PERTUMBUHAN POPULASI Sitophilus zeamais Motsch. (COLEOPTERA: CURCULIONIDAE) PADA EMPAT KULTIVAR BERAS MARYANA JAYANTI PASARIBU

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERTUMBUHAN POPULASI Sitophilus zeamais Motsch. (COLEOPTERA: CURCULIONIDAE) PADA EMPAT KULTIVAR BERAS MARYANA JAYANTI PASARIBU"

Transkripsi

1 PERTUMBUHAN POPULASI Sitophilus zeamais Motsch. (COLEOPTERA: CURCULIONIDAE) PADA EMPAT KULTIVAR BERAS MARYANA JAYANTI PASARIBU DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009

2 ABSTRAK MARYANA JAYANTI PASARIBU. Pertumbuhan Populasi Sitophilus zeamais Motsch. (Coleoptera : Curculionidae) Pada Empat Kultivar Beras. Dibimbing oleh IDHAM SAKTI HARAHAP dan ALI NURMANSYAH. Penyimpanan beras di gudang dalam jangka waktu yang relatif lama mengakibatkan serangan hama pasca panen selama penyimpanan. Serangan S. zeamais pada beras dapat mengakibatkan beras menjadi patah dan kebanyakan menjadi bubuk. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pertumbuhan populasi S. zeamais, susut berat, dan perubahan kadar air pada empat kultivar beras (IR-42, IR-64, Ketan Putih dan Ketan Hitam) selama tiga bulan penyimpanan. Populasi awal yang diinfestasikan adalah 5, 10, dan 15 pasang diinfestasikan pada masingmasing kultivar beras dengan tiga ulangan. Penyimpanan beras dilakukan pada 45, 60, dan 90 hari. Pengamatan dilakukan terhadap tingkat populasi, susut berat, dan kadar air beras. Rancangan percobaan yang digunakan dalam pengujian empat kultivar beras terhadap pertumbuhan populasi S. zeamais adalah Rancangan Acak Lengkap Faktorial 4 x 3 x 3 dengan 3 ulangan dilanjutkan dengan uji Duncan pada taraf lima persen dengan program SAS 9.1 dan analisis regresi dilakukan dengan menggunakan program Microsoft Office Excel 2003 untuk mengetahui hubungan populasi awal (X 1 ) dan waktu penyimpanan (X 2 ) dengan populasi akhir (Y). Populasi akhir pada kultivar Ketan Hitam menghasilkan rata-rata populasi akhir tertinggi dibandingkan tiga kultivar lainnya yaitu 497,48 ekor. Persentase penyusutan pada Ketan Hitam lebih tinggi dibandingkan kultivar beras lainnya. Pada populasi awal 15 pasang S.zeamais, Ketan Hitam mengalami penyusutan tertinggi yaitu sebesar 4,85% dalam waktu penyimpanan selama 90 hari. Persentase kadar air Ketan Hitam dengan tingkat populasi awal 15 pasang mengalami peningkatan sebesar 2,27% dan lebih tinggi dibandingkan beras lainnya. Pada waktu penyimpanan selama 90 hari dengan tingkat populasi pada awal infestasi sebanyak 15 pasang, diperoleh rata-rata populasi akhir tertinggi sebesar 729,84 ekor kumbang beras (S. zeamais), sementara rata-rata tingkat populasi terendah yaitu 51,25 ekor pada penyimpanan 45 hari dengan populasi awal infestasi 5 pasang. Berdasarkan hasil analisi regresi pada kultivar IR-64 diperoleh persamaan Y= 20,54X 1 + 1,39X 2. Jenis beras berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan populasi akhir sementara waktu penyimpanan tidak menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan populasi akhir. Persamaan untuk kultivar IR-42 adalah Y= 8,01X 1 + 2,80X 2. Jenis beras tidak berpengaruh nyata terhadap penambahan populasi akhir, namun waktu penyimpanan berpengaruh nyata terhadap pertambahan populasi akhir. Persamaan untuk kultivar Ketan Putih Y= 11,24X 1 + 2,28X 2. Faktor beras dan waktu penyimpanan berpengaruh nyata terhadap pertambahan populasi akhir. Sedangkan untuk kultivar Ketan Hitam persamaannya adalah Y= 11,60X 1 + 3,52X 2, pada persamaan ini jenis beras tidak berpengaruh nyata terhadap pertambahan populasi akhir, sedangkan waktu penyimpanan berpengaruh nyata terhadap pertambahan populasi. Berdasarkan hasil tersebut dapat dilihat bahwa pola pertumbuhan Sitophilus zeamais berbeda pada setiap kultivar beras.

3 PERTUMBUHAN POPULASI Sitophilus zeamais Motsch. (COLEOPTERA: CURCULIONIDAE) PADA EMPAT KULTIVAR BERAS Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Departemen Proteksi Tanaman MARYANA JAYANTI PASARIBU DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009

4 Judul Penelitian : PERTUMBUHAN POPULASI Sitophilus zeamais Motsch. (COLEOPTERA : CURCULIONIDAE) PADA EMPAT KULTIVAR BERAS Nama Mahasiswa : MARYANA JAYANTI PASARIBU NRP : A Disetujui Pembimbing I Pembimbing II Dr. Ir. Idham Sakti Harahap, MSi. Dr. Ir. Ali Nurmansyah, MSi. NIP NIP Diketahui Ketua Departemen Proteksi Tanaman Dr. Ir. Dadang, MSc. NIP

5 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan pada tanggal 20 Maret 1987 di Ende, Nusa Tenggara Timur. Penulis merupakan anak pertama dari empat bersaudara dari ibu K. Nainggolan dan bapak M. Pasaribu. Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Menengah Umum di SMUN 1 Lubuk Pakam, Sumatera Utara pada tahun Pada tahun 2005, penulis diterima sebagai mahasiswa Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan setahun kemudian terpilih sebagai mahasiswa Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian. Selama menempuh kuliah, penulis pernah menjadi asisten praktikum mata kuliah Hama Penyakit Setahun ( ), Hama dan Penyakit Benih dan Pascapanen ( ), dan Dasardasar Proteksi Tanaman ( ).

6 PRAKATA Puji dan syukur penulis sampaikan kepada Bapa surgawi atas kasih karunia dan penyertaan-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian yang berjudul Pertumbuhan Populasi Sitophilus zeamais Motsch. (Coleoptera: Curculionidae) Pada Empat Kultivar Beras. Penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada: 1 Bapak Dr. Ir. Idham Sakti Harahap, M.Si sebagai dosen pembimbing pertama, Bapak Dr. Ir. Ali Nurmansyah sebagai dosen pembimbing kedua dan Bapak Ir. Uha Suhardja Satari, MS sebagai dosen penguji atas masukan yang telah diberikan dalam menyelesaikan skripsi ini. 2. Mama K. Nainggolan, bapak M. Pasaribu (atas dukungan doa dan materi), adik-adikku terkasih Christyanto Pasaribu, Erikson Setiawan Pasaribu, Merry Selviana Pasaribu. 3. Teman-teman DPT 42 : Bontor, Febri, Tety, Huda dan Anci atas bantuannya. 4. Abang-abangku : B Debby, B Maryo, B Dodo dan anak-anak Pondok Dame lainnya atas kesediaannya untuk membantu selama masa penelitian. 5. Teman-teman Wisma Ananda : Rina dan Maria, adikku Devi dan Tetty, dan teman-teman Pondok Putri dan alumni : Roro, Tintun, Wenny, Marie dan Esther atas dukungan moral yang diberikan di saat terberatku. 6. Kepada teman terbaikku Hilman Pardede ST, M.Eng atas semua doa, jurnal, dan semangat yang pernah diberikan selama ini. Bogor, Agustus 2009 Penulis

7 DAFTAR ISI Halaman ABSTRAK... i RIWAYAT HIDUP... v PRAKATA... vi DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR LAMPIRAN... xi PENDAHULUAN Latar Balakang... 1 Tujuan... 2 Hipotesis... 2 Manfaat... 2 TINJAUAN PUSTAKA Padi (Oryza sativa)... 3 Sitophilus zeamais Motsch Populasi... 6 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat... 7 Bahan dan Alat... 7 Metode Pengembangbiakan serangga uji... 7 Pemisahan serangga jantan dan betina (Seksing)... 7 Pelaksanaan Percobaan... 8 Peubah Pengamatan Perhitungan susut... 8 Perhitungan persentase perubahan kadar air... 9 Rancangan Percobaan... 9 Analisis Data HASIL DAN PEMBAHASAN Populasi Akhir Sitophilus zeamais... 1

8 Halaman Susut Berat Pada Empat Kultivar Beras Perubahan Kadar Air Pada Empat Kultivar Beras Perubahan Suhu Dalam Toples KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... 26

9 DAFTAR TABEL Nomor Teks Halaman 1. Rata-rata populasi akhir kumbang beras (S. zeamais) pada empat kultivar beras Rata-rata populasi akhir kumbang beras (S. zeamais) pada populasi awal dan waktu penyimpanan yang berbeda Koefisien persamaan regresi setiap jenis beras untuk populasi akhir Rata-rata susut berat empat kultivar beras pada populasi awal yang berbeda Rata-rata susut berat empat kultivar beras pada waktu penyimpanan yang berbeda Rata-rata susut berat pada waktu penyimpanan dan populasi awal yang berbeda Rata-rata perubahan kadar air beras pada populasi awal yang berbeda Rata-rata perubahan kadar air beras pada waktu penyimpanan yang berbeda Rata-rata perubahan kadar air pada populasi awal dan waktu penyimpanan yang berbeda... 19

10 DAFTAR GAMBAR Nomor Teks Halaman 1. Perbedaan Sitophilus zeamais betina dan jantan Susunan toples penyimpanan empat kultivar beras berbagai waktu penyimpanan dan tingkat populasi Sitophilus zeamais Suhu dalam toples selama 45 hari penyimpanan pada empat kultivar beras dengan tiga tingkat populasi awal Suhu dalam toples selama 60 hari penyimpanan pada empat kultivar beras dengan tiga tingkat populasi awal Suhu dalam toples selama 90 hari penyimpanan pada empat kultivar beras dengan tiga tingkat populasi awal... 21

