BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam faeces (Ngastiah, 1999). Menurut Suriadi (2001) yang encer atau cair. Sedangkan menurut Arief Mansjoer (2008) diare
|
|
- Harjanti Johan
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Diare 1. Pengertian Diare adalah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi dan lebih dari 3 kali pada anak, konsistensi cair, ada lendir atau darah dalam faeces (Ngastiah, 1999). Menurut Suriadi (2001) diare adalah kehilangan cairan dan elektrolit secara buang air besar dengan bentuk tinja yang encer atau cair. Sedangkan menurut Arief Mansjoer (2008) diare adalah defekasi lebih dari 3 kali sehari dengan atau tanpa darah atau lendir. Sementara menurut Richard (1993) diare adalah suatu peningkatan frekuensi, keenceran dan volume tinja serta diduga selama 3 tahun pertama kehidupan, seorang anak akan mengalami 1-3 kali episode akut diare berat. Kesimpulan peneliti diare adalah frekuensi buang air besar yang sering terjadi pada balita terutama pada 3 tahun pertama kehidupan, yang berbentuk tinja encer dengan atau tanpa darah. 2. Penyebab Diare Faktor penyebab diare dibagi menjadi empat faktor meliputi faktor infeksi, malabsorbsi, makanan dan faktor psikologis (Ngastiah, 1997). Faktor infeksi dibagi menjadi dua yaitu infeksi eksternal adalah infeksi pada saluran pencernaan yang disebabkan oleh bakteri vibrio, E. Coli, 8
2 rotavirus, cacing, protozoa dan jamur, sedangkan infeksi parenteral adalah infeksi diluar alat pencernaan makanan seperti Tonsilitis, Bronkopneumonia dan Ensefalitis. Faktor malabsorbsi misalnya malabsorbsi karbohidrat, lemak, dan protein. Selanjutnya faktor makanan, apabila seseorang mengkonsumsi seperti makanan basi, beracun dan alergi terhadap makanan bisa menyebabkan diare. Apabila seseorang mengalami ketakutan atau rasa cemas itu merupakan faktor psikologis yang juga dapat menyebabkan diare, biasanya hal tersebut terjadi pada orang yang lebih dewasa. Menurut Suharyono (2008), penyebab diare berkisar dari 70% sampai 90% dapat diketahui dengan pasti. Penyebab diare meliputi penyebab tidak langsung, dimana penyebab tidak langsung atau faktorfaktor yang mempermudah atau mempercepat terjadinya diare seperti keadaan gizi, hygiene dan sanitasi lingkungan, kepadatan penduduk, sosial ekonomi. Sedangkan penyebab langsung merupakan penyakit langsung antara lain infeksi bakteri virus dan parasit, malabsorbsi, alergi, keracunan bahan kimia maupun keracunan oleh racun yang diproduksi oleh jasad renik, ikan, buah dan sayur-sayuran. Ditinjau dari sudut patofisiologi, penyakit diare akut dibagi menjadi dua golongan meliputi diare sekresi dan diare osmotik (Suharyono, 2008). Diare sekresi merupakan diare yang disebabkan oleh infeksi dari golongan bakteri seperti shigella, salmonella, E. Coli, bacillus careus dan golongan virus seperti protozoa, entamoeba histolika, giardia lamblia, cacing perut, 9
3 ascaria, jamur. Penyebab yang lain yaitu Hiperperistaltic usus halus yang berasal dari bahan-bahan makanan kimia misalnya keracunan makanan, makanan pedas, terlalu asam, gangguan psikis, gangguan syaraf, hawa dingin, dan alergi serta kekurangan imun terutama IgA yang mengakibatkan terjadi berlipat gandanya bakteri dan jamur yang dapat menyebabkan diare. Sedangkan diare osmotik adalah diare yang yang disebabkan oleh malabsorbsi makanan, kekurangan kalori dan protein. 3. Patogenesis Mekanisme yang menyebabkan timbulnya diare diantaranya gangguan osmotik, sekresi dan gangguan motilitas usus (Ngastiah, 1997). Gangguan osmotik yaitu yang disebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meningkat sehingga penggeseran air dan elektrolit berlebihan akan merangsang usus dan mengeluarkannya sehingga menimbulkan diare. Sementara itu gangguan sekresi adalah yang menyebabkan adanya rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus yang akan terjadi suatu peningkatan sekresi, selanjutnya menimbulkan diare karena peningkatan isi rongga usus. Sedangkan gangguan motilitas usus yaitu hiperperistaltik yang mengakibatkan kurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan yang menimbulkan diare, sebaliknya bila peristaltik usus menurun mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan yang menimbulkan diare (Ngastiah, 1997). 10
4 4. Tanda dan Gejala Tanda dan gejala penyakit diare yaitu cengeng, gelisah, suhu tubuh meningkat, nafsu makan berkurang, tinja encer yang mungkin disertai lendir atau lendir darah, warna tinja kehijau-hijauan, anus dan daerah sekitar lecet karena seringnya defekasi, gejala muntah dapat timbul sebelum atau sesudah diare, banyaknya kehilangan cairan dan elektrolit sehingga menimbulkan dehidrasi, berat badan menurun, turgor kurang, mata dan ubun-ubun besar, menjadi cekung (pada bayi) selaput lendir dan mulut serta kulit tampak kering (Ngastiah, 1997). Menurut Mansjoer (2000), tanda serta gejala diare yaitu awalnya anak menjadi cengeng, gelisah, suhu badan mungkin meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak ada, tinja encer yang mungkin mengandung darah dan atau lendir, warna tinja berubah menjadi kehijau-hijauan karena tercampur empedu, serta anus dan sekitarnya dapat lecet karena tinja menjadi asam. 5. Cara penularan Kuman penyakit diare ditularakan melalui fecal-oral antara lain melalui makanan dan minuman yang tercemar tinja dan kontak langsung dengan tinja penderita (Depkes, 2000). 6. Pencegahan diare Pencegahan diare dapat dilakukan dengan memberikan ASI, memperbaiki makanan pendamping ASI, membuang sampah pada 11
5 tempatnya atau menjaga kebersihan lingkungan, menggunakan air bersih untuk kebutuhan sehari-hari, membiasakan muncuci tangan sebelum makan, menutup makanan atau menjaga kebersihan makanan, menggunakan jamban, membuang tinja anak pada tempat yang tepat (Depkes, 2000). 7. Kejadian Diare pada Balita Diare dapat disebut sebagai masalah pediatri sosial karena diare merupakan salah satu penyakit utama yang terdapat di negara berkembang, dimana adanya faktor yang mempengaruhi terjadinya diare pada balita itu sendiri adalah faktor gizi, faktor makanan yang terkontaminasi pada masa sapih, faktor sosial ekonomi dan faktor lingkungan (Suharyono, 2008). Penyakit diare masih menjadi penyebab kematian tertinggi pada bayi dengan persentase mencapai 42% dan pada anak berusia 1-4 tahun mencapai 25,4% (Riskesdas, 2007). Berdasarkan analisa diseluruh dunia, setiap balita minimal dapat mengalami diare satu kali setiap tahun, di Indonesia sendiri sebagian besar diare pada balita disebabkan oleh infeksi rotarovirus, bakteri dan parasit juga dapat menyebabkan diare. Organismeorganisme ini mengganggu proses penyerapan makanan diusus halus yang berdampak makanan tidak dicerna kemudian segera masuk ke usus besar (Handwashing, 2006). Diare merupakan keadaan dimana seseorang menderita mencret, tinjanya cair, dapat bercampur darah dan lendir, kadang disertai muntah- 12
