GUNTINGAN BERITA Nomor : /HHK 2.1/HM 01/08/2017

dokumen-dokumen yang mirip
GUNTINGAN BERITA Nomor : HHK 2.1/HM 01/05/2014

GUNTINGAN BERITA Nomor : /HM 01/HHK 2.1/2015

Inilah 6 Fakta Rencana Pembangunan PLTN di Indonesia, No 3 Potensi Babel, No 6 Paling Ditunggu

GUNTINGAN BERITA Nomor : /HM 01/HHK 2.1/2014

GUNTINGAN BERITA Nomor : HHK 2.1/HM 01/02/2018

1BAB I PENDAHULUAN. sekaligus merupakan pembunuh nomor 2 setelah penyakit kardiovaskular. World

PENENTUAN SISA RADIOFARMAKA DAN PAPARAN RADIASI

PERATURAN KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL

*48622 KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA (KEPPRES) NOMOR 197 TAHUN 1998 (197/1998) TENTANG BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 197 TAHUN 1998 TENTANG BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. berlebihan khususnya yang lama dan berkelanjutan dengan dosis relatif kecil

PENYETARAAN KELAS JABATAN PENYETARAAN KELAS JABATAN BERDASARKAN PERKA BATAN NOMOR 004/KA/I/2012

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL,

5. Diagnosis dengan Radioisotop

kanker yang berkembang dari sel-sel yang berada pada kelenjar payudara. Dalam

RI Mampu Olah Nuklir, Tapi Bukan untuk Senjata

Limfoma. Lymphoma / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. (target 20 Ne alami + 19 F alami untuk pengemban/carrier). 18 F kemudian disintesis menjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kanker serviks merupakan kanker yang banyak. menyerang perempuan. Saat ini kanker serviks menduduki

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 1980 TENTANG BADAN TENAGA ATOM NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

TEORI DASAR RADIOTERAPI

2015, No Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 46 Tahun 2013 tentang Registrasi Tenaga Kesehatan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2013 N

PERAN FISIKAWAN MEDIS DALAM PEMANFAATAN TENAGA NUKLIR DI BIDANG KESEHATAN: RADIOTERAPI, RADIODIAGNOSTIK, KEDOKTERAN NUKLIR

UNAIR Persiapkan Kolaborasi Penelitian dengan Australia

TUPOKSI FISIKAWAN MEDIS

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL,

2. Dari reaksi : akan dihasilkan netron dan unsur dengan nomor massa... A. 6

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2009 TENTANG

PERKEMBANGAN KEDOKTERAN NUKLIR DAN RADIOFARMAKA DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

FISIKA INTI DI BIDANG KEDOKTERAN, KESEHATAN, DAN BIOLOGI

BAB I PENDAHULUAN. tubuh manusia karena terpapari sinar-x dan gamma segera teramati. beberapa saat setelah penemuan kedua jenis radiasi tersebut.

Penyebab, Gejala, dan Pengobatan Kanker Payudara Thursday, 14 August :15

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Analisis Pengaruh Sudut Penyinaran terhadap Dosis Permukaan Fantom Berkas Radiasi Gamma Co-60 pada Pesawat Radioterapi

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 780/MENKES/PER/VIII/2008 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN RADIOLOGI

PESAN DARI Vice-Chancellor dan President, dan Deputy Vice-Chancellor (Riset)

Terms of Reference (TOR) KONFERENSI INFORMASI PENGAWASAN

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 1980 TENTANG BADAN TENAGA ATOM NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR,

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PENGELOLAAN COORDINATED RESEARCH PROJECT (CRP) IAEA Nomor: SOP /KS 01 02/HHK

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Panduan Pasien: Terapi Radiasi Selektif Internal (SIRT) untuk tumor hati menggunakan mikrosfer SIR-Spheres

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Evaluasi dan Rekomendasi Kebijakan Hasil Uji Kesesuaian Pesawat Sinar-X

Pendidikan dan Peran Fisikawan Medik dalam Pelayanan Kesehatan

Ruang Lingkup. Penerapan konsep, teori dan metode sains dalam bidang kedokteran atau perawatan kesehatan. Bidang:

Nuklir sebagai Energi Pedang Bermata Dua. Sarah Amalia Nursani. Fakultas Hukum Universitas Airlangga Surabaya

Pengaruh Teknologi Informasi Dalam Bidang Kesehatan

PENDAHULUAN Latar Belakang

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Tomografi Resonansi Magnetik Inti; Teori Dasar, Pembentukan Gambar dan Instrumentasi Perangkat Kerasnya, oleh Daniel Kartawiguna Hak Cipta 2015 pada

INTI DAN RADIOAKTIVITAS

GUNTINGAN BERITA Nomor : /HM 01/HHK 2.1/2014. Hal. Kol.

