BAB I PENDAHULUAN. Aristoteles yang selanjutnya dalam ilmu psikologi menjadi istilah

dokumen-dokumen yang mirip
Kesehatan Mental. Strategi Meningkatkan Kesejahteraan Psikologis. Aulia Kirana, M.Psi, Psikolog. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Carol D. Ryff merupakan penggagas teori Psychological well-being.

BAB I PENDAHULUAN. berubah dari perubahan kognitif, fisik, sosial dan identitas diri. Selain itu, terjadi pula

BAB III METODE PENELITIAN. kuantitatif adalah fakta-fakta dari objek penelitian realitas dan variabel-variabel

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk individu dan juga makhluk sosial yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. dengan norma di suatu lingkungan masyarakat (Santoso, 2003). Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. hukum suatu negara yang dibangun dengan tujuan untuk aktivitas religius. Gereja termasuk ke

BAB I PENDAHULUAN. yang sehat, pintar, dan dapat berkembang seperti anak pada umumnya. Namun, tidak

BAB I PENDAHULUAN. muncul melalui proses evaluasi masing-masing individu terhadap kehidupannya

BAB III METODE PENELITIAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil pengolahan data mengenai derajat psychological wellbeing

BAB II TINJAUAN TEORITIS

PSYCHOLOGICAL WELL BEING PADA WANITA LAJANG DEWASA MADYA NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. Data Yayasan Lupus Indonesi (YLI) menunjukkan bahwa jumlah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dian Lidriani, 2014

BAB II LANDASAN TEORI. sebutan psychosexual hermaphroditism yaitu eksistensi dua seks biologis dalam satu

BAB I PENDAHULUAN. yang paling dinanti-nantikan. Pada pasangan yang sulit memiliki anak, segala

BAB I PENDAHULUAN. tetapi di dalam kehidupan rumah tangga sering terjadi berbagai konflik. Konflik

HUBUNGAN FORGIVENESS TERHADAP PERISTIWA PERCERAIAN ORANG TUA DENGAN PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA REMAJA KORBAN PERCERAIAN

BAB V PENUTUP. orang lain, memiliki otonomi, dapat menguasai lingkungan, memiliki. tujuan dalam hidup serta memiliki pertumbuhan pribadi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. potensi individu dimana individu dapat menerima kekurangan dan kelebihan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, didapatkan data jumlah penduduk di Indonesia sebanyak 87% memeluk agama

DAFTAR ISI. LEMBAR PENGESAHAN...ii. KATA PENGANTAR...iii. DAFTAR ISI..vi. DAFTAR BAGAN.ix. DAFTAR TABEL...x. DAFTAR LAMPIRAN.xi BAB I PENDAHULUAN...

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3.1 Metode Penelitian Dan Rancangan Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Duvall & Miller (1985) pernikahan bukan semata-mata legalisasi,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada bab II ini akan menjelaskan Psychological well-being, dimensidimensi

Studi Deskriptif Psychological Well Being pada Ibu yang Memiliki Anak Penderita Autism yang Bersekolah Di SLB-C YPLB Bandung

BAB I PENDAHULUAN. menjalin relasi sosial. Kebutuhan individu untuk. membangun relasi sosial meningkat seiring bertambahnya

Kesejahteraan Psikologis pada Survivor Kanker di Bandung Cancer Society (BCS)

BAB I PENDAHULUAN. selayaknya mendapatkan perhatian utama baik dari pemerintah maupun. Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik,

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan mengambil metode

BAB I PENDAHULUAN. lembaga kesejahteraan sosial yang mempunyai kewajiban untuk memberikan

BAB I PENDAHULUAN. Setelah kurang lebih lima hingga sepuluh tahun, HIV ini dapat berubah menjadi

Paket 10 PSYCHOLOGICAL WELL BEING

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. B. Definisi Operasional

BAB II LANDASAN TEORI. A. Psychological Well-Being. kehidupan berjalan dengan baik. Keadaan tersebut merupakan kombinasi dari

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sangat penting dalam pembentukan karakter bangsa. Hal ini