6 muntah, sehingga diare dapat menyebabkan kekurangan cairan tubuh yang keluar melalui tinja. Bila penderita diare banyak kehilangan cairan tubuh maka hal ini dapat menyebabkan kematian terutama pada balita (Ummuaulya, 2008). Balita biasanya rentan sekali akan daire, Perkembangan sistem pencernaan dan kekebalan tubuhnya yang belum bisa secara optimal menyebabkan mereka mudah terserang diare akibat bakteri atau virus. Orang tua berperan besar dalam menentukan penyebab anak terkena diare, pada ibu yang masih menyusui balitanya dengan ASI eksklusif umumnya jarang terkena diare dikarenakan tidak terkontaminasinya dari luar, sebaliknya susu formula dan makanan pendamping ASI bisa terkontaminasi oleh bakteri dan virus yang dapat menimbulkan balita terkena diare. Adanya dampak negatif terhadap penyakit diare pada balita antara lain adalah dapat menghambat proses tumbuh kembang anak yang pada akhirnya dapat menurunkan kualitas kehidupan anak (Medicastor, 2006). B. Sanitasi Lingkungan 1. Pengertian Sanitasi adalah usaha kesehatan masyarakat yang menitikberatkan pada pengawasan terhadap berbagai faktor lingkungan yang mempengaruhi atau mungkin mempengaruhi derajat kesehatan manusia, dan lebih mengutamakan usaha pencegahan terhadap berbagai faktor lingkungan sehingga munculnya berbagai penyakit dapat terhindar 13
7 (Azwar, 1990). Menurut Notoatmodjo (2007), sanitasi lingkungan adalah suatu usaha untuk memperbaiki atau mengoptimalkan lingkungan hidup manusia agar merupakan media yang baik untuk terwujudnya kesehatan yang optimal bagi manusia yang hidup di lingkungan tersebut. Kesimpulan peneliti sanitasi lingkungan itu merupakan usaha untuk mengoptimalkan yang menitikberatkan pada pengawasan faktor lingkungan agar menjadi media yang baik serta sehat bagi manusia, dan lebih mengutamakan pencegahan agar berbagai penyakit dapat terhindar. 2. Ruang Lingkup Sanitasi Lingkungan Menurut Notoatmodjo (2007), ruang lingkup sanitasi lingkungan atau disebut juga kesehatan lingkungan diantaranya penyediaan air bersih, karena kebutuhan manusia akan air sangat komplek antara lain untuk minum, memasak, mandi, mencuci (bermacam-macam cucian). Di antara kegunaan-kegunaan air tersebut yang sangat penting adalah kebutuhan untuk minum, dimana air yang digunakan untuk minum (termasuk untuk memasak) air harus mempunyai persyaratan khusus agar air tidak menimbulkan penyakit bagi manusia. Syarat-syarat tersebut meliputi syarat fisik yaitu bening (tidak berwarna), tidak berasa, suhu dibawah suhu udara diluar, kemudian syarat bakteriologis adalah bebas atau tidak terkontaminasi dari segala bakteri, terutama bakteri patogen. Sedangkan syarat kimia yaitu air harus mengandung zat-zat tertentu dalam jumlah 14
8 yang tertentu pula, bahan-bahan atau zat kimia yaitu seperti flour, chlor, tembaga, dan besi. Sumber-sumber air minum yang dapat digunakan sebagai kebutuhan untuk kehidupan sehari-hari meliputi air hujan, air sungai dan danau, mata air, air sumur dangkal serta air sumur dalam. Air hujan dapat ditampung kemudian dapat dijadikan sebagai air minum jika ditambahkan kalsium didalamnya. Kemudian air sungai dan danau yang menurut asalnya sebagian dari air sungai dan air danau tersebut berasal dari air hujan yang mengalir melalui saluran-saluran kedalam sungai atau danau dan kedua sumber ini sering juga disebut air permukaan. Selain itu mata air juga merupakan sumber air yang keluar dan dari mata air ini biasanya berasal dari air tanah yang muncul secara alamiah, bila mata air belum tercemar oleh kotoran sudah dapat dijadikan sebagai air minum langsung. Selanjutnya air sumur dangkal merupakan sumber air yang keluar dari dalam tanah atau disebut juga air tanah, berasal dari lapisan air di dalam tanah yang dangkal. Dalamnya lapisan air ini biasanya berkisar antara 5 sampai dengan 15 meter dari permukaan tanah. Sedangkan sumber air sumur dalam adalah air yang berasal dari lapisan air kedua di dalam tanah, dalamnya dari permukaan tanah biasanya di atas 15 meter. Sumber air sumur dalam sudah cukup sehat untuk dijadikan air minum yang langsung tanpa melalui proses pengolahan (Notoatmodjo, 2007). Perlindungan terhadap sumber air bersih sangat penting untuk mencegah penyebaran kuman penyakit yaitu dengan cara menjauhkan 15
9 jarak sumber air bersih dari jamban dan buangan air limbah, menjaga kebersihan peralatan penyimpanan air bersih, menjaga agar binatang jauh dari sumber air bersih. Keluarga dapat menjaga agar air tetap bersih dirumah dengan menyimpan air minum dalam wadah yang bersih dan tertutup, mengambil air dengan gayung yang bersih, melarang minum langsung dan mencegah agar tangan tidak masuk dalam wadah air, serta menjauhkan binatang dari rumah. Air yang diminum harus dimasak terlebih dahulu dan dimasukkan dalam tempat (teko, ceret, gelas) yang bersih. Hal ini sangat penting terutama bila diberikan kepada balita karena daya tahan tubuh mereka terhadap kuman penyakit masih rendah dibanding orang dewasa (Depkes RI, 1990). Ruang lingkup yang kedua adalah pembuangan kotoran manusia. Untuk mencegah dan mengurangi kontaminasi tinja terhadap lingkungan maka pembuangan kotoran manusia harus dikelola dengan baik, yaitu pembuangan kotoran harus di suatu tempat tertentu atau jamban yang sehat. Suatu jamban disebut sehat untuk daerah pedesaan apabila memenuhi persyaratan yaitu tidak mengotori permukaan tanah di sekeliling jamban tersebut, tidak mengotori air permukaan di sekitarnya, tidak mengotori air tanah sekitarnya, tidak terjangkau oleh serangga terutama lalat dan kecoa dan binatang-binatang lainnya, tidak menimbulkan bau, sudah digunakan dan dipelihara, sederhana desainnya, murah dan dapat diterima oleh pemakainya (Notoatmodjo, 2007). Menurut Depkes RI (1990), tindakan yang penting dan dapat dilakukan oleh 16