11 DAFTAR LAMPIRAN Nomor Teks Halaman 1. Output Populasi akhir Output susut berat Output kadar air Uji Lanjut Populasi Akhir Uji Lanjut Susut Berat Uji Lanjut Kadar Air Analisis Regresi... 63

12 PENDAHULUAN Latar Belakang Beras merupakan bahan pangan utama sebagai sumber karbohidrat bagi sebagian besar masyarakat Indonesia. Menurut Dewan Ketahanan Pangan diacu oleh Nainggolan (2007) tingkat konsumsi beras pada tahun 2007 adalah 139,15 kg/kap. Konsumsi ini termasuk pangan, kebutuhan industri, dan pakan ternak (Nainggolan, 2007). Penyimpanan beras di gudang dalam jangka waktu yang relatif lama mengakibatkan serangan hama pasca panen selama penyimpanan. Serangan hama pasca panen dapat menimbulkan banyak permasalahan diantaranya menurunkan kualitas bahan simpanan secara fisik, menyebabkan susut berat, perubahan kadar air serta menurunkan kandungan vitamin B dan dapat meningkatkan serat kasar, selulosa, hemiselulosa, dan lignin (Ekawati, 2008). Di Indonesia, kehilangan hasil akibat serangan hama gudang diperkirakan mencapai 26-29% (Semple 1985 dalam Ekawati, 2008). Menurut Sunjaya dan Widayanti (2006) penyebab utama kerusakan pada biji-bijian atau bahan pangan yang disimpan di daerah tropika adalah serangga. Serangga yang banyak merusak terutama dari jenis kumbang (Coleoptera). Sitophilus zeamais merupakan serangga penyimpanan yang paling penting dan banyak menimbulkan kerusakan pada bahan pangan yang disimpan di dunia. Selain menyerang jagung dalam tempat penyimpanan, kumbang ini juga menyerang beras (Purwanto dan Nawangsih, 1999). Masalah hama adalah masalah populasi. Suatu jenis serangga mulai dikategorikan sebagai hama apabila tingkat populasinya telah mencapai suatu tingkat yang dapat merugikan secara ekonomi, atau kecenderungan populasinya selalu berada pada tingkat tertentu (Harahap, 2006). Kecocokan makanan merupakan faktor yang sangat berpengaruh dalam pertumbuhan populasi hama, dan selanjutnya besarnya populasi hama sangat menentukan besarnya persentase susut produk pertanian (Rohayati, 1992). Makanan merupakan faktor ekstrinsik yang mempengaruhi pertumbuhan populasi hama. Oleh karena itu perlu diketahui bagaimana tingkat pertumbuhan Sitophilus

13 2 zeamais pada beberapa jenis beras untuk memperoleh informasi jenis beras apa yang paling sesuai untuk pertumbuhan kumbang ini serta tingkat penyusutan yang terjadi selama masa penyimpanan. Tujuan Penelitian Mempelajari pertumbuhan populasi S. zeamais, susut berat, dan perubahan kadar air pada empat kultivar beras selama tiga bulan penyimpanan serta menentukan pola pertumbuhan S. zeamais. Hipotesis Hipotesis yang diajukan adalah terdapat perbedaan pertumbuhan S. zeamais pada kultivar beras yang berbeda dan waktu berpengaruh nyata terhadap tingkat pertumbuhan S. zeamais. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian yang dilaksanakan adalah sebagai referensi untuk mengetahui perkembangan populasi S. zeamais pada masingmasing kultivar beras.

14 TINJAUAN PUSTAKA Padi (Oryza sativa) Padi adalah salah satu tanaman budidaya terpenting dalam peradaban manusia. Produksi padi dunia menempati urutan ketiga dari semua serealia setelah jagung dan gandum. Padi merupakan tanaman pangan yang banyak dibudidayakan di Indonesia. Taksonomi Oryza sativa menurut Lu (1999) : Ordo : Oryzeae Famili : Poaceae (Gramineae) Subfamili : Oryzoideae Genus : Oryzae Spesies : Oryza sativa Linnaeus Oryza sativa hanya dapat dipanen satu kali selama musim tanamnya. Kematangan fisiologis ditandai dengan menguningnya bulir dan berat bulir hampir tetap (Syafei 1991 dalam Rohayati 1992). Setelah padi dipanen, gabah (beras yang tertutup sekam) akan mengalami proses penanganan pasca panen. Beras merupakan hasil pengolahan gabah. Tahap pengolahan gabah menjadi beras yang dapat dikonsumsi, dikerjakan melalui tahapan gabah menjadi beras pecah kulit sampai menjadi beras sosoh. Beras pecah kulit adalah beras yang masih mempunyai kulit luar. Beras pecah kulit diperoleh dari butir gabah yang dikelupas sekamnya. Winarno (1984) menyatakan bahwa pati beras terdiri dari molekul-molekul besar yang tersusun atau dirangkaikan dari unit-unit gula (glukosa). Kalau rangkaiannya lurus disebut amilosa dan kalau bercabang disebut amilopektin. Rasio amilosa/amilopektin dapat menentukan tekstur, pera tidaknya nasi, pulen tidaknya nasi, cepat tidaknya mengeras serta lekat tidaknya nasi. Rasio amilosa/amilopektin tersebut dapat pula dinyatakan dengan kadar amilosa saja. Berdasarkan kandungan amilosanya, beras dapat dibagi menjadi empat golongan, yaitu beras dengan kadar amilosa tinggi 25% sampai 33%, beras dengan kadar amilosa medium 20% sampai 25%, beras dengan kadar amilosa rendah 9% sampai 20%, beras dengan kadar amilosa sangat rendah 2% sampai 9%. Beras pulen merupakan beras yang lebih rekat jika dimasak karena mengandung amilosa yang lebih rendah dan amilopektin yang tinggi. Sedangkan

15 4 beras pera kadar amilosanya lebih tinggi dibandingkan amilopektin (Haryadi, 2008). Sitophilus zeamais Motsch. Menurut Lawrence (1994) Sitophilus zeamais tergolong Ordo : Coleoptera Sub Ordo : Polyphaga Super Famili : Curuculionoidea Famili : Curculionidae. Serangga ini kecil kecoklatan (Borror et al. 1996) mudah dikenali karena moncongnya (snout) yang khas sehingga dikenal dengan sebutan kumbang moncong. Antenanya siku dan menggada, pada elitra terdapat empat buah bercak bulat berwarna merah. Punctures pada toraks bulat dan amat panjang (Pranata, 1979). Tipe alat mulutnya menggigit mengunyah. Kumbang ini adalah serangga penyimpanan yang paling penting dan banyak menimbulkan kerusakan pada bahan pangan. Serangga ini bersifat polifag, selain menyerang jagung, juga beras, gandum, kacang tanah, kacang kapri, kacang kedelai, kelapa dan jambu mente. Sitophilus zeamais lebih dominan pada jagung dan beras, S. oryzae kebanyakan pada gandum (Kalshoven, 1981). Sitophilus zeamais merusak biji jagung dalam penyimpanan dan juga dapat menyerang tongkol jagung yang masih berada di pertanaman. Baik imago maupun larva makan butir-butiran, dan larva berkembang dalam butiran (Borror et al. 1996). Aktivitas makan fase larva di dalam butir biji-bijian menyebabkan adanya lubang besar pada endosperma. Larva tidak bertungkai, berwarna putih jernih. Ketika bergerak larva agak mengkerut (Surtikanti, 2004). Serangan kumbang ini dalam jumlah yang besar dapat menimbulkan panas dan dapat meningkatkan kadar air sehingga merangsang pertumbuhan cendawan. Ukuran serangga ini bergantung pada tempat serangga berkembang biak. Bila hidup pada jagung ukurannya lebih besar daripada bila hidup pada beras (Sunjaya dan Widayanti, 2006). Panjang imago bervariasi mulai 2-5 mm tergantung pada kemampuan makan larva, tetapi pada umumnya S. oryzae berukuran 2-3,5 mm dan S. zeamais 3-3,5 mm (Kalshoven, 1981). Satu butir

16 5 beras hanya dapat ditempati oleh satu larva kumbang ini sedangkan pada biji yang lebih besar seperti jagung, satu butirnya dapat ditempati oleh dua larva S. zeamais. Perbedaan kelamin hama ini dapat dibedakan dengan beberapa karakter fisik yaitu, moncong imago jantan lebih pendek, tebal, dan permukaan lebih kasar dibandingkan dengan moncong imago betina dan ujung abdomen jantan melengkung ke bawah, sedangkan ujung abdomen imago betina lurus ke belakang (Wilbur dan Mills, 1978). Di Indonesia S. zeamais lebih banyak ditemukan daripada S. oryzae (Pranata, 1979). Sitophilus zeamais merupakan serangga yang dapat berkembang biak dengan cepat, yaitu selama satu tahun dapat menghasilkan 5-7 generasi. Kumbang betina akan mengunyah lubang kecil di dalam inti biji, kemudian memasukkan satu telur ke dalamnya kemudian lubang ditutup kembali dengan zat seperti gelatin yang berfungsi sebagai sumbat telur atau egg plug (Haines 1991 dalam Tandiabang et al.). Kumbang betina dapat bertelur 300 hingga 400 telur selama lebih dari satu bulan. Telur akan menetas dalam beberapa hari menjadi larva dan memakan bagian dalam inti biji. Larva kemudian menggerek biji dan hidup di dalam biji, umur kurang lebih 20 hari pada suhu 25 0 C dan kelembaban nisbi 70%. Kemudian menjadi pupa, selanjutnya menjadi kumbang dewasa. Fase pupa berlangsung di dalam biji yang telah kosong (Kalshoven 1981). Tipe pupa eksarata, dimana semua embelannya bebas atau tidak menyatu satu sama lain (Fachry 2005). Imago dapat bertahan hidup cukup lama yaitu dengan makan sekitar 3-5 bulan jika tersedia makanan dan sekitar 36 hari jika tanpa makan. Seluruh siklus hidup berlangsung dari empat hingga tujuh minggu (Anonim, 2008). Serangga ini digolongkan ke dalam hama primer (internal feeder), yaitu hama menyerang dan mampu berkembang dengan baik pada komoditas yang masih utuh dengan cara menggerek (Sunjaya dan Widayanti, 2006). Perkembangan, aktivitas, dan kopulasi serangga ini dilakukan pada siang hari dan berlangsung lebih lama dibandingkan dengan masa kopulasi hama gudang lainnya (Surtikanti, 2004). Populasi Populasi adalah sekelompok organisme dari spesies yang sama yang hidup di suatu tempat tertentu pada kurun waktu tertentu. Pertumbuhan populasi hama