SM, 2015 PROFIL PENERIMAAN DIRI PADA REMAJA YANG TINGGAL DENGAN ORANG TUA TUNGGAL BESERTA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHINYA

BAB 1. Pendahuluan. Manusia bukan makhluk yang sempurna, karena memiliki kelebihan dan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu hal yang menjadi perhatian bagi masyarakat Indonesia adalah agama. Terdapat enam

BAB I PENDAHULUAN. narkoba ataupun seks bebas di kalangan remaja. Pergaulan bebas ini akan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada bab ini akan diuraikan lebih mendalam mengenai teori-teori yang

BAB I PENDAHULUAN. kanker di negara-negara berkembang. Kanker serviks adalah kanker yang tumbuh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. 2014), terlebih bagi individu yang sudah bekerja dan hanya memiliki latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. dengan keterikatan aturan, emosional dan setiap individu mempunyai peran

BAB I PENDAHULUAN. Pada zaman sekarang ini untuk mendapatkan pekerjaan sangat sulit contohnya

BAB I PENDAHULUAN. 2001). Untuk selanjutnya kaum homoseksual yang berjenis kelamin pria dan

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan keadaan yang nyaman dalam perut ibunya. Dalam kondisi ini,

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa merupakan pelajar yang paling tinggi levelnya. Mahasiswa di

BAB I PENDAHULUAN. Holmes dan Rahe tahun 1967 dengan menggunakan Live Event Scale atau biasa

BAB 1 Pendahuluan 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Psychological Well Being. perspektif besar mengenai psychological well being yang diturunkan dari dua

DAFTAR PUSTAKA. Papalia, D. E., Olds, S. W., & Feldman, R. D Human Development (Psikologi Perkembangan Edisi Kesepuluh). Jakarta: Kencana.

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB II LANDASAN TEORI. Teori kesejahteraan psikologis yang menjelaskan sebagai pencapaian penuh dari potensi

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kesejahteraan Psikologis (Psychological Well-Being) pada buku karangan Aristotetea yang berjudul Nicomacheon Ethics

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa dimana peserta didik bergaul, belajar dan

KONTRIBUSI RELIGIUSITAS TERHADAP PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA MAHASISWA

BAB I PENDAHULUAN. yang beragam dan terus bertambah seiring dengan pertumbuhan manusia,

BAB 5 Simpulan, Diskusi, Saran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. karena adanya hubungan darah, perkawinan atau adopsi dan saling berinteraksi satu sama

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Keadaan disabilitas yang adalah keterbatasan fisik, kecacatan baik fisik maupun mental, serta berkebutuhan

5. KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. masa untuk menjadi sakit sakitan, sesuatu hal buruk, mengalami penurunan

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia terdapat 6 agama yang diakui negara yaitu Islam, Kristen,

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi serta restrukturisasi organisasi, begitu pula di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. dasar kepribadiannya. Seberapa besar ia menghayati agama yang dianutnya,

GAMBARAN KEBAHAGIAAN MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS PADJADJARAN DENGAN LATAR BELAKANG BUDAYA BATAK, JAWA, MINANG, DAN SUNDA

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan pada bab sebelumnya.

PEMETAAN KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS GURU PG PAUD SE KOTA PEKANBARU

Bab 2. Landasan Teori

BAB I PENDAHULUAN. tentang orang lain. Begitu pula dalam membagikan masalah yang terdapat pada

DAFTAR ISI. HALAMAN PENGESAHAN...i. KATA PENGANTAR.ii. ABSTRAK..v. DAFTAR ISI..vi. DAFTAR TABEL... x. DAFTAR DIAGRAM.xi. DAFTAR LAMPIRAN..

KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS DITINJAU DARI DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA. (Psychological Well-Being Review From Family Social Support)

BAB I PENDAHULUAN. individu. Kegiatan bekerja dilakukan untuk berbagai alasan seperti; mencari uang,

Perbedaan Psychological Well-being pada Dewasa Muda Pasangan Long Distance Relationship dengan Pasangan Non Long Distance Relationship

ABSTRAK. viii. Universitas Kristen Maranatha

HUBUNGAN TINGKAT RELIGIUSITAS DENGAN KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS SISWA SMK MUHAMMADIYAH 2 MALANG

BAB I PENDAHULUAN. pada masa remaja, salah satunya adalah problematika seksual. Sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masa remaja ini disebut sebagai masa penghubung atau masa

BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia. Menurut Undang-Undang nomor 35 tahun 2009 tentang

HUBUNGAN PSYCHOLOGICAL WELL-BEING DENGAN PENYESUAIAN DIRI PADA ISTRI YANG TINGGAL DI RUMAH MERTUA

BAB I PENDAHULUAN. dilalui seorang individu sepanjang rentang kehidupannya. Keunikan pada masa

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 3. Metodologi Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. manusia menggunakan fungsi panca indera dan bagian-bagian tubuh lainnya, tetapi

1. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1. Hasil Presentase Pernikahan Dini di Pedesaan dan Perkotaan. Angka Pernikahan di Indonesia BKKBN (2012)

2015 KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS PEREMPUAN KORBAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

LAMPIRAN A. Alat Ukur

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Sumber daya manusia itu sendiri dapat dirincikan menjadi seorang

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 3 METODE PENELITIAN

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Istilah Eudaimonia (kebahagiaan) dikenal melalui tulisan filsuf Aristoteles yang selanjutnya dalam ilmu psikologi menjadi istilah psychological well-being. Aristoteles (Ryff, 1989) menyatakan bahwa pengertian bahagia bukanlah diperoleh dengan jalan mengejar kenikmatan dan menghindari rasa sakit, atau terpenuhinya segala kebutuhan individu melainkan melalui tindakan nyata, individu mengaktualisasikan potensipotensinya. Hal inilah yang merupakan tugas dan tanggung jawab manusia sehingga merekalah yang menentukan apakah menjadi individu yang merasa bahagia, merasakan apakah hidupnya bermutu, berhasil atau gagal. Manzo, Jones, Freudenberg, Tsui, Kwan, dan Gagnon (2011) dalam penelitian mengenai Psychological Well-Being pada mahasiswa di City University of New York mendapati satu dari lima mahasiswa yang diwawancara memiliki gejala depresi. Pada waktu ditanya mengenai pengalaman dalam masalah-masalah psikologi, sosial atau relasi interpersonal pada mahasiswa yang sama, menunjukan bahwa pada umumnya mahasiswa yang sama memiliki lebih dari satu keluhan. Hasil data keluhan mahasiswa menunjukkan 57.2% mengalami stres, 49.6% memiliki masalah keuangan, 30% kesulitan dalam menjalin hubungan, 26.4% kekuatiran, dan 23.1% depresi. Rata-rata penderita yang tergolong memiliki gejala depresi adalah 1 Universitas Kristen Maranatha

mahasiswa dalam kategori young adulthood mencapai 19% yang berada diantara usia 18 sampai 24 tahun. Hasil yang sama juga dikemukan oleh Yasin (2010) dalam penelitian mengenai Social Support dan Psychological Problems pada mahasiswa, memperlihatkan bahwa tingginya dukungan sosial menciptakan kurangnya masalah psychological well-being. Hal ini mencerminkan masalah pada aspek positive relationships with others. Turashvili dan Japaridze (2012) dalam penelitian tentang hubungan Psycholgical well-being terhadap academic performance pada siswa, melibatkan 252 mahasiswa dari berbagai disiplin ilmu yang memiliki rata-rata usia 21 tahun, menemukan bahwa pada umumnya mahasiswa yang memiliki level psychological well-being menengah tidak memiliki depresi dan nilai pencapaian akademik yang rata-rata. Mereka juga menemukan bahwa mahasiswa yang memiliki pencapaian akademik lebih tinggi memiliki psychological well-being yang baik pada aspek meaning of life dan personal growth. Hasil survei di Universitas Advent Indonesia Bandung melalui wawancara berkaitan dengan aspek penerimaan diri (self-acceptance) menunjukkan sembilan dari 12 mahasiswa yang berada di Universitas Advent Bandung kurang puas dengan keadaan diri oleh karena penampilan fisik yang kurang menarik, hasil akademik, dan kurangnya dukungan keuangan keluarga sehingga mengharuskan bekerja sambil berkuliah. Hasil survei juga dalam wawancara berkaitan dengan aspek hubungan positif dengan orang lain (positive relations with others) menunjukkan delapan dari 12 mahasiswa 2 Universitas Kristen Maranatha