10 keluarga untuk mencegah penyebaran penyakit terutama penyakit diare adalah membuang kotoran manusia secara aman yaitu dijamban. Pengolahan sampah merupakan lingkup ketiga untuk kesehatan lingkungan karena sampah berkaitan erat dengan kesehatan masyarakat, sehingga dari sampah tersebut akan hidup berbagai mikroorganisme penyebab penyakit (bacteri patogen), dan juga binatang serangga sebagai pemindah atau penyebar penyakit (vektor). Sehingga sampah harus dikelola dengan baik sampai sekecil mungkin agar tidak mengganggu atau mengancam kesehatan masyarakat. Pengelolaan sampah yang baik, bukan untuk kepentingan kesehatan saja, tetapi juga untuk keindahan lingkungan. Dalam pengelolaan sampah yaitu meliputi pengumpulan dan pengangkutan sampah yang menjadi tanggung jawab dari masing-masing rumah tangga atau institusi yang menghasilkan sampah, sehingga masyarakat harus membangun atau mengadakan tempat khusus untuk mengumpulkan sampah dan kemudian dari masing-masing tempat pengumpulan sampah tersebut harus diangkut ke tempat penampungan sementara (TPS) sampah, dan selanjutnya ke tempat penampungan akhir (TPA). Kemudian adanya pemusnahan dan pengolahan sampah terutama untuk sampah padat dapat dilakukan melalui berbagai cara antara lain pemusnahan sampah dengan di tanam atau menimbum dalam tanah, memusnahkan sampah dengan jalan membakar didalam tungku pembakaran, dan pengolahan sampah yaitu sampah dapat dijadikan sebagai pupuk kompos (Notoatmodjo, 2007). 17
11 Menurut Depkes RI (1990), Penanganan sampah yang sehat dapat mencegah penyebaran penyakit dan pencemaran lingkungan, dimana kuman penyakit dapat disebarkan oleh lalat yang membiak pada sampah seperti sisa-sisa makanan dan kulit buah serta sayuran. Setiap keluarga hendaknya membuat lubang khusus untuk menanam, membakar sampah setiap hari atau membuang sampah pada tempat yang telah disiapkan. Selain lingkup yang telah disebutkan, pengolahan air limbah juga hal yang penting pula karena air limbah atau air buangan merupakan air yang tersisa dari kegiatan manusia, baik kegiatan rumah tangga maupun kegiatan lain, dibuang dalam bentuk yang sudah kotor (tercemar) dan pada umumnya mengandung bahan-bahan atau zat-zat yang dapat membahayakan bagi kesehatan manusia serta mengganggu lingkungan hidup (Notoatmodjo, 2007). C. Perilaku Hygiene Perilaku dari pandangan biologis adalah merupakan suatu kegiatan atau aktifitas organisme yang bersangkutan. Jadi perilaku manusia pada hakikatnya adalah suatu aktifitas dari manusia itu sendiri. Perilaku adalah apa yang dikerjakan oleh organisme tersebut, baik dapat di amati secara langsung atau tidak langsung (Notoatmodjo, 2000). Menurut Antonius (2009), Perilaku merupakan kumpulan berbagai faktor yang saling berinteraksi, yang sering tidak disadari bahwa interaksi tersebut amat kompleks sehingga kadangkadang tidak sempat memikirkan penyebab seseorang menerapkan perilaku 18
12 tertentu. Karena itu amat penting untuk dapat menelaah alasan dibalik perilaku individu, sebelum mengubah perilaku tersebut. Menurut Notoatmodjo (2003), faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku kesehatan yaitu faktor predisposisi, faktor pemungkin dan faktor penguat. Faktor predisposisi (predisposing factors) merupakan faktor-faktor yang mencakup pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap kesehatan, tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan, sistem nilai yang dianut oleh masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi dan sebagainya. Kemudian faktor pemungkin (enabling factors) adalah faktor-faktor yang mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan bagi masyarakat, misalnya : air bersih, tempat pembuangan sampah, tempat pembuangan tinja, ketersediaan makanan yang bergizi dan sebagainya. Termasuk juga fasilitas pelayanan kesehatan seperti Puskesmas, Rumah Sakit, Poliklinik, Posyandu, Polindes, Pos Obat Desa, Dokter, Mantri dan Bidan Desa. Sedangkan faktor penguat (reenforcing factors), meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat (toma), tokoh agama (toga), sikap dan perilaku para petugas kesehatan, termasuk juga disini undang-undang, peraturan-perturan baik dari pusat maupun pemerintah daerah yang terkait dengan kesehatan. Adapun hygiene adalah suatu usaha kesehatan masyarakat yang mempengaruhi kondisi lingkungan terhadap lingkungan kesehatan manusia, upaya mencegah timbulnya penyakit karena pengaruh lingkungan kesehatan serta membuat kondisi lingkungan sedemikian rupa sehingga terjamin 19
13 pemeliharaan kesehatan. Termasuk upaya melindungi, memelihara dan mempertinggi derajat kesehatan manusia (perorangan atau masyarakat). Sedemikian rupa sehingga berbagai faktor lingkungan yang menguntungkan tersebut tidak sampai menimbulkan gangguan kesehatan (Azwar, 1990). Sedangkan menurut Team Public Health Watson-iom (2008), secara umum yang termasuk dalam hygiene adalah bersih, bagus, perilaku yang aman bagi kesehatan, kepedulian tentang kesehatan, mengarahkan kebersihan fisik dan mental untuk memperoleh kesehatan dan lingkungan yang lebih baik kemudian menjaga kebersihan diri dan area tempat tinggal serta menghindari dalam mengkonsumsi makanan yang tidak bersih. Demikian perilaku hygiene merupakan salah satu sasaran terhadap Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), dimana pengertian dari perilaku hygiene itu sendiri adalah suatu aktifitas atau tindakan yang mempunyai tujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai kesehatan pribadi dan lingkungan, yaitu mencakup beberapa kebiasaan bersih yang merupakan salah satu upaya dalam pencegahan penyakit diare. Kebiasaan-kebiasaan tersebut meliputi mencuci tangan dengan memakai sabun, mengkonsunsi makanan dan minuman yang bersih, membuang sampah pada tempatnya serta buang air besar pada toilet (Team Public Health Watsan-iom, 2008). Selain kebiasaan-kebiasaan yang telah disebutkan, ada beberapa perilaku hygiene yang baik dan sederhana juga merupakan suatu upaya untuk pencegahan penyakit, upaya tersebut meliputi membiasakan mencuci tangan pada waktu yang sangat dianjurkan yaitu mencuci tangan sebelum 20
14 menyiapkan makanan, sebelum menyuapi anak, setelah buang air besar, dan setelah menceboki bayi serta mencuci tangan sebelum dan setelah makan. Kemudian dengan memasak makanan sampai matang atau menghindari mengkonsumsi makanan yang masih mentah, mencuci buah dan sayuran sebelum dipotong, hindari peletakan peralatan untuk memasak diatas tanah, sementara itu pengamanan dan penyimpanan makanan dalam keluarga dengan aman dari kemungkinan penyakit, menutup tempat air ketika sedang tidak digunakan, mengambil dan mengkonsumsi air dari sumber yang terlindungi seperti dari sumur pompa. Selanjutnya membuat WC atau toilet dengan jarak yang aman dari sumber air yang digunakan untuk minum dan memasak sehingga sumber air tidak terkontaminasi oleh bakteri, buang air besar pada toilet akan lebih baik dari pada di semak-semak atau dikebun (tempat terbuka), sedangkan membuat saluran drainase (pembuangan air limbah) dan menggunakan sandal ketika pergi ke toilet agar dapat mencegah menempelnya telur cacing pada kulit kaki, hal tersebut juga merupakan perilaku hygiene sederhana yang dapat mencegah penyakit (Team Public Health Watsan-iom, 2008). Perilaku hygiene yang kurang baik terutama pada masyarakat yang tidak mengindahkan pada aspek hygiene sering dijumpai antara lain seperti mengkonsumsi air yang tidak sehat (berkulitas jelek), kebiasaan mengkonsumsi makanan mentah yang dapat membahayakan kesehatan, kebiasaan tidak mencuci tangan pada waktu yang penting yaitu sebelum makan, sebelum menyiapkan makanan untuk bayi dan sebelum memasak 21