Kanker Serviks. Cervical Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved

Radiologi Kedokteran Nuklir dan Radioterapi; oleh Dr. Ir. Hj Rusmini Barozi, AIM., M.M.; Daniel Kartawiguna, S.T., M.M., M.Acc. Hak Cipta 2015 pada

BAB I PENDAHULUAN. Angka penderita kanker di Indonesia terus meningkat setiap tahunnya.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL,

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1997 tentang Ketenaganukliran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 23, Tambahan Lembaran

BAB I PENDAHULUAN. akibat kanker setiap tahunnya antara lain disebabkan oleh kanker paru, hati, perut,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. abnormal yang melibatkan kerusakan pada sel-sel DNA (Deoxyribonucleic Acid).

2014, No Tahun 1997 Nomor 23, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3676); 2. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PERBANDINGAN KARAKTERISTIK KELUARAN ANTARA PESAWAT SINAR-X TOSHIBA MODEL DRX-1824B DAN TOSHIBA MODEL DRX-1603B. Skripsi

Yth.: Bp. Kepala BadanTenaga Nuklir Nasional. GUNTINGAN BERITA Nomor : HHK 2.1/HM 01/06/2015

STUDI AWAL UJI PERANGKAT KAMERA GAMMA DUAL HEAD MODEL PENCITRAAN PLANAR STATIK MENGGUNAKAN SUMBER RADIASI HIGH ENERGY IODIUM-131 (I 131 )

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. yang semakin canggih dan pengetahuan yang semakin luas maka semakin banyak

FISIKA ATOM & RADIASI

ANALISIS SISA RADIOFARMAKA TC 99M MDP PADA PASIEN KANKER PAYUDARA

Jumlah Proton = Z Jumlah Neutron = A Z Jumlah elektron = Z ( untuk atom netral)

JENIS DAN TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU PADA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR

BAB I PENDAHULUAN. jaringan tubuh yang tidak normal dan tak terkontrol. Sel-sel tersebut terbentuk

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

PENENTUAN DOSIS SERAP RADIASI- 99m Tc PADA TUMOR PARU-PARU DALAM TAHAP DIAGNOSIS MENGGUNAKAN SOFTWARE MONTE CARLO N-PARTICLE X VEETHA ADIYANI

MAKALAH RADIOKIMIA KEGUNAAN RADIOISOTOP DALAM BIDANG KEDOKTERAN DAN PERTANIAN OLEH: KELOMPOK 7 ANNA MAULINA (16064) ELVIA MAWARNI ( )

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pasal 28H dan pasal 34, dan diatur dalam UU No. 23/1992 yang kemudian diganti

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2007 TENTANG KESELAMATAN RADIASI PENGION DAN KEAMANAN SUMBER RADIOAKTIF

BAB I PENDAHULUAN. (Riskesdas 2007 : 115). Penyakit kanker merupakan salah satu penyakit tidak

Bab 2. Nilai Batas Dosis

BAB I PENDAHULUAN. uteri. Hal ini masih merupakan masalah yang cukup besar dikalangan masyarakat Di

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kanker payudara adalah keganasan yang terjadi pada sel-sel yang terdapat

BAB I PENDAHULUAN. Radiasi seringkali dianggap sebagai sesuatu yang berbahaya dan tidak

HUKUM KETENAGANUKLIRAN; Tinjauan dari Aspek Keselamatan dan Kesehatan Kerja, oleh Eri Hiswara Hak Cipta 2014 pada penulis

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN

BAB V PENUTUP. 5.1 Kesimpulan Terdapat perbedaan hasil antara level kesiapsiagaan antara konsep

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Kanker Payudara. Breast Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR,

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan tidak dapat diukur dengan nilai, sibuknya aktivitas sehari-hari, janganlah

Transkripsi:

