifikasikannya ke dalam lima komponen yaitu: persepsi spasial, visual spasial, rotasi mental, relasi mental dan orientasi spasial. Sedangkan menurut Gutierez (dalam Nurkholis, 2012:19), kemampuan spasial adalah suatu jenis penalaran didasarkan pada penggunaanimaginasi.

Selanjutnya, Tambunan (2006:27) mengungkapkan bahwa kemampuan spasial merupakan konsep abstrak yang meliputi persepsi spasial dengan melibatkan hubungan spasial termasuk orientasi sampai pada kemampuan rumit yang melibatkan manipulasi serta rotasi mental. Sedangakan menurut Susanto (dalam Nurkholis, 2012:19) Kemampuan spasial adalah kemampuan untuk mengenali berbagai hubungan dalam bentuk gambar. Paisak (2009:231) Kemampuan spasial yaitu kemampuan yang berhubungan dengan pemetaan tempat. Trans Media (2009:3) Kemampuan spasial yaitu kemampuan merancang, menggambarkan, dan membayangkan suatu benda atau objek secara tepat. Menurut Moriotti (dalam Nurkholis, 2012:19), kemampuan spasial merupakan keterampilan yang melibatkanpenemuan, retensi dan transfomasi informasi visual dalam konteks ruang. Daribeberapa pendapat tersebut, kemampuan spasial dapat diartikan sebagaikemampuan untuk membayangkan dengan menggunakan imajinasi danmemanipulasi suatu objek yang abstrak. Kemampuan spasial diperoleh anak secara bertahap, dimulai daripengenalan objek melalui persepsi dan aktivitas anak di lingkungannya. Padaawalnya, kemampuan spasial anak belum menunjukkan pengetahuankonseptual dari hubungan visual. Dalam menentukan letak posisi objek danorientasi dalam ruang, anak masih menggunakan patokan diri. Denganbertambahnya usia, patokan tersebut berkembang menjadi patokan orang danpatokan objek. Mulai dari orientasi yang sifatnya egosentris yaitu menekankanpada dirinya sebagai patokan dalam melihat hubungan

visual, arah kiri-kanan dari dirinya, berkembang menjadi kerangka acuan objek pada salib sumbupasangan titik yaitu salib sumbu utara-selatan dan timur barat. Lin dan Petersen (dalam Nurkholis, 2012:20) mendefinisikan bahwa spasial sense sebagaiproses mental yang digunakan untuk menerima, menceritakan, memanggilkembali, membuat, menyusun dan membuat hubungan obyek ruang.spasial sense telah mengidentifikasi beberapa faktor perbedaan dalam memahami hubungan secara visual, merubah bentuk, menyusun dan menginter pretasikannnya. Beberapa peneliti memeriksa spasial sense ke dalam sub-dimensi, hubungan spasial dan visualisasi spasial. Menurut Abdurrahman (Dalam Widiyanto dan Rofiah, 2012:3), ada lima jenis kemampuan visual spasial yaitu : 1. Hubungan keruangan (spasial relation) Menunjukan persepsi tentang posisi berbagai objek dalam ruang. Dimensi fungsi visual ini mengimplikasikan persepsi tentang tempat suatu objek atau symbol (gambar, huruf, dan angka) hubungan ruangan yang menyatu dengan sekitarnya. 2. Diskriminasi visual (visual discrimination) Menunjukan pada kemampuan membedakan suatu objek dari objek yang lain. Misalkan membedakan antara gambar balok dan kubus. 3. Diskriminasi bentuk latar belakang (Figure-ground discrimination) Menunjukan pada kemampuan membedakan suatu objek dari latar belakang yang mengelilinginya. Anak memiliki kekurangan dalam bidang

ini tidak dapat memusatkan perhatian pada suatu objek karena sekeliling objek tresebut ikut mempengaruhi perhatiannya. 4. Visual Clouser Menunjukan pada kemampuan mengingat dan mengidentifikasi suatu objek, meskipun objek tersebut tidak diperhatikan secara keseluruhan. 5. Mengenal Objek (Object recognition) Menujukan pada kemampuan mengenal sifat berbagai objek pada saat mereka memandang. Pengenalan tersebut mencakup berbagai bentuk geometri, huruf, angka dsb. Sedangkan yang lain memeriksanya melalui tiga faktor spasial (Thurstone dalam Nurkholis, 2012:20) kemampuan untuk mengenali identitas suatu objek ketika objek inidipandang dari sudut berbeda, kemampuan untuk membayangkan pergerakandan pemindahan bagian dari konfigurasi, kemampuan untuk memikirkanhubungan spasial melalui orientasi. Demikian pula Maier (dalam Nurkholis, 2012:19) membagi spatial sense kedalam limafaktor yaitu: 1. Visualization (membayangkan) 2. Spatial orientation (orientasi spasial) 3. Spatial Relations (hubungan spasial) 4. Mental Rotation (perputaran mental) 5. Spatial Representation (representasi spasial)