15 kemudian tidak mencuci tangan dengan sabun setelah berinteraksi dengan kotoran seperti sehabis buang air besar serta mempunyai kebiasaan buang air besar tidak pada toilet, yaitu pada lapangan terbuka. Adapun untuk merubah kepercayaan dan perilaku masyarakat yang kurang baik mengenai cara hidup bersih dan sehat, dapat dilakukan melalui penyuluhan kesehatan dan kebersihan lingkungan yang sesuai karakteristik dan budaya masyarakat setempat, upaya tersebut adalah hygiene promotion atau hygiene education. Hygiene promotion merupakan suatu upaya untuk menyadarkan setiap orang agar menerapkan tingkah laku atau kebiasaan untuk hidup pada lingkungan yang bersih secara terus-menerus, bertujuan untuk mempromosikan pendidikan kesehatan berhubungan dengan penyakit yang disebabkan salah satunya oleh air dan dapat membangun masyarakat dengan memberikan informasi mengenai kesadaran hidup bersih dan sehat (Team Public Health Watsan-iom, 2008). D. Perilaku Hygiene Keluarga Menerapkan suatu aspek preventif yang salah satunya yaitu perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), khususnya perilaku hygiene diantaranya kebiasaan mencuci tangan dengan sabun yang benar dan tepat sebagai cara yang efektif untuk mencegah penyebaran berbagai penyakit menular seperti diare (Dep. Kominfo, 2007). Namun dalam prakteknya, penerapan perilaku tersebut yang dianggap cukup sederhana tetapi tidak selalu mudah dilakukan, terutama pada keluarga yang belum terbiasa. Dalam hal ini pendidikan dari 22
16 keluarga mempunyai peran yang sangat penting, terutama pendidikan orang tua kepada anaknya karena sebagian besar kebiasaan merupakan pola perilaku yang terbentuk sejak masa kanak-kanak. Dimana orang tua harus mampu menjadi teladan yang baik bagi anak, hal ini dapat didasari bahwa anak adalah seorang yang mudah dan secara cepat dalam menirukan kebiasaan apapun. Mereka belajar berperilaku sebagaimana perilaku orang-orang yang terdapat disekitarnya, karena orang tua merupakan orang yang terdekat dengan anak sehingga orang tua merupakan orang yang paling sering mereka tiru. Selain menjadi teladan, orang tua juga harus mengajarkan konsep PHBS khususnya dalam berperilaku hygiene serta mengusahakan anak untuk menerapkan dan membiasakannya. Hal yang penting juga yaitu orang tua harus menyediakan sarana yang dapat mendukung dan memungkinkan agar kebiasaan bersih tersebut dapat diterapkan oleh seluruh anggota keluarga, seperti keperluan mencuci tangan yang membutuhkan ketersediaan air bersih dan sabun. Bila kebiasaan mencuci tangan secara benar dilakukan oleh setiap individu dalam keluarga, penyakit yang salah satunya diare tidak akan mudah menyerang. Dengan demikian, mahalnya biaya kesehatan tidak akan pernah menjadi beban keluarga, yaitu cukup dengan mencuci tangan secara benar dapat mencegah berbagai jenis penyakit (Depkes RI, 2007). 23
17 E. Faktor Sanitasi Lingkungan dan Perilaku Hygiene yang mempengaruhi Kejadian Diare Menurut Suharyono (2008), sanitasi yang buruk merupakan faktor yang berpengaruh pada kejadian diare dimana adanya interaksi antara penyakit, manusia dan faktor lingkungan yang mengakibatkan penyakit perlu diperhatikan dalam penanggulangan diare. Secara klasik telah dibuktikan pada berbagai penyelidikan bahwa peranan faktor lingkungan (air, makanan, lalat, dan serangga lain), enterobakteri, parasit usus, virus dan beberapa zat kimia merupakan penyebab penyakit diare. Adanya pencemaran sumber air minum yamg kurang sehat yaitu dengan membuang kotoran di sembarang tempat dapat juga berperan dalam penyebaran penyakit diare. Air minum yang ideal seharusnya jernih, tidak berwarna, tidak berasa dan tidak berbau selanjutnya air minum seharusnya tidak mengandung kuman patogen yang dapat membahayakan kesehatan manusia, juga tidak mengandung zat kimia yang dapat mempengaruhi fungsi tubuh, serta air juga tidak boleh meninggalkan endapan pada seluruh jaringan distribusi yang mempunyai tujuan untuk mencegah terjadinya penyakit bawaan air (Depkes RI, 1990). Perilaku hygiene juga masih menjadi penyebab terjangkitnya diare pada masyarakat terutama yang sering terjadi pada balita. Perilaku hygiene seperti mencuci tangan merupakan salah satu kebiasaan yang tercakup dalam Perilalu Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), meskipun banyak orang beranggapan bahwa mencuci tangan tidak terlalu penting dan disepelekan padahal hal tersebut memiliki manfaat yang besar (Dyah & Ramadhian, 2007). Sebagaimana 24
18 menurut pendapat Hendrawan (2008), ada 20 jenis penyakit yang salah satunya penyakit diare, dimana penyakit diare tersebut dapat dicegah hanya dengan membiasakan diri mencuci tangan secara benar, sehingga mencuci tangan merupakan suatu kebiasaan secara efektif untuk mencegah penularan penyakit diare karena apabila terdapat kuman yang menempel pada tangan akan menjadi salah satu mata rantai penularan penyakit diare. Pada kasus diare, secara bersamaan kuman-kuman diare akan ikut keluar dengan kotoran atau feses kemudian kuman tersebut mudah mengalami perpindahan yaitu pada tangan saat penderita sedang membersihkan pantat (cebok). Bila sesudah cebok, penderita tidak mencuci tangan secara baik dan benar maka kuman yang dapat menimbulkan penyakit diare tersebut bisa pindah pada bendabenda yang disentuh atau dipegang oleh penderita, termasuk makanan dan minuman yang mungkin dikonsumsi juga oleh orang lain. Maka terdapat pernyataan bahwa tangan adalah merupakan salah satu jalannya atau pintu masuk bagi berbagai jenis penyakit yang salah satunya seperti diare, untuk menutup pintu tersebut yaitu dengan upaya mencuci tangan secara baik dan benar (Hendrawan, 2008). 25
19 F. Kerangka Teori Faktor penyebab tidak langsung 1. Keadaan gizi 2. Perilaku hygiene 3. Sanitasi lingkungan 4. Kepadatan penduduk 5. Sosial ekonomi Faktor penyebab secara langsung 1. Infeksi bakteri 2. Imun 3. Psikologis 4. Makanan : a. Alergi b. Malabsorbsi c. Keracunan bahan kimia Frekuensi kejadian diare pada balita Gambar 2.1. Kerangka Teori Penelitian (Sumber : Suharyono, 2003) G. Kerangka Konsep - Sanitasi lingkungan - Perilaku hygiene Frekuensi kejadian diare pada balita Gambar 2.2. Kerangka Konsep Penelitian 26