17 6 gudang dipengaruhi oleh faktor dalam dan luar dari populasi serangga tersebut. Faktor dalam seperti keperidian atau kemampuan bertelur dan siklus hidup, dapat menentukan kecepatan berkembang biak suatu jenis serangga. Semakin tinggi keperidian dan semakin singkat siklus hidup, pertumbuhan populasi serangga tersebut akan semakin cepat (Harahap, 2006). Sedangkan faktor luar yang mempengaruhi pertumbuhan populasi serangga adalah makanan, suhu, kelembaban, dan habitat. Populasi menunjukkan perkiraan jumlah serangga secara tidak langsung dari level perkiraan pada kerusakan komoditas atau produk dari aktivitas serangga. Misalnya kerusakan oleh serangga pada biji, jejak serangga pada residu tepung pada lantai, atau terbentuknya produksi sutera oleh mulut larva, sebagai indikasi tingkat infestasi serangga. Indikator ini sangat berguna untuk mengambil tindakan sebelum populasi serangga dan kerusakan komoditi terakumulasi lebih tinggi. ( Hidayat, 2006). Serangga hama gudang bisa dikatakan sebagai oportunis, yaitu mereka akan cepat memanfaatkan sumber daya yang tersedia, sehingga populasinya juga meningkat dengan cepat, namun akhirnya sumber daya yang ada tidak dapat lagi mendukung keberadaan serangga tersebut sehingga sebagian dari mereka berpindah mencari sumber daya baru (Harahap, 2006). Mengendalikan serangga pada hakekatnya adalah mengendalikan populasi. Oleh karena tingkat populasi ditentukan oleh faktor-faktor lingkungan baik biotik maupun abiotik maka semakin dirasakan perlunya para ahli hama memahami konsep-konsep ekologi (Pranata, 1979).

18 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Ekologi Serangga, Departemen Proteksi Tanaman Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari sampai April Bahan dan Alat Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah serangga uji Sitophilus zeamais dan beras dari kultivar IR-42, IR-64, Ketan Putih, dan Ketan Hitam. Sedangkan alat-alat yang digunakan adalah wadah pembiakan dan pemeliharaan serangga uji dengan tutup diberi kasa, mikroskop stereo, timbangan digital, termohigrometer, dan kuas. Metode Pengembangbiakan serangga uji Pengembangbiakan serangga uji dilakukan dengan cara menginfestasikan 150 imago S. zeamais pada 500 g beras menggunakan wadah toples. Imago dibiarkan bertelur selama 2 minggu dan setelah itu dikeluarkan dari tempat pembiakan. Imago baru yang diperoleh digunakan sebagai serangga uji. Pemisahan serangga jantan dan betina (Seksing) Imago baru hasil pengembangbiakan yang berumur kurang dari 2 minggu dibedakan antara jantan dan betina menggunakan mikroskop cahaya dengan perbesaran 15 kali. Betina Jantan Gambar 1 Perbedaan Sitophilus zeamais betina dan jantan

19 8 Pelaksanaan Percobaan Serangga uji adalah serangga yang berumur 2 minggu yang telah dibedakan antara jantan dan betina. Serangga tersebut diinfestasikan dengan tingkat populasi awal 5, 10, dan 15 pasang per 500 g beras pada setiap kultivar beras. Setiap jenis beras yang telah diinfestasi dengan tiga tingkat populasi serangga disimpan dengan waktu penyimpanan yang berbeda yaitu 45, 60, dan 90 hari, percobaan ini dilakukan dengan tiga kali ulangan. Pada hari ke 45, 60, dan 90 dilakukan penghitungan populasi serangga pada keempat kultivar tersebut. Beras ditimbang untuk mengetahui susut berat dan kemudian dilakukan pengukuran kadar air. Pencatatan temperatur dan kelembaban dilakukan sejak infestasi serangga sampai percobaan selesai dengan termohigrometer dan HOBO Logger. Gambar 2 Susunan toples penyimpanan empat kultivar beras berbagai waktu penyimpanan dan tingkat populasi Sitophilus zeamais. Peubah Pengamatan Perhitungan susut Susut berat dihitung dengan metode Bulk Density yang sering digunakan dalam penelitian skala laboratorik. Formulanya sebagai berikut: A B Persen susut = 100% A A = Berat Kering Awal B = Berat Kering Akhir (setelah penyimpanan 3 bulan) Berat kering dihitung menggunakan formula sebagai berikut :

20 9 Berat Kering = Berat Aktual ( 100 kadarair) 100 Perhitungan persentase perubahan kadar air Perubahan kadar air dapat dihitung dengan formula: % Kadar Air = (Kadar air awal kadar air akhir) x 100% Kadar air awal Rancangan Percobaan Rancangan percobaan yang digunakan dalam pengujian empat kultivar beras terhadap pertumbuhan populasi S. zeamais adalah Rancangan Acak Lengkap Faktorial 4 x 3 x 3 dengan 3 ulangan. Faktor pertama adalah kultivar beras yaitu IR-64 (V1), IR-42 (V2), Ketan Putih (V3), dan Ketan Hitam (V4), faktor kedua adalah waktu yaitu 45 hari (T1), 60 hari (T2), dan 90 hari (T3) sedangkan faktor ketiga adalah tingkat populasi awal serangga yaitu 5 pasang (P1), 10 pasang (P2), dan 15 pasang (P3) dilanjutkan dengan uji lanjut Duncan pada taraf α= 0,05. Data diolah menggunakan program SAS 9.1 Model rancangannya adalah sebagai berikut: Keterangan : V T P VT ( VP) ( TP) ( VTP) Y ijk = i j k ik jk ijk ijkl ij Y ijk V i T j VT ij VP ik TP jk = Respon dari perlakuan kultivar ke-i, waktu ke-j, ulangan ke-k = Rataan umum = Pengaruh perlakuan kultivar ke-i = Pengaruh waktu ke-j = Pengaruh interaksi kultivar ke-i dan waktu ke-j = Pengaruh interaksi kultivar ke-i dan populasi ke-k = Pengaruh interaksi waktu ke-j dan populasi ke-k VTP ijk = Pengaruh interaksi kultivar ke-i dan waktu ke-j ijk = Galat dari perlakuan kultivar ke-i, waktu ke-j, dan ulangan ke-k

21 10 Analisis Data Analisis data dilakukan dengan menggunakan program Microsoft Office Excel Dengan hasil berupa ANOVA dan analisis regresi untuk mengetahui hubungan peubah respon populasi awal (X 1 ) dan waktu penyimpanan (X 2 ) terhadap populasi akhir (Y). Analisis ini dilakukan pada masing-masing kultivar beras dengan pada setiap tingkat populasi awal dan waktu penyimpanan yang berbeda.

22 HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil uji ANOVA, untuk rata-rata populasi akhir memperlihatkan adanya pengaruh yang nyata pada faktor beras dan pada interaksi antara populasi dan waktu. Interaksi antara beras dan populasi awal, beras dan waktu, populasi awal dan waktu pada susut berat juga menunjukkan adanya interaksi yang nyata dan hal tersebut juga terjadi pada perubahan kadar air. Untuk hasil análisis regresi diperoleh persamaan yang berbeda pada setiap kultivar beras. Dengan faktor waktu penyimpanan berpengaruh nyata terhadap populasi akhir pada IR-42 dan Ketan Hitam, sedangkan beras berpengaruh nyata terhadap populasi akhir pada beras IR-64, dan untuk Ketan Putih kedua faktor yaitu beras dan waktu penyimpanan berpengaruh nyata terhadap populasi akhir. Populasi Akhir Sitophilus zeamais Rata-rata populasi akhir yang diperoleh pada kultivar Ketan Hitam berbeda nyata dengan ketiga kultivar lainnya. Rata-rata populasi akhir pada kultivar Ketan Hitam 497,48 ekor dan merupakan rata-rata populasi tertinggi dari ketiga jenis beras lainnya. Sedangkan rata-rata populasi beras kultivar IR-42, IR- 64, dan Ketan Putih tidak berbeda nyata (Tabel 1). Tabel 1 Rata-rata populasi akhir (ekor) kumbang beras (S. zeamais) pada empat kultivar beras Beras Populasi akhir IR ,48b IR ,89b Ketan Putih 251,63b Ketan Hitam 497,48a Ket: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan arti yang tidak berbeda nyata berdasarkan uji Duncan pada taraf 5% Jumlah populasi akhir yang terdapat pada Ketan Hitam menunjukan bahwa Sitophilus zeamais mampu berkembang biak dengan baik pada jenis beras ini. Preferensi makan kumbang ini bisa dikatakan lebih tinggi pada Ketan Hitam