memiliki masalah hubungan dengan teman sekamar di asrama dan teman sekelas mereka. Berkaitan dengan aspek kemandirian (autonomy), enam dari 12 mahasiswa menuturkan bahwa dalam mengambil keputusan pribadi, mereka menelepon orang tua atau teman untuk memastikan bahwa keputusan yang akan diambil sudah baik. lingkungan (environment mastery), Berkaitan dengan aspek penguasaan tujuh dari 12 mahasiswa sulit untuk mengatur jadwal dan kegiatan sehari-hari mereka. Berkaitan dengan aspek tujuan hidup (purpose in life), lima dari 12 mahasiswa yang mengatakan jika mereka berada pada jurusan yang dipilihkan oleh keluarga. Pernyataan para mahasiswa di atas dikuatkan dengan data bimbingan dan konseling di Universitas Advent Indonesia Bandung semester pertama tahun ajaran 2015/2016 oleh kepala bimbingan dan konseling Stimson Hutagalung. Data memerlihatkan bahwa terdapat 70% mahasiswa yang beragama Kristen Advent, datang ke ruangan bimbingan dan konseling memiliki keluhan mengenai hubungan yang kurang baik dengan teman sekamar di asrama, teman sekelas, dan keluarga dosen/staff mereka tinggal. Hasil ini menunjuk kepada masalah Psychological well-being pada aspek hubungan positif dengan orang lain. Kemudian terdapat 15% dari total pengunjung bimbingan dan konseling yang memiliki keluhan kurang menerima keadaan ekonomi keluarga sehingga mereka harus bekerja sambil kuliah. Hasil ini menunjuk kepada masalah Psychological well-being pada aspek penerimaan diri. 3 Universitas Kristen Maranatha

Ryff (1989) menjelaskan bahwa psychological well-being merupakan kemampuan yang dimiliki oleh individu untuk dapat menerima diri apa adanya (self acceptance), menjalin hubungan hangat dengan orang lain (Positive relation with others), mandiri (Autonomy), mampu mengontrol lingkungan eksternal (Environment mastery), memiliki tujuan hidup (Purpose in life), serta mampu merealisasikan potensi diri secara continue (Personal growth). Penerimaan diri yang baik, oleh Individu itu sendiri, akan menghasilkan sikap positif terhadap dirinya, mengetahui dan menerima seluruh aspek dalam dirinya baik aspek positif maupun negatif, menanggapi masa lalu secara positif, serta tidak merasa ketidakbergunaan diri sendiri di tengah-tengah lingkungan. Hubungan positif dengan orang lain merupakan individu yang memiliki sosok yang hangat, memiliki kepuasan, memiliki hubungan yang terpercaya dengan orang lain, peduli atas kesejahteraan orang lain, berempati yang kuat, peka dalam perasaan, keintiman, memahami dan memelihara hubungan dengan orang lain. Otonomi atau kemandirian akan menciptakan individu mampu untuk menentukan arah hidupnya sendiri, bersikap mandiri, mampu menolak tekanan sosial untuk berpikir dan bertingkah laku dengan cara tertentu, mengelola setiap perilakunya, dan mengevaluasi dirinya berdasarkan standar pribadi 4 Universitas Kristen Maranatha