20 H. Variabel Penelitian 1. Variabel Independen (bebas) Variabel bebas dalam penelitian ini adalah sanitasi lingkungan dan perilaku hygiene. 2. Variabel Dependen (terikat) Variabel terikat dalam penelitian ini adalah frekuensi kejadian diare. I. Hipotesis 1. Ada hubungan antara faktor sanitasi lingkungan dengan frekuensi kejadian diare pada balita. 2. Ada hubungan antara perilaku hygiene dengan frekuensi kejadian diare pada balita. 27
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. DIARE 1. Pengertian Diare adalah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4x pada bayi dan lebih dari 3x pada anak, konsistensi cair, ada lendir atau darah dalam faeces (Ngastiyah,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Diare. Diare adalah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4x pada
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Terjadinya Diare Anak Usia Toodler (1-3 Tahun) 1. Pengertian Diare Diare adalah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4x pada bayi dan lebih dari 3x pada anak, konsistensi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Selama lebih dari tiga dasawarsa, Indonesia telah melaksanakan berbagai upaya dalam rangka meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan masyarakat. Departemen Kesehatan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA A. DIARE 1. Definisi diare Diare adalah suatu keadaan pengeluaran tinja yang tidak normal atau tidak seperti biasanya, ditandai dengan peningkatan volume, keenceran, serta frekuensi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dari sepuluh kali sehari, ada yang sehari 2-3 kali sehari atau ada yang hanya 2
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diare merupakan salah satu penyakit yang sering mengenai bayi dan balita. Seorang bayi baru lahir umumnya akan buang air besar sampai lebih dari sepuluh kali sehari,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Konsep diare a. Definisi Diare Diare pada dasarnya adalah buang air besar dengan konsistensi encer dengan frekuensi buang air besar lebih dari 3 kali sehari
Lebih terperinciHUBUNGAN KONDISI FASILITAS SANITASI DASAR DAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN DIARE DI KECAMATAN SEMARANG UTARA KOTA SEMARANG.
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT, Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, Halaman 922-933 Online di http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm HUBUNGAN KONDISI FASILITAS SANITASI DASAR DAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN
Lebih terperinciARTIKEL PENELITIAN HUBUNGAN KONDISI SANITASI DASAR RUMAH DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS REMBANG 2
ARTIKEL PENELITIAN HUBUNGAN KONDISI SANITASI DASAR RUMAH DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS REMBANG 2 Lintang Sekar Langit lintangsekar96@gmail.com Peminatan Kesehatan Lingkungan,
Lebih terperinciPENCEGAHAN INFEKSI SALURAN CERNA BAGIAN BAWAH
PENCEGAHAN INFEKSI SALURAN CERNA BAGIAN BAWAH Dalam tiga bulan terakhir penyakit infeksi diare dan typhus mendominasi angka kesakitan pada rekapitulasi klaim PT. Asuransi ReLiance Indonesia. Diare dan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Diare Pada Bayi Usia 1-12 Bulan 1. Pengertian Diare Diare adalah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4x pada bayi dan lebih dari 3x pada anak, konsistensi cair, ada
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Diare adalah buang air besar atau defekasi yang encer dengan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. DIARE 1. Pengertian Diare Diare adalah buang air besar atau defekasi yang encer dengan frekuensi lebih dari tiga kali sehari, dengan atau tanpa darah dan atau lendir dalam tinja
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Diare Diare adalah BAB (Buang Air Besar) lembek/cair bahkan dapat berupa air saja yang frekuensinya lebih sering dari biasanya (biasanya 3 kali dalam sehari) (Depkes RI, 2000).
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Status Gizi 1. Pengertian Status Gizi Status gizi merupakan gambaran keseimbangan antara kebutuhan akan zat-zat gizi dan penggunaannya dalam tubuh. Status gizi dipengaruhi oleh
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. melakukan pengindraan terhadap suatu obyek tertentu. Pengindraan terjadi
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan. 1. Pengertian Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu obyek tertentu. Pengindraan terjadi melalui
Lebih terperinciHUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE DIDUGA AKIBAT INFEKSI DI DESA GONDOSULI KECAMATAN BULU KABUPATEN TEMANGGUNG
Volume, Nomor, Tahun 0, Halaman 535-54 Online di http://ejournals.undip.ac.id/index.php/jkm HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE DIDUGA AKIBAT INFEKSI DI DESA GONDOSULI KECAMATAN BULU KABUPATEN
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA SANITASI LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS LIMBUR LUBUK MENGKUANG KABUPATEN BUNGO TAHUN 2013
HUBUNGAN ANTARA SANITASI LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS LIMBUR LUBUK MENGKUANG KABUPATEN BUNGO TAHUN 2013 Marinawati¹,Marta²* ¹STIKes Prima Prodi Kebidanan ²STIKes
Lebih terperinciOleh: Aulia Ihsani
Makalah Pribadi Oleh: Aulia Ihsani 07120133 Pembimbing: dr. Yuniar Lestari, M.Kes dr. Rima Semiarty, MARS Rencana pembangunan jangka panjang bidang kesehatan RI tahun 2005 2025 atau Indonesia Sehat 2025
Lebih terperinciKERANGKA ACUAN PROGRAM PEMBERANTASAN PENYAKIT DIARE
KERANGKA ACUAN PROGRAM PEMBERANTASAN PENYAKIT DIARE I. PENDAHULUAN Hingga saat ini penyakit Diare maerupakan masalah kesehatan masyarakat Indonesia, hal dapat dilihat dengan meningkatnya angka kesakitan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penyakit Diare 1. Definisi penyakit diare Diare ialah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi dan lebih dari 3 kali pada anak, konsistensi encer, dapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. negara berkembang termasuk Indonesia (Depkes RI, 2007). dan balita. Di negara berkembang termasuk Indonesia anak-anak menderita
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Balita merupakan kelompok umur yang rawan gizi dan rawan penyakit, utamanya penyakit infeksi (Notoatmodjo S, 2004). Salah satu penyakit infeksi pada balita adalah diare.
