KAJIAN POLA PERTUMBUHAN POPULASI Rhyzopertha dominica (F.) (COLEOPTERA: BOSTRICHIDAE) PADA LIMA VARIETAS SORGUM RIZKIKA LATANIA ARANDA

dokumen-dokumen yang mirip
TINJAUAN PUSTAKA. Sorgum (Sorghum bicolor (L.))

HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) biologi hama ini adalah : Setelah telur diletakkan di dalam bekas gerekan, lalu ditutupi dengan suatu zat

PERTUMBUHAN POPULASI Sitophilus zeamais Motsch. (COLEOPTERA: CURCULIONIDAE) PADA EMPAT KULTIVAR BERAS MARYANA JAYANTI PASARIBU

MODIFIKASI ATMOSFER DENGAN KONSENTRASI CO 2 TERHADAP PERKEMBANGAN Sitophilus zeamais SELAMA PENYIMPANAN JAGUNG

PENGARUH PEMUASAAN TERHADAP KONSUMSI, BOBOT TUBUH, DAN LAMA HIDUP TIKUS RUMAH (Rattus rattus diardii L.) DAN TIKUS POHON (Rattus tiomanicus Miller)

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan substansi pokok dalam kehidupan manusia sehingga

I. PENDAHULUAN. Padi merupakan komoditas strategis yang secara. kehidupan sebagian besar penduduk Indonesia, karena itu program peningkatan

PENGARUH PERLAKUAN DAYA DAN WAKTU OVEN GELOMBANG MIKRO TERHADAP MORTALITAS SERANGGA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sorgum (Sorgum bicolor (L.) Moench) merupakan tanaman yang termasuk di

PERTUMBUHAN POPULASI Sitophilus zeamais Motsch. (COLEOPTERA: CURCULIONIDAE) PADA EMPAT KULTIVAR BERAS MARYANA JAYANTI PASARIBU

Pengaruh Periode Penyimpanan Beras terhadap Pertumbuhan Populasi Sitophilus oryzae (L.) dan Kerusakan Beras

Indikator Mutu Benih dan Reaksi Varietas Srikandi Kuning dan Putih oleh Tekanan Hama Kumbang Bubuk (Sitophilus zeamais Motsch)

PENGARUH SERBUK TIGA JENIS REMPAH DAN PENJEMURAN TERHADAP PERKEMBANGAN

I. PENDAHULUAN. Ketahanan pangan dan energi masih menjadi salah satu perhatian besar di

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa jenis beras tidak memberikan pengaruh

III. METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT B. METODE PENELITIAN

Pengaruh Kepadatan Populasi Sitophilus oryzae (L.) terhadap Pertumbuhan Populasi dan Kerusakan Beras

Alumni Peminatan Entomologi Kesehatan FKM UNDIP **) Staf Pengajar Peminatan Entomologi Kesehatan FKM UNDIP ***)

TINJAUAN PUSTAKA. imago memproduksi telur selama ± 3-5 bulan dengan jumlah telur butir.

TINJAUAN PUSTAKA. dengan ukuran 0,7 mm x 0,3 mm (Pracaya, 1991). Telur diletakkan di dalam butiran dengan

Program Studi Entomologi, Pasca Sarjana Universitas Sam Ratulangi, Kampus UNSRAT Manado * korespondensi:

PENGARUH EMPAT JENIS EKSTRAK DAN SERBUK TANAMAN TERHADAP AKTIVITAS PENELURAN Sitophilus zeamais Motsch. (Coleoptera: Curculionidae)

TINJAUAN PUSTAKA Tribolium castaneum (Herbst)

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) biologi hama ini adalah : bulat dengan ukuran 0,7 mm x 0,3 mm (Pracaya, 1991). Seperti yang terlihat pada

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) berasal dari negara Afrika.

PENDAHULUAN. manusia. Di negara-negara Asia yang penduduknya padat, khususnya Bangladesh,

METODOLOGI PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Di Indonesia komoditas tanaman pangan yang menjadi unggulan adalah padi,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 17. Kandang Pemeliharaan A. atlas

III. METODE PENELITIAN

TINGKAT SERANGAN HAMA PENGGEREK TONGKOL, ULAT GRAYAK, DAN BELALANG PADA JAGUNG DI SULAWESI SELATAN. Abdul Fattah 1) dan Hamka 2)

HASIL DAN PEMBAHASAN

III. BAHAN DAN METODE

SKRINING KETAHANAN 35 AKSESI PLASMANUTFAH JAGUNG TERHADAP SERANGAN HAMA KUMBANG BUBUK Sitophilus zeamais Motsch.

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sungai Niger di Afrika. Di Indonesia sorgum telah lama dikenal oleh petani

KAJIAN ASPEK TINGKAH LAKU SERANGGA HAMA KUMBANG BUBUK Sitophilus zeamays DI LABORATORIUM. M. Sudjak Saenong Balai Penelitian Tanaman Serealia

Adne Yudansha, Toto Himawan dan Ludji Pantja Astuti

untuk meneliti tingkat predasi cecopet terhadap larva dan imago Semoga penelitian ini nantinya dapat bermanfaat bagi pihak pihak yang

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Ketahanan pangan dan krisis energi sampai saat ini masih menjadi salah satu

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) biologi hama ini adalah: warna putih (gelatin) yang merupakan salivanya, sehingga dari luar tidak

IDENTIFIKASI KADAR AIR BIJI JAGUNG DAN TINGKAT KERUSAKANNYA PADA TEMPAT PENYIMPANAN

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Proteksi Fakultas Pertanian

METODE PENELITIAN. Tempat dan Waktu Penelitian

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) banyak ditanam di daerah beriklim panas

PENGARUH PERLAKUAN OVEN GELOMBANG PADA BERBAGAI TINGKATA DAYA DAN WAKTU TERHADAP MORTALITAS Tribolium castaneum Herbst DAN KANDUNGAN TEPUNG TAPIOKA

BAHAN DAN METODE. Faktor II (lama penyinaran) : T 0 = 15 menit T 1 = 25 menit T 2 = 35 menit

TINJAUAN PUSTAKA. 1. Biologi Sitophilus oryzae L. (Coleoptera: Curculionidae)

HASIL DAN PEMBAHASAN

POTENSI DAUN SERAI UNTUK MENGENDALIKAN HAMA Callosobruchus analis F. PADA KEDELAI DALAM SIMPANAN

RESKI FEBYANTI RAUF G

TINJAUAN PUSTAKA. Telur berwarna putih, berbentuk bulat panjang, dan diletakkan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

KEANEKARAGAMAN ARTHROPODA DI GUDANG BERAS

II. TINJAUAN PUSTAKA. suatu negara, baik di bidang ekonomi, keamanan, politik dan sosial. Oleh sebab

I. PENDAHULUAN. Adalah penting bagi Indonesia untuk dapat mewujudkan ketahanan pangan

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tribolium castaneum Herbst.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

PERLUASAN HAMA SASARAN FORMULASI INSEKTISIDA NABATI FTI-2 TERHADAP BEBERAPA JENIS HAMA GUDANG

DINAMIKA POPULASI HAMA UTAMA JAGUNG. S. Mas ud, A. Tenrirawe, dan M.S Pabbage Balai Penelitian Tanaman Serealia

BAB I PENDAHULUAN. Sorgum manis (Sorghum bicolor L. Moench) merupakan tanaman asli

USAHA PERBAIKAN PASCAPANEN SEBAGAI TEKNOLOGI ALTERNATIF DALAM RANGKA PENGELOLAAN HAMA KUMBANG BUBUK PADA JAGUNG DAN SORGUM

TINJAUAN PUSTAKA AIP + 3 H 2 O PH 3 + AI(OH) 3. Mg 3 P H 2 O 2 PH Mg(OH) 2

PENDAHULUAN. dengan laju pembangunan dan pertambahan penduduk. Usaha ini tidak. terbatas pada tanaman pangan utama (padi) melainkan penganekaraman

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. 1. Chilo sacchariphagus Boj. (Lepioptera: Crambidae) Bentuk telur jorong dan sangat pipih, diletakkan dalam 2-3 baris tersusun

HASIL DAN PEMBAHASAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Biocontrol, Divisi Research and

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. Chilo Sachhariphagus Boj. (Lepidoptera: Crambidae)

PENGARUH TANAMAN PENUTUP TANAH TERHADAP SERANGAN PENGGEREK POLONG

BAHAN DAN METODE. Gambar 2 Mikroskop video Nikon SMZ-10A (a), dan Alat perekam Sony BLV ED100 VHS (b)

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia kaya akan sumber bahan pangan yang berpotensi untuk. diolah menjadi produk pangan, namun banyak sumberdaya pangan lokal

ANALISIS KESESUAIAN HAMA WERENG BATANG COKELAT

PENYEBAB LUBANG HITAM BUAH KOPI. Oleh : Ayu Endah Anugrahini, SP BBPPTP Surabaya

TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Sorgum. Sorgum (Sorgum bicolor [L].Moench) merupakan tanaman yang termasuk di

I. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dan Laboratorium Farmasetika Program

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sorgum merupakan tanaman yang termasuk di dalam famili Graminae bersama

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. terutama pangan dan energi dunia, termasuk Indonesia akan dihadapkan pada

TINJAUAN PUSTAKA. Biologi dan siklus hiduptrichogramma spp. (Hymenoptera : Famili Trichogrammatidae merupakan parasitoid telur yang

J. Agrisains 10 (1) : 28-34, April 2009 ISSN :

UJI ADAPTASI BEBERAPA VARIETAS JAGUNG PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN DI TAKALAR

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Entomologi BALITKABI-Malang pada bulan

TANGGAP FUNGSIONAL PARASITOID TELUR Trichogramma pretiosum Riley terhadap TELUR INANG Corcyra cephalonica Stainton pada PERTANAMAN KEDELAI

PENGARUH PERLAKUAN PANAS METODE VAPOR HEAT TREATMENT TERHADAP MUTU PEPAYA (Carica papaya L.)