Penguasaan lingkungan menunjukkan bahwa individu memiliki keyakinan untuk menguasai dan mampu mengelola lingkungannya, menggunakan kesempatan dengan efektif, dan mampu memilih dan menciptakan konteks yang sesuai dengan nilai dan kebutuhan dirinya. Tujuan hidup menunjukkan bahwa individu memiliki tujuan yang jelas dan hidup lebih terarah, memegang pada keyakinan bahwa individu tersebut mampu mencapai tujuan hidupnya dan memiliki target yang hendak dicapai dalam kehidupannya, serta mengerti makna dari kehidupan itu sendiri. Pertumbuhan pribadi menunjukkan bahwa individu memiliki perasaan akan berkembang, melihat dirinya sendiri sebagai individu yang selalu tumbuh, berkembang, terbuka terhadap pengalaman baru, merealisasikan potensi diri, melihat perubahan yang positif dalam diri dan perilakunya sepanjang waktu, serta berubah dalam cara merefleksikan diri menjadi lebih mengenali diri dan efektif. Berbagai faktor memengaruhi psychological well-being akan tetapi faktor religiusitas masih menjadi satu sorotan, oleh karena terdapat perbedaan hasil penelitian hingga saat ini. Leondari dan Gialamas (2009) mengenai Religiosity and psychological well-being pada Greek Orthodox Christians ditemukan bahwa kehadiran di gereja, frekuensi berdoa, keyakinan, menunjukan kepuasan hidup. Hasil juga sangat kuat menunjukan pengaruh yang positif dan cukup signifikan antara kekuatiran dan frekuensi berdoa pribadi. Akan tetapi Weber (2012) dalam penelitiannya menolak hipotesis karena tidak dapat melihat adanya hubungan antara religiusitas dan 5 Universitas Kristen Maranatha

psychological well-being pada mahasiswa perguruan tinggi di Indiana University. Hal ini dikarenakan 21 dari 56 mahasiswa tidak melanjutkan pengisian alat ukur dan langsung meninggalkan ruangan. Jumlah mahasiswa yang terhitung berpartisipasi hanya 35 orang, terdiri atas 26 perempuan dan 9 laki-laki. Glock dan Stark (1966) menyatakan ada lima dimensi religiusitas. Kelima dimensi religiusitas adalah ideologi, ritual, intelektual, dan konsekuensial. Di antara lima dimensi, konsekuensial merupakan dimensi kelima ditentukan oleh empat dimensi pertama yaitu, ideologi, ritual, intelektual, dan eksperiensial. Oleh karena dalam religiusitas, sikap menentukan perilaku dalam kehidupan yang digunakan sebagai ukuran komitmen religius dari masing-masing inividu, sehingga perbedaan komitmen yang dimiliki oleh kepercayaan yang dianut menyebabkan perbedaan dalam dimensi konsekuensial. Mandias (2009) dalam penelitian yang dilakukan di Adventist University of the Philipines menemukan bahwa young adulthood memiliki keyakinan dan pemahaman yang baik dalam 28 dasar kepercayaan Gereja Masehi Advent Hari Ke-Tujuh tidak konsisten terhadap perilaku agama. Akan tetapi penelitian yang dilakukan oleh Aulia dan Ritandiyono (2008) mengenai religiusitas dan prilaku seks bebas pada usia young adulthood menunjukkan bahwa semakin tinggi pengetahuan religiusitas maka semakin rendah perilaku seks bebasnya, sebaliknya semakin rendah pengetahuan religiusitas semakin tinggi perilaku seks bebasnya. Temuan ini menjelaskan bahwa 6 Universitas Kristen Maranatha

adanya kontribusi diantara dimensi ideologi religiusitas terhadap dimensi konsekuensial. Hasil survei di Universitas Advent Indonesia melalui wawancara menunjukkan, delapan dari 12 mahasiswa di Universitas Advent Indonesia Bandung menyatakan jika mereka mengetahui serta memahami dengan baik mengenai hari Sabat. Hanya saja mereka masih belum konsisten dalam penyucian hari Sabat. Mereka mengatakan jika mereka masih sering bermain game online dan membuka situs-situs sekuler melalui handphone pada hari Sabat. Dalam religiusitas perilaku ini menunjuk pada dimensi ritual. Begitu juga dengan memberikan persepuluhan. Tujuh dari 12 mahasiswa mengatakan jika mereka masih belum konsisten dalam memberikannya. Empat dari 12 mahasiswa mengakui jarang bersyukur saat menerima berkat. Mereka lebih sering merayakan keberhasilan dengan mentraktir sahabat daripada memberikan persembahan syukur atau terlebih dahulu berdoa. Dalam religiusitas perilaku ini menunjuk pada dimensi ekperiensial. Peneliti juga menemukan sembilan dari 12 mahasiswa masih sering minum minuman yang mengandung soda. Perilaku ini menunjuk pada dimensi konsekuensial dalam religiusitas. Berbagai penelitian dilakukan oleh para peneliti sebelumnya bahwa terdapat pengaruh pada religiusitas terhadap psychological well-being (Moreno dan Weinert, 2011; & Hafeezo & Rafiaque, 2011). Hasil ini juga dikuatkan oleh penelitian lain yang menemukan adanya hubungan antara 7 Universitas Kristen Maranatha

