SUMMARY PERBEDAAN HIGIENE PERORANGAN DENGAN KEJADIAN PENYAKIT KECACINGAN DI SDN 1 LIBUO DAN SDN 1 MALEO KECAMATAN PAGUAT KABUPATEN POHUWATO

Transkripsi

1 SUMMARY PERBEDAAN HIGIENE PERORANGAN DENGAN KEJADIAN PENYAKIT KECACINGAN DI SDN 1 LIBUO DAN SDN 1 MALEO KECAMATAN PAGUAT KABUPATEN POHUWATO Zainudin Lakodi NIM Program study Kesehatan Masyarakat, Jurusan Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu- Ilmu Kesehatan dan Keolahragaan, Universitas Negeri Gorontalo Abstrak Penyakit Cacingan (Helminthiasis) merupakan salah satu penyakit infeksi yang disebabkan oleh cacing perut yang penularannya melalui tanah dan dapat mempengaruhi terhadap kualitas sumber daya manusia, Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan perbedaan higiene perorangan (kebiasaan mencuci tangan,memotong kuku,memakai alas kaki,mandi dan bermain di tanah) di SDN 1.. Jenis penelitian yang digunakan adalah Observasional analitik dengan rancangan cross sectional study. Populasi dan sampel dalam penelitian ini adalah seluruh Siswa SDN 1 Libuo kelas 1 sampai kelas 3 dengan jumlah 48 siswa dan seluruh siswa SDN 1 Maleo Kelas 1 sampai kelas 3 dengan jumlah 66 siswa dengan total 114 siswa dengan tekhnik Total sampling. Analisis statistik menggunakan uji t test. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bahwa dari kelima aspek higiene perorangan yang meliputi kebiasaan mencuci tangan, kebiasaan memotong kuku, kebiasaan memakai alas kaki, kebiasaan mandi, dan kebiasaan bermain di tanah, memiliki perbedaan, dan untuk kejadian kecacingan juga terdapat perbedaan antara SDN 1. Diharapkan untuk pihak sekolah agar dapat memberikan informasi kepada siswa khususnya di SDN 1 tentang higiene siswa dengan kejadian penyakit kecacingan, serta dapat memberikan pengarahan dan penyuluhan tentang higiene perorangan khususnya kebersihan diri mengenai cara mencuci tangan yang baik, memotong kuku, dan kebiasaan diri untuk mandi, dan perlunya pemberian obat cacing kepada siswa SD minimal satu kali dalam enam bulan. Kata Kunci : Kecacingan, Higiene perorangan

2 1. Pendahuluan Personal higiene adalah usaha kesehatan yang mempelajari pengaruh kondisi lingkungan terhadap kesehatan masyarakat, upaya mencegah timbulnya penyakit karena pengaruh lingkungan serta membuat kondisi lingkungan sedemikian rupa sehingga terjamin pemeliharaan kesehatan Penyakit cacingan merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Dari hasil penelitian ternyata prevalensi penyakit cacingan masih tinggi, yaitu 60-70%. Tingginya prevalensi ini disebabkan oleh iklim tropis dan kelembaban udara tinggi di Indonesia, yang merupakan lingkungan yang baik untuk perkembangan cacing, serta kondisi sanitasi dan higiene yang buruk. Demikian juga halnya di Indonesia, Prevalensi Helminthiasis masih cukup tinggi 30,4 % untuk Ascaris lumbricoides, 21,25% Trichiuris trichiura serta 6,5% Ancylostoma duodenale, dan Necator americanus. Di Indonesia Helminthiasis masalah kesehatan masyarakat setelah Malnutrisi. Prevalensi dan Intensitas tertinggi dijumpai dikalangan anak usia Sekolah Dasar. Menurut laporan Bank Dunia, di negara berkembang diperkirakan diantara anak usia 5-14 tahun, helminthiasis merupakan penyumbang terbesar antara kesakitan (12% pada anak perempuan dan 11% pada anak laki-laki). Prevalensi di kalangan anak SD di tiga provinsi di Indonesia (Yogyakarta, DKI, Jakarta dan Sulawesi Utara) adalah 12,9% untuk Ascaris lumbricoides, 19,8% Trichiuris trichiura dan 7,8% untuk cacing tambang. Data akurat mengenai kejadian infeksi cacing di Gorontalo tidak ditemukan dalam profil kesehatan provinsi, namun data di Kabupaten Pohuwato khususnya di puskesmas Paguat, penderita infeksi cacingan tahun 2011 sebesar 43 orang (12,6%) dan tahun 2012 mencapai 45 orang (13,3%) sebagian besar yang terkena penyakit cacingan tersebut adalah anak-anak. Walaupun penyakit cacingan ini tidak termasuk pada 10 penyakit yang menonjol, namun tidak menutup kemungkinan terdapat juga penderita cacing yang tidak berobat di puskesmas Paguat. 1. Penelitian Jenis penelitian adalah jenis penelitian Observasional analitik. Rancangan yang digunakan adalah rancangan penelitian cross sectional study tentang hubungan kebiasaan mencuci tangan,memotong kuku memakai alas kaki, mandi dan bermain ditanah.. Populasi dan sampel dalam penelitian ini adalah seluruh Siswa SDN 1 Libuo kelas 1 sampai kelas 3 dengan jumlah 48 siswa dan seluruh siswa SDN 1 Maleo Kelas 1 sampai kelas 3 dengan jumlah 66 siswa dengan tekhnik Total sampling. Analisis statistik menggunakan uji t test.