PENGARUH SUHU DAN KELEMBABAN UDARA TERHADAP SHELF-LIFE DAN KARAKTERISTIK BUAH MANGGIS (Garcinia mangostana L.) SELAMA PENYIMPANAN

STUDI BIOLOGI ULAT BULU Lymantria marginata Wlk. (LEPIDOPTERA: LYMANTRIIDAE) PADA TANAMAN MANGGA. (Mangifera indica L.) SKRIPSI.

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) ulat grayak diklasifikasikan sebagai berikut:

TINJAUAN PUSTAKA. Serangga Hypothenemus hampei Ferr. (Coleoptera : Scolytidae). Penggerek buah kopi (PBKo, Hypothenemus hampei) merupakan serangga

Pengaruh Perlakuan Terhadap Kadar Asam Sianida (HCN) Kulit Ubi Kayu Sebagai Pakan Alternatif. Oleh : Sri Purwanti *)

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk Indonesia, menyebabkan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam suatu komunitas atau ekosistem tertentu (Indriyanto, 2006). Relung ekologi

PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Sorgum (Sorghum bicolor [L.] Moench) adalah tanaman serealia yang potensial

Transkripsi:

KAJIAN POLA PERTUMBUHAN POPULASI Rhyzopertha dominica (F.) (COLEOPTERA: BOSTRICHIDAE) PADA LIMA VARIETAS SORGUM RIZKIKA LATANIA ARANDA DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012

ii ABSTRAK RIZKIKA LATANIA ARANDA. Kajian pola pertumbuhan populasi Rhyzopertha dominica (F.) (Coleoptera: Bostrichidae) pada lima varietas sorgum. Dibimbing oleh IDHAM SAKTI HARAHAP. Sorgum merupakan tanaman serealia yang dapat digunakan sebagai pangan, pakan ternak, dan bioetanol (bioenergi). Penanganan pascapanen yang kurang baik dan lama penyimpanan dapat memengaruhi keutuhan butir sorgum serta ketahanannya terhadap serangga hama salah satunya Rhyzoperta dominica. Susut bobot yang disebabkan aktifitas hama ini mencapai 30% selama 3 bulan penyimpanan pada suhu kamar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola pertumbuhan populasi R. dominica dan susut bobot pada 5 varietas sorgum dengan kadar air awal serta populasi awal yang berbeda. Serangga uji adalah imago berumur 0 sampai 14 hari. Wadah plastik berisi 250 g biji sorgum lima varietas ditetapkan kadar air yaitu 12, 14, 16, dan 18% yang diinfestasikan dengan tingkat populasi awal 0, 10, 20, dan 30 serangga uji. Setelah inkubasi 60 hari, semua unit percobaan dibongkar dan dilakukan penghitungan jumlah imago F1 dan susut bobot dihitung berdasarkan metode Adams. Terdapat korelasi positif yang signifikan antara populasi awal dengan populasi akhir, populasi awal dengan susut bobot, dan populasi akhir dengan nilai susut bobot. Analisis regresi menunjukan bahwa pola pertumbuhan R. dominica berbeda antar varietas. Kata Kunci : Rhyzopertha dominica, sorgum, kadar air, populasi.

iii KAJIAN POLA PERTUMBUHAN POPULASI Rhyzopertha dominica (F.) (COLEOPTERA: BOSTRICHIDAE) PADA LIMA VARIETAS SORGUM RIZKIKA LATANIA ARANDA Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Departemen Proteksi Tanaman DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012

iv Judul Nama NIM : Kajian Pola Pertumbuhan Populasi Rhyzopertha dominica (F.) (Coleoptera: Bostrichidae) pada Lima Varietas Sorgum : Rizkika Latania Aranda : A34080058 Disetujui Dosen Pembimbing Dr. Ir. Idham Sakti Harahap, M.Si NIP. 19591022 198503 1 002 Diketahui Ketua Departemen Proteksi Tanaman Dr.Ir. Abdjad Asih Nawangsih, M.Si NIP. 19650621 198910 2 001 Tanggal lulus:

v RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 26 Juli 1990. Penulis adalah anak ketiga dari empat bersaudara dari keluarga Bapak Mohamad Rivai dan Ibu Yayah Darul Afiah. Penulis memiliki dua orang kakak yang bernama M. Reva Stegobiona dan M. Reda Megasciola, serta satu orang adik yang bernama M. Reza Hidayatussolihin. Penulis lulus dari SDN Polisi 5 Bogor pada tahun 2003, kemudian melanjutkan ke SMPN 6 Bogor dan lulus pada tahun 2005. Pada tahun yang sama melanjutkan ke SMAN 5 Bogor dan lulus pada tahun 2008. Pada tahun 2008 penulis diterima sebagai mahasiswi Institut Pertanian Bogor melalui jalur PMDK (Penelusuran Minat dan Kemampuan) dan diterima sebagai mahasiswi Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Selama mengikuti pendidikan, penulis pernah menjadi pengurus Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Pertanian (BEM-A) divisi CSR periode 2010/2011 dan pengurus Himpunan Mahasiswa Proteksi Tanaman (HIMASITA) divisi Kewirausahaan periode 2011/2012. Penulis juga aktif mengikuti pelatihan dan seminar diantaranya, Seminar National Plant Protection Event Peran Perlindungan Tanaman dalam Menunjang Pertanian yang Berkelanjutan untuk Menjamin Ketahanan Pangan Nasional pada tahun 2011, Workshop Indonesian Biotechnology Information Centre Responsible Conduct of Research pada tahun 2012, Workshop The Current Status of Sorghum Development in Indonesia pada tahun 2012, dan mengikuti Pelatihan Fumigasi yang Baik dan Benar pada tahun 2012.

vi PRAKATA Puji dan syukur penulis ucapkan hanya untuk Allah SWT atas seluruh berkah rahmat dan karunia Nya yang telah diberikan kepada seluruh manusia, serta shalawat dan salam semoga tercurahkan kepada Rasulullah SAW sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Kajian Pola Pertumbuhan Populasi Rhyzopertha dominica (F.) (Coleoptera: Bostrichidae) pada Lima Varietas Sorgum. Penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Dr. Ir. Idham Sakti Harahap, M.Si sebagai dosen pembimbing skripsi serta Drs. Sunjaya dan Ir. Sri Widayanti sebagai pembimbing di Laboratorium Entomologi SEAMEO BIOTROP yang telah memberikan pengetahuan, pengarahan, dukungan, dan bimbingan sejak awal hingga akhir penelitian. Terima kasih kepada Dr. Ir. Gede Suastika, M.Sc selaku dosen pembimbing akademik dan Dr. Efi Toding Tondok, M.Sc.Agr selaku dosen penguji tamu yang telah memberikan banyak masukan dan koreksi penulisan skripsi ini. Tak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruh staf pengajar Fakultas Pertanian dan laboran Departemen Proteksi Tanaman yang telah memberikan ilmu dan pengalaman selama menyelesaikan pendidikan di Fakultas Pertanian IPB. Tidak lupa pula penulis mengucapkan terima kasih untuk Ibunda Yayah Darul A., Ayahanda M. Rivai, kakak serta adik tercinta untuk dukungan, do a, kasih dan sayang yang selalu diberikan hingga menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih kepada Mas Heriyanto dan Dr. Supriyanto atas bantuan kerjasama dan dukungan moril di SEAMEO BIOTROP hingga menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih kepada teman-teman DPT 45: Sagita Phinanthie, Fiqi Syaripah, Nia Trikusuma, Rusman Arif, Keisha Disa, Rizky Nazzareta, Siti Syarah, Risa Sondari, Rizky Irawan, M. Karami dan teman-teman lainnya atas kebersamaan, semangat, persahabatan dan dukungannya selama kuliah. Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan demi penulisan yang lebih baik. Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat dan memberikan pengetahuan bagi siapa saja yang membacanya. Bogor, November 2012 Rizkika Latania Aranda