religiusitas dan psychological well-being (Joshi, Kumari, & Jain, 2008; & Zaenal, 2012) Penelitian dilakukan oleh Sunardi (2014) di Indonesia pada sekolah Kristen X mengenai kontribusi dimensi-dimensi religiusitas terhadap physchological well-being pada remaja Kristen. Hasil temuan yang didapatkan adalah dimensi-dimensi religiusitas yaitu dimensi ideologi, dimensi ritual, dimensi intelektual, dimensi ekperiensial, dan dimensi konsekuensial secara simultan memberikan kontribusi terhadap psychological well-being pada remaja Kristen usia 15-18 tahun di sekolah Kristen X Bandung. Pengalaman sebesar 22.4%, diikuti kepercayaan sebesar 13.4%, konsekuensial sebesar 10.4%, ritual sebesar 10.1% dan pengetahuan sebesar 7.7%. Masa young adulthood menciptakan perhatian khusus tidak hanya dari keluarga, melainkan juga bagi dunia pendidikan dan agama. Mahasiswa yang berada pada masa young adulthood adalah masa di mana seseorang mengalami peralihan dari remaja ke masa dewasa. Di masa ini, mahasiswa young adulthood ingin mencari tahu siapa diri mereka dan suka untuk mencoba hal-hal baru (Papalia & Feldman, 2014). Ryff (1995) menambahkan bahwa masa perkembangan mahasiswa young adulthood dimulai dari remaja. Mereka memiliki berbagai ekspektasi masa depan, seperti tujuan hidup dan bertumbuh secara pribadi. 8 Universitas Kristen Maranatha

Ada banyak penelitian yang dilakukan untuk melihat pengaruh religiusitas terhadap psychological well-being, tapi penelitian ini berbeda dengan penelitian-penelitian sebelumnya. Perbedaannya adalah penelitianpenelitian sebelumnya memosisikan seluruh dimensi religiusitas sejajar, sedangkan dalam teori religiusitas menurut Glock dan Stark (1966) seharusnya dimensi konsekuensial dibuat tidak sejajar. Dinamika kerja dari kelima dimensi adalah keempat dimensi pertama, yaitu ideologi, ritual, intelektual, ekseperiensial menjadi determinan dari dimensi ke lima yaitu dimensi konsekuensial. Penelitian ini dilakukan untuk melihat seberapa besar pengaruh dimensi-dimensi religiusitas sesuai dengan dinamika kerja dari religiusitas Glock dan Stark (1966) yaitu; ideologi, ritual, intelektual, dan eksperiensial merupakan penentu dari dimensi konsekuensial, kemudian dari dimensi konskuensial terhadap psychological well-being pada mahasiswa young adulthood yang sedang melakukan pendidikan di Universitas Advent Indonesia Bandung. Peneliti memilih Universitas Advent Indonesia Bandung yang disingkat UNAI oleh karena UNAI adalah Universitas pertama yang dikelola oleh organisasi Gereja Masehi Advent Hari Ke-Tujuh di Indonesia. Tema Gereja Masehi Advent Hari Ke-Tujuh yaitu mempersiapkan kehidupan pribadi dan orang lain untuk menantikan kedatangan Tuhan. Untuk misi ini, Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh yang disingkat GMAHK memiliki dasar kepercayaan yang disebut 28 doktrin. Dasar kepercayaan 28 doktrin 9 Universitas Kristen Maranatha