3 1. Hasil Penelitian dan Pembahasan 1.1 Hasil Penelitian Analisis bivariat dilakukan untuk melihat ada tidaknya perbedaan antara kebiasaan mencuci tangan, kebiasaan memotong kuku, kebiasaan memakai alas kaki, kebiasaan mandi, dan kebiasaan bermain di tanah dengan kejadian kecacingan di SDN 1 Libuo Kecamatan Paguat. Analisis data secara statistik dilakukan dengan uji statistik t test dengan menggunakan bantuan program SPSS. Dikatakan ada perbedaan dan nilai P value < 0, Perbedaan Kebiasaan Responden Mencuci Tangan pada siswa SDN 1 Libuo dan SDN 1 Maleo perbedaan kebiasaan responden mencuci tangan di SDN 1 Libuo dan SDN 1 Maleo dapat dilihat tabel 4.10 dibawah ini Kebiasaan Mencuci Tangan Tabel 4.10 Analisis Perbedaan kebiasaan responden mencuci tangan di SDN 1 Jumlah Total SDN 1 Libuo SDN 1 Maleo t P Baik ,51 1,772 Cukup Baik ,58 0,021 Tidak Baik ,91 Jumlah ,0 Dari hasil analisis statistik T test dengan nilai alpha (α) 5% atau itu dilihat dari nilai p value yaitu Dengan demikian dapat disimpulkan perbedaan yang signifikan antara kebiasaan mencuci tangan di SDN 1 (Ho ditolak dan Ha diterima) Perbedaan Kebiasaan Responden Memotong Kuku pada siswa SDN 1 Libuo dan SDN 1 Maleo Analisis perbedaan kebiasaan responden memotong kuku di SDN 1 dapat dilihat tabel 4.11 dibawah ini.

4 Tabel 4.11 Analisis Perbedaan kebiasaan responden memotong kuku di SDN 1 Kebiasaan Jumlah Total t Memotong Kuku SDN 1 Libuo SDN 1 Maleo p Baik ,81 1,933 Cukup Baik ,63 0,004 Tidak Baik ,56 Jumlah , dengan nilai alpha (α) 5% atau itu dilihat dari nilai p value yaitu Dengan demikian dapat disimpulkan perbedaan yang signifikan antara kebiasaan memotong kuku di SDN 1 (Ho ditolak dan Ha diterima) Perbedaan Kebiasaan Responden Memakai Alas Kaki pada siswa SDN 1 Analisis perbedaan kebiasaan responden Memakai Alas Kaki di SDN 1 dapat dilihat tabel 4.12 dibawah ini Tabel 4.12 Analisis Perbedaan kebiasaan responden Memakai Alas Kaki di SDN 1 Libuo dan SDN 1 Maleo Kebiasaan Jumlah Total t Memakai Alas SDN 1 Libuo SDN 1 Maleo Kaki p Baik ,16 1,474 Tidak Baik ,84 0,018 Jumlah , dengan nilai alpha (α) 5% atau 0,05 dan nilai df (2-1) = 1, disamping itu dilihat dari nilai p value yaitu 0.018