vii DAFTAR ISI Halaman ABSTRAK... ii RIWAYAT HIDUP... v PRAKATA... vi PENDAHULUAN... 1 Latar Belakang... 1 Tujuan Penelitian... 2 Manfaat Penelitian... 3 TINJAUAN PUSTAKA... 4 Sorgum (Sorghum bicolor (L.))... 4 Rhyzopertha dominica (F.)... 5 Pengaruh Kadar Air Awal Bahan Simpanan... 7 Pertumbuhan Populasi... 8 BAHAN DAN METODE... 10 Tempat dan Waktu... 10 Bahan dan Alat... 10 Metode Penelitian... 10 Penyediaan Sorgum... 10 Pengembangbiakan Serangga Uji... 11 Pelaksanaan Percobaan... 11 Perhitungan Persen Susut Bobot... 12 Rancangan Percobaan... 13 Analisis Data... 13 HASIL DAN PEMBAHASAN... 14 Populasi Akhir Rhyzopertha dominica... 14 Susut Bobot Pada Lima Varietas Sorgum... 17 KESIMPULAN DAN SARAN... 21 Kesimpulan... 21 Saran... 21 DAFTAR PUSTAKA... 22 LAMPIRAN... 26

viii DAFTAR TABEL No Halaman 1 Rata-rata populasi akhir R. dominica pada populasi awal dan varietas yang berbeda... 14 2 Rata-rata populasi akhir R. dominica pada kadar air awal dan varietas yang berbeda... 15 3 Rata-rata susut bobot R. dominica pada kadar air awal dan varietas yang berbeda... 18 4 Hasil uji korelasi antara populasi awal dan kadar air dengan populasi akhir dan susut bobot 5 varietas... 20

ix DAFTAR GAMBAR No Halaman 1 Imago Rhyzopertha dominica... 6 2 Penampakan fisik lima varietas sorgum yang diuji... 11 3 Susunan stoples penyimpanan lima varietas berbagai kadar air dan tingkat populasi Rhyzopertha dominica... 12 4 Grafik regresi hubungan antara populasi awal R. dominica dan populasi akhir pada lima varietas sorgum... 16 5 Rata-rata susut bobot pada biji sorgum yang diinfestasi dengan R. dominica pada populasi awal dan varietas yang berbeda... 17 6 Grafik regresi hubungan antara populasi awal R.dominica dan susut bobot pada lima varietas sorgum... 19

x DAFTAR LAMPIRAN No Halaman 1 Sidik ragam rata-rata populasi akhir Rhyzopertha dominica berdasarkan populasi awal yang berbeda... 26 2 Sidik ragam rata-rata populasi akhir Rhyzopertha dominica berdasarkan kadar air awal yang berbeda... 27 3 Sidik ragam rata-rata populasi akhir Rhyzopertha dominica berdasarkan populasi awal dan varietas yang berbeda... 29 4 Sidik ragam rata-rata populasi akhir Rhyzopertha dominica berdasarkan kadar air awal dan varietas yang berbeda... 30 5 Sidik ragam rata-rata susut bobot berdasarkan populasi awal yang berbeda... 32 6 Sidik ragam rata-rata susut bobot berdasarkan kadar air awal yang berbeda... 33 7 Sidik ragam rata-rata susut bobot berdasarkan kadar air awal dan varietas yang berbeda... 35 8 Sidik ragam rata-rata susut bobot berdasarkan populasi awal dan varietas yang berbeda... 36 9 Uji korelasi antara populasi awal dan kadar air dengan populasi akhir dan susut bobot pada lima varietas... 38 10 Uji regresi linier antara jumlah imago F1 R. dominica dengan populasi awal varietas CTY 33... 40 11 Uji regresi linier antara jumlah imago F1 R. dominica dengan susut bobot varietas CTY 33... 40 12 Uji regresi linier antara jumlah imago F1 R. dominica dengan populasi awal varietas Lokal Bandung... 41 13 Uji regresi linier antara jumlah imago F1 R. dominica dengan susut bobot varietas Lokal Bandung... 42 14 Uji regresi linier antara jumlah imago F1 R. dominica dengan populasi awal varietas Lokal Wonogiri... 42 15 Uji regresi linier antara jumlah imago F1 R. dominica dengan susut bobot varietas Lokal Wonogiri... 43 16 Uji regresi linier antara jumlah imago F1 R. dominica dengan populasi awal varietas Numbu... 44 17 Uji regresi linier antara jumlah imago F1 R. dominica dengan susut bobot varietas Numbu... 44 18 Uji regresi linier antara jumlah imago F1 R. dominica dengan populasi awal varietas B-76... 45 19 Uji regresi linier antara jumlah imago F1 R. dominica dengan susut bobot B-76... 46

1 PENDAHULUAN Latar Belakang Kebutuhan beras di Indonesia dari tahun ke tahun selalu mengalami peningkatan seiring dengan pertambahan penduduk. Sihono (2012) melaporkan bahwa peningkatan jumlah penduduk terus berlangsung secara signifikan hingga mencapai 1.5% per tahun. Pada tahun 2011 kebutuhan beras Indonesia mencapai 130-140 kg/tahun/kapita sedangkan orang Asia lainnya hanya 65-70 kg/tahun/kapita (BPS 2012). Situasi ini tentu menghambat peningkatan produksi beras, sebagai alternatif dilakukan diversifikasi peningkatan produktivitas tanaman penghasil karbohidrat sebagai sumber pangan utama non beras di lahan kering. Sorgum merupakan tanaman serealia yang memiliki kandungan gizi seperti karbohidrat, lemak, kalsium, besi, serta fosfor yang cukup tinggi sehingga tanaman sorgum layak dikembangkan di Indonesia sebagai alternatif pangan lokal selain beras. Selain dapat digunakan sebagai bahan pangan, sorgum juga dapat digunakan sebagai bahan baku industri kertas, pakan ternak, media tanam jamur merang, dan bioetanol (Human 2011). Menurut Supriyanto (2012) sorgum merupakan tanaman yang memiliki adaptasi luas dan dapat tumbuh di hampir semua jenis lahan (baik subur maupun miskin), sehingga tanaman ini mampu membantu Indonesia mengatasi masalah pangan khususnya masalah kekurangan stok beras akibat musim kemarau yang berkepanjangan. Program peningkatan produktivitas sorgum kadangkala tidak diikuti dengan penanganan pascapanen yang baik, sehingga selama penyimpanan sering timbul kerusakan dan susut baik mutu maupun kuantitasnya. Penanganan pascapanen yang kurang baik dan lama penyimpanan dapat mempengaruhi keutuhan butir sorgum serta ketahanannya terhadap serangga. Salah satu jenis serangga hama yang banyak menimbulkan kerusakan pada penyimpanan sorgum adalah Rhyzoperta dominica. Serangga kosmopolitan ini banyak ditemukan di daerah tropis dan subtropis dan merupakan hama utama pada biji-bijian serealia yang masih utuh, terutama biji-bijian kecil seperti gandum, sorgum, jawawut, dan beras (Rees 2004). R. dominica dikenal sebagai lesser grain borer (kumbang bubuk

2 gabah) dan merupakan serangga yang sebagian besar masa hidupnya (larva dan imago) menyebabkan kerusakan yang cukup tinggi. Kerugian yang ditimbulkan akibat serangan R.dominica yaitu biji yang diserang menjadi berlubang-lubang dan menghasilkan banyak debu hasil gerekan (Rivai dan Indrosancoyo 2006). Masalah hama adalah masalah populasi. Suatu jenis serangga mulai dikategorikan sebagai hama apabila tingkat populasinya telah mencapai tingkat yang dapat merugikan secara ekonomi atau kecenderungan populasinya selalu berada pada tingkat tertentu (Harahap 2009). Pertumbuhan populasi serangga hama gudang dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti kelembaban udara, kadar air bahan yang disimpan, tempat penyimpanan, dan jenis bahan yang disimpan (Pabbage et al. 1990 dalam Pabbage 2005). Kondisi penyimpanan yang baik untuk biji sorgum hampir sama dengan penyimpanan biji jagung atau gabah. Faktor kadar air, suhu, dan kelembaban merupakan 3 hal pokok yang perlu diperhatikan. Biji sorgum yang disimpan pada kadar air awal lebih kurang 13% setelah terinfeksi hama sewaktu di lapangan dan disimpan di dalam kaleng dengan tutup kurang rapat dan sering dibuka maka kerusakan yang lebih kurang 30% biji sorgum berlubang-lubang setelah disimpan selama tiga bulan dalam suhu kamar (Mas ud 2007). Kadar air berpengaruh terhadap kelangsungan hidup imago atau kemampuan larva untuk menggerek masuk ke dalam biji. Kadar air menjadi faktor penting dalam penyimpanan karena tinggi rendahnya kadar air menentukan kekerasan biji sorgum yang disimpan. Oleh karena itu studi ini diperlukan untuk mengetahui kadar air yang cocok bagi biji sorgum di penyimpanan sebagai salah satu teknik pencegahan kerusakan yang disebabkan oleh R. dominica. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola pertumbuhan populasi R. dominica dan susut bobot pada 5 varietas sorgum dengan kadar air awal serta populasi awal yang berbeda.