Sesuai dengan pendapat Maccoby dan Jacklin(dalam Nurkholis, 2012:20), Spatial sense terdiri dari 2 faktorpenting, analitik dan faktor non analitik. Faktor analitik tersusun dari proses yang komplek seperti memperkirakan obyek tertutup dan membuka bagianbagiannyasedangkan faktor non analitik hanya melakukan perputaran objek saja. Olkun (dalam Nurkholis, 2012:21), menguji Spatial sense kedalam dua komponen penting; hubungan spasial dan visualisasi spasial. Sehubungan dengan beberapa pendapat yang telah diuraikan, kemampuan spasial yang dibahas dalam penelitian ini adalah kemampuan siswa untuk membayangkan bentuk dan posisi suatu objek geometri yang dipandang dari sudut pandang tertentu, menyatakan kedudukan antar unsur-unsur suatu bangun ruang, mengkonstruksi dan mempresentasikan model-model geometri yang digambar pada bidang datar, serta menduga dan menentukan ukuran yang sebenarnya dari stimulus visual suatu objek. Dalam menguji kemampuan spasial secara umum dikelompokan beberapa model tes yang semuanya menggunakan simbol-simbol atau gambar. diantaranya sebagai berikut: (1) Tes Irama Gambar, (2) Tes Klasifikasi Gambar, (3) Tes Penalaran Induktif, (4) Tes Memasang Bagian dan Gambar, (5) Tes Analogi Simbolik, (6) Tes Melipat dan Mebuka Kotak, (7) Tes Menghitung Kubus dan Balok, (8) Tes Perputaran Balok. 2.1.5 Tes Kemampuan Spasial Menurut Prasetyono (2012:7) kemampuan penalaran spasial melibatkan dan memanipulasi dua dimensi dan tiga dimensi bentuk atau pola. Tingkat tinggi

kemampuan kemampuan penalararan spasial sangat penting dalam mata pelajaran seperti arsitektur dan dibeberapa cabang ilmu pengetahauan dan matematika. Menurut Prasetyono (2013:132)tujuan tes kemampuan spasial adalah untuk menguji sejauh mana kemampuan kita menvisualisasikan sesuatu benda dan membuat pengertiannya, serta befikir secara abstrak melalui benda atau simbolsimbol. Tes ini secara umum dikelompokan beberapa model tes yang semuanya menggunakan simbol-simbol atau gambar. diantaranya sebagai berikut: 2.1.5.1 Tes Irama Gambar Menurut Prasetyono (2013:132) tes irama bergambar adalah salah satu instrumen tes yang digunakan baik dalam psikotes umum maupun tes bakat skolatik. Tes ini bertujuan untuk menguji sejauh mana kemampuan kita menvisualisasikan suatu benda dan membuat pengertiannya, serta berpikir secara abstrak melalui benda atau simbol-simbol. Banyak dari model tes ini yang semuanya memakai media gambar (visual) dalam suatu persoalan. Karena penelitian ini menguji kepada siswa sehingga tugas siswa adalah untuk mencari satu gambar yang hilang atau gambar selanjutnya yang seharusnya diisi dalam sekelompok gamabar. Kecepatan melihat dan mudahnya siswa berpikir melalui simbol-simbol merupakan kunci utama dalam menyelesaikan tes ini. Selain itu, tes ini juga menilai kemampuan dan ketelitian siswa dalam melihat suatu gambar atau simbol-simbol yang tersedia dan mencari tahu jawaban yang tepat. Tiap soal biasanya terdiri dari sembilan gambar dan lima pilihan jawaban. Dalam soal

terdapat satu gamabar yang hilang, tugas siswa untuk mencari satu gambar yang hilang dengan memilih salah satu gamabar yang seharusnya dari kelima pilihan gamabar yang tersedia. Contoh: gambar manakah yang paling tepat untuk menggantikan tanda tanya? Jawaban: A? A B C D E Perhatikan bangun datar dengan garis terputus-putus. Seharusnya, gambar dengan pola ini berjumlah tiga seperti pola gambar lainnya. Tanda palang terputus yang seharusnya melengkapi kolom bertanda tanya. 2.1.5.2 Tes Klasifikasi Gambar Menurut Prasetyono (2013:140) Dalam tes ini, siswa diberikan empat atau lima buah gambar yang mempunyai kesamaan, tetapi hanya ada satu gambar yang tidak sama atau tidak sekelompok dengan gambar lainnya. Tugas siswa adalah mencari salah satu gambar yang tidak sama dengan keempat gambar lainnya. Contoh: Dari gambar berikut, manakah yang tidak sama atau sekelompok dengan gambar lainnya?