5 Dengan demikian dapat disimpulkan perbedaan yang signifikan antara kebiasaan Memakai Alas Kaki di SDN 1 (Ho ditolak dan Ha diterima) Perbedaan Kebiasaan Responden Mandi pada siswa SDN 1 Libuo dan SDN 1 Maleo Analisis perbedaan kebiasaan responden Mandi di SDN 1 Libuo dan SDN 1 Maleo dapat dilihat tabel 4.13 dibawah ini. Tabel 4.13 Analisis Perbedaan kebiasaan responden mandi di SDN 1 Libuo dan SDN 1 Maleo Kebiasaan Mandi Jumlah Total t SDN 1 Libuo SDN 1 Maleo p Baik ,51 1,799 Cukup Baik ,09 0,048 Tidak Baik ,40 Jumlah , dengan nilai alpha (α) 5% atau itu dilihat dari nilai p value yaitu Dengan demikian dapat disimpulkan perbedaan yang signifikan antara kebiasaan Mandi di SDN 1 Libuo dan SDN 1 Maleo (Ho ditolak dan Ha diterima) Perbedaan Kebiasaan Responden Bermain di Tanah pada siswa SDN 1 Analisis perbedaan kebiasaan responden bermain ditanah di SDN 1 dapat dilihat tabel 4.14 berikut

6 Tabel 4.14 Analisis Perbedaan kebiasaan responden bermain ditanah di SDN 1 Kebiasaan Jumlah Total t Bermain di SDN 1 Libuo SDN 1 Maleo Tanah p Baik ,44 1,922 Cukup Baik ,23 0,040 Tidak Baik ,33 Jumlah , dengan nilai alpha (α) 5% atau itu dilihat dari nilai p value yaitu Dengan demikian dapat disimpulkan perbedaan yang signifikan antara kebiasaan bermain ditanah di SDN 1 (Ho ditolak dan Ha diterima) Perbedaan Kejadian Kecacingan pada siswa SDN 1 Analisis perbedaan Kejadian Kecacingan di SDN 1 Libuo dan SDN 1 Maleo dapat dilihat tabel 4.15 dibawah ini Tabel 4.15 Analisis Perbedaan kejadian kecacingan di SDN 1 Kejadian Jumlah Total t Kecacingan SDN 1 Libuo SDN 1 Maleo p Baik ,44 1,643 Tidak Baik ,56 0,036 Jumlah , dengan nilai alpha (α) 5% atau 0,05 dan nilai df (2-1) = 1, disamping itu dilihat dari nilai p value yaitu Dengan demikian dapat disimpulkan

7 perbedaan yang signifikan antara kejadian kecacingan di SDN 1 Libuo dan SDN 1 Maleo (Ho ditolak dan Ha diterima). 1.2 Pembahasan Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan perbedaan higiene perorangan pada siswa SD dari kebiasaan mencuci tangan, kebiasaan memotong kuku, kebiasaan memakai alas kaki, kebiasaan mandi dan kebiasaan bermain di tanah terhadap kejadian penyakit kecacingan di Kecamatan Paguat Kabupaten Pohuwato Sampel dalam penelitian ini berjumlah 114 siswa yang terdapat di 2 sekolah, SDN 1 Libuo dengan sampel kelas 1, 2, dan 3 berjumlah 48 siswa, sementara di SDN 1 Maleo dengan sampel kelas 1, 2, dan 3 berjumlah 66 siswa. Sebagian besar sampel yang ada di SDN 1 Libuo berusia 6 tahun yaitu sebanyak 2 responden dan di SDN 1 Maleo sebanyak 4 responden dengan total 6 responden (5,26%), paling banyak yang berusia 7 8 tahun yaitu sebanyak 17 responden di SDN 1 Libuo dan 21 responden di SDN 1 Maleo dengan total (33,33%). Dan yang berusia 9 tahun sebanyak 12 responden di SDN 1 Libuo dan 20 total (28,07) Jumlah sampel berjenis kelamin laki-laki untuk SDN 1 Libuo sebanyak 26 responden dan di SDN 1 Maleo sebanyk 33 responden dengan total 59 responden (51.75%) sedangkan sampel yang berjenis kelamin perempuan untuk SDN 1 Libuo sebanyak 22 responden dan di SDN 1 Maleo sebanyak 33 responden dengan total (48,25%), jadi dapat disimpulkan bahwa sampel yang berjenis kelamin laki-laki lebih banyak dibandingkan dengan sampel yang berjenis kelamin perempuan Perbedaan Higiene Perorangan (Kebiasaan Mencuci Tangan) pada siswa SDN 1 Libuo dan SDN 1 Maleo Hasil analisis data statistik menunjukkan bahwa terdapat perbedaan antara kebiasaan mencuci tangan di SDN 1 Libuo dan SDN 1 Maleo. Dari hasil uji bivariat diperoleh nilai t hitung adalah sebesar dengan nilai alpha (α) 5% atau 0,05 dan nilai df (3-1) = 2, disamping itu dilihat dari nilai p value yaitu sehingga dapat di simpulkan bahwa ada perbedaan hygiene perorangan (kebiasaan mencuci tangan) di SDN 1 SDN 1 Libuo diperoleh bahwa responden yang biasa mencuci tangan dengan katagori baik sebanyak 20 responden sedangkan di SDN 1 Maleo sebanyak 41 responden dengan total 61 (53.51%) dan dengan katagori cukup baik sebanyak 17 responden di SDN 1 sebanyak 19 responden dengan total 36 responden (31,58%). Serta berkatagorikan tidak baik sebanyak 11 responden di SDN 1 Libuo dan SDN 1 Maleo sebanyak 6 responden dengan total 17 responden (14,91%), Siswa yang tidak membiasakan diri untuk mencuci tangan dapat menyebabkan terjadinya kecacingan, atau terdapat keterkaitan antara kebiasaan mencuci tangan dengan

