TINGKAT PENGETAHUAN MAHASISWA TINGKAT I PASCA SOSIALISASI CARRATIVE CARING

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan dan pemantapan peran bagi perawat akhir-akhir ini menjadi

TINGKAT KEPUASAN PASIEN TERHADAP SIKAP CARING

BAB I PENDAHULUAN. Caring merupakan unsur sentral dalam keperawatan. Menurut Potter & Perry (2005),

BAB I PENDAHULUAN. perawat dalam praktek keperawatan. Caring adalah sebagai jenis hubungan

BAB I PENDAHULUAN. cepat, sehingga masyarakat dengan mudah memperoleh informasi yang diinginkan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dunia (Potter & Perry, 2009). American Nurses Association

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN. Caring merupakan fenomena universal yang berkaitan dengan cara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN TEORISTIS

Jurnal Keperawatan, Volume IX, No. 2, Oktober 2013 ISSN PERILAKU CARING PERAWAT DALAM MENINGKATKAN KEPUASAN PASIEN RAWAT INAP

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Perilaku Caring. Swanson (dalam Watson, 2005) mendefinisikan caring sebagai cara perawat

BAB I PENDAHULUAN. yang berkualitas dalam bidang keperawatan. Upaya ini dilakukan agar dapat menarik lebih

BAB I PENDAHULUAN. keperawatan. Keperawatan adalah ujung tombak pelayanan kesehatan di

APLIKASI TEORI DAN MODEL KEPERAWATAN JEAN WATSON

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI IBU TENTANG PERILAKU CARING PERAWAT DENGAN TINGKAT KEPUASAN IBU DENGAN ANAK YANG DI RAWAT DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. mengharuskan rumah sakit memberikan pelayanan berkualitas sesuai kebutuhan

BAB 1 PENDAHULUAN. bermutu merupakan asuhan manusiawi yang diberikan kepada pasien, memenuhi

Promotif, Vol.4 No.2, April 2015 Hal 86-94

BAB 1 PENDAHULUAN. Caring merupakan dasar dari seluruh proses keperawatan yang

BAB I PENDAHULUAN. yang penting, sarat dengan tugas, beban, masalah dan harapan yang. memiliki kemampuan dalam menghubungkan aspek-aspek kemanusiaan

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MOTIVASI TENAGA PENDIDIK DAN KEPENDIDIKAN TERHADAP PERILAKU CARING DI AKADEMI KEPERAWATAN HUSADA KARYA JAYA

HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN PELAKSANAAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT KEPDA PASIEN DI RS AISYIYAH BOJONEGORO. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pelayanan kesehatan di Rumah Sakit merupakan kinerja tim multidisiplin

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan kesehatan di Rumah sakit yang diberikan kepada pasien

BAB I PENDAHULUAN. pencapaian tujuan pembangunan kesehatan. Menurut International Council of

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya kompetisi di sektor kesehatan. Persaingan antar rumah sakit

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kesadaran masyarakat

HUBUNGAN PERILAKU CARING PERAWAT DENGAN TINGKAT KEPUASAN PASIEN DI BANGSAL RAWAT INAP WARDAH RS PKU MUHAMMADIYAH GAMPING

DAMPAK KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DENGAN KEPUASAN PASIEN DI PUSKESMAS WARAKAS JAKARTA UTARA

BAB 1 PENDAHULUAN. terhadap masalah kesehatan, khususnya terhadap kemungkinan jatuhnya

ISSN Vol 5, ed 2, Oktober 2014

BAB 1 PENDAHULUAN. berbentuk pelayanan bio-psiko-sosio-spiritual yang komprehensif ditujukan

Hubungan Perilaku Caring Perawat Dengan Tingkat Kepuasan Pasien yang Dirawat di Ruangan Kelas III Rumah Sakit Immanuel Bandung

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Motivasi sembuh merupakan sumber kekuatan untuk pasien yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. atau perilaku kepada atau untuk individu atau kelompok melalui antisipasi

