BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan Chantiqa Handycraft merupakan suatu jenis usaha kerajinan yang memanfaatkan limbah dari tanaman kelapa sawit yang selanjutnya diolah menjadi barang yang memiliki nilai tambah dan dapat mendatangkan keuntungan. Chantiqa Handycraft didirikan oleh Bapak Komar. Beliau merupakan penggagas bergeraknya dunia seni di Sumatera. Lulus dari Jurusan Seni tahun 1973 kemudian beliau menyeberang dari Pulau Jawa, tepatnya di daerah Tasikmalaya ke daerah Sumatera Utara untuk menyalurkan ilmu seni yang dimilikinya. Bapak Komar mulai mengajar dari satu tempat ke tempat yang lain sebagai penyuluh, beliau kemudian diangkat menjadi pegawai di Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Sumatera Utara. Setelah menjadi pegawai beliau lebih disibukkan untuk menyuluh di berbagai tempat mengenai kerajinan seni. Kemudian pada tahun 1980 beliau diangkat menjadi Ketua Dekranas (Dewan Kerajinan Nasional) sampai beliau pensiun saat ini. Chantiqa Handycraft terletak di Jalan Medan-Binjai Km 10 Gang Damai. Usaha ini sebenarnya merupakan suatu workshop yang didirikan oleh Bapak Komar untuk menuangkan inovasi-inovasi baru yang diciptakannya, kemudian beliau berbagi hasil inovasi barunya kepada mayarakat sekitar. Kemudian bagi masyarakat sekitar
yang menjalankan inovasi ini akhirnya menjadi suatu usaha bagi mereka. Pada usaha ini tidak hanya mengolah sapu lidi saja, akan tetapi banyak sekali bahan kerajinan lain yang diolah, antara lain bambu, rotan, eceng gondok, sabut kelapa, batok kelapa, pandan dan lain-lain. Semua sumber alam tersebut dapat diolah menjadi suatu benda yang memiliki nilai seni tinggi. Sapu lidi hias merupakan satu inovasi baru yang diciptakan oleh Bapak Komar untuk meningkatkan nilai jual dari suatu sapu lidi. Sapu lidi biasanya dijual dengan warna alami dari lidi sendiri. Akan tetapi dengan keterampilan yang dimiliki oleh Bapak Komar, beliau mencoba untuk menberi suatu sentuhan seni dengan menambahkan warna pada sapu lidi tersebut sehingga terkesan lebih hidup, lebih bernilai dari sekedar sapu lidi biasa. Bahan baku yang mudah dijumpai dan terkadang dianggap oleh sebagian orang sebagai sampah membuat Bapak Komar berpikir untuk mengolah hasil limbah dari tanaman sawit yang setiap 2 minggu sekali harus di kikis batang daunnya. Untuk hal pemasarannya, sapu lidi hias ini telah mendapatkan pesanan tetap dari supermarket-supermarket dengan sistem konsinasi. Sapu lidi hias juga dipasarkan jika ada pesanan khusus yang datang. Sapu lidi hias digunakan untuk membersihkan ruangan dalam rumah dan tempat tidur. Dalam menjalankan usaha produksi sapu lidi hias ini Chantiqa Handycraft juga sering menemui kendala-kendala yang menghambat perkembangan usahanya. Salah satunya karena Chantiqa Handycraft tidak memiliki tempat produksi yang
terpusat di suatu tempat melainkan menyebar di rumah-rumah penduduk sekitar yang berprofesi sebagai pengrajin dalam rangka menggalakkan industri rumah tangga, hal ini yang menyebabkan timbulnya biaya transportasi yang relatif tinggi akibat terjadinya back tracking transportation. Fasilitas pendukung yang kurang memadai juga turut menjadi kendala karena sering menimbulkan keluhan musculoskeletal pada para pekerja serta memperlama proses produksi. Kendala lain akibat tidak terpusatnya lokasi produksi ini adalah kurangnya pengawasan pemilik Chantiqa Handycraft terhadap para pengrajin dalam menjalankan proses produksinya. Semua hal ini pada akhirnya menyebabkan waktu proses produksi menjadi semakin lama sehingga Chantiqa Handycraft sering menolak pesanan sapu lidi hias dalam jumlah yang besar karena kekhawatiran tidak mampu memenuhi waktu permintaan. 2.2. Proses Produksi 2.2.1. Bahan yang digunakan Bahan yang dipakai dibagi menjadi 3 bagian yaitu bahan baku, bahan tambahan dan bahan penolong. 1. Bahan Baku Bahan baku yang digunakan pada proses ini adalah lidi kelapa sawit. Untuk memperoleh bahan baku dalam proses produksi sapu lidi hias, Chantiqa Handycraft tidak mengalami kesulitan karena bahan baku yang selalu tersedia. Bahan baku lidi kelapa sawit diperoleh dari pengumpul di perkebunan kelapa sawit dimana setiap dua
minggu sekali pelepah kelapa sawit harus dipotong sehingga ketersediaan bahan baku terjamin. 2. Bahan Tambahan Bahan tambahan yang digunakan pada proses ini adalah pewarna tekstil, plastik, benang emas, pita dan lem yang digunakan untuk memperindah tampilan sapu lidi hias. 3. Bahan Penolong Bahan penolong yang digunakan pada proses ini adalah air yang digunakan untuk mencairkan pewarna yang digunakan untuk mewarnai lidi. 2.2.2. Uraian Proses Produksi Pada pengolahan proses produksi sapu lidi hias tidaklah menggunakan teknologi modern ataupun metode kerja yang ilmiah akan tetapi semua dikerjakan dengan seni secara manual. Dalam proses produksi sapu lidi hias hanya sedikit sentuhan teknologi yang digunakan yaitu pada saat proses pewarnaan batang lidi dimana proses ini tidak menggunakan pewarna alami, melainkan menggunakan pewarna tekstil.