menjadi pedoman pengajaran religiusitas pada semua lembaga pendidikan yang dikelolah oleh GMAHK. 1.2 Identifikasi Masalah Melalui penelitian ini, peneliti ingin mengetahui pengaruh dimensidimensi religiusitas yaitu ideologi, ritual, intelektual, dan eksperiensial melalui dimensi konsekuensial terhadap psychological well-being pada mahasiswa young adulthood yang sedang melakukan pendidikan di Universitas Advent Indonesia Bandung. 1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian Maksud dari penelitiaan untuk melihat gambaran pengaruh dimensidimensi religiusitas yaitu ideologi, ritual, intelektual, dan eksperiensial melalui dimensi konsekuensial terhadap psychological well-being yaitu aspek penerimaan diri, aspek hubungan positf dengan yang lain, aspek autonomi, aspek penguasaan lingkungan, aspek tujuan hidup, aspek pertumbuhan pribadi, pada mahasiswa young adulthood yang sedang melakukan pendidikan di Universitas Advent Indonesia Bandung. 1.3.2 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitiaan untuk mengetahui besarnya pengaruh dimensidimensi religiusitas yaitu intelektual, ideologi, ritual, eksperiensial melalui dimensi konsekuensial terhadap psychological well-being yaitu aspek penerimaan diri, aspek hubungan positf dengan orang yang lain, aspek 10 Universitas Kristen Maranatha

autonomi, aspek penguasaan lingkungan, aspek tujuan hidup, serta aspek pertumbuhan pribadi pada mahasiswa Young Adulthood. 1.3.3 Kegunaan Penelitian 1.3.3.1 Kegunaan Teoretis 1) Memberikan informasi kepada para peneliti selanjutnya yang ingin meneliti lebih jauh mengenai topik-topik yang berhubungan dengan dimensi-dimensi religiusitas dan psychological well-being. 2) Memberikan tambahan referensi kepada cabang ilmu psikologi mengenai dimensi-dimensi religuisitas dan psychological well-being. 1.3.3.2 Kegunaan Praktis 1) Memberikan informasi kepada Administrator, Dosen, dan staff di Universitas Advent Bandung mengenai pengaruh dimensi-dimensi religiusitas yaitu ideologi, ritual, intelektual, dan eksperiensial melalui dimensi konsekuensial terhadap psychological well-being pada mahasiswa young adulthood yang sedang melakukan pendidikan di Universitas Advent Indonesia Bandung, sehingga dapat mempersiapkan berbagai upaya untuk menolong mahasiswa dalam meningkatkan psychological well-being mereka. 2) Memberikan informasi kepada Yayasan Gereja Masehi Advent Hari Ke-Tujuh agar mahasiswa young Adulthood dapat difasilitasi dengan program-program atau kegiatan-kegiatan rohani untuk pengembangan diri. 11 Universitas Kristen Maranatha

1.4 Metode Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode korelasi. Dharma (2008) menjelaskan korelasi adalah suatu penelitian yang melibatkan tindakan pengumpulan data guna menentukan, apakah ada hubungan dan tingkat hubungan antara dua variabel atau lebih. Karena dengan mengetahui tingkat hubungan yang ada peneliti akan mengembangkan penelitiannya, yaitu untuk mengetahui seberapa besar pengaruh dimensi-dimensi religiusitas yaitu ideologi, ritual, intelektual, dan eksperiensial melalui dimensi konsekuensial terhadap psychological well-being pada mahasiswa young adulthood yang sedang melakukan pendidikan di Universitas Advent Indonesia Bandung. Peneliti melakukan studi literatur yang dilanjutkan dengan survei awal di lapangan berdasarkan masalah yang ada, kemudian melanjutkan dengan metode yang ada yaitu metode kuantitatif. Masalah yang ada dalam penelitian akan dijawab sesuai dengan teori-teori yang digunakan. Teori-teori tersebut dijadikan landasan dalam menyusun hipotesa. Peneliti menyusun rancangan penelitian dengan membuat alat ukur yang akan disebarkan kepada mahasiswa young adulthood di Universitas Advent Indonesia Bandung, dan hasilnya akan digunakan untuk membuktikan hipotesa. Setelah diperoleh data, data akan diolah dan dianalisis hingga kemudian akan diperoleh hasil penelitian. 12 Universitas Kristen Maranatha