3 Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian yang dilaksanakan adalah sebagai referensi untuk mengetahui pola pertumbuhan populasi R. dominica dan susut bobot pada 5 varietas yang berbeda dengan kadar air awal serta populasi awal yang berbeda.

4 TINJAUAN PUSTAKA Sorgum (Sorghum bicolor (L.)) Tanaman sorgum termasuk famili Graminae atau rerumputan. Tanaman lain yang termasuk dalam famili Graminae diantaranya adalah tanaman padi, jagung, dan tebu. Data klasifikasi tanaman sorgum: Kelas : Monocotyledon Famili : Gramineae Genus : Sorghum Spesies : Sorghum bicolor (L.) Moech Holchus sorghum (L.) Andropogan sorghum (L.) Sorghum vulgare (L.) Sorgum yang dibudidayakan di Indonesia mempunyai nama ilmiah Sorghum bicolor (L) Moech. Selain itu disetiap daerah pengembangannya sorgum dikenal dengan nama: Great Millet, Guinea Cora (Afrika Barat); Kafir Corn (Afrika Selatan); Milo Sorgo (Amerika Serikat); Kaoliang (Cina); Durra (Sudan); Mtama (Afrika Barat); Cantel (Jawa Tengah dan Jawa Timur); Chotam (India); Jagung Cantrik (Jawa Barat) (Suprapto dan Mujidisono 1987). Tanaman sorgum mempunyai keunggulan yang tak kalah dengan tanaman pangan lain seperti daya adaptasi luas, tahan terhadap kekeringan, dapat diratun, dan sangat cocok dikembangkan di daerah marginal. Selain budidaya yang mudah, sorgum juga mempunyai manfaat yang sangat luas antara lain untuk pakan ternak, bahan baku industri makanan dan minuman, bahan baku untuk media jamur merang (mushroom), industri alkohol, bahan baku etanol dan sebagainya (Supriyanto 2012). Biji sorgum tergolong produk pertanian yang potensial mudah rusak apabila disimpan karena terserang hama gudang. Jenis serangga yang sering menyerang biji sorgum dalam penyimpanan adalah Sitophilus zeamais, Cryptolestes pussilus, Tribolium casteneum, Rhyzopertha dominica, Corcyra cephalonica, Sitotroga

5 cerealella, Plodia interpunctella, Ephestia cautella, dan Doloessa viridis (Pabbage et al. 1999 dalam Pabbage 2005). Penyusutan bobot sorgum yang disimpan di gudang akibat infestasi hama pascapanen dapat mencapai 30% (Mas ud 2007). Di Indonesia, susut bobot yang disebabkan oleh serangga hama gudang diperkirakan berkisar antara 26 29% (Semple 1985 dalam Pabbage 2005). Sedangkan tingkat kerusakan yang diakibatkan oleh kumbang bubuk dapat mencapai 40% dan bervariasi tergantung pada kadar air bahan saat penyimpanan (Badan Litbang Pertanian 1995). Rhyzopertha dominica (F.) Serangga R. dominica termasuk dalam ordo Coleoptera famili Bostrichidae. Serangga ini mengalami metamorfosis holometabola dengan stadia perkembangan telur, larva, pupa, dan imago (Edde 2012). Serangga ini termasuk hama penting dan hama primer pada berbagi komoditas penyimpanan antara lain beras, gandum, jagung, dan sorgum. Kumbang ini telah dilaporkan memiliki preferensi makanan yang banyak (polifag) dan kosmopolit di daerah tropika dan subtropika (Potter dalam Doung 2006). Hama ini dikenal sebagai kumbang bubuk gabah (lesser grain borer) dan banyak ditemukan pada penyimpanan gabah. Stadia larva dan imago memakan bahan yang sama. Imago melubangi biji-bijian dan membuat lubang yang bentuknya tidak beraturan sehingga menghasilkan bubuk dalam jumlah yang banyak. Imago berukuran 2-3mm, berwana coklat berbentuk silindris (merupakan ciri spesifik dari famili Bostrichidae). Imago yang baru muncul berwarna kuning kecoklatan dan berubah menjadi coklat tua 7-10 hari setelah muncul. Kepala imago tersembunyi di bawah protoraks, oleh karena itu hanya antena yang terlihat dari atas. Antena berbentuk kapitat yang terdiri dari 10 ruas dan menggada di 3 ruas terakhir. Pada permukaan elitra kumbang ini memliki punctures yang beralur dan berseta pendek serta berbentuk cembung menutupi abdomen (Dhoung 2006). Rhyzopertha dominica memiliki sayap depan dengan permukaan yang kasar, hama ini tidak aktif terbang, hanya disaat perpindahan tempat saja. Tahapan siklus hidupnya berkisar antara 31-59 hari (Harahap 2009). Telur diletakkan pada celahcelah di permukaan biji. Larva dan pupa terdapat di dalam biji. Ketika pertama

6 kali diletakan telur berwarna keputih-putihan, buram dan terlihat berlilin, lalu berubah menjadi kemerah mudaan. Telur berbentuk oval, berukuran 0.5-0.6 mm dan berdiameter 0.2-0.25 mm (Kucevora dan Stejskal 2008). Masa pra oviposisi 6-15 hari dan masa oviposisi bervariasi dari 43 hari pada suhu 25 C dan rh 70% sampai 4 bulan pada suhu 34 C dan rh 70%. Pada saat kemampuan makan meningkat aktivitas oviposisi menjadi meningkat (Golebiowska 1969). Jumlah maksimum telur yang dihasilkan diantara 33 dan 45 butir/ hari. Jumlah telur yang diletakan bergantung pada temperatur, kelembapan, dan karakteristik makanan imago, selama masa hidupnya betina mampu meletakan 207 hingga 586 butir telur. Kira-kira 80% telur yang dihasilkan fertil (Howe 1950; Thompson 1966 dalam Edde 2012). Gambar 1 Imago R. dominica Larva berwarna putih dengan sedikit berambut, berbentuk eruciform (seperti hurup C) dan terdapat seta. Ketika larva sudah mendekati masa pupa, larva sudah tidak terlalu aktif, panjang pupa 3.9 mm berwarna putih kecoklatan dan bagian anggota badan telah terbentuk dengan jelas sesuai dengan jenis kelamin. Pupal pada jantan memusat, dua segmen, dan tidak menonjol sedangkan pada betina tidak memusat, tiga segmen dan menonjol. Antara segmen terakhir ke anus betina lebih jauh jaraknya dibandingkan jantan (Dhoung 2006). Perkembangan dari larva sampai dewasa yaitu 21-40 hari. Larva lebih cepat pertumbuhannya pada biji yang masih utuh daripada biji yang sudah didominasi tepung, larva yang masih muda tidak dapat merusak biji yang masih utuh. Larva dapat berganti kulit 4-5 kali. Perkembangan larva biasanya 30 hari pada suhu

7 28 C dan 46 hari pada suhu 25 C. Sedangkan perkembangan pupanya sekitar 5-9 hari, pada 28 C masa pupa sekitar 5-6 hari, sedangkan pada suhu 25 C selama 8 hari. Serangga dewasa dapat bertahan hidup sekitar 120-364 hari (Howe 1950; Edde and Philllips 2006b; Birch 1953 dalam Edde 2012). Batas minimum dan maksimum temperatur untuk perkembangan R. dominica diantara 18.2 C dan 39 C. Kondisi optimum untuk perbanyakan kumbang ini di gandum pada kadar air 14% dan rh 70% (Longstaff 1999). Suhu optimum untuk perkembangan serangga ini 28 C dan untuk perbanyakan 34 C (Howe 1950; Birch 1945a dalam Edde 2012). Kadar air biji optimum untuk perkembangan diantara 12 dan 14%. Larva instar pertama paling banyak mati, hal ini dikarenakan pada saat itu aktivitas larva ketika menggerek biji tinggi sehingga kondisi larva melemah (Breese 1960 dalam Edde 2012). Pada kondisi umum populasi R.dominica akan meningkat 20 kali/bulan pada temperatur 34 C dan rh 70% di dalam biji gandum (Birch 1953; Howe 1965a dalam Edde 2012). Kerugian akibat serangan R.dominica yaitu biji yang diserang menjadi berlubang-lubang dan menghasilkan banyak debu hasil gerekan. Larva maupun pupa merupakan pemakan biji yang sangat rakus sehingga kerusakan pada komoditi yang disimpan lebih besar dibandingkan hama lain. Besarnya intensitas serangan dan nilai kerugian akibat serangan R. dominica pada industri flour miil mencapai 1,78% dari seluruh kerusakan yang disebabkan oleh serangga hama. (Rivai dan Indrosancoyo 2006). Pengaruh Kadar Air Awal Bahan Simpanan Kadar air adalah kandungan air yang terdapat di dalam bahan. Kadar air berpengaruh terhadap kelangsungan hidup imago atau kemampuan larva untuk menggerek masuk ke dalam biji. Semakin tinggi kadar air, biji akan semakin lunak dan semakin mudah ditembus oleh larva yang baru keluar dari telur (Harahap 2009). Menurut Bejo (1992) dalam Pabbage 2005, laju infestasi serangga imago kumbang bubuk sangat dipengaruhi oleh suhu, waktu penyimpanan, tinggi rendahnya kualitas bahan, kelembaban udara, dan kadar air awal bahan. Faktor kadar air merupakan yang paling dominan berpengaruh