8 penyakit cacingan, hal ini menunjukan bahwa dengan adanya kebiasaan siswa untuk mencuci tangan sebelum makan dapat membuang kotoran-kotoran yang melekat pada kuku siswa sehingga kotoran-kotoran tersebut tidak masuk kedalam tubuh/mulut, yang pada akhirnya dapat menyebabkan penyakit kecacingan Perbedaan Higiene Perorangan (Kebiasaan Memotong Kuku) pada siswa SDN 1 Libuo dan SDN 1 Maleo Hasil analisis data statistik menunjukkan bahwa terdapat perbedaan antara kebiasaan memotong kuku di SDN 1 Libuo dan SDN 1 Maleo. Dari hasil uji bivariat dengan nilai alpha (α) 5% atau itu dilihat dari nilai p value yaitu dimana nilai tersebut (p< 0,05), sehingga dapat di simpulkan ada perbedaan hygiene perorangan (kebiasaan memotong kuku) di SDN 1 SDN 1 Libuo diperoleh bahwa responden yang biasa memotong kuku dengan katagori baik sebanyak 9 responden dan SDN 1 Maleo sebanyak 17 responden dengan total 26 responden (22.81%), dan dengan katagori cukup baik sebanyak 22 responden di SDN 1 Libuo dan 38 responden d SDN 1 Maleo dengan total 60 responden (52.63%), serta yang dikatagorikan tidak baik sebanyak 17 responden di SDN 1 Libuo dan 11 responden di SDN 1 Maleo dengan total 28 responden (24.56%). Siswa yang berkuku panjang tentu saja dapat menjadi tempat melekatnya berbagai kotoran maupun telur cacing yang kemudian dapat masuk kedalam tubuh sewaktu mengkonsumsi makanan tanpa terlebih dahulu mencuci tangan, kuku akan panjang apabila tidak dipotong dalam jangka waktu yang cukup lama (lebih dari 2 minggu), hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa kuku yang panjang serta yang tidak membiasakan diri memotong kuku jari tangan minimal sekali dalam seminggu, menyebabkan terjadinya penyakit kecacingan Perbedaan Higiene Perorangan (Kebiasaan Memakai Alas Kaki) pada siswa SDN 1 Libuo dan SDN 1 Maleo dengan nilai alpha (α) 5% atau 0,05 dan nilai df (2-1) = 1, disamping itu dilihat dari nilai p value yaitu sehingga dapat di simpulkan bahwa ada perbedaan hygiene perorangan (kebiasaan Memakai Alas Kaki) di SDN 1 libuo dan SDN 1 Maleo SDN 1 libuo diperoleh bahwa responden yang memakai alas kaki dengan katagori baik sebanyak 22 responden dan di SDN 1 maleo sebanyak 50 responden dengan total 72 responden (63.16%), dan dengan kategori tidak baik sebanyak 26 responden di SDN 1 libuo dan 16