Summary FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KINERJA PERAWAT DI RS TOTO KABILA KABUPATEN BONE BOLANGO. Abstrak

Interaksi yang dilakukan perawat menimbulkan dampak terapeutik yang memungkinkan klien untuk tumbuh dan berkembang.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Bab ini peneliti akan menguraikan mengenai teori-teori sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Komunikasi merupakan komponen dasar dari hubungan antar manusia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. muncul setelah membandingkan antara kinerja (hasil) yang diharapkan,

BAB I PENDAHULUAN. secara terus menerus, tulus, ikhlas, peduli dengan masalah pasien yang di hadapi

BAB I PENDAHULUAN. keperwatan. Layanan ini berbentuk layanan bio-pisiko-sosio-spritual komprehensif

HUBUNGAN PELAKSANAAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DENGAN TINGKAT KEPUASAN PASIEN DI RUANG RAWAT INAP MELATI RSUD SUBANG. Ibrahim N. Bolla, S.Kp.

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan penunjang. Rumah sakit dalam menjalankan fungsinya

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009 tentang. Kesehatan menjelaskan bahwa tenaga kesehatan adalah setiap orang yang

BAB 1 PENDAHULUAN. lain (Crips &Taylor, 2001). Caring adalah perhatian perawat dengan sepenuh hati

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

HUBUNGAN PERILAKU CARING PERAWAT TERHADAP KEPUASAN PASIEN DI RUANGAN PENYAKIT DALAM RUMAH SAKIT SANTA ELISABETH MEDAN TAHUN 2016

BAB 1 PENDAHULUAN. karakteristik tersendiri dan dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. mendukung penyelenggaraan upaya kesehatan. Pada hakekatnya rumah sakit

PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG KOMUNIKASI TERAPEUTIK DENGAN PERILAKU PERAWAT

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO) (2009) memperkirakan 450 juta. orang di seluruh dunia mengalami gangguan mental, sekitar 10% orang

BAB I PENDAHULUAN. dapat dipisahkan. Tanpa perawat, kondisi pasien akan terabaikan. dengan pasien yang dimana pelayanan keperawatan berlangsung

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan kesehatan bertujuan agar setiap penduduk mampu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. keperawatan. Sebagai pusat pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan, dan

GAMBARAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DAN TINGKAT KEPUASAN PASIEN DIRUANG RAWAT INAP RSUD SULTANSYARIF MOHAMAD ALKADRIE KOTA PONTIANAK

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi merupakan proses belajar seumur hidup bagi perawat. Perawat terus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Era global berdampak pada tingginya kompetisi dalam sektor kesehatan,

BAB 1 PENDAHULUAN. organisme hidup saling berinteraksi. Dalam memberikan asuhan

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit adalah bagian integral dari suatu organisasi sosial dan kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. Hal ini memacu para penyelenggara pelayanan kesehatan termasuk rumah sakit

BAB I PENDAHULUAN. yang memproses penyembuhan pasien agar menjadi sehat seperti sediakala.

BAB I PENDAHULUAN. perubahan yang sangat pesat menuju perkembangan keperawatan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Keperawatan sebagai bagian integral pelayanan kesehatan

A. Konsep Perilaku Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme (mahluk hidup) yang bersangkutan. Oleh sebab itu, dari sudut pandang

BAB I PENDAHULUAN. asuhan yang bersifat humanistik, profesional, dan holistik berdasarkan ilmu

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dalam kriteria penelitian atau masuk dalam drop out sehingga tersisa 105

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. peraturan masyarakat (Arens et al., 2008). Sedangkan definisi profesionalisme

Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 2 (1) 2017

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. (Nursalam, 2008). Keperawatan dan caring adalah sesuatu yang tidak dapat

KIAT KEPERAWATAN (CARING) DALAM MENINGKATKAN MUTU ASUHAN KEPERAWATAN TIPS OF NURSING (CARING) TO IMPROVE QUALITY OF NURSING CARE ABSTRAK


BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk meningkatkan kualitas, dengan memperbaiki sumber daya manusia,

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan bukan saja terlepas dari penyakit, karena individu yang terbebas dari

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT DENGAN PELAKSANAAN METODE PENUGASAN DALAM MODEL PRAKTEK KEPERAWATAN PROFESIONAL (MPKP) DI RSUD WATES

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat

BAB 1 PENDAHULUAN. baik itu dalam dunia kerja di bidang industri maupun di bidang klinis, misalnya

BAB I PENDAHULUAN. dalam Tomey & Alligood, 2006) mendefinisikan caring sebagai suatu proses. merupakan sesuatu yang unik terhadap praktik keperawatan.

HUBUNGAN PENGETAHUAN ORANG TUA DENGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) PADA ANAK USIA 3-6 TAHUN DI DI DESA PLOSOWAHYU KAB LAMONGAN

: Komunikasi Terapeutik, Perawat

PERAN DAN FUNGSI PERAWAT GAWAT DARURAT

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Rumah sakit adalah suatu institusi pelayanan kesehatan dengan fungsi yang

BAB I PENDAHULUAN. maupun Negara berkembang dengan cara membuat sistem layanan kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut World Health Organitation (WHO), prevalensi masalah kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. pasien merasakan komunikasi yang sedang berjalan tidak efektif karena kesalahan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. bentuk pelayanan yang diberikan kepada klien oleh suatu tim multidisiplin

Khodijah, Erna Marni, Hubungan Motivasi Kerja Terhadap Perilaku Caring Perawat di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Jiwa Tampan Provinsi Riau Tahun 2013

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan, dan merupakan bagian integral dari sistem kesehatan Nasional.

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan dasar tersebut (Depkes, 2009). yang meliputi pelayanan: curative (pengobatan), preventive (upaya

BAB I PENDAHULUAN. sakit maupun sehat yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG IMUNISASI DENGAN KEPATUHAN IBU DALAM PEMBERIAN IMUNISASI DASAR PADA BAYI DIPUSKESMAS CAWAS

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam suatu satuan waktu (Kep. Menpan No.75/2004). Sementara menurut

BAB VI PEMBAHASAN. RSPAD Gatot Soebroto. Cara pengambilan data menggunakan metode Cross

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pelayanan kesehatan salah satu bagian terpenting dalam

Transkripsi:

