BAB I PENDAHULUAN. keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. yang lebih baik. Sebuah proses perubahan yang dilakukan manusia dalam

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran sebagai suatu segmen kurikulum, strategi pembelajaran, media. pengajaran, dan evaluasi pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup. 2 Keberhasilan. kualitas sumber daya manusia pendidikan.

PENINGKTAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH SISWA KELAS V SD KARTIKA XX-1 KOTA MAKASSAR

BAB 1 PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. Sains. Materi pelajaran Sains harus dikuasi dengan baik oleh siswa. Dasar Sains yang baik akan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

PENERAPAN DISCOVERY LEARNING DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR RUANG DIMENSI TIGA PADA SISWA SMAN 8 MATARAM

BAB I PENDAHULUAN. dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (Suardi, 2012:71). bangsa. Hal ini sebagaiman tercantum dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun

PENERAPAN PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN AIR PADA MATERI SIFAT-SIFAT BANGUN DAN HUBUNGAN ANTAR BANGUN DI KELAS V SD

: PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) DENGAN METODE DEMONSTRASI UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR DAN KETUNTASAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang. diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara.

BAB I PENDAHULUAN. dirumuskan, yang berhubungan dengan gejala-gejala kebendaan dan didasarkan

MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA KELAS VIII B SMP NEGERI 10 BANJARMASIN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING

BAB 1 PENDAHULUAN. SD Negeri Tlahap terletak di Desa Tlahap Kecamatan Kledung Kabupaten

BAB I PENDAHULUAN. suatu bangsa. Pendidikan menurut Undang-undang tentang Sistem Pendidikan

Pardomuan N.J.M. Sinambela Afrodita Munthe. Kata Kunci: Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika, Pembelajaran Matematika Realistik.

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pendidikan tidak hanya dipengaruhi oleh siswa namun guru juga

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Efektivitas pembelajaran di sekolah merupakan indikator penting yang

BAB I PENDAHULUAN. depan. Pendidikan yang baik adalah pendidikan yang tidak hanya mempersiapkan peserta

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

sekolah dasar (SD/MI). IPA merupakan konsep pembelajaran alam dan Pembelajaran IPA sangat berperan dalam proses pendidikan dan juga

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa secara utuh. Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat (1) yang

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar siswa aktif dalam upaya mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. dan berdasarkan Pancasila serta Undang-Undang Dasar 1945 diarahkan untuk. nasional dan bertanggung jawab atas pembangunan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia (SDM), karena sumber daya yang berkualitas

BAB I PENDAHULUAN. memungkinkan semua pihak dapat memperoleh informasi dengan melimpah,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI METODE INKUIRI MATA PELAJARAN PKn KELAS IV SD NEGERI KOTA TEBING TINGGI

BAB I PENDAHULUAN. dapat diamati oleh panca indera maupun yang tidak dapat diamati oleh panca indera. Karena IPA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah melalui kegiatan bimbingan, pengajaran atau latihan yang

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MPBI DENGAN METODE MASYARAKAT BELAJAR PESERTA DIDIK KELAS VIIE SMP NEGERI 2 KARTASURA TAHUN PELAJARAN 2007/2008 SKRIPSI

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY (TSTS) UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA

BAB I PENDAHULUAN. diantaranya pelihara, bina, dan latih. Ketika ditambahkan imbuhan pe-kan,

BAB I PENDAHULUAN. proses pengembangan potensi dirinya agar dapat menghadapi perubahan yang

BAB I PENDAHULUAN. (KTSP) tahun 2006 lalu, pendidik tidak bisa lagi menggunakan paradigma lama

BAB III METODE DAN RENCANA PENELITIAN

SANTI BBERLIANA SIMATUPANG,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan aset masa depan yang menentukan maju

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan adalah upaya sadar dan terencana dalam proses pembimbingan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Percaya diri membuat seseorang menjadi lebih optimis dalam

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi

BAB I PENDAHULUAN. pengajaran nasional yang diatur dengan undang-undang. Dalam arti sederhana

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah aspek penting dalam perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan paparan mengenai pendidikan tersebut maka guru. mengembangkan seluruh potensi yang ada dalam dirinya.