Badan Tenaga Nuklir Nasional J A K A R T A Yth.: Bp. Kepala BadanTenaga Nuklir Nasional GUNTINGAN BERITA Nomor : /HHK 2.1/HM 01/08/2017 Hari, tanggal Jum at, 18 Agustus 2017 12.31 Sumber Berita https://news.detik.com/australia-plus-abc/d- 3604175/pakar-australia-salut-dengankedokteran-nuklir-di-indonesia?n992204australia Hal. - Kol. - Pakar Australia Salut dengan Kedokteran Nuklir di Indonesia. Copy dikirim kepada Yth.: 1. Deputi Bidang Sains dan Aplikasi Teknologi Nuklir 2. Deputi Bidang Teknologi Energi Nuklir 3. Deputi Bidang Pendayagunaan Teknologi Nuklir 4. Sekretariat Utama 5. BGAC-melalui PAIR Jakarta, Agustus 2017 Bagian Humas, Biro Hukum, Humas, dan Kerja Sama

Sydney - Seorang pakar kedokteran nuklir Australia salut dengan antusiasme ilmuwan dan praktisi di Indonesia dalam mengembangkan teknologi kedokteran di tengah keterbatasan pendanaan dan infrastruktur. Apresiasi ini disampaikan Profesor Dale L. Bailey, pakar fisika kedokteran nuklir dari University of Sydney dan Kepala Departemen Kedokteran Nuklir dari Royal North Shore Hospital, Sydney. Dia hadir dalam Pertemuan Ilmiah Tahunan Fisika Medis dan Biofisika Indonesia yang diselenggarakan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA), Universitas Indonesia (UI), di Depok pekan lalu. Dalam forum ini Prof. Bailey memaparkan kemajuan dan pemanfaatan teknologi kedokteran nuklir yang banyak digunakan terutama dalam menangani penyakit kanker di Australia. Pemaparannya itu dihadiri sekitar 200 fisikawan medis dan praktisi kedokteran nuklir dari berbagai perguruan tinggi dan rumah sakit di Indonesia. Prof Dale L Bailey menjelaskan mengenai pemanfaatan kedokteran nuklir di Australia kepada peserta Pertemuan Ilmiah Tahunan Fisika Medis dan Biofisika Indonesia di Depok, Jawa Barat, pekan lalu.

Ditemui oleh jurnalis ABC di Jakarta, Iffah Nur Arifah, Prof. Bailey menjelaskan dirinya telah bekerjasama dan banyak memberi pelatihan seputar kedokteran nuklir di Indonesia sejak lama. Dia mengaku kagum melihat perkembangan luar biasa terkait pemanfaatan kedokteran nuklir di Indonesia dalam kurun waktu tiga dekade terakhir. "Saya datang dan terlibat dalam kedokteran nuklir di Indonesia sejak tahun 1998. Saya ingat tempat pertama yang saya kunjungi, fasilitasnya masih sepenuhnya disokong pendanaan dan listrik di fasilitas itu setiap sore mati," kenangnya. "Peralatan hibah yang harganya sangat mahal, tidak digunakan karena tidak ada yang bisa mengoperasikannya dan akhirnya rusak. Tragis sekali," tambah Prof. Bailey. Namun situasi itu kini telah banyak berubah. "Saat ini sudah ada sistem lebih baik yang berjalan. Sudah ada beberapa alat PET/CT scanner di Jakarta dan Bandung. Beberapa pusat juga menyediakan layanan ini. Alatalat yang ada memang masih menggunakan teknologi dunia ketiga, tapi mereka sangat mahir dalam menggunakannya. Hal itu sangat membantu," tambahnya. Menurut Prof Bailey perkembangan yang ada di Indonesia masih dapat diperluas. Namun kendala berupa dana dan infrastruktur diakuinya masih menjadi isu utama pengembangan sektor ini di negara-negara berkembang. Kondisi ini, menurutnya, sangat bisa dimaklumi karena teknologi yang digunakan dalam kedokteran nuklir membutuhkan peralatan yang tidak murah. Padahal Indonesia memiliki banyak isu kesehatan lain yang mungkin perlu diprioritaskan. Namun dia memuji antusiasme pegiat kedokteran nuklir di Indonesia dalam menyikapi keterbatasan tersebut dengan lebih memfokuskan perhatian pada kajian kedokteran nuklir. Misalnya kajian dosimetri, yakni cara menentukan dosis radiofarmaka yang akan disuntikkan ke tubuh pasien agar sesuai dengan kebutuhan individual pasien. "Ini sesuatu yang sangat mungkin dilakukan. Mereka mampu mengembangkan kepakaran dalam hal ini karena dosimetri tidak butuh sumber daya yang banyak, tidak perlu mesin yang mahal. Hanya perlu secarik kertas dan penghitungan radioaktif. Dan saya pikir Indonesia saat ini memiliki pengetahuan yang jauh lebih kuat dalam bidang yang satu ini dibandingkan dengan di negara-negara berkembang lainnya," ungkap Prof Bailey.