A B C D E Jawaban: C Jika kita perhatikan masing-masing bidang, yang masing-masing bidang memiliki segi enam (enam sudut), kecuali gambar pilihan C. Karena gambar tersebut hanya memiliki lima sudut. 2.1.5.3 Tes Penalaran Induktif Menurut Prasetyono (2013:145) tes penalaran induktif ini bertujuan untuk mengukur kemampuan dalam memecahkan masalah. Tes penalaran induktif mengukur kemampuan untuk bekerja secara fleksibel dengan informasi tidak lazim serta menemukan solusi permasalahan. Oarang-orang yang melakukan dengan baik dalam tes ini cenderung memiliki kapasitas yang lebih besar untuk berpikir secara konseptual serta analitis. Tes ini juga dapat disebut tes penalaran abstrak atau tes penalaran diagram. Dalam tes ini, siswa akan menemukan urutan logis dari lima kotak atau simbol. Tugas siswa adalah memutuskan mana dari kotak atau simbol selesai urutan ini. Contoh:

A B C D E Jawaban: E Mengikuti pola simbol diatasnya, pertama adalah lingkaran dengan titik hitan dan panah diata lingkaran, disusul lingkaran putih dengan panah menghadap kebawah, lalu simbol ketiga dan kelima identik dengan simbol pertama, sedangkan simbol keempat identik dengan simbol kedua. Maka simbol berikutnya (keenam) yakni genap juga identik dengan simbol kedua. 2.1.5.4 Tes Memasang Bagian dan Gambar Menurut Prasetyono (2013:153) dalam tes ini, yang akan diuji kemampuan otak siswa untuk melihat suatu informasi visual yang tersedia, kemudian merekontruksinya menjadi suatu bangun yang utuh (bangun ruang) atau benda berdimensi. Kemampuan untuk berimajinasi dan berfikir secara abstrak sangat diperlukan dalam tes ini agar siswa dapat menjawab permasalahan dan mengvisualisasikannya. Biasanya, soal dalam tes ini terdiri atas bagian-bagian dari struktur bangun dalam bidang datar, yang kemudian direkonstruksi menjadi suatu bangun yang utuh berdimensi. Misalnya bentuk dua dimensi yang telah dipotongpotong menjadi beberapa bagian. Siswa diminta untuk mencocokan potonganpotongan untuk membentuk gambar utuh. Contoh:

Manakah dari bentuk lengkap disebelah kanan yang dibuat dari potongan gambar sebelah kiri? A B C D E Jawaban: B Strategi terbaik untuk menjawab pertanyaan ini adalah melihat untuk lengkap dan melihat apakah ada fitur berbeda yang tidak memungkinkan untuk membangun seperti bentuk dari komponen. Dalam contoh diatas, ini tidak terlalu jelas, tetapi kadang-kadang ada satu atau dua bentuk yang dapat segera didiskontokan berdasarkan ukuran saja. Satu hal yang perlu diingat adalah jika bentuk lengkap tidak memiliki potongan kecil yang mencuat, maka komponen harus sesuai sehingga sisi menjadi sama panjang. Hal ini akan mengurangi jumlah kombinasi yang cukup. 2.1.5.5 Tes Analogi Simbolik Menurut Prasetyono (2013:161) tes ini memberikan penilaian tertentu ketika pekerjaan berhubungan dengan ide-ide abstrak atau konsep sebagai pekerjaan teknis. Namun, karena tes ini juga menyediakan ukuran terbaik dari kemampuan umum intelektual, maka tidak jarang tes ini banyak digunakan.tes analogi simbolik ini akan

menilai kemampuan siswa untuk memahami konsep yang kompleks dan mengasimilasikan informasi baru diluar pengalaman sebelumnya. Didalam setiap baris, bentuk yang pertama dihubungkan dengan bentuk-bentuk yang kedua. Dengan cara yang sama, bentuk ketiga dihubungkan dengan bentuk keempat. Lalu, tentukan manakah dari empat pilihan yang merupakan bentuk keempat. Contoh: terhadap seperti terhadap A B C D E Jawaban: B Jika gambar pertama adalah merupakan bentuk terbuka dari sebuah lipatan disudut kanan atas, maka gambar berikutnya adalah bentuk lipatan dari bidang gambar sudut kanan atas yang dilipat kedalam. Sementara, gambar ketiga merupakan bentuk lipatan terbuka dari bidang gamabar yang terdapat disudut kanan atas. Mengacu pada model lipatan pada gambar kedua, maka gambar yang benar adalah gambar B. 2.1.5.6 Tes Melipat dan Mebuka Kotak Menurut Prasetyono (2013:168) tes ini berisi sejumlah gambar yang menunjukakan suatu potongan karton yang telah dilipat-lipat. Garis titk-titik