8 terhadap tingkat kekerasan kulit yang pada gilirannya akan berpengaruh terhadap kualitas serangan. Di dalam ekosistem gudang, kadar air biji dan kelembapan relatif udara disekitarnya selalu berada dalam keadaan kesetimbangan. Jika misalnya kita menyimpan biji-bijian berkadar air rendah di tempat yang kelembapan relatifnya tinggi, maka kadar air biji tersebut akan meningkat sampai dicapainya kesetimbangan dengan kelembapan relatif udara. Akan tetapi, kesetimbangan ini bersifat dinamis karena molekul-molekul air akan tetap bergerak keluar masuk biji. Jika tekanan uap di udara lebih besar daripada tekanan uap di dalam biji maka biji akan menyerap uap air, demikan pula sebaliknya. Ketika kesetimbangan tercapai, jumlah molekul air yang masuk ke dalam biji sama dengan jumlah molekul air yang lepas ke udara. Dalam kondisi seperti ini kadar air biji tetap stabil dan disebut kadar air kesetimbangan. Kesetimbangan ini akan berbeda pada temperatur yang berbeda dan biji-bijian yang sifat higroskopisnya berbeda (Harahap 2009). Hasil penelitian Santhoy dan Rejesus (1973) dalam Pabbage 2005 menyimpulkan bahwa kadar air antara 10-14% merupakan kondisi yang kondusif untuk perkembangan hama kumbang bubuk pada komoditas sorgum. Pertumbuhan Populasi Populasi adalah sekelompok organisme dari spesies yang sama yang hidup di suatu tempat tertentu pada kurun waktu tertentu. Pertumbuhan populasi hama gudang dipengaruhi oleh faktor dalam dan luar dari populasi serangga tersebut. Faktor dalam seperti keperidian atau kemampuan bertelur dan siklus hidup, dapat menentukan kecepatan berkembang biak suatu jenis serangga. Semakin tinggi keperidian dan semakin singkat siklus hidup, pertumbuhan populasi serangga tersebut akan semakin cepat (Harahap 2009). Sedangkan faktor luar yang mempengaruhi pertumbuhan populasi serangga adalah makanan, suhu, kelembaban, dan habitat. Populasi menunjukkan perkiraan jumlah serangga secara tidak langsung dari level perkiraan pada kerusakan komoditas atau produk dari aktivitas serangga. Misalnya kerusakan oleh serangga pada biji, jejak serangga pada residu tepung pada lantai, atau terbentuknya produksi sutera oleh mulut larva, sebagai indikasi tingkat infestasi serangga.

9 Indikator ini sangat berguna untuk mengambil tindakan sebelum populasi serangga dan kerusakan komoditi terakumulasi lebih tinggi (Hidayat 2009). Serangga hama gudang bisa dikatakan sebagai oportunis, yaitu mereka akan cepat memanfaatkan sumber daya yang tersedia, sehingga populasinya juga meningkat dengan cepat, namun akhirnya sumber daya yang ada tidak dapat lagi mendukung keberadaan serangga tersebut sehingga sebagian dari mereka berpindah mencari sumber daya baru (Harahap 2009). Mengendalikan serangga pada hakekatnya adalah mengendalikan populasi. Oleh karena tingkat populasi ditentukan oleh faktor-faktor lingkungan baik biotik maupun abiotik maka semakin dirasakan perlunya para ahli hama memahami konsep-konsep ekologi (Pranata 1979).

10 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Entomologi, SEAMEO BIOTROP Bogor. Penelitian dilaksanakan mulai bulan Februari sampai September 2012. Bahan dan Alat Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah serangga uji R. dominica yang diperoleh dari koleksi Laboratorium Entomologi SEAMEO BIOTROP, dan sorgum dari varietas Numbu, Lokal Bandung, CTY-33, Lokal Wonogiri, dan B-76 dengan berbagai kadar air mulai dari 12-18%. Alat - alat yang digunakan antara lain wadah pembiakan dan pemeliharaan serangga uji dengan tutup diberi kasa, timbangan sartorius, alat ukur kadar air KETT PM 600, oven gallanhamp, hand sprayer, termohigrometer, sample divinder, saringan besi ukuran 2mm, saringan plastik, nampan plastik, hand tall counter, plastik zipper, kamera, alat tulis, label, dan kuas. Metode Penelitian Penyediaan Sorgum Biji sorgum yang digunakan dalam penelitian ini didapatkan langsung dari berbagai lokasi di lapangan yaitu Wonogiri, Serang, Bandung, Bogor, dan Jonggol. Varietas yang digunakan adalah Numbu, B-76, dan CTY-33 yang merupakan hasil pemuliaan BATAN dan 2 varietas lokal yaitu varietas Lokal Wonogiri dan Lokal Bandung. Panen dilakukan dengan memotong bagian malai sorgum, selanjutnya malai dikeringkan dengan dijemur (terkena sinar matahari langsung) selama 2 minggu. Setelah dikeringkan malai sorgum dirontokkan secara manual atau dengan alat perontok, selanjutnya dilakukan pengayakan untuk memisahkan biji dengan bagian malai yang terbawa.

11 Gambar 2 Penampakan fisik lima varietas sorgum yang diuji Pengembangbiakan Serangga Uji Pengembangbiakan serangga uji dilakukan dengan menginfestasikan 500 imago R. dominica pada 250 g sorgum. Imago diinkubasikan selama 2 minggu, setelah itu seluruh imago R. dominica dikeluarkan dan media sorgum diinkubasi kembali hingga hari ke-48. Mulai hari ke-49 imago yang muncul dipanen setiap harinya dan dipisahkan berdasarkan tanggal panen untuk mengetahui umur serangga tersebut. Pelaksanaan Percobaan Sorgum yang akan digunakan dalam penelitian difumigasi dengan fosfin (dosis 1.5 tablet/m 3 ) selama 48 jam untuk membunuh seluruh serangga yang mungkin terdapat di dalamnya. Biji sorgum kemudian dimasukkan ke dalam wadah untuk dilakukan penetapan kadar air yang berbeda. Untuk menaikan kadar air dilakukan dengan menyemprotkan air ke biji dan untuk menurunkan kadar air dilakukan dengan menggunakan oven dengan suhu 60 C, setelah itu kadar airnya diukur dengan alat ukur kadar air KETT PM 600 sehingga mendapat kadar air sebesar 12, 14, 16, dan 18%. Imago yang digunakan sebagai serangga uji adalah imago yang berumur seragam yaitu imago yang umurnya antara 0 sampai 14 hari. Serangga tersebut diinfestasikan dengan tingkat populasi awal 0, 10, 20, dan 30 ekor ke dalam stoples plastik yang telah berisi 250 g biji sorgum. Inkubasi dilakukan selama 2 minggu, setelah itu seluruh imago dikeluarkan dari wadah (Dobie 1977, Siwale et al. 2009) kemudian media sorgum diikubasikan kembali hingga hari ke-60. Inkubasi dilakukan pada ruangan dengan suhu 26-30 0 C dan

12 kelembapan relatif 50-70 %. Percobaan ini diujikan pada 5 varietas yang berbeda dengan masing-masing 3 kali ulangan. Gambar 3 Susunan stoples penyimpanan lima varietas berbagai kadar air dan tingkat populasi Rhyzopertha dominica Pada hari ke 60 imago turunan pertama (F1) yang muncul dikeluarkan dan dihitung. Setelah penghitungan jumlah imago F1 dari masing-masing ulangan, dilakukan pengambilan sampel biji sorgum sebanyak 25 g dari masing-masing ulangan dengan menggunakan sample divider. Perhitungan Persen Susut Bobot Penilaian susut bobot dan presentase biji berlubang dilakukan dengan mengambil sampel 25 g dari masing-masing ulangan, kemudian dipisahkan antara biji utuh dan tidak utuh setelah itu dilakukan penimbangan ulang untuk setiap biji utuh dan tidak utuh pada setiap sampel. Persen susut bobot sorgum selama penyimpanan, dihitung menggunakan formula Adams (Adams 1976), yaitu dengan rumus: Persen susut bobot = Dimana : U = Bobot biji utuh U.N D.N. Nu = Jumlah biji utuh D = Bobot biji berlubang Nd = Jumlah biji berlubang N = Jumlah biji utuh + jumlah biji berlubang 100%

13 Rancangan Percobaan Rancangan penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap Faktorial 4x4x5 dengan 3 ulangan. Faktor pertama adalah tingkat populasi awal yaitu 0 ekor, 10 ekor, 20 ekor, dan 30 ekor, faktor kedua adalah kadar air yaitu 12%, 14%, 16%, dan 18%, faktor ketiga adalah varietas yaitu Lokal Bandung, Lokal Wonogiri, CTY-33, Numbu, dan B-76. Parameter yang diamati adalah persen susut bobot (weight loss), jumlah biji berlubang, dan jumlah imago R. dominica generasi pertama (F1) yang muncul. Analisis Data Data jumlah imago generasi F1 R. dominica yang muncul, dan nilai susut bobot kemudian dianalisis dengan uji ANOVA (Analysis of Variance) dilanjutkan dengan uji perbandingan nilai tengah dengan selang berganda DMRT (Duncan s Multiple Range Test) pada taraf α= 0.05 dengan program SAS 9.1. Analisis data uji korelasi Pearson dan analisis regresi untuk mengetahui hubungan peubah respon populasi awal dan kadar air awal terhadap populasi akhir dengan menggunakan program SPSS 16.0.