TINGKAT PENGETAHUAN MAHASISWA TINGKAT I PASCA SOSIALISASI CARRATIVE CARING MENURUT JEAN WATSON DI AKADEMI KEPERAWATAN HUSADA KARYA JAYA TAHUN 2016/2017 Leo Rulino*, Denny Syafiqurahman** *Dosen Akademi Keperawatan Husada Karya Jaya, Jakarta **Mahasiswa Akademi Keperawatan Husada Karya Jaya, Jakarta Abstrak Pengetahuan atau kognitif yang merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Pengetahuan diperlukan sebagai dorongan fisik dalam menumbuhkan rasa percaya diri maupun dengan dorongan sikap perilaku setiap orang sehingga dapat dikatakan bahwa pengetahuan merupakan stimulasi terhadap tindakan seseorang. Tingkat Pengetahuan adalah merupakan hasil dari Tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Mahasiswa ialah seorang peserta didik berusia 18 sampai 25 tahun yang terdaftar dan menjalani pendidikannnya di perguruan tinggi baik dari akademik, politeknik, sekolah tinggi, institut dan universitas. Caring merupakan sikap perduli, menghormati dan menghargai orang lain, artinya memberi perhatian dan mempelajari kesukaan-kesukaan seseorang dan bagaimana seseorang berfikir dan bertindak. Sosialisasi adalah proses belajar yang di alami seseorang untuk memperoleh pengetahuan ketrampilan, nilai-nilai dan norma-norma agar ia dapat berpartisipasi sebagai anggota dalam kelompok masyarakatnya. Metode pengumpulan data dilakukan secara cross sectional.hasil penelitian riset tentang tingkat pengetahuan mahasiswa tingkat I pasca sosialisasi carrative caring menurut jean watson di akademi keperawatan husada karya jaya dengan kategori sangat baik yaitu sangat baik 63,8%,baik 27,2%,cukup 6%,kurang 3% dalam pengetahuan pasca sosialisasi carrative caring di akper husada karya jaya. Kata kunci : Pengetahuan, Mahasiswa, Caring, Pasca sosialisasi Latar Belakang Peningkatan dan pemantapan peran bagi perawat akhir-akhir ini menjadi tuntutan masyarakat, baik dalam layanan kesehatan pada umumnya maupun keperawatan pada khususnya. Tanggungjawab profesi seiring dengan interdependensi dengan profesi lain dalam pelayanan menyeluruh, terpadu, dan terintegrasi, dituntut mandiri bukan hanya dalam menerapkan teori, tetapi juga dalam menyertakan hasil pelaksanaan tindakan, agar kepuasan klien dapat terpenuhi. Pelayanan keperawatan yang bermutu dengan standar yang baku, haruslah didukung oleh sifat terpuji, akhlak mulia, dan oleh filosofi pengabdian (Suarli, 2009). Tujuan pelayanan keperawatan pada umumnya ditetapkan untuk meningkatkan dan mempertahankan kualitas pelayanan rumah sakit serta meningkatkan penerimaan masyarakat terhadap profesi. Kualitas pelayanan rumah sakit menjadi salah satu faktor penentu citra institusi pelayanan kesehatan (rumah sakit) di mata masyarakat. Persaingan antar rumah sakit memberikan pengaruh dalam manajemen rumah sakit baik milik pemerintah, swasta dan asing dengan tujuan akhir adalah untuk meningkatkan pelayanan (Bustami, 2011). Kualitas pelayanan kesehatan di rumah sakit sangat ditentukan oleh keadaan tenaga perawat baik dalam aspek kuantitas maupun kualitas. Berdasarkan data dari Pusdiknakes tahun 1995 tenaga perawat di Indonesia telah mencapai kurang lebih 160.000 atau sekitar 55% dari seluruh tenaga kesehatan di rumah sakit. Dari jumlah tersebut 80% merupakan lulusan sekolah perawat kesehatan (SPK) dan sekitar 20% lulusan D-III Keperawatan. Perkembangan pendidikan keperawatan di Indonesia mulai menghasilkan Sarjana Keperawatan sejak tahun 1995 secara mandiri. Tahun 2006 ada 12 Universitas yang menyelenggarakan PSIK dan 14 STIKes dengan lulusan sarjana keperawatan sebanyak 6000 orang (Dikti, 2009, dalam Irawaty, 2009). Salah satu perguruan tinggi yang menyelenggarakan program DIII Keperawatan adalah Akademi Keperawatan Husada Karya Jaya yang berkedudukan di Jl. Sunter Permai Raya Sunter Agung Podomoro Jakarta Utara, Akper Husada Karya Jaya terbentuk pada tahun 1995 dengan meluluskan sebanyak 19 Angkatan.(Pddikti Akper Husada karya Jaya, 2016). Akper husada karya jaya ikut andil dalam mencetak 5