Adapun proses produksi sapu lidi hias tidak terlalu berbeda dengan pembuatan sapu lidi biasa, hanya berbeda pada proses pemberian warna saja. Berikut adalah tahapan dalam pembuatan sapu lidi hias. Block diagram proses pembuatan sapu lidi hias dapat dilihat pada Gambar 1. Penyerutan Lidi Pewarnaan Penjemuran Penyortiran Penganyaman Finishing Gambar 1. Block Diagram Proses Pembuatan Sapu Lidi Hias 1. Penyerutan Lidi Pada proses ini tulang lidi yang telah diperoleh kemudian dikikis lagi satu persatu menggunakan pisau (cutter) dengan tujuan agar serat warna bisa diserap dan melekat pada batang lidi nantinya. Pada proses ini operator sering mengalami keluhan musculoskeletal dan iritasi pada jari-jari tangan. Biasanya operator menggunakan kain lapis untuk mengurangi iritasi tersebut. Proses penyerutan yang dilakukan secara
manual membutuhkan waktu yang relatif lama dengan kecepatan sekitar 10 detik per lidi. Padahal proses penyerutan ini dapat dijadikan dasar yang baik dalam waktu proses produksi sapu lidi hias. 2. Pewarnaan Pada proses ini lidi yang telah kering diikat menjadi satu kemudian dicelupkan dengan menggunakan zat pewarna yang diinginkan. Proses pewarnaan menggunakan pewarna tekstil yang dicampur dengan air dan dipanaskan menggunakan kompor minyak tanah. 3. Penjemuran Pada proses ini seluruh lidi dijemur di bawah sinar matahari untuk mengeringkan air yang terdapat pada lidi tersebut. Proses penjemuran ini bertujuan agar warna yang diinginkan melekat dengan sempurna pada lidi dan dapat mengantisipasi berkembangnya jamur. 4. Penyortiran Pada proses ini seluruh lidi disortir berdasarkan panjang lidi yang hampir sama agar panjang lidi yang akan dianyam sama panjang. Penyortiran juga dilakukan secara manual.
5. Penganyaman Pada proses ini batang lidi disatukan menjadi 10 lidi setiap ikatan, kemudian dianyam yang terdiri dari 5 buah ikatan sesuai dengan warna, menggunakan tali berwarna emas dengan tujuan untuk menyatukan/mengikat batang lidi, serta memberi kesan artistik pada produk. 6. Finishing Pada proses ini anyaman tersebut ditutup kembali dengan sarung yang dipesan dari ibu-ibu penjahit di sekitar daerah usaha, kemudian diberi tambahan pita berwana merah putih sebagai lambang Negara Kesatuan Republik Indonesia. 2.3. Mesin dan Peralatan Adapun mesin dan peralatan yang digunakan adalah : 1. Pisau (cutter) yang digunakan menyerut lidi. 2. Karet digunakan untuk mengikat lidi yang akan dianyam. 3. Gunting digunakan untuk memotong pita dan meratakan hasil anyaman. 2.4. Aliran Proses CV Chantiqa Handycraft Adapun aliran proses pembuatan sapu lidi hias ini adalah pada Gambar 2 sebagai berikut.
Gambar 2. Aliran Proses Pembuatan Sapu Lidi Hias Adapun tata letak komponen aktual stasiun penganyaman yang diamati dari pabrik pembuatan sapu lidi hias ini adalah pada Gambar 3 sebagai berikut. Gambar 3. Tataletak Komponen Aktual Stasiun Penganyaman