23 12 karena pertumbuhan populasi pada beras ini relatif tinggi jika dibandingkan dengan ketiga beras lainnya. Harahap (2006) menyatakan bahwa pada kondisi yang menguntungkan, yaitu tersedianya makanan dan faktor lingkungan yang mendukung, populasi serangga hama gudang akan segera meningkat dengan cepat setelah infestasi. Menurut Ryoo et.al (1992) dalam Tandiabang et al. 1996, jenis makanan/jenis varietas sangat berpengaruh terhadap perilaku serangga dalam memilih makanan dan meletakkan telur. Pada waktu penyimpanan selama 45 hari, populasi kumbang beras pada populasi awal 5 pasang berbeda nyata dengan populasi awal 15 pasang sedangkan populasi kumbang beras pada populasi awal 5 dan 10 pasang tidak berbeda nyata. Pada penyimpanan 60 hari, populasi akhir kumbang beras dengan populasi awal 5 pasang berbeda nyata dengan populasi awal 10 dan 15 pasang. Pada waktu penyimpanan selama 90 hari populasi akhir yang diperoleh berbeda nyata pada ketiga tingkat populasi. Populasi akhir yang tertinggi terlihat pada waktu penyimpanan 90 hari dengan tingkat populasi awal 15 pasang yaitu 729,83 ekor sedangkan populasi terendah pada waktu penyimpanan 45 hari dengan tingkat populasi awal 5 pasang yaitu 51,25 ekor (Tabel 2). Tabel 2 Rata-rata populasi akhir (ekor) kumbang beras (S. zeamais) pada populasi awal dan waktu penyimpanan yang berbeda. Populasi Awal Waktu (hari) (pasang) ,25d 161,33cd 198,58cd ,17cd 433,08b 478,00b ,75c 438,08b 729,83a Ket: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan arti yang tidak berbeda nyata berdasarkan uji Duncan pada taraf 5% Populasi kumbang beras (S. zeamais) bertambah seiring lamanya penyimpanan dan tingkat populasi awal kumbang beras (S. zeamais) karena kumbang tersebut akan lebih lama melakukan kopulasi dengan pasangannya sehingga dapat menghasilkan generasi yang lebih banyak. Pada kepadatan populasi rendah, laju pertumbuhan biasanya kecil karena kesulitan untuk menemukan pasangan seksual (Anonim, 2009). Hal tersebut sesuai dengan hasil yang diperoleh, dimana pada tingkat populasi tertinggi yaitu 15 pasang dengan

24 13 lama penyimpanan 90 hari, rata-rata populasi akhir mencapai 729,82 ekor. Sebaliknya pada tingkat populasi terendah yaitu 5 pasang dengan waktu penyimpanan yang sama, rata-rata populasi akhir yang diperoleh relatif rendah yaitu 198,58 ekor. Berdasarkan hasil analisis regresi dapat diketahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pertumbuhan populasi Sitophilus zeamais. Dari (Tabel 3) dapat diketahui persamaan regresi kultivar IR-42 adalah Y= 8,01X 1 + 2,80X 2. Jenis beras tidak berpengaruh nyata terhadap penambahan populasi akhir, namun waktu penyimpanan berpengaruh nyata terhadap pertambahan populasi akhir. Secara umum persamaan ini dapat menggambarkan kondisi sebenarnya sebesar 89%. Dari persamaan tersebut dapat diartikan bahwa untuk waktu penyimpanan (X 2 ) yang konstan maka populasi akhir (Y) akan bertambah sebanyak 8,01 ekor untuk setiap perubahan satu pasang populasi awal (X 1 ) dan pada populasi awal (X 1 ) yang konstan maka populasi akhir (Y) akan bertambah sebanyak 2,80 ekor untuk setiap penambahan satu hari penyimpanan. Persamaan untuk kultivar IR-64 untuk populasi akhir adalah Y= 20,54X 1 + 1,39X 2. Jenis beras berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan populasi akhir sementara waktu penyimpanan tidak menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan populasi akhir. Secara umum persamaan ini dapat menggambarkan kondisi sebenarnya sebesar 82%. Dari persamaan tersebut dapat diartikan bahwa untuk waktu penyimpanan (X 2 ) yang konstan maka populasi akhir (Y) akan bertambah sebanyak 20,54 ekor untuk setiap perubahan satu pasang populasi awal (X 1 ) dan pada populasi awal (X 1 ) yang konstan maka populasi akhir (Y) akan bertambah sebanyak 1,39 ekor untuk setiap penambahan satu hari penyimpanan. Persamaan untuk kultivar Ketan Putih Y= 11,24X 1 + 2,28X 2. Faktor beras dan waktu penyimpanan berpengaruh nyata terhadap pertambahan populasi akhir. Berdasarkan pola tersebut dapat menggambarkan kondisi sebenarnya sebesar 82%. Dari persamaan tersebut dapat diartikan bahwa untuk waktu penyimpanan (X 2 ) yang konstan maka populasi akhir (Y) akan bertambah sebanyak 11,24 ekor untuk setiap perubahan satu pasang populasi awal (X 1 ) sedangkan pada populasi awal (X 1 ) yang konstan maka populasi akhir (Y) akan bertambah sebanyak 2,28 ekor untuk setiap penambahan satu hari penyimpanan. Sedangkan untuk kultivar Ketan Hitam persamaannya

25 14 adalah Y= 11,60X 1 + 3,52X 2, pada persamaan ini jenis beras tidak berpengaruh nyata terhadap pertambahan populasi akhir, sedangkan waktu penyimpanan berpengaruh nyata terhadap pertambahan populasi. Pola tersebut dapat menggambarkan 87% kondisi sebenarnya. Pada waktu penyimpanan (X 2 ) yang konstan maka populasi akhir (Y) akan bertambah sebanyak 11,60 ekor untuk setiap perubahan satu pasang populasi awal (X 1 ), sedangkan pada populasi awal (X 1 ) yang konstan maka populasi akhir (Y) akan bertambah sebanyak 3,52 ekor untuk setiap penambahan satu hari penyimpanan. Tabel 3 Koefisien persamaan regresi setiap jenis beras untuk populasi akhir. Jenis Beras X 1 a) X 2 b) R 2 (%) IR-42 8,01 2,8 89 (p=0,053) (p=0,000) IR-64 20,54 1,39 82 (p=0,002) (p=0,150) Ketan Putih 11,24 2,28 82 (p=0,038) (p=0,010) Ketan Hitam 11,6 3,52 87 (p=0,089) (p=0,002) a) Variabel populasi awal (pasang) b) Variabel waktu (hari) Susut Berat Pada Empat Kultivar Beras Pada tingkat populasi awal sebesar 5 pasang, keempat jenis beras mengalami susut yang tidak berbeda nyata. Sedangkan pada tingkat populasi awal sebesar 10 pasang susut berat IR-42 tidak berbeda nyata dengan beras IR-64 dan Ketan Putih namun IR-64 berbeda nyata dengan Ketan Hitam. Pada tingkat populasi awal 15 pasang susut berat pada beras Ketan Hitam menunjukkan perbedaan yang nyata dengan beras IR-42, sedangkan beras IR-64, IR-42, dan Ketan Putih tidak berbeda nyata. Tingkat susut terbesar pada Ketan Hitam dengan tingkat populasi 15 pasang yaitu sebesar 4,85% (Tabel 4).

26 15 Tabel 4 Rata-rata susut berat (%) empat kultivar beras pada populasi awal yang berbeda. Beras Populasi awal (pasang) IR-42 0,83cd 1,60bcd 2,41bcd IR-64 0,434d 0,56d 3,08abc Ketan Putih 1,61bcd 2,36bcd 2,80abcd Ketan Hitam 1,60bcd 3,71ab 4,85a Ket: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan arti yang tidak berbeda nyata berdasakan uji Duncan pada taraf 5% Dengan semakin banyak populasi yang berada pada tempat penyimpanan menyebabkan penyusutan beras semakin besar pula karena aktivitas serangga yang akan semakin banyak memakan beras. Pada Ketan Hitam diperoleh rata-rata populasi akhir tertinggi, hal ini berbanding lurus dengan tingkat penyusutan yang terjadi pada beras tersebut. Ketika populasi bertambah, laju pertumbuhan meningkat secara eksponensial karena kelimpahan sumber makanan dan kesesuaian lingkungan (Anonim, 2009). Persentase susut berat menunjukkan bahwa susut berat Ketan Hitam berbeda nyata dengan Ketan Putih pada waktu penyimpanan selama 45 hari, sedangkan Ketan Putih tidak berbeda nyata dengan beras IR-42 dan IR-64. Pada waktu penyimpanan 60 hari persentase susut IR-42, IR-64, dan Ketan Putih tidak berbeda nyata, namun persentase susut Ketan Hitam berbeda nyata dengan beras IR-42 dan IR-64. Pada penyimpanan 90 hari, Ketan Hitam menunjukkan perbedaan nyata pada ketiga jenis beras lainnya, sedangkan persentase susut antara IR-42, IR-64 dan Ketan Putih tidak menunjukkan perbedaan nyata. Ketan Hitam mengalami penyusutan tertinggi dalam penyimpanan selama 90 hari yaitu sebesar 7,51% (Tabel 5). Tabel 5 Rata-rata susut berat (%) empat kultivar beras pada waktu penyimpanan yang berbeda. Beras Waktu (hari) IR-42 1,08defg 0,39fg 2,98bc IR-64 0,77efg 0,62fg 2,69bcd Ketan Putih 2,05bcdef 1,45cdefg 3,27b Ketan Hitam 0,15g 2,50bcde 7,51a Ket: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan arti yang tidak berbeda nyata berdasarkan uji Duncan pada taraf 5%