A. Minat Belajar B. Prestasi Belajar... 8 C. Metode Diskusi D. Mata Pelajaran IPS SD BAB III TUJUAN DAN MANFAAT

BAB I PENDAHULUAN. dianggap sebagai sesuatu yang harus dimiliki oleh setiap individu karena

MENINGKATKAN HASIL DAN PROSES BELAJAR SISWA KELAS XI IPA SMA PGRI 6 BANJARMASIN PADA KONSEP SISTEM EKSKRESI MELALUI MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mewujudkan upaya tersebut, Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 31. Ayat (3) mengamanatkan agar pemerintah mengusahakan dan

MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR IPS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PICTURE AND PICTURE PADA SISWA KELAS VIII-U SMP NEGERI 1 LUBUK PAKAM

I. PENDAHULUAN. Pendidikan sangat penting dalam kehidupan, baik dalam kehidupan. seseorang, keluarga, maupun bangsa dan negara. Kemajuan suatu bangsa

BAB I PENDAHULUAN. mengamati dan mendiskusikannya. sekitar sehingga belajar IPA lebih menyenangkan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan belajar yang nyaman dan penggunaan pendekatan yang relevan dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Penerapan Strategi Pembelajaran Inkuiri Untuk Peningkatan Hasil Pembelajaran IPS Bagi Peserta Didik

BAB I PENDAHULUAN. perubahan yang terjadi. Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional. nomor 20 tahun 2003 Bab I pasal 1 disebutkan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan. Nasional :

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan salah satu aspek penting yang akan

BAB I PENDAHULUAN. terencana untuk membekali peserta didik agar menjadi warga negara yang baik

BAB I PENDAHULUAN. Ciputat Pers, 2002, hlm Asnawir dan Basyiruddin Usman, Media pembelajaran, Jakarta :

BAB I PENDAHULUAN. dalam dunia pendidikan di negara. Salah satu masalah yang dihadapi dunia

BAB I PENDAHULUAN. 2012), hlm.7. 1 Fathurrohman, Belajar dan Pembelajaran, (Yogyakarta: Teras,

MIFTAHUDIN NIM. A

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan tidak diperoleh begitu saja dalam waktu yang singkat, namun

BAB I PENDAHULUAN. dalam pendidikan. Akibat pengaruh itu pendidikan semakin mengalami. telah menunjukkan perkembangan yang sangat pesat.

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas agar kualitas

BAB II KAJIAN TEORI. sebagai suatu susunan, pendekatan, atau kaidah-kaidah untuk mencapai

BAB I PENDAHULUAN. IPTEK, dituntut sumber daya manusia yang handal dan mampu bersaing secara

BAB I PENDAHULUAN. tingkah laku siswa. Perubahan tingkah laku siswa pada saat proses

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berlandaskan pada kurikulum satuan pendidikan dalam upaya meningkatkan. masyarakat secara mandiri kelak di kemudian hari.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bermacam-macam. Model yang diajarkan disini memakai model Inquiry Based

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL INQUIRY PADA MATA PELAJARAN IPA

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan menengah, yang diselenggarakan dengan memberi keteladanan,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

DITA PUTRI MAHARANI Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiyah Ponorogo ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. tentang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN) menyatakan bahwa. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. tugas untuk mendorong, membimbing, dan memberi fasilitas belajar bagi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

Jurnal Ilmiah Guru COPE, No. 01/Tahun XVIII/Mei 2014

BAB I PENDAHULUAN. 2009), hlm tentang Guru dan Dosen, UU Guru dan Dosen, (Bandung : Nuansa Indah, 2006), hlm. 2.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu proses dalam rangka memengaruhi peserta didik agar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