keperawatan yang professional dengan menerapkan visi dan misi mengenai carrative Caring. Penampilan perawat professional akan terlihat dari cara berkomunikasi dan berperilaku kepada individu dalam memberikan asuhan keperawatan yang holistik untuk meningkatkan rasa aman dan keselamatan klien secara utuh, semuanya ini akan tercermin dalam bentuk perilaku caring (Carruth et all, 1999 dalam Nurachmah, 2001). Perilaku caring merupakan inti nilai-nilai moral keperawatan. Inti dari moral dan etik keperawatan adalah merupakan sebuah tanggungjawab perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan kepada klien (Tappen, Sally & Diana, 2004). Perawat selain berperan sebagai pemberi pelayanan asuhan keperawatan kepada klien dalam proses penyembuhan penyakit, juga berperan dalam memenuhi kebutuhan kesehatan klien secara holistik, melalui kemampuan teknikal, dukungan emosional, psikologis, spiritual dan sosial. Seorang perawat juga memberikan bantuan bagi klien dan keluarga dalam menetapkan tujuan keperawatan. Aktifitas ini merupakan bentuk tanggungjawab perawat (Potter & Perry, 2005). Inti rasa tanggungjawab adalah kepekaan perawat terhadap penderitaan klien dan keluarga, serta peduli dengan situasi dan kondisi lingkungan dimana klien dirawat (Potter & Perry, 2005). Perilaku caring merupakan bentuk tanggungjawab perawat terhadap perannya. Sikap peduli bisa diamati dari kesiapan perawat sesegera mungkin mendatangi klien dan menyatakan kesediaan untuk membantu klien. Sikap peduli dimanifestasikan oleh perawat dengan sikap cepat tanggap dalam memenuhi kebutuhan klien, peduli dengan keadaan dan penderitaan klien, mempunyai integritas pribadi yang kuat, serta memiliki respons positif dalam menerima dan berperilaku caring kepada orang lain (Rauner, 2006). Perawat yang berperilaku caring akan berbicara dengan ramah dan santun, mempunyai perhatian, menunjukkan minat dalam menolong klien serta membina hubungan yang saling menguntungkan dengan penampilan yang manis dan menyenangkan dalam setiap tindakannya. Tersenyum merupakan salah satu indikator penting dari sikap ramah, hangat, gembira dan sabar terhadap klien dan keluarga. Perawat dengan perilaku caring akan selalu gembira dengan klien (Watson, 2004). Karakteristik pribadi khusus yang meliputi kata hati, religius, kepercayaan, filosofi, komitmen, respons dan altruism, serta sifat kepribadian termasuk emosi perawat, sikap, empati dan respon organisasi, berkontribusi besar terhadap perilaku caring perawat (Nurachmah, 2001). Perawat yang mempunyai karakteristik demikian akan lebih banyak bersikap sabar dan empati serta bertanggung jawab dalam melayani klien. Untuk membangun pribadi caring, perawat dituntut memiliki pengetahuan tentang manusia, aspek tumbuh kembang, respon terhadap lingkungan yang terus berubah, keterbatasan dan kekuatan serta kebutuhankebutuhan manusia. Kalau pengetahuan perawat tentang caring meningkat akan menyokong perubahan perilaku perawat. Robbins (2001) menjelaskan bahwa pengetahuan seseorang sangat erat hubungannya dengan perilaku. Penelitian Rogers (1994, dalam Robbins, 2001) membuktikan bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan dan kesadaran akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari pengetahuan dan kesadaran. Sebelum seseorang mengadopsi perilaku dia harus tahu terlebih dahulu apa arti dan manfaat perilaku tersebut bagi dirinya atau organisasi. Menurut analisa Lawrence (dalam Notoadmojo, 2005) faktor perilaku yang akan membentuk karakteristik seseorang dipengaruhi oleh 3 hal yaitu faktor predisposisi (umur, pendidikan, masa kerja, pengetahuan, sikap, kepercayaan, dan nilai), faktor pendukung (tersedianya fasilitas/sarana), dan faktor pendorong (sikap dan perilaku kelompok). Perilaku caring juga ditunjukkan dengan kemampuan komunikasi terapeutik yang diterapkan perawat. Komunikasi terapeutik akan menentukan hubungan kerja antara perawat dengan klien dan keluarganya. Perawat dalam melakukan proses komunikasi terapeutik akan menggunakan pendekatan terencana untuk mempelajari latar belakang budaya klien beserta ragam keunikannya. Proses komunikasi terapeutik meliputi kemampuan dan komitmen yang tulus dari perawat untuk memberikan pelayanan keperawatan pada klien, serta membantu klien 6