27 16 Pada waktu penyimpanan 60 dan 90 hari, Ketan Hitam mengalami penyusutan terbesar jika dibandingkan dengan ketiga kultivar beras lainnya. Pada waktu penyiimpanan 90 hari penyusutan beras ini hampir mencapai dua kali lipat penyusutan Ketan Putih. Penyusutan yang relatif tinggi ini dipengaruhi oleh waktu penyimpanan yang semakin lama dan populasi yang terus berkembang selama masa penyimpanan. Semakin lama beras disimpan maka susut yang terjadi juga semakin besar pula. Apabila beras tersebut disimpan dalam jangka waktu yang relatif lama maka beras itu akan dimakan oleh hama gudang tersebut, dan hasilnya pun beras tersebut menjadi pecah dan kebanyakan menjadi bubuk sehingga dapat menyebabkan susut. Kerusakan biji jagung oleh hama sering diikuti oleh organisme lain seperti cendawan Aspergillus sp. yang menyebabkan kualitas biji menurun, karena cendawan tersebut memproduksi senyawa beracun yang disebut aflatoksin (Tandiabang et al. 1996). Pada waktu penyimpanan selama 45 hari persentase susut berat yang disebabkan serangga pada tingkat populasi 5, 10, dan 15 tidak menunjukkan perbedaan nyata. Sedangkan persentase susut pada waktu penyimpanan 60 hari untuk tingkat populasi awal 5 dan 10 pasang tidak menunjukkan perbedaan yang nyata, namun pada tingkat populasi awal 15 pasang persentase susut menunjukkan perbedaan nyata dengan tingkat populasi serangga 5 dan 10 pasang. Pada waktu penyimpanan 90 hari persentase susut pada populasi awal 15 pasang juga menunjukkan perbedaan yang nyata dibandingkan populasi awal 5 dan 10 pasang. Pada penyimpanan 90 hari dengan tingkat populasi 15 pasang terjadi susut yang paling besar yaitu 6,81% (Tabel 6). Tabel 6 Rata-rata susut berat (%) pada waktu penyimpanan dan populasi awal yang berbeda. Populasi Awal Waktu (hari) (pasang) ,88c 0,96c 1,21c 10 0,48c 1,39c 1,85c 15 2,01c 3,52b 6,81a Ket: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan arti yang tidak berbeda nyata berdasarkan uji Duncan pada taraf 5%

28 17 Waktu penyimpanan dan tingkat populasi adalah faktor yang mempengaruhi susut bahan simpan. Pada waktu penyimpanan 45 hari susut terbesar terjadi pada tingkat populasi awal 15 pasang. Hal tersebut juga terjadi pada waktu penyimpanan 60 dan 90 hari dan menunjukkan pola penyusutan yang semakin meningkat seiring pertambahan waktu penyimpanan. Beras yang disosoh lebih mudah diserang daripada yang tidak disosoh, beras yang tidak disosoh akan rusak setelah dua bulan penyimpanan (Kalshoven 1981). Penyusutan bobot jagung mencapai 17% bila disimpan selama enam bulan dengan kerusakan biji 85% (Tandiabang et al. 1996). Perubahan Kadar Air Pada Empat Kultivar Beras Perubahan kadar air pada keempat jenis beras untuk tingkat populasi awal 5 pasang menunjukkan tidak adanya perbedaan nyata, sedangkan pada tingkat populasi awal 10 pasang perubahan kadar air beras IR-64 berbeda nyata dengan beras Ketan Hitam dan Ketan Putih namun tidak berbeda nyata dengan beras IR- 42. Perubahan kadar air pada populasi awal 15 pasang tidak menunjukkan perbedaan nyata pada keempat jenis beras. Perubahan kadar air tertinggi yaitu pada Ketan Hitam dengan tingkat populasi awal 15 pasang (Tabel 7). Tabel 7 Rata-rata perubahan kadar air (%) beras pada populasi awal yang berbeda. Beras Populasi awal (pasang) IR-42 0,48bc 0,59bc 1,34abc IR-64 0,05c 0,22c 1,28abc Ketan Putih 1,34abc 1,71ab 1,73ab Ketan Hitam 0,70bc 1,73ab 2,27a Ket: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan arti yang tidak berbeda nyata berdasarkan uji Duncan pada taraf 5% Pada tingkat populasi awal 15 pasang Ketan Hitam mengalami perubahan kadar air yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan ketiga jenis beras lainnya. Hal ini disebabkan karena populasi akhir yang diperoleh pada kultivar beras ini lebih tinggi dibandingkan dengan populasi akhir beras lainnya. Dengan semakin banyaknya populasi pada suatu tempat penyimpanan dapat menyebabkan terjadinya peningkatan kadar air. Menurut Kalshoven (1981), perkembangan

29 18 populasi kumbang bubuk akan berlangsung cepat jika kadar air bahan simpan lebih dari 15%. Perubahan kadar air pada penyimpanan 45 hari menunjukkan terdapat perbedaan nyata antara Ketan Putih dengan ketiga jenis beras lainnya, sedangkan perubahan kadar air untuk IR-42, IR-64 dan Ketan Hitam tidak berbeda nyata. Pada penyimpanan 60 hari, perubahan kadar air IR-42 dan IR-64 menunjukkan perbedaan nyata dengan Ketan Putih, sedangkan IR-42, IR-64, dan Ketan Hitam tidak menunjukkan perubahan kadar air yang berbeda nyata. Pada penyimpanan 90 hari, perubahan kadar air Ketan Hitam menunjukkan perbedaan yang nyata pada ketiga jenis beras lainnya, sedangkan IR-42, IR-64, dan Ketan Putih tidak menunjukkan perbedaan nyata. Ketan Hitam mengalami persentase perubahan kadar air yang paling besar yaitu pada penyimpanan selama 90 hari sebesar 4,19% dibandingkan ketiga kultivar lainnya. Sementara pada beras kultivar IR-42 dan IR-64 dalam penyimpanan 60 hari, tanda negatif menunjukkan tidak terjadinya peningkatan kadar air (Tabel 8). Tabel 8 Rata-rata perubahan kadar air (%) beras pada waktu penyimpanan yang berbeda. Beras Waktu (hari) IR-42 0,77de -0,05ef 1,69bc IR-64 0,57de -0,31f 1,30bcd Ketan Putih 1,81bc 1,02cd 1,95b Ketan Hitam 0,03ef 0,49def 4,19a Ket: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan arti yang tidak berbeda nyata berdasarkan uji Duncan pada taraf 5% Selain faktor kepadatan populasi, lamanya waktu penyimpanan, suhu, dan kelembaban lingkungan juga mempengaruhi perubahan kadar air beras. Ketan Hitam mengalami perubahan kadar air terbesar pada waktu penyimpanan 90 hari. Seiring peningkatan waktu penyimpanan maka aktivitas serangga di dalam bahan simpan juga akan semakin besar. Hal ini akan mempengaruhi perubahan kadar air di dalam dalam bahan simpan. Kadar air biji berkorelasi positif dengan ketahanan hidup. Kadar air meningkat, kondisi lingkungan makin baik untuk serangga sehingga ketahanan hidupnya pun meningkat. Sebaliknya, ketahanan hidup hama pasca panen menurun bila kadar air biji rendah. Peningkatan suhu dan kadar air

30 19 bahan simpan meningkatkan produksi telur, hanya saja produksi telur tertinggi dan ketahanan hidup tertinggi tidak terjadi pada satu titik suhu atau kadar air yang sama. Pada Tribolium, kombinasi ketahanan hidup dan produksi telur yang menghasilkan tingkat reproduksi maksimum terjadi pada suhu 27 0 C dan kadar air 16% (Anonim 2009). Perubahan kadar air pada penyimpanan 45 hari menunjukkan bahwa pada populasi awal 10 pasang terdapat perbedaan yang nyata dibandingkan dengan populasi awal 5 dan 15 pasang. Pada waktu penyimpanan 60 hari pada populasi awal 15 pasang terdapat perubahan kadar air yang berbeda nyata dengan populasi awal 5 dan 10 pasang, sedangkan pada populasi awal 5 dan 10 pasang tidak terdapat perubahan kadar air yang nyata. Pada waktu penyimpanan 90 hari perbedaan yang nyata terhadap perubahan kadar air juga terjadi pada tingkat populasi awal 15 pasang jika dibandingkan dengan populasi awal 5 dan 10 pasang, sedangkan pada populasi 5 dan 10 pasang tidak terdapat perbedaan yang nyata. Perubahan kadar air pada waktu penyimpanan selama 90 hari dengan tingkat populasi 15 pasang dapat menyebabkan peningkatan sebesar 3,53% (Tabel 9). Tabel 9 Rata-rata perubahan kadar air (%) pada populasi awal dan waktu penyimpanan yang berbeda. Populasi Awal Waktu (hari) (pasang) ,76c 0,68cd 0,96c 10-0,15d 0,52cd 0,48cd 15 1,32bc 2,00b 3,53a Ket: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan arti yang tidak berbeda nyata berdasarkan uji Duncan pada taraf 5% Persentase kadar air menunjukkan pola yang semakin meningkat terlebih pada tingkat populasi 15 pasang dengan ketiga waktu penyimpanan. Adanya aktivitas serangga dengan tingkat populasi yang semakin banyak dalam wadah penyimpanan menyebabkan terjadinya peningkatan kadar air apalagi jika waktu penyimpanannya semakin lama. Peningkatan kadar air ini juga dipengaruhi oleh suhu dan kelembaban udara di tempat penyimpanan. Tanda negatif pada waktu pengamatan 45 hari dengan populasi 10 pasang menunjukkan terjadinya

31 Suhu dalam toples ( o C) 20 penurunan kadar air akhir, mungkin disebabkan oleh waktu penyimpanan yang belum terlalu lama dan populasi yang tidak begitu banyak serta suhu lingkungan yang panas. Perubahan Suhu Dalam Toples Adanya aktivitas serangga pada wadah penyimpanan beras dapat mempengaruhi suhu di dalam wadah tersebut. Aktivitas serangga ini diantaranya makan, mencari pasangan, dan juga bereproduksi. Suhu di dalam wadah penyimpanan juga dapat dipengaruhi oleh suhu dan kelembaban lingkungan di sekitar penyimpanan. Suhu dalam toples penyimpanan 45 hari 29,00 28,00 27,00 26,00 25,00 24,00 Pengamatan I Pengamatan II Pengamatan III 23, Tingkat Populasi Pulen Pera Ketan Putih Ketan Hitam Kultivar Beras Gambar 3 Suhu dalam toples selama 45 hari penyimpanan pada empat kultivar beras dengan tiga tingkat populasi awal.