Prof. Dale Bailey dari University of Sydney dan rekannya, Dr. Price Jackson dalam sebuah workshop dosimetri internal di Bandung Agustus 2015. Antusiasme mengembangkan kedokteran nuklir ini dibenarkan oleh seorang peneliti Kedokteran Nuklir lulusan Universitas Wollongong, Australia, Nur Rahmah Hidayati. Menurut Nur Rahmah yang kini bekerja di Badan Tenaga Atom Nasional (BATAN), pihaknya terus membangun kerjasama antar lembaga demi meningkatkan kapasitas fisikawan medis dan praktisi medis di rumahsakit. Upaya sejenis juga dilakukan dengan berusaha membangun jaringan internasional seperti dengan Lembaga Atom Internasional (IAEA). "Kami selalu berusaha menjalin kerjasama antarlembaga. Kami berusaha mengacu pada perkembangan dunia kedokteran nuklir di tingkat internasional. Mungkin kita memang tidak sehebat mereka. Tapi setidaknya kita tahu perkembangannya seperti apa dan kita akan berusaha mengaplikasikan pengetahuan tersebut," katanya. Ilmu kedokteran nuklir adalah teknik pengobatan yang melibatkan penggunaan carian radioaktif yang disuntikkan ke dalam tubuh pasien. Cairan tersebut nantinya dapat memancarkan radiasi yang dapat menunjukkan kelainan yang terjadi di dalam tubuh, mulai dari penggumpalan darah di paru-paru atau tumor hingga sel-sel abnormal yang aktif dalam kasus penyakit kanker. Kelebihan teknologi ini, menurut Prof Bailey, adalah kemampuannya melakukan pengobatan yang terarah hanya pada sel-sel kanker yang aktif sehingga pengobatan dapat lebih efektif.

Pemindaian PET/CT adalah metode dalam kedokteran nuklir untuk mengetahui adanya selsel yang aktif di dalam tubuh dengan cara pasien diberikan radioaktif perunut (FDG) kemudian dipindai dengan alat mesin Gamma Camera. www.radiologitop.wordpress.com Dan saat ini teknologi kedokteran nuklir telah menjadi perangkat yang umum digunakan dalam penanganan kanker di Australia bersama dengan metode pengobatan lainnya seperti kemoterapi, radioterapi dan imunoterapi. Salah satu ukuran kemajuan pemanfaatan teknologi kedokteran nuklir di Australia adalah dengan populasi sekitar 25 juta orang, Australia saat ini memilik sekitar 70 sampai 75 mesin utama dalam kedokteran nuklir, yakni mesin pemindai Positron Emisson Tomography (PET) Scanner. Keunggulan inilah yang menjadikan Australia menjadi negara rujukan utama para fisikawan medis dan praktisi kedokteran di Indonesia yang hendak meningkatkan kapasitas mereka Sebagaimana dikatakan Dr. Supriyanto Ardjo Prawiro, dari Departemen FMIPA UI yang juga ketua Aliansi Fisikawan MedikIndonesia. "Australia sudah sangat maju pemanfaatan teknologi kedokteran nuklirnya. Kita sudah banyak menjalin kerjasama, terutama untuk model pelatihan klinik atau clinical training dimana kita saat ini juga menggunakan sistem Australia. Banyak staf di FMIPA UI juga yang dikirim studi ke Australia," jelasnya. Supriyanto berharap kerjasama ini ke depan dapat diperluas terutama di bidang riset ilmiah dan pelatihan staf fisikawan medis. (nvc/nvc)