menunjukan bagaimana lipatan itu dibuat. Tugas siswa adalah memlih salah satu gambar karton yang diberi huruf A,B,C,D, atau E pada kolom pertama. Contoh: A B C D E Jawaban: C Bila kisi-kisi disebelah kiri dilipat, maka akan bentuk sebuah dengan kubus (deretan gambar kanan). Persoalanya adalah manakah dari deretan kubus disebelah kanan yang merupakan hasil melipat gambar kisi-kisi disebelah kiri? Perhatikan simbol dari masing-masing wajah. Jika simbol llingkaran hitam dilipat maka simbol lingakran hitam harus berada disebelah kiri simbol palang hitam. Demikian juga simbol segitiga hitam berada disebelah kanan simbol palang hitam, dan simbol lingkaran hitamtidak pernah berdampingan dengan simbol segitiga hitam. Jadi, gambar kubus yang sesuai dengan hasil melipat gambar kisi-kisi disebelah kiri adalah kubus C. 2.1.5.7 Tes Menghitung Kubus dan Balok Menurut Prasetyono (2013:172) pernyataan pada blok menghitung kubus atau balok muncul dalam sebuah subtes dari uji kualifikasi pejabat angkatan udara dan digunakan dalam membangun, baik untuk pilot maupun gabungan navigator-teknis.

Tes ini dirancang untuk menguji kemampuan melihat kedalam tumpukan tigadimensi dari kubus/balok. Pertanyaan-pertanyaannya semacam ruang persepsi untuk memastikan atau melihat hubungan spasial. Pertanyaan jenis ini biasanya digunakan dalam memeriksa bidang-bidang kejuruan, seperti teknologi komputer, desain, penyusunan, teknik, arsitektur, dan pekerjaan militer yang spesialis. Misalnya, beberapa soal yang menggambarkan beberapa jenis kubus atau balok, dimana pertanyaan diarahkan untuk menghitung jumlah susunan yang ditemukan dalam tumpukan kubus atau balok tersebut. Semua kubus atau balok disetiap tumpukan mempunyai ukuran dan bentuk yang sama. Contoh: Berapa jumlah kubus dalam diagram dibawah ini? A. 17 B. 15 C. 11 D. 13 E. 9 Jawaban: A Ada 8 tumpukan kubus dibagian depan dan 9 tumpukan kubus dibagian belakang. Jadi, jumlah semua tumpukan kubus adalah 17. 2.1.5.8 Tes Perputaran Balok Menurut Prasetyono (2013:177) subtes ini dirancang untuk menguji kemampuan memvisualisasikan dan memanipulasi benda-benda. Selain itu, subtes ini

juga dirancang untuk mengetahui sejauh mana siswa mampu memahami masalah dan mencari pemecahannya dari berbagai sudut pandang. Dalam setiap pertanyaan akan ditampilkan gambar balok dan disebelahnya digambarkan lima pilihan, masing-masing menunjukan balok yang berbeda. Siswa diminta untuk memilih pilihan yang berisi balok seperti balok pertama, meskipun berubah dalam posisi yang berbeda. Untuk samapi pada jawaban yang benar, siswa mungkin harus memutar fisik balok atas, bawah, samping kiri atau kanan, atau memutar sekelilingnya. Misalnya balok dibawah ini, meskipun dilihat dari sudut yang berbeda, balok tetap sama. Kemudian, dua balok dibawah ini tidak sama, karena fisik balok tidak pernah bisa berubah, sehingga tidak mungkin sama. Dari uraian diatas maka kemampuan spasial adalah kemampuan untuk mengenal objek atau benda yang dimanipulasi sehingga menghasilkan objek atau

benda yang sesuai. Kemampuan spasial memiliki indikator diantaranya sebagai berikut: a) Tes Irama Gambar, b) Tes Klasifikasi Gambar, c) Tes Penalaran Induktif, d) Tes Memasang Bagian dan Gambar, e) Tes Analogi Simbolik, f) Tes Melipat dan Mebuka Kotak, g) Tes Menghitung Kubus dan Balok, h) Tes Perputaran Balok. HIPOTESIS Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir di atas, maka hipotesis penelitian ini dinyatakan sebagai berikut, Terdapat hubungan positif antara kemampuan spasial siswa dengan hasil belajar matematika pada materi geometri.