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Definisi Diare Menurut World Health Organization (WHO), penyakit diare adalah suatu penyakit yang ditandai dengan perubahan bentuk dan konsistensi tinja yang lembek sampai mencair
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penyakit diare adalah salah satu penyebab utama kesakitan dan kematian pada
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit diare adalah salah satu penyebab utama kesakitan dan kematian pada anak seluruh dunia, yang menyebabkan 1 miliyar kejadian sakit dan 3-5 juta kematian setiap
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sanitasi Makanan 1. Pengertian Hygiene dan Sanitasi Makanan Makanan adalah salah satu kebutuhan pokok menusia untuk kelangsungan hidup, selain kebutuhan sandang dan perumahan.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. lebih sering dari biasanya (biasanya tiga kali atau lebih dalam sehari) 9) terjadinya komplikasi pada mukosa.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Diare 9) 1. Definisi Diare Secara operasional, didefinisikan bahwa diare adalah buang air besar lembek atau cair bahkan dapat berupa air saja yang frekuensinya lebih
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. dikonsumsi masyarakat dapat menentukan derajat kesehatan masyarakat tersebut. (1) Selain
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Air dan kesehatan merupakan dua hal yang saling berhubungan. Kualitas air yang dikonsumsi masyarakat dapat menentukan derajat kesehatan masyarakat tersebut. (1) Selain
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Usia anak dibawah lima tahun (balita) merupakan usia dalam masa emas
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Usia anak dibawah lima tahun (balita) merupakan usia dalam masa emas periode pertumbuhan (Golden Age Periode) dimana pada usia ini sangat baik untuk pertumbuhan otak
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sanitasi Rumah Pengertian sanitasi adalah usaha usaha pengawasan yang ditujukan terhadap faktor faktor lingkungan yang dapat merupakan mata rantai penularan penyakit 3. Sedangkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. prasarana kesehatan saja, namun juga dipengaruhi faktor ekonomi,
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Derajat kesehatan masyarakat Indonesia ditentukan oleh banyak faktor, tidak hanya ditentukan oleh pelayanan kesehatan dan ketersediaan sarana prasarana kesehatan saja,
Lebih terperinciTerdapat hubungan yang erat antara masalah sanitasi dan penyediaan air, dimana sanitasi berhubungan langsung dengan:
SANITASI AIR BERSIH VIRGIA RINANDA ( 15714006 ) REKAYASA INFRASTRUKTUR LINGKUNGAN PENGERTIAN SANITASI Sanitasi adalah upaya kesehatan dengan cara memelihara dan melindungi kebersihan lingkungan dari subjeknya,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A.
BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Makanan merupakan salah satu kebutuhan pokok yang diperlukan manusia untuk pertumbuhan dan perkembangan badan. Makanan yang dikonsumsi harus aman dan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Diare 1. Pengertian Diare Diare adalah penyakit yang ditandai dengan perubahan bentuk dan konsistensi tinja melembek sampai mencair dan bertambahnya frekuensi berak lebih dari
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan hak asasi manusia yang harus diperhatikan untuk
1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN Kesehatan merupakan hak asasi manusia yang harus diperhatikan untuk kemajuan suatu bangsa selain pendidikan dan ekonomi sekaligus merupakan investasi sumber daya manusia,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang lebih dari 4 kali pada bayi dan lebih dari 3 kali pada dewasa, konsistensi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diare merupakan penyakit yang ditandai dengan frekuensi buang air besar yang lebih dari 4 kali pada bayi dan lebih dari 3 kali pada dewasa, konsistensi feces encer,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penyakit diare masih merupakan masalah global dengan morbiditas dan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit diare masih merupakan masalah global dengan morbiditas dan mortalitas yang tinggi di berbagai negara terutama di negara berkembang, dan sebagai salah satu
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Diare a. Pengertian diare Penyakit diare merupakan penyakit yang sering terjadi pada anak dibawah lima tahun (balita) dengan disertai muntah dan buang air besar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organization) dalam Buletin. penyebab utama kematian pada balita adalah diare (post neonatal) 14%,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit diare merupakan salah satu masalah kesehatan di negara berkembang terutama di Indonesia, baik di perkotaan maupun di pedesaan. Penyakit diare bersifat endemis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebesar 3,5% (kisaran menurut provinsi 1,6%-6,3%) dan insiden diare pada anak balita
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit diare merupakan penyakit endemis di Indonesia yang terus terjadi di suatu tempat tertentu biasanya daerah pemukiman padat penduduk, termasuk penyakit
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh nilai-nilai individu dan kebiasaan yang dapat. mempengaruhi kesehatan dan psikologis seseorang.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebersihan merupakan hal yang penting, karena kebersihan dipengaruhi oleh nilai-nilai individu dan kebiasaan yang dapat mempengaruhi kesehatan dan psikologis seseorang.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. klien kekurangan cairan / dehidrasi. Keadaan kekurangan cairan apabila tidak
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diare sering terjadi pada anak usia sekolah dan balita dimana angka kejadian diare merupakan penyakit utama yang kedua setelah flu rotavirus. Penyakit ini mempunyai
Lebih terperinciPola buang air besar pada anak
Diare masih merupakan masalah kesehatan nasional karena angka kejadian dan angka kematiannya yang masih tinggi. Balita di Indonesia ratarata akan mengalami diare 23 kali per tahun. Dengan diperkenalkannya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. Dalam hal ini sarana pelayanan kesehatan harus pula memperhatikan keterkaitan
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah lingkungan erat sekali hubungannya dengan dunia kesehatan. Untuk mencapai kondisi masyarakat yang sehat diperlukan lingkungan yang baik pula. Dalam hal ini
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. hijau atau dapat pula bercampur lendir dan darah (Ngastiyah, 1997). Hal ini
BAB 1 PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG Diare adalah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi dan lebih dari 3 kali pada anak, dengan konsisten feses encer, dapat berwarna hijau atau dapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit diare hingga saat ini masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di dunia, dimana setiap tahunnya kejadian kasus diare sekitar 4 miliar, dengan jumlah kematian
Lebih terperinciDAFTAR GAMBAR. Gambar 2.7 Kerangka Teori Gambar 3.1 Kerangka Konsep... 24
DAFTAR TABEL Tabel 5.1 Persentase Analisis Univariat Masing-masing Variabel Berdasarkan Kepmenkes No.715 Tahun 2008 Penelitian di Universitas X (n=100)... 38 Tabel 5.2.1 Hubungan Sanitasi Kantin Dengan
Lebih terperinci2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penyakit Diare 2.1.1 Pengertian Diare Diare atau penyakit diare berasal dari bahasa Yunani yaitu diarroia yang berarti mengalir terus (to flow trough), merupakan keadaan abnormal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. atau lendir(suraatmaja, 2007). Penyakit diare menjadi penyebab kematian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diare adalah gangguan buang air besar/bab ditandai dengan BAB lebih dari 3 kali sehari dengan konsistensi tinja cair, dapat disertai dengan darah dan atau lendir(suraatmaja,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat di Indonesia, hal ini dapat dilihat dengan meningkatnya angka
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hingga saat ini penyakit Diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia, hal ini dapat dilihat dengan meningkatnya angka kesakitan diare dari tahun
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. selama hidupnya selalu memerlukan air. Tubuh manusia sebagian besar terdiri dari air.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Air merupakan kebutuhan dasar bagi kehidupan, khususnya bagi manusia yang selama hidupnya selalu memerlukan air. Tubuh manusia sebagian besar terdiri dari air. Pada
Lebih terperinciBAB 5 : PEMBAHASAN. penelitian Ginting (2011) di Puskesmas Siantan Hulu Pontianak Kalimantan Barat mendapatkan
BAB 5 : PEMBAHASAN 5.1 Analisis Univariat 5.1.1 Kejadian Diare pada Balita Hasil penelitian diketahui bahwa lebih dari separoh responden (59,1%) mengalami kejadian diare. Beberapa penelitian terdahulu
Lebih terperinciKesehatan Masyarakat dan Lingkungan Sekitar. dimensi produksi dan dimensi konsumsi. Dimensi produksi memandang keadaan sehat sebagai
Kesehatan Masyarakat dan Lingkungan Sekitar Sehat merupakan kondisi optimal fisik, mental dan sosial seseorang sehingga dapat memiliki produktivitas, bukan hanya terbebas dari bibit penyakit. Kondisi sehat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. peningkatan derajat kesehatan dan kesejahteraan masyarakat.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sasaran pembangunan kesehatan adalah untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan yang optimal.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Masalah pencernaan merupakan salah satu masalah yang paling sering dihadapi oleh orang tua pada anaknya yang masih kecil. Biasanya masalah-masalah tersebut timbul
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Air dalam keadaan murni merupakan cairan yang tidak berwarna, tidak
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air dalam keadaan murni merupakan cairan yang tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak berasa. Air merupakan zat yang paling penting dalam kehidupan setelah udara, tiga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bersih, cakupan pemenuhan air bersih bagi masyarakat baik di desa maupun
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air adalah materi essensial didalam kehidupan. Tidak satupun makhluk hidup di dunia ini yang tidak memerlukan dan tidak mengandung air. Sel hidup, baik tumbuhan maupun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yaitu: faktor keturunan, pelayanan kesehatan, perilaku dan lingkungan.