Shanty Della Setiasih¹, Regina Lichteria Panjaitan², Julia³. Program Studi PGSD Kelas UPI Kampus Sumedang Jl. Mayor Abdurahman No.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlakukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Pembelajaran adalah proses interaktif yang berlangsung antara guru dan siswa atau sekelompok siswa dengan tujuan untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap serta menetapkan apa yang dipelajari itu. 1 Strategi mempunyai pengertian suatu garis-garis besar haluan untuk bertindak dalam usaha mencapai sasaran yang telah ditentukan. Dihubungkan dengan belajar mengajar, strategi bisa diartikan sebagai pola-pola umum kegiatan guru anak didik dalam perwujudan kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang telah digariskan. Ada empat strategi dasar dalam belajar mengajar yang meliputi hal-hal berikut: Mengidentifikasi serta menetapkan spesifikasi dan kualifikasi perubahan tingkah laku dan kepribadian anak didik sebagaimana yang diharapkan, memilih sistem pendekatan belajar mengajar berdasarkan aspirasi dan pandangan hidup masyarakat, memilih dan 1 S. Nasution, Kurikulum dan Pengajaran (Jakarta: Bina Aksara, 2004), 102. 1

2 menetapkan prosedur, metode, dan teknik belajar mengajar yang dianggap paling tepat dan efektif sehingga dapat dijadikan pegangan oleh guru dalam menunaikan kegiatan mengajarnya dan menetapkan norma-norma dan batas minimal keberhasilan atau kriteria serta standar keberhasilan sehingga dapat dijadikan pedoman oleh guru dalam melakukan evaluasi hasil kegiatan belajar mengajar yang selanjutnya akan dijadikan umpan balik buat penyempurnaan sistem instruksional yang bersangkitan secara keseluruhan. 2 IPA adalah pelajaran yang berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga pembelajaran IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Untuk mendefinisikan IPA tidaklah mudah, karena sering kurang dapat menggambarkan secara lengkap pengertian sains sendiri. IPA adalah pengetahuan yang sistematis dan dirumuskan, yang berhubungan dengan gejala-gejala kebendaan dan didasarkan terutama atas pengamatan dan deduksi. 3 2 Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2013), 5. 3 Trianto, Model Pembelajaan Terpadu (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2013), 136.

3 Fase awal belajar adalah masa yang dilalui sebelum anak memasuki fase belajar lanjutan, selepas mereka dari usia balita hingga menjelang akhir masa kanak-kanak. Fase ini mencakup masa pengasuhan, pendidikan di taman kanak-kanak, sekolah dasar, sampai anak memasuki sekolah lanjutan pertama. Masa ini adalah masa menjelang usia dewasa. Anak-anak mulai dapat mendengarkan cerita sejak ia dapat memahami apa yang terjadi disekelilingnya, dan mampu mengingat apa yang disampaikan orang kepadanya. Hal itu biasanya terjadi pada akhir usia tiga tahun. Pada usia ini anak mampu mendengarkan dengan baik dan cermat cerita pendek yang sesuai untuknya, yang diceritakan kepadanya. Ia bahkan akan meminta cerita tambahan. 4 Usaha siswa untuk menyampaikan kembali cerita yang telah didengarnya dari guru atau menjawab soal yang diajukan kepadanya adalah latihan untuk mengungkapkan ide-idenya dengan bahasanya sendiri. Dalam hal ini guru dapat memperbaiki susunan ide dan penyampaiannya, mengetahui kemampuan siswa dalam menangkap cerita dalam pembelajaran yang telah dilakukan. 5 MI Hidayatussibyan adalah salah satu lembaga pendidikan tingkat dasar yang masih menerapkan metode ceramah. Metode ceramah merupakan 4 Abdul Aziz Abdul Majid, Mendidik dengan Cerita (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013), 3. 5 Ibid., 5.