dan keluarganya untuk mencapai keberhasilan dalam proses penyembuhan (Potter & Perry, 2005). Penelitian yang dilakukan oleh Paris pada tahun yang sama menggambarkan bahwa: pelayanan keperawatan yang berkualitas dapat diartikan dengan menyediakan waktu untuk mendengarkan keluhan pasien dan menawarkan kenyamanan yang merupakan bagian dari perilaku caring (Rahayu, 2001). Penelitian Jackson (1990, dalam Rahayu 2001) menjelaskan bahwa sikap dan pendekatan perawat yang sesuai dengan prinsip-prinsip caring akan mempengaruhi kualitas pelayanan keperawatan. Proporsi yang signifikan (96%) dari 144 pasien yang diwawancarai oleh Taylor pada tahun 1991 juga menyatakan bahwa aspek interpersonal perawat dalam menerapkan perilaku caring sangat mempunyai arti di dalam kualitas pelayanan keperawatan (Schemelle, 1999). Dari hasil beberapa penelitian tersebut tergambar bahwa penerapan perilaku caring oleh perawat sangat penting dan akan menentukan kualitas asuhan keperawatan sehingga baik buruknya kinerja perawat tergantung pada kemampuannya menerapkan perilaku caring yang akan sangat berpengaruh terhadap kepuasan klien dan keluarganya. Hasil studi pendahuluan pada tanggal 29 September 2016 yang dilakukan di Akper Husada karya jaya di dapati 10 dari 89 Mahasiswa yang terdiri dari tingkat 1, 5 mahasiswa memahami tentang metode carrative caring yaitu dengan membaca visi dan misi yang tertera di bingkai dan spanduk yang di tempel di setiap ruangan dan 5 mahasiswa masih belum memahami sepenuhnya tentang metode carrative carring jane Watson. Berdasarkan situasi yang dikemukakan di atas, penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian tentang Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Tingkat 1 terhadap Carrative Caring Pasca Sosialisasi Carrative Caring Menurut Jane Watson Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Tingkat 1 terhadap Carrative Caring Pasca Sosialisasi Carrative Caring Menurut Jane Watson, sehingga diharapkan hasil penelitian dapat Memperkaya wawasan ilmu keperawatan, khususnya kepemimpinan dan manajemen keperawatan yang berhubungan dengan pengetahuan dan motivasi perawat pelaksana dalam menerapkan perilaku caring. Metode Penelitian Dalam penelitian ini desain penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dimana penelitian metode deskriptif bertujuan untuk melihat gambaran fenomena yang terjadi didalam suatu populasi tertentu dan dengan mengunakan pendekatan cross sectional di mana data yang menyangkut variabel bebas (independent) dan variabel terikat (dependent), akan dikumpulkan dalam waktu yang bersamaan (Notoatmodjo, 2012). Teknik sampling yang digunakan adalah Pada penelitan ini peneliti mengambil sampel secara total sampling, tehnik pengambilan ini paling sederhana dimana seluruh populasi diambil sebagai sampel dan jumlah subjek telah teridentifikasi (Hidayat, 2013). Pada penelitian ini sampel yang ditetapkan adalah semua mahasiswa tingkat 1 akper hkj, yang berjumlah 33 orang. Hasil Penelitian Tabel 1. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Tentang Membentuk sistem nilai humanistik-altruistik Sangat Baik 7 23,3% Baik 20 56,7% Cukup 5 16,7% Kurang 1 3,3% Tabel 2. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Tentang Menanamkan keyakinan dan harapan (faith-hope). Sangat Baik 4 3,3% Baik 11 36,7% Cukup 14 46,7% Kurang 4 13,3% Tabel 3 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Tentang Mengembangkan sensitivitas untuk diri sendiri dan orang lain Sangat Baik 28 93,3% Baik 5 6,7% Cukup 0 0% 7