14 HASIL DAN PEMBAHASAN Populasi Akhir Rhyzopertha dominica Hasil penelitian menunjukkan bahwa populasi imago F1 R. dominica pada lima varietas sorgum yang diuji memiliki kecendrungan yang hampir sama yaitu peningkatan populasi akhir sejalan dengan penambahan populasi awal yang diinfestasikan. Populasi akhir R. dominica tertinggi terdapat pada varietas Numbu dengan populasi awal 30 ekor, yaitu 479.83 ekor (Tabel 1). Hal ini sesuai dengan Pasaribu (2009) yang menyatakan bahwa populasi Sitophilus zeamais bertambah seiring lamanya penyimpanan dan tingkat populasi awal S. zeamais karena peluang kumbang dalam menemukan pasangannya lebih besar dan akan lebih lama melakukan kopulasi dengan pasangannya sehingga dapat menghasilkan generasi yang lebih banyak. Pada kerapatan populasi rendah, keturunan yang dihasilkan biasanya sedikit karena kesulitan untuk menemukan pasangan seksual. Tabel 1 Rata-rata populasi akhir R. dominica pada populasi awal dan varietas yang berbeda Varietas Populasi awal (ekor) 0 10 20 30 Lokal Bandung 0cA 123.33bBC 128.33bCD 225.92aB Lokal Wonogiri 0cA 58.25bcC 90.42bD 175.00aB CTY 33 0cA 174.50bB 322.83aB 337.50aAB Numbu 0cA 317.25bA 446.75abA 479.83aA B-76 0bA 190.50aB 234.25aBC 305.42aB Keterangan: Angka dalam baris (huruf kecil) dan angka dalam kolom (huruf kapital) yang diikuti oleh huruf yang sama, menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji selang ganda duncan pada taraf 5%. Jumlah populasi akhir yang terdapat pada Numbu menunjukkan bahwa R. dominica mampu berkembang biak dengan baik pada varietas ini. Preferensi makan kumbang ini bisa dikatakan lebih tinggi pada Numbu karena pertumbuhan populasi pada varietas ini relatif tinggi jika dibandingkan dengan keempat varietas lainnya. Harahap (2009) menyatakan bahwa pada kondisi yang menguntungkan yaitu tersedianya makanan dan faktor lingkungan yang mendukung populasi

15 serangga hama gudang akan segera meningkat dengan cepat setelah infestasi. Jenis makanan atau jenis varietas sangat berpengaruh terhadap perilaku serangga dalam memilih makanan dan meletakan telur. Kadar air berpengaruh terhadap kelangsungan hidup imago atau kemampuan larva untuk menggerek masuk ke dalam biji. Populasi akhir R. dominica tertinggi terlihat pada varietas Numbu dengan kadar air 14%, yaitu 399.17 ekor (Tabel 2). Hal ini sesuai dengan Longstaff (1999) yang menyimpulkan bahwa kadar air biji 14% dan kelembapan relatif ruangan 70% merupakan kondisi yang kondusif untuk perbanyakan hama kumbang R. dominica ini pada komoditas gandum. Harahap (2009) menyatakan semakin tinggi kadar air, biji akan semakin lunak dan semakin mudah ditembus oleh larva yang baru keluar dari telur. Namun hal ini tidak sesuai dengan jumlah populasi akhir R. dominica pada varietas Lokal Bandung dan B-76 dengan kadar air 18% (Tabel 2). Ketidaksesuaian ini terjadi karena di dalam ruangan percobaan kadar air dan kelembapan relatif udara di sekitarnya berada dalam kesetimbangan. Biji yang berkadar air rendah di dalam ruangan yang kelembapan relatifnya tinggi, maka kadar air biji tersebut akan meningkat sampai dicapainya kesetimbangan dengan kelembapan relatif udara. Akan tetapi, kesetimbangan ini bersifat dinamis karena molekul-molekul air akan tetap bergerak keluar masuk biji. Jika tekanan uap di udara lebih besar dibandingkan dengan tekanan uap di dalam biji maka biji akan menyerap uap air, demikian juga sebaliknya jika tekanan uap di udara lebih rendah dibandingkan dengan tekanan uap di dalam biji maka uap air akan keluar dari dalam biji. Tabel 2 Rata-rata populasi akhir R. dominica pada kadar air awal dan varietas yang berbeda Varietas Kadar air awal (%) 12 14 16 18 Lokal Bandung 107.17abAB 166.00aB 163.92aAB 40.50bC Lokal Wonogiri 58.08bB 59.08bB 64.83bB 141.67aBC CTY 33 177.00aAB 193.25aB 202.00aAB 262.58aAB Numbu 220.17aA 399.17aA 277.83aA 346.67aA B-76 209.50abA 230.08aB 235.83aA 54.75bC Keterangan: Angka dalam baris (huruf kecil) dan angka dalam kolom (huruf kapital) yang diikuti oleh huruf yang sama, menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji selang ganda duncan pada taraf 5%.

16 Rendahnya jumlah imago R. dominica yang muncul pada varietas Lokal Bandung dan B-76 dengan kadar air 18% terjadi karena adanya kontaminasi S. zeamais yang menyebabkan terjadinya kompetisi antar spesies di dalam wadah. S. zeamais umumnya cenderung menyukai kondisi lingkungan yang dingin berbeda dengan R. dominica yang menyukai kondisi lingkungan yang relatif panas. Dengan kata lain R. dominica tidak dapat berkembang biak sebaik S. zeamais dengan baik pada kondisi tersebut. Berdasarkan hasil analisis regresi (Gambar 4) terlihat garis linier memiliki persamaan yang berbeda antar varietas sorgum. Persamaan garis ini berdasarkan populasi awal 0 hingga 30 ekor dan populasi akhir 0-1000 ekor. Populasi akhir (ekor) 1000 800 600 400 200 0 CTY 33 y = 34.583 + 11.608x R 2 = 0.562 0 10 20 30 Populasi awal (ekor) Populasi akhir (ekor) 1000 800 600 400 200 0 Lokal Bandung y = 16.983 + 6.828x R 2 = 0.399 0 10 20 30 Populasi awal (ekor) Populasi akhir (ekor) 1000 800 600 400 200 Lokal Wonogiri y = - 2.658 + 5.572x R 2 = 0.426 Populasi akhir (ekor) 1000 800 600 400 200 Numbu y = 75.608 + 15.690x R 2 = 0.456 0 0 10 20 30 Populasi awal (ekor) 0 0 10 20 30 Populasi awal (ekor) Populasi akhir (ekor) 1000 800 600 400 200 y = 38.542 + 9.600x B-76 R 2 = 0.297 0 0 10 20 30 Populasi awal (ekor) Gambar 4 Grafik regresi hubungan antara populasi awal R. dominica dan populasi akhir pada lima varietas sorgum

17 Susut Bobot pada Lima Varietas Sorgum Pada tingkat populasi awal 30 ekor kelima varietas sorgum yang diuji mengalami susut yang relatif tinggi. Dengan semakin banyaknya populasi R. dominica yang berada di tempat penyimpanan menyebabkan penyusutan sorgum semakin besar pula karena aktivitas serangga yang akan semakin banyak memakan biji sorgum. Rata-rata populasi akhir R. dominica tertinggi terdapat pada varietas Numbu, hal ini berbanding lurus dengan tingkat penyusutan yang terjadi pada sorgum tersebut. Penyusutan yang relatif tinggi ini dipengaruhi oleh waktu penyimpanan selama 2 bulan dan populasi yang terus berkembang selama masa penyimpanan. Ketika populasi bertambah, laju pertumbuhan meningkat secara eksponensial karena kelimpahan sumber makanan dan kesesuaian lingkungan (Anonim 2009) 6 5.68aA Susut bobot (%) 4 2 2.05aCB 2.25aB 0.85bD 3.55aA 1.19abCD 2.29aA 2.26aA 1.80bA 3.25aA 2.36aA 2.30abA 2.27aA 3.97aA 3.76aA Lokal Bandung Lokal Wonogiri CTY 33 Numbu B-76 0 0 10 20 30 Populasi awal (ekor) Gambar 5 Rata-rata susut bobot pada biji sorgum yang diinfestasi dengan R. dominica pada populasi awal dan varietas yang berbeda Pada tingkat kadar air awal yang berbeda, kelima varietas sorgum mengalami penyusutan yang tidak berbeda nyata. Pada varietas Numbu berkadar air 14% diperoleh rata-rata populasi akhir R. dominica tertinggi namun susut bobot yang terjadi pada sorgum terbesar terdapat pada CTY 33 dengan tingkat kadar air 18% yaitu sebesar 3.3925% (Tabel 3). Hal ini disebabkan karena jumlah populasi akhir tidak berbeda nyata antar perlakuan kadar air, sehingga susut bobot yang ditentukan oleh jumlah populasi akhir juga tidak berbeda nyata.