32 Suhu dalam toples ( o C) Suhu dalam toples ( o C) 21 Suhu dalam toples penyimpanan 60 hari 30,00 29,00 28,00 27,00 26,00 25,00 24,00 23, Pulen Pera Ketan Putih Ketan Hitam Kultivar Beras Pengamatan I Pengamatan II Pengamatan III Pengamatan IV Tingkat Populasi Gambar 4 Suhu dalam toples selama 60 hari penyimpanan pada empat kultivar beras dengan tiga tingkat populasi awal. 30,00 29,00 28,00 27,00 26,00 25,00 24,00 23,00 Suhu dalam toples penyimpanan 90 hari Pulen Pera Ketan Putih Ketan Hitam Pengamatan I Pengamatan II Pengamatan III Pengamatan IV Pengamatan V Pengamatan VI Tingkat Populasi Kultivar Beras Gambar 5 Suhu dalam toples selama 90 hari penyimpanan pada empat kultivar beras dengan tiga tingkat populasi awal.

33 22 Ketiga gambar di atas adalah hasil pengamatan suhu di dalam toples selama masa penyimpanan. Pada waktu penyimpanan selama 45 dan 60 hari terlihat pola yang semakin meningkat mulai dari pengamatan awal sampai pengamatan akhir. Pola ini juga terlihat pada waktu penyimpanan selama 90 hari mulai dari pengamatan I sampai pengamatan V, namun pada pengamatan terakhir suhu dalam toples terlihat menurun, mungkin hal ini disebabkan karena aktivitas serangga yang mulai berkurang.

34 KESIMPULAN Populasi akhir Sitophilus zeamais mengalami peningkatan seiring dengan pertambahan tingkat populasi awal dan lamanya masa penyimpanan. Pertambahan populasi ini juga menyebabkan persentase penyusutan dan perubahan kadar air yang terjadi pada empat kultivar beras akan semakin besar pula akibat aktivitas serangga yang terjadi di dalam wadah penyimpanan. Pola pertumbuhan Sitophilus zeamais pada keempat beras menunjukkan perbedaan satu sama lain. Pada setiap kultivar beras, peningkatan populasi akhir dipengaruhi oleh faktor populasi awal dan waktu penyimpanan. Namun kedua faktor tersebut hanya berpangaruh nyata terhadap populasi akhir Ketan Putih saja. Berdasarkan hasil yang diperoleh, ratarata populasi akhir pada Ketan Hitam menunjukkan pertumbuhan yang relatif tinggi jika dibandingkan dengan ketiga kultivar lainnya. Hal ini menunjukkan, kumbang ini lebih baik pertumbuhannya pada Ketan Hitam sehingga mengakibatkan susut berat dan perubahan kadar air yang terjadi lebih tinggi dibandingkan ketiga kultivar lainnya. SARAN Perlu dilakukan penelitian selanjutnya pada jenis bahan simpan yang tingkat populasi serangga dan waktu yang berbeda untuk mengetahui pertumbuhan populasi serangga, persentase susut, dan perubahan kadar air yang terjadi. Serta dapat membandingkan pertumbuhan serangga pada berbagai jenis bahan simpan.

35 DAFTAR PUSTAKA Anonim Kumbang jagung Sitophilus zeamais. Rentokil, Pest Control Indonesia htm [20 Mei 2008]. Anonim Ekologi hama pascapanen. [15 Juli 2009]. Borror DJ, Triplehorn CA, Johnson NF Pengenalan Pelajaran Serangga. Ed ke-6. Gadjah Mada University Press. Ekawati IW Pengaruh empat jenis ekstrak dan serbuk tanaman terhadap aktivitas peneluran Sitophilus zeamais Motsch (Colepotera : Curculionidae) [skripsi]. Bogor : Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Fachry I Keefektifan campuran ekstrak tumbuhan terhadap Sitophilus zeamais Motschulsky (Colepotera : Curculionidae) [skripsi]. Bogor : Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Harahap I Ekologi serangga hama gudang. Di dalam Prijono D, Dharmaputra OS, Widayanti S, editor. Pengelolaan Hama Gudang Terpadu. Bogor: KLH, UNIDO, SEAMEO BIOTROP. hlm Haryadi Y Aneka ragam beras. /03/aneka-ragam-beras/ [20 Mei 2008]. Hidayat P Sampling dan monitoring serangga pada gudang penyimpanan. Pengendalian Hama Gudang di Tempat Penyimpanan Bahan Pangan, Pakan, dan Tembakau. Pusat Kajian Pengendalian Hama Terpadu Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian IPB. Imdad H, Nawangsih A Menyimpan Bahan Pangan. Jakarta : Penebar Swadaya. Kalshoven,L.E The Pest of Crops in Indonesia. Rivised and translated by P.A.Vander Laan with the assistance of G.L.H.Rothsild. Jakarta : PT.Ikhtiar Baru-Van Hoeve. Ladang YD, Ngamo TS, Ngassoum MB, Mapongmestsem PM dan Hance T. Effect of sorghum cultivars on population growth and grain damages by the rice weevil, Sitophilus oryzae L. (Coleoptera: Curculionidae). Lawrence JF, Briton EB Australian Beetles. Melbourne University Press. Lu BR Taxonomy of the genus Oryza (Poaceae): historical perspective and current status. Genetic Resources Center, IRRI. Nainggolan K Ketergantungan beras, antisipasi [17 Jun 2009]. Pranata RI Pengantar Ilmu Hama Gudang. BIOTROP TROPICAL PEST BIOLOGY and BOGOR Agriculture

36 Rohayati A Susut berat dua varietas beras dan gabah oleh beberapa tingkat populasi Rhyzopertha dominica (F.) (Coleoptera : Bostrichidae) [skripsi]. Bogor : Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Saenong MS dan Hipi A Hasil-hasil teknologi pengelolaan hama kumbang bubuk Sitophilus zeamais Motsch (Coleoptera: Curculionidae) pada tanaman jagung. Balai Penelitian Tanaman Jagung dan Serelia Lain dan Balai Penelitian Teknologi Pertanian Nusa Tenggara Barat. Sunjaya dan Widayanti Pengenalan serangga hama gudang. Di dalam Prijono D, Dharmaputra OS, Widayanti S, editor. Pengelolaan Hama Gudang Terpadu. Bogor: KLH, UNIDO, SEAMEO BIOTROP. hlm Surtikanti Kumbang bubuk Sitophilus zeamais Motsch (Coleoptera: Curculionidae) dan strategi pengendaliannya. Balai Penelitian Tanaman Serealia, Maros. Tandiabang J, Tenrirawe A, dan Surtikanti.. Pengelolaan Hama Pascapanen Jagung Balai Penelitian Tanaman Serealia, Maros. Winarno FG Padi dan Beras. Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Pangan, Institut Pertanian Bogor. Wilbur D dan Mills R Stored grain insects. Di dalam: Pfadt RE, editor. Fundamentals of Applied Entomology. Ed ke-3. New York: Mac Millian Publishing Co, Inc. Hlm 592

37 LAMPIRAN

38 27 Lampiran 1 Output Populasi akhir The SAS System 20:15 Wednesday, April 13, The GLM Procedure Class Level Information Class Levels Values beras populasi_awal waktu ulangan Number of Observations Read 108 Number of Observations Used 108

39 28 Dependent Variable: pop_akhr The SAS System 20:15 Wednesday, April 13, The GLM Procedure Sum of Source DF Squares Mean Square F Value Pr > F Model <.0001 Error Corrected Total R-Square Coeff Var Root MSE pop_akhr Mean Source DF Type I SS Mean Square F Value Pr > F beras <.0001 populasi_awal <.0001 waktu <.0001 beras*populasi_awal beras*waktu populasi_awal*waktu beras*populasi*waktu Source DF Type III SS Mean Square F Value Pr > F beras <.0001 populasi_awal <.0001 waktu <.0001 beras*populasi_awal beras*waktu populasi_awal*waktu beras*populasi*waktu

40 29 The SAS System 20:15 Wednesday, April 13, The GLM Procedure Level of pop_akhr beras N Mean Std Dev

41 30 The SAS System 20:15 Wednesday, April 13, The GLM Procedure Duncan's Multiple Range Test for pop_akhr NOTE: This test controls the Type I comparisonwise error rate, not the experimentwise error rate. Alpha 0.05 Error Degrees of Freedom 72 Error Mean Square Number of Means Critical Range Means with the same letter are not significantly different. Duncan Grouping Mean N beras A B B B B B

42 31 The SAS System 20:15 Wednesday, April 13, The GLM Procedure Level of Level of pop_akhr populasi_awal waktu N Mean Std Dev

PERTUMBUHAN POPULASI Sitophilus zeamais Motsch. (COLEOPTERA: CURCULIONIDAE) PADA EMPAT KULTIVAR BERAS MARYANA JAYANTI PASARIBU

PERTUMBUHAN POPULASI Sitophilus zeamais Motsch. (COLEOPTERA: CURCULIONIDAE) PADA EMPAT KULTIVAR BERAS MARYANA JAYANTI PASARIBU PERTUMBUHAN POPULASI Sitophilus zeamais Motsch. (COLEOPTERA: CURCULIONIDAE) PADA EMPAT KULTIVAR BERAS MARYANA JAYANTI PASARIBU DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009

Lebih terperinci

Lampiran 1. Skema pengolahan limbah sayuran. Sayuran dikumpulkan, dipilah dan dicuci dengan air. Ditiriskan menggunakan jaring

Lampiran 1. Skema pengolahan limbah sayuran. Sayuran dikumpulkan, dipilah dan dicuci dengan air. Ditiriskan menggunakan jaring 33 Lampiran 1. Skema pengolahan limbah sayuran Sayuran dikumpulkan, dipilah dan dicuci dengan air Ditiriskan menggunakan jaring Dicacah dan diangin-anginkan dilapangan terbuka Dikeringkan sampai kadar