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Derajat kesehatan masyarakat dipengaruhi oleh empat faktor utama yaitu: faktor keturunan, pelayanan kesehatan, perilaku dan lingkungan. Keempat faktor tersebut saling
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN juta kematian/tahun. Besarnya masalah tersebut terlihat dari tingginya angka
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diare sampai saat ini merupakan penyebab kematian di dunia, terhitung 5-10 juta kematian/tahun. Besarnya masalah tersebut terlihat dari tingginya angka kesakitan dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Giardia intestinalis. Penyakit ini menjadi salah satu penyakit diare akibat infeksi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Giardiasis adalah penyakit diare yang disebabkan oleh protozoa patogen Giardia intestinalis. Penyakit ini menjadi salah satu penyakit diare akibat infeksi protozoa
Lebih terperinciBAB II. TINJAUAN PUSTAKA A. Diare. 1. Definisi diare. Diare merupakan suatu penyakit yang di tandai dengan perubahan bentuk
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Diare 1. Definisi diare Diare merupakan suatu penyakit yang di tandai dengan perubahan bentuk dan konsistensi tinja yang lembek sampai mencair dan bertambahnya frekuensi buang
Lebih terperinciGrafik 1.1 Frekuensi Incidence Rate (IR) berdasarkan survei morbiditas per1000 penduduk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit diare sampai saat ini masih merupakan penyebab kematian utama di dunia, terhitung 5-10 juta kematian/tahun. Besarnya masalah tersebut terlihat dari tingginya
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. adalah masalah kejadian demam tifoid (Ma rufi, 2015). Demam Tifoid atau
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah kesehatan merupakan masalah yang sangat kompleks, yang saling berkaitan dengan masalah lain diluar kesehatan itu sendiri. Demikian pula untuk mengatasi masalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Makanan merupakan salah satu dari tiga unsur kebutuhan pokok manusia,
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Makanan merupakan salah satu dari tiga unsur kebutuhan pokok manusia, selain kebutuhan sandang dan papan. Sandang dan papan menjadi kebutuhan pokok manusia karena
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Tempat Penelitian Desa Karangayu terletak di Provinsi Jawa Tengah Kabupaten Kendal Kecamatan Cepiring. Ketinggian tanah Desa Karangayu dari permukaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit diare sampai saat ini masih menjadi salah satu endemis dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit diare sampai saat ini masih menjadi salah satu endemis dan masih sering menimbulkan kejadian luar biasa (KLB) di masyarakat oleh karena seringnya terjadi peningkatan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penyakit Diare Penyakit diare masih merupakan salah satu masalah kesehatan bagi masyarakat Indonesia. Selain penyakit ini masih endemis di hampir semua daerah, juga sering muncul
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Laporan WHO tahun 2015 menyebutkan bahwa diare masih merupakan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Balita merupakan kelompok umur yang rentan terhadap penyakit, terutama penyakit infeksi seperti diare. Diare adalah suatu kondisi buang air besar dengan konsistensi
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. memerlukan daya dukung unsur-unsur lingkungan untuk kelangsungan hidupnya.
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Interaksi manusia dengan lingkungan hidupnya merupakan suatu yang wajar dan terlaksana sejak manusia itu dilahirkan sampai meninggal, hal ini karena manusia memerlukan
Lebih terperinciLAMPIRAN 1 SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN UNTUK IKUT SERTA DALAM PENELITIAN (INFORMED CONSENT) Yang bertanda tangan dibawah ini:
LAMPIRAN 1 SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN UNTUK IKUT SERTA DALAM PENELITIAN (INFORMED CONSENT) Yang bertanda tangan dibawah ini: N a m a : U s i a : Alamat : Pekerjaan : No. KTP/lainnya : Dengan sesungguhnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. seluruh daerah geografis di dunia. Menurut data World Health Organization
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diare merupakan penyakit yang berbasis lingkungan dan terjadi hampir di seluruh daerah geografis di dunia. Menurut data World Health Organization (WHO) pada tahun 2013,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. di Indonesia adalah penyakit diare. Diare adalah peningkatan frekuensi buang air
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu penyakit infeksi pencernaan yang merupakan masalah masyarakat di Indonesia adalah penyakit diare. Diare adalah peningkatan frekuensi buang air besar
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. perilaku hidup bersih dan sehat. Pengembangan perilaku hidup bersih dan sehat
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemeliharaan kebersihan diri sangat menentukan status kesehatan, di mana individu secara sadar dan atas inisiatif pribadi menjaga kesehatan dan mencegah terjadinya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Derajat kesehatan masyarakat yang optimal sangat ditentukan oleh tingkat
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Derajat kesehatan masyarakat yang optimal sangat ditentukan oleh tingkat kesadaran, kemauan dan kemampuan masyarakat yang hidup dalam lingkungan dan berperilaku sehat
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. ke saku yang berisi informasi suatu tema tertentu (Taufik, 2010). Buku
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Buku Saku 1. Pengertian Buku saku adalah buku yang berukuran kecil yang dapat dimasukkan ke saku yang berisi informasi suatu tema tertentu (Taufik, 2010). Buku saku diare adalah
Lebih terperinciMenjadi sehat adalah impian seluruh manusia. Baik
1 Hidup Sehat untuk Jadi Anak Hebat Menjadi sehat adalah impian seluruh manusia. Baik itu anak-anak maupun orang dewasa. Kesehatan juga merupakan anugerah yang diberikan oleh Tuhan kepada makhluknya. Dengan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. buang air besar (Dewi, 2011). Penatalaksaan diare sebenarnya dapat. dilakukan di rumah tangga bertujuan untuk mencegah dehidrasi.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit infeksi yang masih perlu diwaspadai menyerang balita adalah diare atau gastroenteritis. Diare didefinisikan sebagai buang air besar yang tidak normal dan berbentuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terjadi di negara berkembang dari pada negara maju. Di antara banyak bentuk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diare merupakan suatu masalah yang mendunia. Seperti sebagian besar penyakit anak-anak lainnya, penyakit diare tersebut jauh lebih banyak dan sering terjadi di negara
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar belakang. disebabkan oleh protozoa, seperti Entamoeba histolytica, Giardia lamblia dan
I. PENDAHULUAN A. Latar belakang Infeksi protozoa usus adalah salah satu bentuk infeksi parasit usus yang disebabkan oleh protozoa, seperti Entamoeba histolytica, Giardia lamblia dan Cryptosporidium parvum