18 Tabel 3 Rata-rata susut bobot R. dominica pada kadar air awal dan varietas yang berbeda Varietas Kadar air awal (%) 12 14 16 18 Lokal Bandung 1.3858aB 2.0744aA 2.0034aA 1.1167aAB Lokal Wonogiri 1.1081bB 1.5158abA 1.7165abA 2.5552aAB CTY 33 1.0474aB 2.3969aA 1.4910aA 3.3925aA Numbu 3.0661aA 3.2033aA 2.0288aA 2.4828aAB B-76 1.6533aB 1.8124aA 3.0100aA 0.7880aB Keterangan: Angka dalam baris (huruf kecil) dan angka dalam kolom (huruf kapital) yang diikuti oleh huruf yang sama, menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji selang ganda duncan pada taraf 5%. Dari (Gambar 6) dapat diketahui persamaan garis linear varietas CTY 33 adalah y = - 0.618 + 0.180x. Secara umum pola tersebut dapat menggambarkan 26% kondisi sebenarnya (Lampiran 11). Jika populasi awal bertambah satu R. dominica maka susut bobot yang ditimbulkan bertambah sebesar 0.18%. Persamaan garis linier varietas Lokal Bandung adalah y = 0.590 + 0.070x. Pola tersebut dapat menggambarkan 11.8% kondisi sebenarnya (Lampiran 13). Jika populasi awal bertambah satu R. dominica maka susut bobot yang ditimbulkan bertambah sebesar 0.07%. Pada varietas Lokal Wonogiri didapatkan persamaan liner y = 0.659 + 0.071x. Pola tersebut menggambarkan 35.7% kondisi sebenarnya (Lampiran 15). Persamaan garis linier varietas Numbu adalah y = 0.950 + 0.116x. Sedangkan untuk varietas B-76 didapatkan persamaan linier y = - 0.044 + 0.124x. Berdasarkan hasil grafik regresi di atas (Gambar 4 dan Gambar 6) terlihat garis linier dengan keseluruhan nilai R 2 bernilai positif yang menyatakan arah hubungan searah, dimana kenaikan/penurunan populasi awal akan mengakibatkan kenaikan/penurunan populasi akhir. Begitu pula pada populasi awal dengan jumlah kehilangan hasil. Semakin kecil nilai R 2 maka semakin lemah hubungan kedua variabel tersebut.

19 Susut bobot (%) 25 20 15 10 5 CTY 33 y = - 0.618 + 0.180x R 2 = 0.260 Susut bobot (%) 25 20 15 10 5 Lokal Bandung y = 0.590 + 0.070x R 2 = 0.118 0 0 10 20 30 Populasi awal (ekor) 0 0 10 20 30 Populasi awal (ekor) Susut bobot (%) 25 20 15 10 5 0 Lokal Wonogiri y = 0.659 + 0.071x R 2 = 0.357 0 10 20 30 Populasi awal (ekor) Susut bobot (%) 25 20 15 10 5 0 Numbu y = 0.950 +0.116x R 2 = 0.496 0 10 20 30 Populasi awal (ekor) Susut bobot (%) 25 20 15 10 5 0 B-76 y = - 0.044 + 0.124x R 2 = 0.153 0 10 20 30 Populasi awal (ekor) Gambar 6 Grafik regresi hubungan antara populasi awal R.dominica dan susut bobot pada lima varietas sorgum Berdasarkan hasil ANOVA terlihat bahwa tidak terdapat interaksi antara populasi awal dengan kadar air awal sehingga tidak dilakukan uji korelasi. Pada hasil uji korelasi kelima varietas sorgum (Tabel 4) terlihat korelasi positif signifikan antara populasi awal dengan populasi akhir, populasi awal dengan susut bobot, dan populasi akhir dengan susut bobot. Besar hubungan antara populasi awal dan populasi akhir CTY 33 yang dihitung dengan koefisien korelasi adalah 0.749. Hal ini menunjukan hubungan yang sangat erat diantara populasi awal dan populasi akhir CTY 33 karena nilai R 2 mendekati 1 dan p 0.01. Koefisien positif (+) memiliki arti semakin banyak populasi awal maka populasi akhir cenderung

20 meningkat. Demikian pula sebaliknya makin sedikit populasi awal makin sedikit pula populasi akhir. Tabel 4 Hasil uji korelasi antara populasi awal dan kadar air awal dengan populasi akhir dan susut bobot 5 varietas Varietas CTY 33 Lokal Bandung Lokal Wonogiri Numbu B-76 **korelasi sangat signifikan (p 0.01) *korelasi signifikan (p 0.05) Parameter yang diamati Populasi awal Kadar air awal % Susut bobot Populasi akhir 0.749 ** 0.171 0.479 ** % Susut bobot 0.510 ** 0.174 Populasi akhir 0.632 ** -0.187 0.503 ** % Susut bobot 0.343 * -0.043 Populasi akhir 0.652 ** 0.300 * 0.666 ** % Susut bobot 0.598 ** 0.382 * Populasi akhir 0.675 ** 0.111 0.723 ** % Susut bobot 0.705 ** -0.177 Populasi akhir 0.545 ** -0.260 0.334 * % Susut bobot 0.391 ** -0.044 Pada semua varietas kadar air awal memiliki pengaruh yang berbeda-beda. Hal ini berkaitan dengan kemampuan setiap varietas untuk menyimpan air di dalam biji yang berbeda. Varietas Lokal Bandung, Numbu, dan B76 memiliki nilai R 2 negatif (-) dan P 0.05 yang berarti tidak adanya korelasi antara kadar air awal dengan populasi akhir, maupun kadar air awal dengan susut bobot. Konstanta negatif memiliki arti semakin tinggi kadar air awal maka populasi akhir akan semakin sedikit dan susut bobot pun menjadi rendah. Pada varietas CTY 33 baik kadar air awal dengan populasi awal, kadar air awal dengan susut bobot juga tidak terlihat adanya korelasi namun nilai R 2 positif, sedangkan pada varietas Lokal Wonogiri menunjukan adanya korelasi positif signifikan antara kadar air awal dengan populasi awal maupun kadar air awal dengan susut bobot. Korelasi positif memiliki arti semakin tinggi kadar air awal maka populasi akhir akan semakin banyak dan susut bobot pun menjadi semakin tinggi.

21 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Populasi Rhyzopertha dominica mengalami peningkatan seiring dengan pertambahan tingkat populasi awal. Pertambahan populasi ini juga menyebabkan presentase penyusutan yang terjadi pada lima varietas sorgum. Kadar air awal tidak memengaruhi tingkat populasi akhir dan presentase penyusutan. Pola pertumbuhan R. dominica pada kelima varietas sorgum menunjukan perbedaan satu sama lain. Saran Berdasarkan hasil penelitian ini diketahui kadar air awal yang berbeda tidak berpengaruh terhadap jumlah populasi akhir karena kondisi lingkungan yang kembali pada keadaan kesetimbangan. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan menggunakan wadah yang dapat mempertahankan kadar air dalam biji sorgum.

22 DAFTAR PUSTAKA Adams J. M. 1976. Weight loss caused by development of Sitophilus zeamais Motsch in maize. Journal of Stored Products Research. 12: 269-272. Anonim. 2009. Ekologi hama pascapanen. http://abankudha123.tripod.com/ekologi_hama_pascapanen.html [16 September 2012]. Badan Litbang Pertanian. 1995. Abstrak Hasil-Hasil Penelitian Pertanian di Indonesia. Pusat Perpustakaan Pertanian dan Komunikasi Penelitian. Badan Litbang Pertanian. 1(13): 67. Duong, T. N. 2006. Analysis of the behaviour of Rhyzopertha dominica (F.) (Coleoptera: Bostrichidae) towards host volatiles. Duong, T. N. 2006. Analysis of the behaviour of Rhyzopertha dominica (F.) (Coleoptera: Bostrichidae) towards host volatiles [Disertasi]. London (UK): Natural Resources Institute, University of Greenwich. Edde P.A., 2012. A review of the biology and control of Rhyzopertha dominica (F.) the lesser grain borer. Journal of Stored Products Research 48, 1-18. Golebiowska, Z., 1969. The feeding and fecundity of Sitophilus granarius (L.), Sitophilus oryzae (L.), and Rhyzopertha dominica (F.) in wheat grain. Journal of Stored Products Research. 5: 143-155. Harahap I. 2009. Ekologi serangga hama gudang. Di dalam Prijono D, Dharmaputra OS, Widayanti S, editor. Pengelolaan Hama Gudang Terpadu. Bogor: KLH, UNINDO, SEAMEO Biotrop. Hlm 53-69. Hidayat P. 2006. Sampling dan monitoring serangga pada gudang penyimpanan. Pengendalian Hama Gudang di Tempat Penyimpanan Bahan Pangan, Pakan, dan Tembakau. Pusat Kajian Pengendalian Hama Terpadu Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian IPB. Human S. 2011. Riset dan pengembangan sorgum dan gandum untuk ketahanan pangan. Pusat Aplikasi Teknologi Isotop dan Radiasi.