Tabel 4 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Tentang Membina hubungan saling percaya dan saling bantu (helping-trust). Sangat Baik 21 70,0% Baik 11 26,7% Cukup 4 3,3% Tabel 5. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Meningkatkan dan menerima ekspresi perasaan positf dan negatif Sangat Baik 24 70,0% Baik 8 26,7% Cukup 4 3,3% Pembahasan 1. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Tentang Membentuk sistem nilai humanistik-altruistik. menunjukan bahwa dari 33 responden, 7 orang (23,3%) memiliki pengetahuan sangat baik, 20 orang (56,7%) memiliki pengetahuan baik, 5 orang (16,7%) memiliki pengetahuan cukup, dan 1 orang (3,3%) memiliki pengetahuan kurang. Sehingga pengetahuan tertinggi Di Akper Husada Karya Jaya adalah baik sebanyak 20 orang (56,7%). 2. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Tentang Menanamkan keyakinan dan harapan (faith-hope). menunjukan bahwa dari 33 responden, 4 orang (3,3%) memiliki pengetahuan sangat baik, 11 orang (36,7%) memiliki pengetahuan baik, 14 orang (46,7%) memiliki pengetahuan cukup, dan 4 orang (13,3%) memiliki pengetahuan kurang. Sehingga pengetahuan tertinggi di adalah cukup sebanyak 14 orang (46,7%). 3. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Tentang Mengembangkan sensitivitas untuk diri sendiri dan oranglain menunjukan bahwa dari 33 responden, 28 orang (93,3%) memiliki pengetahuan sangat baik, dan 5 orang (6,7%) memiliki pengetahuan baik. Sehingga pengetahuan tertinggi adalah sangat baik sebanyak 28 orang (93,3%). 4. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Tentang Membina hubungan saling percaya dan saling bantu (helping-trust). menunjukan bahwa dari 33 responden, 28 orang (93,3%) memiliki pengetahuan sangat baik, dan 5 orang (6,7%) memiliki pengetahuan baik. Sehingga pengetahuan tertinggi adalah sangat baik sebanyak 28 orang (93,3%). 5. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Meningkatkan dan menerima ekspresi perasaan positf dan negatif menunjukan bahwa dari 33 responden, 24 orang (70,0%) memiliki pengetahuan sangat baik, 8 orang (26,7%) memiliki pengetahuan baik, dan 4 orang (3,3%) memiliki pengetahuan cukup. Sehingga pengetahuan tertinggi adalah sangat baik sebanyak 21 orang (70,0%). Kesimpulan Penelitian yang dilakukan ini adalah untuk mengetahui untuk mengetahui Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Tingkat 1 terhadap Carrative Caring Pasca Sosialisasi Carrative Caring Menurut Jane Watson, sehingga diharapkan hasil penelitian dapat Memperkaya wawasan ilmu keperawatan, khususnya kepemimpinan dan manajemen keperawatan yang berhubungan dengan pengetahuan dan motivasi perawat pelaksana dalam menerapkan perilaku caring. Kesimpulan secara keseluruhan berdasarkan umur dari 33 responden, tingkat pengetahuan terhadap caring dari 33 orang mahasiswa, 21 orang memiliki tingkat pengetahuan yang sangat baik yaitu sebesar 70%. Sumber Clark, M. J. 2003. Community health nursing Caring for population.new Jersey: Prentice Hall 2003. Dwidiyanti, M.2007.Caring.Semarang:Hapsari Gibson, J., James, I, & Jhon, D. 2010. Organization Behavior. Boston: Mc Graw Hill Higher education Kusmiati, Sri.1990.Dasar-dasar Perilaku. Jakarta: Depkes RI Notoadmojo, S.2010. Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta. PT. Rineka Cipta 8

Purwanto, Heri.1999.Pengantar Perilaku Manusia untuk Keperawatan. Jakarta: EGC Takwin,.B.2008.Menjadi.Mahasiswa.Bagustak win.multiply.com.http://bagustakwin.m ultiply.com/journal/item/18 (diakses pada tanggal 18 Oktober 2016) 9