4 metode kombinasi dari metode hafalan, diskusi, dan tanya jawab. 6 Melihat kenyataan yang ada di lapangan, Pak Syaifud selaku guru mata pelajaran IPA belum menggunakan strategi pada saat mengajar. Kemudian setelah guru menjelaskan, siswa diberi tugas yaitu mengerjakan soal-soal yang ada dibuku paket atau di LKS. Setelah peneliti melakukan observasi dan tanya jawab kepada siswa, ternyata pembelajaran seperti ini membuat siswa bosan dan mengantuk. Akibat dari bosan dan mengantuk itu siswa juga akhirnya susah dalam memahami dan menerima materi yang telah dijelaskan. Tidak ada kegiatan berkelompok untuk berdiskusi. Pak Syaifud, selaku guru mata pelajaran IPA mengatakan bahwa sebenarnya materi IPA yang diajarkan pada anak-anak itu saling berhubungan, mulai dari kelas I sampai kelas VI. Untuk melakukan PTK di sekolah ini sebaiknya mengambil materi pesawat sederhana, karena dalam materi tersebut biasanya siswa kebingungan dalam memahami jenis-jenis pengungkit dan katrol. Dalam pembelajarannya Pak Syaifud menerangkan materinya dengan ceramah, setelah semua dijelaskan oleh beliau kemudian siswa disuruh mengerjakan LKS atau buku paket. Saat siswa ditanya apakah kalian tidak bosan dengan pembelajaran seperti ini? kebanyakan siswa menjawab bosan dan mengantuk. Jarang sekali Pak Syaifud melakukan pembelajaran dengan berkelompok. Kemudian Pak Syaifud juga mengatakan dengan pembelajaran seperti itu tidak semua siswa dapat memahami materi 6 Nur Ali Rahman, Strategi Belajar Mengajar (Surabaya: CV Citra Media, 1996), 83.

5 yang telah dijelaskan, perlu strategi dan model pembelajaran yang menarik dan beberapa pertemuan lagi untuk menjadikan siswa paham dalam satu materi. Peneliti dikasih saran oleh Pak Syaifud agar mengambil kelas yang menggunakan KTSP agar tidak susah dalam melakukan pembelajarannya dan hanya terfokus pada satu mata pelajaran saja. Berdasarkan pengalaman empiris di lapangan diketahui bahwa pemahaman siswa dalam proses pembelajaran masih rendah. Hal ini diketahui pada saat siswa mengerjakan soal yang diberikan oleh guru, kemudian siswa masih menanyakan tentang materi soal tersebut. Selain itu, pada saat guru bertanya kepada seluruh siswa, umumnya siswa lama sekali untuk menjawab pertanyaan guru. Beberapa orang siswa ketika diberi pertanyaan ada yang tidak mau menjawab pertanyaan guru karena takut jawabannya itu salah. Apalagi untuk berbicara di depan kelas, para siswa belum menunjukkan keberanian. MI Hidayatussibyan Glugu memiliki jumlah 21 siswa pada kelas V, terdapat 8 siswa (38,09%) dari 21 siswa kelas V MI Hidayatussibyan yang mendapatkan nilai di atas ketuntasan pemahaman yang telah ditentukan yakni 75. Namun, 13 siswa (61,9%) yang belum paham mengenai membedakan jenis-jenis pengungkit dan katrol, masih mendapatkan nilai di bawah ketuntasan pemahaman atau dapat dikatakan belum tuntas. 7 7 Hasil wawancara dengan Pak Syaifuddin guru kelas V MI Hidayatussibyan Glugu

6 Untuk memilih strategi dalam pembelajaran memang memerlukan keahlian tersendiri. Sebagai seorang pendidik harus pandai memilih strategi yang akan digunakan dan strategi tersebut harus memberikan kepuasan bagi peserta didik seperti hasil atau prestasi belajar siswa yang semakin meningkat. Untuk menjawab permasalahan diatas perlu diterapkan suatu strategi yang dapat memudahkan siswa dalam memahami pelajaran IPA dan juga menciptakan pembelajaran yang menyenangkan. Salah satu strategi yang yang dapat digunakan untuk memudahkan siswa dalam memahami pelajaran IPA yaitu strategi cerita berangkai. Strategi cerita berangkai adalah pola-pola rangkaian dalam bercerita yang dilakukan oleh guru dan peserta didik menggunakan gambar dengan cara menceritakan suatu hal kemudian cerita tersebut dilanjutkan oleh peserta didik lainnya sehingga membentuk suatu cerita yang lengkap. Penggunaan strategi cerita berangkai ini diharapkan materi pesawat sederhana dalam mata pelajaran IPA dapat mudah dipahami oleh peserta didik. Penelitian yang relevan dengan menggunakan strategi cerita berangkai yakni penelitian yang dilakukan oleh Suliyati 8. Hasil penelitian keterampilan bercerita melalui media Power Point gambar dan teknik cerita berangkai terbukti dapat meningkatkan kemampuan bercerita siswa. Hal tersebut dapat diketahui dari hasil kemampuan siswa pada siklus I dan siklus II. Hasil 8 Suliyati, Peningkatan keterampilan bercerita melalui media Power Point gambar dengan teknik cerita berangkai siswa kelas VII A SMP Negeri 5 Demak, skripsi tidak diterbitkan, (Semarang: Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Semarang, 2010).