Lebih terperinci

BAB 6 APLIKASI RANCANGAN ACAK KELOMPOK TIGA FAKTOR

BAB 6 APLIKASI RANCANGAN ACAK KELOMPOK TIGA FAKTOR BAB 6 APLIKASI RANCANGAN ACAK KELOMPOK TIGA FAKTOR Pada bab sebelumnya telah dibahas aplikasi rancangan acak kelompok satu faktor dan dua faktor. Bab ini akan membahas aplikasi SPSS dan SAS untuk analisis

Lebih terperinci

BAB 5. APLIKASI RANCANGAN ACAK KELOMPOK DUA FAKTOR

BAB 5. APLIKASI RANCANGAN ACAK KELOMPOK DUA FAKTOR A 5. APLIKASI RANCANGAN ACAK KELOMPOK DUA FAKTOR Dalam percobaan faktorial, pengaruh dua faktor atau lebih diselidiki secara bersama-sama. Apabila pengaruh suatu faktor diperkirakan akan berubah menurut

Lebih terperinci

BAB 3 APLIKASI RANCANGAN ACAK KELOMPOK 1 FAKTOR

BAB 3 APLIKASI RANCANGAN ACAK KELOMPOK 1 FAKTOR BAB 3 APLIKASI RANCANGAN ACAK KELOMPOK 1 FAKTOR Rancangan Acak Kelompok atau biasa disingkat RAK digunakan jika kondisi unit percobaan yang digunakan tidak homogen. Dalam rancangan ini, petakan percobaan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa jenis beras tidak memberikan pengaruh

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa jenis beras tidak memberikan pengaruh IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Percobaan 4.1.1. Jumlah larva (30 HSA) Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa jenis beras tidak memberikan pengaruh nyata terhadap jumlah larva pada 30 HSA, sedangkan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) biologi hama ini adalah : Setelah telur diletakkan di dalam bekas gerekan, lalu ditutupi dengan suatu zat

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) biologi hama ini adalah : Setelah telur diletakkan di dalam bekas gerekan, lalu ditutupi dengan suatu zat 16 TINJAUAN PUSTAKA Biologi dan Ekologi Hama Sitophylus oryzae Menurut Kalshoven (1981) biologi hama ini adalah : Kingdom Phylum Class Ordo Family Genus : Animalia : Arthropoda : Insecta : Coleoptera :

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur analisa proksimat serbuk daun dan ranting jarak pagar kering. diulangi hingga diperoleh bobot tetap.

Lampiran 1. Prosedur analisa proksimat serbuk daun dan ranting jarak pagar kering. diulangi hingga diperoleh bobot tetap. LAMPIRAN 53 Lampiran 1. Prosedur analisa proksimat serbuk daun dan ranting jarak pagar kering a. Kadar Air (SNI 01-2891-1992) Sebanyak 2-5 g sampel serbuk kering dimasukkan ke dalam cawan aluminium yang

Lebih terperinci

BAB 8. APLIKASI RANCANGAN PETAK PETAK TERPISAH

BAB 8. APLIKASI RANCANGAN PETAK PETAK TERPISAH BAB 8. APLIKASI RANCANGAN PETAK PETAK TERPISAH Rancangan split split plot design atau Rancangan Petak Petak merupakan jenis percobaan yang melibatkan tiga faktor atau lebih sekaligus dengan tingkat ketelitian

Lebih terperinci

BAB 4. APLIKASI RANCANGAN ACAK LENGKAP DUA FAKTOR

BAB 4. APLIKASI RANCANGAN ACAK LENGKAP DUA FAKTOR BAB 4. APLIKASI RANCANGAN ACAK LENGKAP DUA FAKTOR Sebagaimana telah dijelaskan pada bab sebelumnya bahwa Metode Rancangan Acak Lengkap (RAL) umumnya dipakai pada kondisi lingkungan yang homogen diantaranya

Lebih terperinci

1. Water Holding Capacity (WHC) (Modifikasi Agvise Laboratories). 2. Ammonia Holding Capacity (AHC) (Modifikasi Nurcahyani 2010).

1. Water Holding Capacity (WHC) (Modifikasi Agvise Laboratories). 2. Ammonia Holding Capacity (AHC) (Modifikasi Nurcahyani 2010). LAMPIRAN 47 Lampiran 1. Metode Analisis Proksimat 1. Water Holding Capacity (WHC) (Modifikasi Agvise Laboratories). Pengujian WHC dilakukan dengan mengurangi berat bahan setelah ditambahkan air dengan

Lebih terperinci

BAB 7 APLIKASI RANCANGAN PETAK TERPISAH

BAB 7 APLIKASI RANCANGAN PETAK TERPISAH BAB 7 APLIKASI RANCANGAN PETAK TERPISAH Rancangan split plot design atau dalam bahasa Indonesia disebut Rancangan Petak Terpisah atau Rancangan Petak Terbagi (RPT) merupakan jenis percobaan faktorial (lebih

Lebih terperinci

Lampiran 1 Hasil determinasi tanaman alpukat. lxiv

Lampiran 1 Hasil determinasi tanaman alpukat. lxiv LAMPIRAN lxiii Lampiran 1 Hasil determinasi tanaman alpukat lxiv lxv Lampiran 2 Analisa statistik urea serum Urea Serum (mg/dl) Class Level Information Class Levels Values kelompok 4 Dosis10% Dosis5% Induksi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Sorgum (Sorghum bicolor (L.))

TINJAUAN PUSTAKA. Sorgum (Sorghum bicolor (L.)) TINJAUAN PUSTAKA Taksonomi Sorgum (Sorghum bicolor (L.)) Tanaman sorgum termasuk famili Graminae atau rerumputan. Tanaman lain yang termasuk dalam famili Graminae diantaranya adalah padi, jagung, dan tebu.

Lebih terperinci

BAB 2. APLIKASI RANCANGAN ACAK LENGKAP 1 FAKTOR

BAB 2. APLIKASI RANCANGAN ACAK LENGKAP 1 FAKTOR BAB 2. APLIKASI RANCANGAN ACAK LENGKAP 1 FAKTOR Rancangan Acak Lengkap (RAL) merupakan rancangan yang paling sederhana dibanding rancangan lainnya. Penggunaan RAL di berbagai bidang penelitian telah banyak

Lebih terperinci

Adne Yudansha, Toto Himawan dan Ludji Pantja Astuti

Adne Yudansha, Toto Himawan dan Ludji Pantja Astuti Jurnal HPT Volume 1 Nomor 3 September 2013 ISSN : 2338-4336 1 PERKEMBANGAN DAN PERTUMBUHAN Sitophilus oryzae L. (Coleoptera: Curculionidae) PADA BEBERAPA JENIS BERAS DENGAN TINGKAT KELEMBABAN LINGKUNGAN

Lebih terperinci

USAHA PERBAIKAN PASCAPANEN SEBAGAI TEKNOLOGI ALTERNATIF DALAM RANGKA PENGELOLAAN HAMA KUMBANG BUBUK PADA JAGUNG DAN SORGUM

USAHA PERBAIKAN PASCAPANEN SEBAGAI TEKNOLOGI ALTERNATIF DALAM RANGKA PENGELOLAAN HAMA KUMBANG BUBUK PADA JAGUNG DAN SORGUM Prosiding Seminar Nasional Serealia 9 ISBN :978-979-894-7-9 USAHA PERBAIKAN PASCAPANEN SEBAGAI TEKNOLOGI ALTERNATIF DALAM RANGKA PENGELOLAAN HAMA KUMBANG BUBUK PADA JAGUNG DAN SORGUM S. Mas ud Balai Penelitian

Lebih terperinci

Program Studi Entomologi, Pasca Sarjana Universitas Sam Ratulangi, Kampus UNSRAT Manado * korespondensi:

Program Studi Entomologi, Pasca Sarjana Universitas Sam Ratulangi, Kampus UNSRAT Manado * korespondensi: Mortalitas Sitophilus oryzae L. pada Beras Suluttan Unsrat, Ketan Putih, dan Beras Merah di Sulawesi Utara (Mortality of Sitophilus oryzae L. in Suluttan Unsrat, white glutinous, and brown rice in North

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. manusia. Di negara-negara Asia yang penduduknya padat, khususnya Bangladesh,

PENDAHULUAN. manusia. Di negara-negara Asia yang penduduknya padat, khususnya Bangladesh, xi PENDAHULUAN Latar Belakang Beras merupakan salah satu padian paling penting di dunia untuk dikonsumsi manusia. Di negara-negara Asia yang penduduknya padat, khususnya Bangladesh, Myanmar, Kamboja, Cina,

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara LAMPIRAN HASIL KONVERSI DARI ANALISIS LABORATORIUM No bahan berat segar(gr/plot) produksi bs(ton/ha/tahun) %air total %BK LK SK PK 1 A1B0U1 1097,48 131,6976 76,84 23,16 2,83 43,39 17,55 2 A1B0U2 1094,48

Lebih terperinci

PENGARUH EMPAT JENIS EKSTRAK DAN SERBUK TANAMAN TERHADAP AKTIVITAS PENELURAN Sitophilus zeamais Motsch. (Coleoptera: Curculionidae)

PENGARUH EMPAT JENIS EKSTRAK DAN SERBUK TANAMAN TERHADAP AKTIVITAS PENELURAN Sitophilus zeamais Motsch. (Coleoptera: Curculionidae) PENGARUH EMPAT JENIS EKSTRAK DAN SERBUK TANAMAN TERHADAP AKTIVITAS PENELURAN Sitophilus zeamais Motsch. (Coleoptera: Curculionidae) INTAN WIJI EKAWATI PROGRAM STUDI HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN FAKULTAS

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Padi merupakan komoditas strategis yang secara. kehidupan sebagian besar penduduk Indonesia, karena itu program peningkatan