23 Kucevora Z., Stejskal V., 2008. Differences in egg morphology of the stored-grain pests Rhyzopertha dominica and Prosthephanus truncatus (Coleoptera: Bostrichidae). Journal of Stored Products Research.44: 103-105. Longstaff, B.C., 1999.An experimental and modelling study of the demographic performance of Rhyzopertha dominica (F.) I. Development rate. Journal of Stored Products Research. 35: 89-98. Mas ud S. 2007. Kumbang bubuk pada sorgum dan serta alternatif penanggulangannya. Prosiding Seminar Ilmiah dan Pertemuan Tahunan Perhimpunan Entomologi Indonesia Komisarial Daerah Sulawesi Selatan. Pabbage MS. 2005. Hubungan antara faktor fisik dan kimia biji sorgum dengan pertumbuhan populasi serangga hama gudang. Prosiding Seminar Jagung. Balai Penelitian Tanaman Serealia. Pasaribu MJ. 2009. Pertumbuhan populasi Sitophilus zeamais Motsch. (Coleoptera: Curculionidae) pada empat kultivar beras [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Pranata RI. 1979. Pengantar Ilmu Hama Gudang. BIOTROP TROPICAL PEST BIOLOGY and BOGOR Agriculture Rees D. 2004. Insect of Stored Products. Australia: Csiro Publishing Collingwood. Rivai M. dan Indrosancoyo A. W. 2006. Hama Gudang & Pantri. Hama Pemukiman Indonesia. FKH IPB, Bogor, Indonesia. Hal: 259-286. Sihono, 2012. Pemuliaan tanaman sorgum manis dengan teknik mutasi radiasi. Workshop on The Current Status and Challenges in Sorghum Development in Indonesia; 2012 Sep 25. Bogor. SEAMEO-BIOTROP Siwale J, Mbata K, Mcrobert J, Lungu D. 2009. Comparative resistance of improved maize genotypes and landracesto maize weevil. African Crop Science Journal. 17(1): 1-16. Subramanyam B & Hangstrum DW. 1996. Integrated Management of Insect in Stored Products. New York: Marcel Dekker, Inc.

24 Suprapto dan R. Mudjisihono. 1987. Budidaya dan Pengolahan Sorgum. PT. Penebar Swadaya, Jakarta.Duong, T. N. 2006. Analysis of the behaviour of Rhyzopertha dominica (F.) (Coleoptera: Bostrichidae) towards host volatiles. Supriyanto, 2012. Pengembangan sorgum (Sorghum bicolor) untuk menunjang kebutuhan pangan, pakan, energi, dan serat. Workshop on The Current Status and Challenges in Sorghum Development in Indonesia; 2012 Sep 25. Bogor. SEAMEO-BIOTROP.

LAMPIRAN 25

26 Lampiran 1 Sidik ragam rata-rata populasi akhir R. dominica berdasarkan populasi awal yang berbeda Dependent Variable: popaklb Model 3 308369.2292 102789.7431 11.53 <.0001 Error 44 392342.2500 8916.8693 Corrected Total 47 700711.4792 R-Square Coeff Var Root MSE popaklb Mean 0.440080 79.08917 94.42918 119.3958 Dependent Variable: popakcty Model 3 892094.250 297364.750 23.90 <.0001 Error 44 547547.667 12444.265 Corrected Total 47 1439641.917 R-Square Coeff Var Root MSE popakcty Mean 0.619664 53.44965 111.5539 208.7083 Dependent Variable: popaknumbu Model 3 1724313.750 574771.250 16.71 <.0001 Error 44 1513776.167 34404.004 Corrected Total 47 3238089.917 R-Square Coeff Var Root MSE popaknumbu Mean 0.532510 59.64888 185.4832 310.9583

27 Dependent Variable: popakb76 Model 3 613881.750 204627.250 7.21 0.0005 Error 44 1247984.167 28363.277 Corrected Total 47 1861865.917 R-Square Coeff Var Root MSE popakb76 Mean 0.329713 92.26058 168.4140 182.5417 Dependent Variable: popaklw Model 3 192038.5000 64012.8333 11.46 <.0001 Error 44 245705.1667 584.2083 Corrected Total 47 437743.6667 R-Square Coeff Var Root MSE popaklw Mean 0.438701 92.35126 74.72756 80.91667 Lampiran 2 Sidik ragam rata-rata populasi akhir R. dominica berdasarkan kadar air awal yang berbeda Dependent Variable: popakcty Model 3 50302.750 16767.583 0.53 0.6634 Error 44 1389339.167 31575.890 Corrected Total 47 1439641.917 R-Square Coeff Var Root MSE popakcty Mean 0.034941 85.14086 177.6961 208.7083

28 Dependent Variable: popaklb Model 3 126337.8958 42112.6319 3.23 0.0314 Error 44 574373.5833 13053.9451 Corrected Total 47 700711.4792 R-Square Coeff Var Root MSE popaklb Mean 0.180299 95.69334 114.2539 119.3958 Dependent Variable: popaklw Model 3 59367.5000 19789.1667 2.30 0.0903 Error 44 378376.1667 8599.4583 Corrected Total 47 437743.6667 R-Square Coeff Var Root MSE popaklw Mean 0.135622 114.6034 92.73326 80.91667 Dependent Variable: popaknumbu Model 3 220754.250 73584.750 1.07 0.3703 Error 44 3017335.667 68575.811 Corrected Total 47 3238089.917 R-Square Coeff Var Root MSE popaknumbu Mean 0.068174 84.21380 261.8698 310.9583

29 Dependent Variable: popakb76 Model 3 265892.083 88630.694 2.44 0.0766 Error 44 1595973.833 36272.133 Corrected Total 47 1861865.917 R-Square Coeff Var Root MSE popakb76 Mean 0.142809 104.3337 190.4524 182.5417 Lampiran 3 Sidik ragam rata-rata populasi akhir R. dominica berdasarkan populasi awal dan varietas yang berbeda Dependent Variable: popak0 Model 4 0 0.. Error 55 0 0 Corrected Total 59 0 R-Square Coeff Var Root MSE popak0 Mean 0.000000. 0 0 Dependent Variable: popak10 Model 4 441007.567 110251.892 7.34 <.0001 Error 55 826565.167 15028.458 Corrected Total 59 1267572.733 R-Square Coeff Var Root MSE popak10 Mean 0.347915 70.95733 122.5906 172.7667

30 Dependent Variable: popak20 Model 4 1012591.233 253147.808 14.63 <.0001 Error 55 951991.750 17308.941 Corrected Total 59 1964582.983 R-Square Coeff Var Root MSE popak20mean 0.515423 53.80551 131.5634 244.5167 Dependent Variable: popak30 Model 4 657323.233 164330.808 4.17 0.0051 Error 55 2168798.500 39432.700 Corrected Total 5 2826121.733 R-Square Coeff Var Root MSE popak30 Mean 0.232588 65.16408 198.5767 304.7333 Lampiran 4 Sidik ragam rata-rata populasi akhir R. dominica berdasarkan kadar air awal dan varietas yang berbeda Dependent Variable: popak12 Model 4 232558.933 58139.733 2.87 0.0313 Error 55 1113749.250 20249.986 Corrected Total 59 1346308.183 R-Square Coeff Var Root MSE popak12 Mean 0.172738 92.17475 142.3024 154.3833

31 Dependent Variable: popak14 Model 4 734143.233 183535.808 4.41 0.0036 Error 55 2286585.750 41574.286 Corrected Total 59 3020728.983 R-Square Coeff Var Root MSE popak14 Mean 0.243035 97.31815 203.8977 209.5167 Dependent Variable: popak16 Model 4 315602.267 78900.567 2.24 0.0769 Error 55 1941031.917 35291.489 Corrected Total 59 2256634.183 R-Square Coeff Var Root MSE popak16 Mean 0.139855 99.45837 187.8603 188.8833 Dependent Variable: popak18 Model 4 847625.233 211906.308 7.22 <.0001 Error 55 1614031.500 29346.027 Corrected Total 59 2461656.733 R-Square Coeff Var Root MSE popak18 Mean 0.344331 101.2252 171.3068 169.2333