7 penelitian ini mengungkapkan adanya peningkatan 15,47%. Pada siklus I tes kemampuan bercerita siswa mencapai nilai rata-rata 68,26 pada kategori cukup. Pada siklus II terjadi peningkatan kemampuan bercerita siswa mencapai nilai rata-rata menjadi 78,82 pada kategori baik. Perbedaan penelitian kali ini dengan penelitian sebelumnya adalah tempat atau sekolah penelitian, subjek dan kelas, mata pelajaran, hingga materi yang akan diteliti. Selain itu, perbedaan penelitian kali ini juga terletak pada penggunaan media yang diterapkan serta peningkatan yang diukur dari siswa. Oleh karena itulah maka penulis tertarik untuk membuat penelitian dengan judul Peningkatan Pemahaman pada Mata Pelajaran IPA Materi Pesawat Sederhana Melalui Strategi Cerita Berangkai Siswa Kelas V MI Hidayatussibyan Glugu Deket Lamongan Tahun Pelajaran 2016/2017 B. Rumusan Masalah Berdasarkan dari latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah yang akan dibahas oleh penulis dalam skripsi ini adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana penggunaan strategi cerita berangkai pada mata pelajaran IPA materi pesawat sederhana untuk meningkatkan pemahaman siswa kelas V di MI Hidayatussibyan Glugu Deket Lamongan?

8 2. Bagaimana peningkatan pemahaman siswa dengan menggunakan strategi cerita berangkai mata pelajaran IPA materi pesawat sederhana pada siswa kelas V di MI Hidayatussibyan Glugu Deket Lamongan? C. Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah yang peneliti ajukan di atas, maka tujuan penelitian ini untuk: 1. Mengetahui penggunaan strategi cerita berangkai pada mata pelajaran IPA materi pesawat sederhana dapat meningkatkan pemahaman siswa kelas V di MI Hidayatussibyan Glugu Deket Lamongan. 2. Mengetahui peningkatan pemahaman siswa dengan menggunakan strategi cerita berangkai pada mata pelajaran IPA materi pesawat sederhana untuk meningkatkan pemahaman siswa kelas V di MI Hidayatussibyan Glugu Deket Lamongan. D. Signifikansi Penelitian Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi semua pihak terutama: 1. Sekolah Sebagai sumbangan pemikiran dan bahan masukan dalam rangka meningkatkan kualitas pembelajaran IPA.

9 2. Guru IPA Sebagai bahan pertimbangan bagi guru-guru di sekolah dalam pemilihan strategi untuk meningkatkan pemahaman siswa dalam pembelajaran mata pelajaran IPA. 3. Penulis Mendapatkan wawasan dan pengalaman praktis di bidang penelitian. Selain itu hasil penelitian ini juga dapat dijadikan sebagai bekal bila sudah menjadi tenaga pendidik. E. Ruang Lingkup Pembahasan Pembahasan penelitian tidak lepas dari runag lingkup pembahasan. Hal ini untuk menghindari kekaburan dan kesimpangsiuran dalam pembahasan, sehingga dapat mengarah kepada pokok bahasan yang ingin dicapai. Adapun ruang lingkup pembahasan skripsi ini adalah : 1. Penelitian ini hanya membahas tentang strategi cerita berangkai dalam pembelajaran IPA pada siswa kelas V di MI Hidayatussibyan Glugu Deket Lamongan. 2. Peningkatan pemahaman pada mata pelajaran IPA materi pesawat sederhana melalui strategi cerita berangkai siswa kelas V MI Hidayatussibyan Glugu Deket Lamongan.