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Ancaman penyakit yang berkaitan dengan higiene dan sanitasi khususnya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ancaman penyakit yang berkaitan dengan higiene dan sanitasi khususnya yang berkaitan dengan makanan dan minuman masih menjadi masalah yang paling sering ditemukan di
Lebih terperinciHUBUNGAN PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI DINI DENGAN INSIDEN DIARE PADA BAYI USIA 1-4 BULAN SKRIPSI
HUBUNGAN PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI DINI DENGAN INSIDEN DIARE PADA BAYI USIA 1-4 BULAN SKRIPSI Diajukan Oleh : Devi Pediatri J500040023 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2008
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan 1. Pengertian Pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Pengetahuan atau kognitif
Lebih terperinciUPAYA PENCEGAHAN DIARE PADA ANAK USIA TODDLER PREVENTION EFFORT OF DIARRHEA TO TODDLER
Upaya Pencegahan Diare pada Anak Usia Toddler UPAYA PENCEGAHAN DIARE PADA ANAK USIA TODDLER PREVENTION EFFORT OF DIARRHEA TO TODDLER STIKES RS. Baptis Kediri Jl. Mayjend. Panjaitan No. 3B Kediri (0354)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lebih dalam sehari. Dengan kata lain, diare adalah buang air besar
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diare adalah sindrom penyakit yang ditandai dengan perubahan bentuk dan konsistensi tinja melambat sampai mencair, serta bertambahnya frekuensi buang air besar dari
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pengambilan data sekunder dari rekam medis di RS KIA Rachmi Yogyakarta 2015. Pengambilan sampel data dilakukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1 Anak usia sekolah di Indonesia ± 83 juta orang (www.datastatistik-indonesia.com)
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Anak usia sekolah merupakan tumpuan bagi masa depan bangsa. Mereka merupakan sasaran yang strategis untuk pelaksanaan program kesehatan, karena selain jumlahnya yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tahunnya lebih dari satu milyar kasus gastroenteritis atau diare. Angka
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) (2012) setiap tahunnya lebih dari satu milyar kasus gastroenteritis atau diare. Angka kesakitan diare pada tahun 2011
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kematian bayi (AKB) masih cukup tinggi, yaitu 25 kematian per 1000
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Data nasional Indonesia pada tahun 2014 mencatat jumlah angka kematian bayi (AKB) masih cukup tinggi, yaitu 25 kematian per 1000 kelahiran hidup. Jumlah ini masih belum
Lebih terperinciSAP (SATUAN ACARA PENYULUHAN) : Siswa-siswa sekolah dasar negeri (SDN) 05 dan 08 Pela Mampang, Mampang Prapatan
SAP (SATUAN ACARA PENYULUHAN) Pokok Bahasan Sub Pokok Bahasan Sasaran Waktu : Perilaku Hidup Bersih dan Sehat : Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di Sekolah : Siswa-siswa dasar negeri (SDN) 05 dan 08 Pela
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini orang ingin melakukan segala sesuatu dengan cepat dan praktis, termasuk dalam hal pemenuhan kebutuhan makan. Hal ini sangat menunjang keberadaan berbagai
Lebih terperinciSMP JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN VIII (DELAPAN) ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA) SISTEM PENCERNAAN MANUSIA
JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN SMP VIII (DELAPAN) ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA) SISTEM PENCERNAAN MANUSIA Salah satu ciri mahluk hidup adalah membutuhkan makan (nutrisi). Tahukah kamu, apa yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Mewujudkan derajat kesehatan masyarakat adalah upaya untuk meningkatkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mewujudkan derajat kesehatan masyarakat adalah upaya untuk meningkatkan keadaan kesehatan yang lebih baik dari sebelumnya. Derajat kesehatan yang setinggitingginya
Lebih terperinciKESEHATAN DAN SANITASI LINGKUNGAN TIM PEMBEKALAN KKN UNDIKSHA 2018
KESEHATAN DAN SANITASI LINGKUNGAN TIM PEMBEKALAN KKN UNDIKSHA 2018 PENYEBAB??? Status kesehatan suatu lingkungan yang mencakup perumahan, pembuangan kotoran, penyediaan air bersih dan sebagainya. Pentingnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit diare atau sering disebut dengan gastroenteritis merupakan masalah masyarakat di Indonesia. Dari daftar urutan penyebab kunjungan Puskesmas atau Balai
Lebih terperinciSTUDI KASUS KEJADIAN DIARE PADA ANAK BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BAYANAN TAHUN 2015
STUDI KASUS KEJADIAN DIARE PADA ANAK BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BAYANAN TAHUN 2015 Mahmudah FKM Uniska, Banjarmasin, Kalimantan Selatan E-mail: mahmudah936@gmail.com Abstrak Latar belakang: Diare
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. variabel tertentu, atau perwujudan dari Nutriture dalam bentuk variabel
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Status gizi adalah ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu, atau perwujudan dari Nutriture dalam bentuk variabel tertentu. Status gizi merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penting agar masyarakat tahu dan mau serta mampu menerapkan pola perilaku hidup
1 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Perilaku hidup bersih dan sehat di rumah tangga adalah suatu pemahaman yang penting agar masyarakat tahu dan mau serta mampu menerapkan pola perilaku hidup bersih
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Air merupakan kebutuhan dasar bagi kehidupan. Tanpa air kehidupan di
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Air merupakan kebutuhan dasar bagi kehidupan. Tanpa air kehidupan di alam ini tidak dapat berlangsung, baik manusia, hewan maupun tumbuhan. Tubuh manusia sebagian
Lebih terperinciKUESIONER GAMBARAN BEBERAPA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INSIDENSI DIARE PADA BALITA DI RSU SARASWATI CIKAMPEK PERIODE BULAN JULI 2008
Lampiran 1 KUESIONER GAMBARAN BEBERAPA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INSIDENSI DIARE PADA BALITA DI RSU SARASWATI CIKAMPEK PERIODE BULAN JULI 2008 IDENTITAS RESPONDEN 1. Umur Responden : a). < 20 tahun b).
Lebih terperinciPROFIL PENDERITA DIARE ANAK DI PUSKESMAS RAWAT INAP PEKANBARU
PROFIL PENDERITA DIARE ANAK DI PUSKESMAS RAWAT INAP PEKANBARU Esy Maryanti, Sri Wahyuni Dwintasari,Suri Dwi Lesmana Hendro Mandela, Setri Herlina Abstrak Diare merupakan salah satu penyakit yang paling
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Diarrhea berasal dari bahasa Greek, yaitu Dia berarti melalui dan rhien
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Diare 2.1.1 Definisi Diarrhea berasal dari bahasa Greek, yaitu Dia berarti melalui dan rhien berarti mengalir, istilah diarrhea digunakan untuk menyatakan buang kotoran yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan hal yang sangat penting bagi semua manusia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan hal yang sangat penting bagi semua manusia karena tanpa kesehatan yang baik, maka setiap manusia akan sulit dalam melaksanakan aktivitasnya sehari-hari.
Lebih terperinci