9 responden di SDN 1 maleo dengan total 42 responden (36.84%) Kebiasaan memakai alas kaki kurang berpengaruh terhadap cacingan, disebabkan karena kotorankotoran yang melekat tersebut berada pada kotoran kuku kaki. Sehingga sangat tidak mungkin menyebabkan masuknya kotoran melalui mulut Perbedaan Higiene Perorangan (Kebiasaan Mandi) pada siswa SDN 1 Libuo dan SDN 1 Maleo dengan nilai alpha (α) 5% atau itu dilihat dari nilai p value yaitu sehingga dapat di simpulkan bahwa ada perbedaan higiene perorangan (kebiasaan Mandi) di SDN 1 Libuo dan SDN 1 Maleo SDN 1 Libuo diperoleh bahwa responden dengan katagori baik sebanyak 21 responden dan di SDN Maleo sebanyak 40 responden dengan total 61 responden (53.51%), dan dengan katagori cukup baik sebanyak 17 responden di SDN 1 Libuo dan 23 total 40 responden (35.09%) serta yang berkatagorikan tidak baik sebanyak 10 responden di SDN 1 Libuo dan 3 total 13 responden (11,40%), Menurut Juliana (2005) kebersihan diri melalui kebiasaan mandi setiap harinya dapat membuang kotoran-kotoran yang melekat pada tubuh. Dimana kotoran-kotoran yang menempelpada kulit/tubuh dapat masuk kedalam tubuh melalui mulut sewaktu makan atau jajan. Hasil penelitian ini menggambarkan bahwa terdapatnya kaitan antara kebiasaan mandi dengan kejadian kecacingan Perbedaan Higiene Perorangan (Kebiasaan Bermain di Tanah) pada siswa SDN 1 Libuo dan SDN 1 Maleo dengan nilai alpha (α) 5% atau itu dilihat dari nilai p value yaitu sehingga dapat di simpulkan bahwa ada perbedaan hygiene perorangan (kebiasaan bermain di tanah) di SDN 1 SDN 1 Libuo diperoleh bahwa responden yang tidak memiliki kebiasaan bermain dengan katagori baik sebanyak 18 responden dan 11 total 29 responden (25.44%) dan dengan katagori cukup baik sebanyak 17 responden di SDN 1 Libuo dan 30 total 47 responden (41.23%), serta yang berkatagorikan tidak baik sebanyak 13 responden di SDN 1 Libuo dan 25 responden SDN 1 Maleo dengan total (33.33%). Kebiasaan anak-anak siswa yang sering bermain di tanah merupakan faktor yang sangat berperan dalam terjadinya kecacingan, hal ini kemungkinan dapat terjadi karena

10 kurangnya kebersihan diri dari setiaop perorangansiswa SD tersebut seharihari Perbedaan Kejadian Kecacingan pada siswa SDN 1 Dari hasil analisis statistik dengan nilai alpha (α) 5% atau 0,05 dan nilai df (2-1) = 1, disamping itu dilihat dari nilai p value yaitu sehingga dapat di simpulkan bahwa ada perbedaan kejadian kecacingan di SDN 1 SDN 1 Libuo diperoleh bahwa responden yang positif kecacingan sebanyak 17 responden dan 12 total 29 responden (25.44%) dan dengan negatif cacingan sebanyak 31 responden di SDN 1 Libuo dan 54 total 85 responden (74.56%), Dengan demikian tingkat higiene siswa yang kurang/cukup dapat menyebabkan cacingan, ini dapat dipastikan bahwa kebersihan pribadi sangat berperan terdapat suatu penyakit kecacingan atau denga kata lain bahwa kebersihan pribadi ini tentu saja menjadi factor kendali di dalam menyebabkan cacingan khususnya pada anak-anak siswa yang lebih cenderung bermain-main ditanah. 2. Simpulan Dan Saran Hasil penelitian menunjukkan bahwa bahwa dari kelima aspek hygiene perorangan yang meliputi kebiasaan mencuci tangan, kebiasaan memotong kuku, kebiasaan memakai alas kaki, kebiasaan mandi, dan kebiasaan bermain di tanah, memiliki perbedaan, dan untuk kejadian kecacingan juga terdapat perbedaan antara SDN 1 Libuo dan SDN 1 Maleo. Diharapkan untuk pihak sekolah agar dapat memberikan informasi kepada siswa khususnya di SDN 1 tentang hygiene siswa dengan kejadian penyakit kecacingan, serta dapat memberikan pengarahan dan penyuluhan tentang hygiene perorangan khususnya kebersihan diri mengenai cara mencuci tangan yang baik, memotong kuku, dan kebiasaan diri untuk mandi, dan perlunya pemberian obat cacing kepada siswa SD minimal satu kali dalam enam bulan. Daftar Pustaka Azwar, Pengantar Ilmu Kesehatan lingkungan. Jakarta: mutiara Mahfuddin, H Infeksi Cacing Yang di Tularkan Melalui Tanah Khususnya Trichuris trichiura dengan Albendazole dan Mebendazole. Jakarta Notoatmodjo, Soekidjo Ilmu Kesehatan Masyarakat Prinsip- Prinsip Dasar. Jakarta: PT Rineka Cipta Metodologi Penelitian Kesehatan.

11 Jakarta: PT Rineka Cipta Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta: PT Rineka Cipta Onggowaluyo J.S Parasitologi Medik I. Jakarta: EGC