I. PENDAHULUAN. Padi merupakan komoditas strategis yang secara. kehidupan sebagian besar penduduk Indonesia, karena itu program peningkatan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Masalah Padi merupakan komoditas strategis yang secara langsung mempengaruhi kehidupan sebagian besar penduduk Indonesia, karena itu program peningkatan produksi

Lebih terperinci

PENYEBAB LUBANG HITAM BUAH KOPI. Oleh : Ayu Endah Anugrahini, SP BBPPTP Surabaya

PENYEBAB LUBANG HITAM BUAH KOPI. Oleh : Ayu Endah Anugrahini, SP BBPPTP Surabaya PENYEBAB LUBANG HITAM BUAH KOPI Oleh : Ayu Endah Anugrahini, SP BBPPTP Surabaya Kopi merupakan salah satu komoditas perkebunan yang peranannya cukup penting bagi perekonomian nasional, khususnya sebagai

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. 1. Biologi Sitophilus oryzae L. (Coleoptera: Curculionidae)

TINJAUAN PUSTAKA. 1. Biologi Sitophilus oryzae L. (Coleoptera: Curculionidae) TINJAUAN PUSTAKA 1. Biologi Sitophilus oryzae L. (Coleoptera: Curculionidae) Gambar 1: Telur, larva, pupa dan imago S. oryzae S. oryzae ditemukan diberbagai negara di seluruh dunia terutama beriklim panas.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. daerah tropika. Tumbuhan yang termasuk suku polong-polongan ini memiliki

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. daerah tropika. Tumbuhan yang termasuk suku polong-polongan ini memiliki I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kacang hijau adalah tanaman budidaya palawija yang dikenal luas di daerah tropika. Tumbuhan yang termasuk suku polong-polongan ini memiliki banyak manfaat dalam kehidupan

Lebih terperinci

Alumni Peminatan Entomologi Kesehatan FKM UNDIP **) Staf Pengajar Peminatan Entomologi Kesehatan FKM UNDIP ***)

Alumni Peminatan Entomologi Kesehatan FKM UNDIP **) Staf Pengajar Peminatan Entomologi Kesehatan FKM UNDIP ***) GAMBARAN BEBERAPA FAKTOR FISIK PENYIMPANAN BERAS, IDENTIFIKASI DAN UPAYA PENGENDALIAN SERANGGA HAMA GUDANG (Studi di Gudang Bulog 103 Demak Sub Dolog Wilayah I Semarang) Adelia Luhjingga Pitaloka *), Ludfi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tribolium castaneum Herbst.

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tribolium castaneum Herbst. digilib.uns.ac.id 4 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tribolium castaneum Herbst. Klasifikasi dari kumbang tepung (T. castaneum) sebagai berikut : Kingdom : Animalia Filum : Arthropoda Kelas : Insecta Ordo : Coleoptera

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. imago memproduksi telur selama ± 3-5 bulan dengan jumlah telur butir.

TINJAUAN PUSTAKA. imago memproduksi telur selama ± 3-5 bulan dengan jumlah telur butir. TINJAUAN PUSTAKA Biologi Hama Menurut Subramanyam dan Hagstrum (1996), Hama kumbang bubuk dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom Phylum Class Ordo Famili Genus : Animalia : Arthropoda : Insekta

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Berbagai galur sorgum banyak dikembangkan saat ini mengingat sorgum memiliki banyak manfaat. Berbagai kriteria ditetapkan untuk mendapatkan varietas unggul yang diinginkan. Kriteria

Lebih terperinci

MODIFIKASI ATMOSFER DENGAN KONSENTRASI CO 2 TERHADAP PERKEMBANGAN Sitophilus zeamais SELAMA PENYIMPANAN JAGUNG

MODIFIKASI ATMOSFER DENGAN KONSENTRASI CO 2 TERHADAP PERKEMBANGAN Sitophilus zeamais SELAMA PENYIMPANAN JAGUNG 2004 Enrico Syaefullah Posted 5 November 2004 Makalah pribadi Pengantar ke Falsafah Sains (PPS702) Sekolah Pasca Sarjana / S3 Institut Pertanian Bogor November 2004 Dosen: Prof. Dr. Ir. Rudy C. Tarumingkeng

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. dengan ukuran 0,7 mm x 0,3 mm (Pracaya, 1991). Telur diletakkan di dalam butiran dengan

TINJAUAN PUSTAKA. dengan ukuran 0,7 mm x 0,3 mm (Pracaya, 1991). Telur diletakkan di dalam butiran dengan TINJAUAN PUSTAKA Biologi dan Ekologi Hama S.oryzae Menurut Kalshoven (1981) biologi hama ini adalah : Kingdom Phylum Class Ordo Family Genus : Animalia : Arthropoda : Insecta : Coleoptera : Curculionidae

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI KADAR AIR BIJI JAGUNG DAN TINGKAT KERUSAKANNYA PADA TEMPAT PENYIMPANAN

IDENTIFIKASI KADAR AIR BIJI JAGUNG DAN TINGKAT KERUSAKANNYA PADA TEMPAT PENYIMPANAN IDENTIFIKASI KADAR AIR BIJI JAGUNG DAN TINGKAT KERUSAKANNYA PADA TEMPAT PENYIMPANAN Ariance Y. Kastanja Staf Agroforestri Politeknik Padamara - Tobelo ABSTRACT The objectives of this research to know corn

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Permasalahan Hama Sitophilus zeamais. Arti Penting Hama

TINJAUAN PUSTAKA. Permasalahan Hama Sitophilus zeamais. Arti Penting Hama TINJAUAN PUSTAKA Permasalahan Hama Sitophilus zeamais Arti Penting Hama Sitophilus zeamais termasuk ordo Coleoptera dan famili Curculionidae. Serangga ini merupakan hama gudang yang banyak ditemukan di

Lebih terperinci

III. METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT B. METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT B. METODE PENELITIAN III. METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah beras pecah kulit varietas Way Apoburu dan varietas Ciherang, daun pepaya, daun belimbing wuluh, daun cente, daun jeruk

Lebih terperinci

PENGARUH PERLAKUAN DAYA DAN WAKTU OVEN GELOMBANG MIKRO TERHADAP MORTALITAS SERANGGA

PENGARUH PERLAKUAN DAYA DAN WAKTU OVEN GELOMBANG MIKRO TERHADAP MORTALITAS SERANGGA PENGARUH PERLAKUAN DAYA DAN WAKTU OVEN GELOMBANG MIKRO TERHADAP MORTALITAS SERANGGA Sitophilus zeamais (COLEOPTERA : Curculionidae) DAN KANDUNGAN PATI BERAS Oleh : KHOIRUL ANAS F 14102057 2007 DEPARTEMEN

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 21 HASIL DAN PEMBAHASAN Kemampuan Makan Bondol Peking dan Bondol Jawa Pengujian Individu terhadap Konsumsi Gabah Bobot tubuh dan konsumsi bondol peking dan bondol jawa terhadap gabah dapat dilihat pada

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Biji Buru Hotong Gambar biji buru hotong yang diperoleh dengan menggunakan Mikroskop Sterio tipe Carton pada perbesaran 2 x 10 diatas kertas millimeter blok menunjukkan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) biologi hama ini adalah : bulat dengan ukuran 0,7 mm x 0,3 mm (Pracaya, 1991). Seperti yang terlihat pada

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) biologi hama ini adalah : bulat dengan ukuran 0,7 mm x 0,3 mm (Pracaya, 1991). Seperti yang terlihat pada xvi TINJAUAN PUSTAKA Biologi dan Ekologi Hama S.oryzae Menurut Kalshoven (1981) biologi hama ini adalah : Kingdom Phylum Class Ordo Family Genus : Animalia : Arthropoda : Insecta : Coleoptera : Curculionidae

Lebih terperinci

RESPON PADI BERAS HITAM TERHADAP FREKUENSI PEMBERIAN NUTRISI ORGANIK

RESPON PADI BERAS HITAM TERHADAP FREKUENSI PEMBERIAN NUTRISI ORGANIK RESPON PADI BERAS HITAM TERHADAP FREKUENSI PEMBERIAN NUTRISI ORGANIK Edi Purwanto 1), Suharto 1), Isnaini Hermina 2) 1) Staf Dosen Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Pasca Panen, Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian (STIPER) Dharma Wacana Metro Jalan Kenanga No. 3 16C Mulyojati,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kutu Beras Sitophylus oryzae sp Biologi dan Ekologi Hama S.oryzae ini adalah: Kingdom Phylum Class Ordo Family Genus : Animalia : Arthropoda : Insecta : Coleoptera : Curculionidae

Lebih terperinci

ME Yusnandar * PENDAHULUAN

ME Yusnandar * PENDAHULUAN ME Yusnandar * PENDAHULUAN Rancangan acak lengkap (randomize complete design), rancangan acak lengkap kelompok (randomize complete block design) dan rancangan acak lengkap faktorial (randomize complete

Lebih terperinci

POTENSI DAUN SERAI UNTUK MENGENDALIKAN HAMA Callosobruchus analis F. PADA KEDELAI DALAM SIMPANAN

POTENSI DAUN SERAI UNTUK MENGENDALIKAN HAMA Callosobruchus analis F. PADA KEDELAI DALAM SIMPANAN AGROVIGOR VOLUME 3 NO. 1 MARET 2010 ISSN 1979 5777 19 POTENSI DAUN SERAI UNTUK MENGENDALIKAN HAMA Callosobruchus analis F. PADA KEDELAI DALAM SIMPANAN Herminanto, Nurtiati, dan D. M. Kristianti Fakultas

Lebih terperinci

DINAMIKA POPULASI HAMA UTAMA JAGUNG. S. Mas ud, A. Tenrirawe, dan M.S Pabbage Balai Penelitian Tanaman Serealia

DINAMIKA POPULASI HAMA UTAMA JAGUNG. S. