BAB I PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh nilai-nilai individu dan kebiasaan yang dapat. mempengaruhi kesehatan dan psikologis seseorang.

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA ANIMASI TERHADAP PENGETAHUAN PERSONAL HYGIENE PADA SISWA DI MI NEGERI BAKI SUKOHARJO NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan fisik, mental dan sosial serta perlindungan dari segala

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN PERILAKU MENCUCI TANGAN DENGAN BENAR PADA SISWA KELAS V SDIT AN-NIDA KOTA LUBUKLINGGAU TAHUN 2013

PEMBIASAAN PERILAKU PERSONAL HYGIENE OLEH IBU KEPADA BALITA (USIA 3-5 TAHUN) DI KELURAHAN DERWATI

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan suatu negara, karena merupakan generasi penerus bangsa

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan suatu negara, karena merupakan generasi penerus bangsa

BAB 1 PENDAHULUAN. dibutuhkan zat gizi yang lebih banyak, sistem imun masih lemah sehingga lebih mudah terkena

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penyakit diare masih merupakan masalah global dengan morbiditas dan

PEMBIASAAN PERILAKU PERSONAL HYGIENE OLEH IBU KEPADA BALITA (USIA 3-5 TAHUN) DI KELURAHAN DERWATI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang Mandiri, Maju, Adil dan Makmur, salah satu agenda riset nasional bidang

BAB I PENDAHULUAN. satu kebutuhan dasar manusia. Personal hygiene atau kebersihan diri

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan oleh manusia biasanya dibuat melalui bertani, berkebun, ataupun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pengetahuan merupakan suatu informasi yang diketahui oleh manusia.

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari kebersihan merupakan hal yang sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. tugas mendukung upaya penyembuhan penderita dalam waktu sesingkat mungkin dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Di Indonesia masih banyak penyakit yang merupakan masalah kesehatan,

BAB 1 PENDAHULUAN. berkembang dan beriklim tropis, termasuk Indonesia. Hal ini. iklim, suhu, kelembaban dan hal-hal yang berhubungan langsung

KARAKTERISTIK PENGETAHUAN DAN PERILAKU PENJAMAH MAKANAN TENTANG HIGIENE DAN SANITASI DAN DAYA TERIMA MAKAN PASIEN DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SRAGEN

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan, dan keturunan. Berdasarkan ke empat faktor tersebut, di negara yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Budaya jajan menjadi bagian dari keseharian hampir semua

Lampiran I. Oktaviani Ririn Lamara Jurusan Kesehatan Masyarakat ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. yang menjadi alternatif makanan dan minuman sehari-hari dan banyak dikonsumsi

BAB 1 PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Anak usia sekolah merupakan kelompok masyarakat yang mempunyai

HUBUNGAN PENGETAHUAN, PERSONAL HYGIENE,

BAB 1 PENDAHULUAN. kesadaran (Rampengan, 2007). Demam tifoid disebabkan oleh bakteri Salmonella

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

PERSONAL HYGIENE IBU YANG KURANG BERHUBUNGAN DENGAN DIARE PADA BALITA DI RUANG ANAK

BAB I P E N D A H U L U A N

BAB I PENDAHULUAN. setinggi-tingginya guna tercapainya negara yang kuat (Ratna, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. negara berkembang termasuk Indonesia (Depkes RI, 2007). dan balita. Di negara berkembang termasuk Indonesia anak-anak menderita

BAB I PENDAHULUAN. dapat melangsungkan kehidupan selain sandang dan perumahan. Makanan, selain mengandung nilai gizi, juga merupakan media untuk dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggitingginya

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PERSONAL HYGIENE IBU YANG KURANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI RUANG ANAK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. disesuaikan dengan keadaan pasien berdasarkan keadaan klinis, status gizi,

BAB I PENDAHULUAN. untuk dikonsumsi. Maka dari itu, dalam hal ini higienitas sangat berperan penting

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian,

SUMMARY PERBEDAAN HIGIENE PERORANGAN DENGAN KEJADIAN PENYAKIT KECACINGAN DI SDN 1 LIBUO DAN SDN 1 MALEO KECAMATAN PAGUAT KABUPATEN POHUWATO

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kesehatan merupakan sumber kesenangan, kenikmatan dan kebahagiaan,

BAB 1 : PENDAHULUAN. aman dalam arti tidak mengandung mikroorganisme dan bahan-bahan lain yang

BAB I PENDAHULUAN. adalah masalah kejadian penyakit Tifoid (Thypus) di masyarakat.

KUESIONER PENELITIAN FAKTOR RESIKO TERJADINYA DIARE DI KELURAHAN HAMDAN KECAMATAN MEDAN MAIMUN KOTA MEDAN TAHUN : Tidak Tamat Sekolah.

BAB 1 PENDAHULUAN. Organization/WHO), sekitar 2,2 juta orang meninggal dunia setiap tahunnya

BAB 1 PENDAHULUAN. diarahkan guna tercapainya kesadaran dan kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap

BAB I PENDAHULUAN. sebesar 3,5% (kisaran menurut provinsi 1,6%-6,3%) dan insiden diare pada anak balita

BAB I PENDAHULUAN. merupakan media untuk dapat berkembang biaknya mikroba atau kuman.

LAPORAN TETAP HYGIENE SANITASI DAN KEAMANAN INDUSTRI PANGAN UJI PENGARUH SANITASI TERHADAP TINGKAT KEBERSIHAN TANGAN PEKERJA

BAB 1 PENDAHULUAN. depan yang perlu dijaga, ditingkatkan dan dilindungi kesehatannya. Sekolah selain

BAB I PENDAHULUAN. dari sepuluh kali sehari, ada yang sehari 2-3 kali sehari atau ada yang hanya 2

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. hidup sehat (healthy life style), tetapi hal ini dipengaruhi oleh faktor. seseorang akan mengatakan betapa enaknya hidup sehat.

ARTIKEL PENELITIAN HUBUNGAN KONDISI SANITASI DASAR RUMAH DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS REMBANG 2

BAB I PENDAHULUAN. Kejadian kecacingan masih menjadi masalah kesehatan masyarakat. Lebih

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. kurang maksimalnya kinerja pembangunan kesehatan (Suyono dan Budiman, 2010).

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Diare adalah perubahan frekuensi dan konsistensi tinja. World Health

Mencuci tangan dengan sabun adalah salah satu tindakan sanitasi dengan. membersihkan tangan dan jari jemari menggunakan air dan sabun oleh manusia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan derajat kesehatan dan kesejahteraan masyarakat.

Gambaran Kejadian Kecacingan Dan Higiene Perorangan Pada Anak Jalanan Di Kecamatan Mariso Kota Makassar Tahun 2014

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

GAMBARAN KEBERSIHAN TANGAN DAN KUKU DENGAN INFEKSI ENTEROBIASIS PADA SISWA SEKOLAH DASAR DI KOTA MEDAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Ancaman penyakit yang berkaitan dengan higiene dan sanitasi khususnya

LAMPIRAN 1 : DELVA ADRE MEI PUSPITASARI NIM : PLAN OF ACTION (SEPTEMBER 2016 JULI 2017) Februar Oktober. No. Kegiatan Penelitian Septem

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organization) dalam Buletin. penyebab utama kematian pada balita adalah diare (post neonatal) 14%,

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk meningkatkan derajat kesehatan dalam rangka memperbaiki kualitas

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, persepsi seseorang terhadap kesehatan, serta perkembangan. Jika

BAB I PENDAHULUAN. perlu dijaga, ditingkatkan dan dilindungi kesehatannya. Masa usia sekolah disebut

BAB I PENDAHULUAN. yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU CUCI TANGAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA ANAK SD

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam faeces (Ngastiah, 1999). Menurut Suriadi (2001) yang encer atau cair. Sedangkan menurut Arief Mansjoer (2008) diare

BAB I PENDAHULUAN. bersih. 4 Penyakit yang menonjol terkait dengan penyediaan makanan yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Makanan jajanan dapat memberikan kontribusi zat gizi dalam

LAPORAN KEGIATAN PENGABDIAN MASYARAKAT REGULER

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. (neglected diseases). Cacing yang tergolong jenis STH adalah Ascaris

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Pengertian Penyuluhan Kesehatan. kegiatan yang berlandaskan prinsip-prinsip belajar untuk

BAB I PENDAHULUAN. makanan dan minuman yang cukup, kehidupan manusia akan terganggu sehingga

Studi Sanitasi Dan Pemeriksaan Angka Kuman Pada Usapan Peralatan Makan Di Rumah Makan Kompleks Pasar Sentral Kota Gorontalo Tahun 2012

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1996

SUKOHARJO. Oleh : Kesehatan Bidang J NIM FAKULTAS

BAB I PENDAHULUAN. merupakan generasi penerus bangsa. Middle childhood merupakan masa. usia tahun untuk anak laki-laki (Brown, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. klien kekurangan cairan / dehidrasi. Keadaan kekurangan cairan apabila tidak

Berdasarkan Undang-Undang Kesehatan No.36 Tahun 2009(2) menyebutkan. (promotif), pencegahan penyakit(preventif), penyembuhan penyakit (kuratif) dan

BAB 1 PENDAHULUAN. lumbricoides dengan prevalensi yang masih tinggi di dunia, dengan rata-rata kejadian

HUBUNGAN KONDISI FASILITAS SANITASI DASAR DAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN DIARE DI KECAMATAN SEMARANG UTARA KOTA SEMARANG.

BAB 1 : PENDAHULUAN. perilaku hidup bersih dan sehat. Pengembangan perilaku hidup bersih dan sehat

BAB 1 PENDAHULUAN. menurut WHO (1947) adalah suatu keadaan yang sempurna baik fisik, mental

BAB I PENDAHULUAN. Masalah keamanan pangan (food safety) masih merupakan masalah

EFEK PENYULUHAN TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU TENTANG KEAMANAN PANGAN DI KELURAHAN BANMATI KECAMATAN SUKOHARJO KABUPATEN SUKOHARJO

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Diare. Diare adalah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4x pada

BAB I PENDAHULUAN. 1 Anak usia sekolah di Indonesia ± 83 juta orang (

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat menekankan pada praktik-praktik kesehatan (Wong, 2009). Di dalam

BAB I PENDAHULUAN. sekarang ini. Setiap penyedia jasa penyelanggara makanan seperti rumah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAPAT SUPERVISOR TENTANG PENERAPAN SANITASI HIGIENE OLEH MAHASISWA PADA PELAKSANAAN PRAKTEK INDUSTRI

No. Kuesioner : I. Identitas Responden 1. Nama : 2. Umur : 3. Jenis Kelamin : 4. Pendidikan : 5. Pekerjaan : 6. Sumber Informasi :

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebersihan merupakan hal yang penting, karena kebersihan dipengaruhi oleh nilai-nilai individu dan kebiasaan yang dapat mempengaruhi kesehatan dan psikologis seseorang. Diperlukan pembinaan kesehatan pada anak-anak sekolah baik jasmani, rohani, dan sosial sebab anak-anak merupakan investasi untuk negara dan bangsa Indonesia (Entjang, 2000). Anak merupakan aset terpenting dalam tercapainya keberhasilan suatu negara, karena anak generasi penerus bangsa selanjutnya. Diperlukan perhatian dan peningkatan pendidikan kemampuan hidup sehat mengenai kebersihan pada setiap anak untuk menghasilkan generasi penerus yang tumbuh sehat maupun berkembang secara harmonis dan optimal sehingga bisa meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas (Ahmadi, 2001). Kualitas sumber daya manusia mampu tercipta dimulai dari pengawasan kesehatan sejak anak usia sekolah dasar, sekolah menengah pertama dan sekolah menengah atas. Anak belajar dan diajar oleh lingkungan mengenai tingkah laku yang baik dan tidak baik, lingkungan meliputi orang tua, guru dan teman-temannya (Gunarsa, 2006). Peningkatan kualitas anak salah satunya ditentukan oleh penanaman perilaku kesehatan anak sejak dini. Perilaku anak sekolah 1

2 sangat bervariasi apabila tidak ditangani sejak dini, gangguan kesehatan akan mempengaruhi prestasi belajar dan masa depan anak (Hendra, 2007). Kebiasaan yang mempengaruhi perilaku kesehatan pada anak antara lain: pola sarapan anak, kebiasaan mencuci tangan, kebersihan telinga, kebersihan kulit, kebersihan kuku, kebersihan rambut, mandi dan kebiasaan anak untuk jajan di tempat sembarangan dengan jajanan yang rata-rata tidak sehat untuk dikonsumsi oleh anak-anak (Syamsu, 2002). Menjaga kebersihan tangan, kuku, dan kaki merupakan salah satu aspek dalam mempertahankan kesehatan sehingga kuku, tangan dan kaki harus dijaga kebersihannya. Kuman penyakit berasal dari kuku, tangan, kaki yang kotor. Kuku, tangan dan kaki yang kotor membawa bibit penyakit. Bibit penyakit dan telur cacing yang menempel pada tangan atau kuku yang kotor dapat tertelan oleh seseorang. Mencuci tangan menggunakan sabun penting dilakukan oleh anak untuk mencegah resiko penyakit (Siswanto, 2009). Hygiene merupakan suatu pencegahan penyakit yang menitikberatkan pada usaha kesehatan perseorangan beserta lingkungan. Personal hygiene yang tidak baik dapat menyebabkan timbulnya penyakit seperti penyakit infeksi (Widyati dan Yuliarsih, 2002). Keadaan penyakit infeksi dapat mengurangi nafsu makan sehingga menderita kurang gizi (Azwar, 2004). Keadaan kurang gizi merupakan salah satu faktor penyebab mudahnya seseorang terkena penyakit infeksi karena sistem kekebalan tubuh seseorang melemah (Indriyani dkk, 2006). Faktor yang mempengaruhi penyakit infeksi bisa disebabkan oleh makanan yang berupa makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan,

3 makanan yang terkontaminasi bakteri / kuman sehingga diperlukan personal hygiene untuk mengurangi kejadian penyakit infeksi (Ngastiyah, 2005). Dipandang dari segi kesehatan lingkungan, pengaruh makanan terhadap kesehatan sangat besar karena makanan dan minuman dapat berperan sebagai vector agen penyakit yang ditularkan melalui makanan yang disebut food borne disease (penyakit bawaan makanan). Tipe penyakit yang dapat menyerang manusia berkaitan dengan makanan yaitu food infection yaitu suatu gejala penyakit yang muncul akibat mikroorganisme yang masuk dan berkembangbiak dalam tubuh manusia (usus) melalui makanan yang dikonsumsi dan food intoxication yaitu gejala penyakit yang muncul akibat mengkonsumsi racun yang ada dalam makanan (Mubarok, 2009). Tidak hanya status gizi yang memengaruhi kesehatan seseorang, tetapi status kesehatan juga memengaruhi status gizi (Amin dkk, 2004). Menurut hasil Riskesdas (2013), indikator kebersihan personal dalam mencuci tangan dengan benar untuk wilayah Jawa Tengah mendapat persentase 49,5%. Perlunya pengetahuan dan pengajaran kepada anak-anak agar personal hygiene terjaga dengan mencuci tangan dengan benar dan bisa dipraktekkan dimanapun anak-anak berada, sebelum maupun sesudah makan. Terkadang ketika anak-anak bersama orang tua, orang tua tidak mempedulikan kebersihan anaknya sehingga perlu pengetahuan untuk anak agar anak sadar diri mengenai kebersihan pada dirinya sendiri.

4 Pengetahuan merupakan hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya. Perubahan sikap pada dasarnya dipengaruhi oleh faktor pengetahuan dan keyakinan maupun kepercayaan yang didapatkan dari hasil pengindraan yang salah satu didapatkannya melalui pendidikan atau proses belajar. Salah satu bentuk pendidikan adalah dengan melalui penyuluhan (Notoatmodjo. 2010). Penyuluhan merupakan ilmu sosial yang mempelajari sistem dan proses perubahan pada individu serta masyarakat agar dapat terwujud perubahan yang lebih baik sesuai dengan yang diharapkan. Penyuluhan bisa menggunakan sarana media animasi (Setiana, 2005). Menurut Furoidah (2009), media animasi pembelajaran merupakan media yang berisi kumpulan gambar yang diolah sedemikian rupa sehingga menghasilkan gerakan dan dilengkapi audio sehingga berkesan hidup. Kelebihan penggunaan animasi sangat efektif untuk menarik perhatian peserta didik dalam situasi pembelajaran awal maupun akhir dalam rangkaian pelajaran. Kemajuan teknologi komputer memberikan kemudahan bagi guru dalam menyiapkan media pembelajaran, khususnya media animasi. Kekurangan dari media animasi pada kenyataan yang ada masih terbatasnya penggunaan media animasi dalam proses pembelajaran karena dalam pembuatan media animasi memerlukan keahlian khusus (Lee dan Owens, 2004). Berdasarkan penelitian yang dilakukan Hesditiana (2014) di SD Muhammadiyah 16 Surakarta, menyatakan bahwa sebelum diberikan edukasi gizi dengan menggunakan media animasi diperoleh nilai rata-rata tingkat pengetahuan sebesar 62,3% dan sesudah diberikan edukasi gizi

5 dengan menggunakan media animasi diperoleh nilai rata-rata tingkat pengetahuan sebesar 66,99%. Hasil tersebut menunjukkan adanya kecenderungan terjadinya peningkatan tingkat pengetahuan sesudah dilakukan edukasi gizi dengan menggunakan media animasi. Terdapat perbedaan pengetahuan tentang PUGS sebelum dan setelah diberikan edukasi gizi dengan media animasi pada siswa sekolah dasar di SD Muhammadiyah 16 Surakarta. Berdasarkan hasil studi pendahuluan pada tanggal 06 Desember 2014 pada 35 siswa di kelas V MI Negeri Baki Sukoharjo menyimpulkan bahwa anak-anak di sekolah dasar tersebut mendapat persentase pengetahuan personal hygiene dengan tingkatan baik sebanyak 68,6%, tingkatan cukup sebanyak 28,6% dan pengetahuan personal hygiene dengan tingkatan buruk sebanyak 2,8% sehingga perlunya penyuluhan pengetahuan personal hygiene pada anak-anak sekolah dasar. Berdasarkan latar belakang di atas peneliti termotivasi untuk turut serta melakukan personal hygiene khususnya di lingkungan sekolah dengan melakukan penelitian Pengaruh Penyuluhan Menggunakan Media Animasi Terhadap Pengetahuan Personal Higiene Pada Siswa Di MI Negeri Baki Sukoharjo. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang, maka dapat dirumuskan permasalahan yaitu, Apakah ada pengaruh penyuluhan menggunakan media animasi terhadap pengetahuan personal hygiene pada siswa di MI Negeri Baki Sukoharjo.

6 C. Tujuan 1. Tujuan Umum Mengetahui pengaruh penyuluhan menggunakan media animasi terhadap pengetahuan personal hygiene pada siswa di MI Negeri Baki Sukoharjo. 2. Tujuan Khusus a. Mendeskripsikan tingkat pengetahuan personal hygiene sebelum dan sesudah diberikan penyuluhan menggunakan media animasi. b. Menganalisis pengaruh sebelum dan sesudah diberikan penyuluhan menggunakan media animasi dengan pengetahuan personal higiene pada siswa di MI Negeri Baki Sukoharjo. D. Manfaat a. Bagi Sekolah Penyuluhan yang disampaikan dapat menjadi informasi bagi sekolah dalam meningkatkan personal hygiene para siswa. b. Bagi Siswa Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai pengetahuan tentang personal hygiene menggunakan media animasi bagi para siswa dan juga dapat merubah perilaku siswa tentang personal hygiene. c. Bagi peneliti Penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan dalam melaksanakan penelitian lebih luas dan lengkap khususnya tentang pengetahuan personal hygiene menggunakan media animasi.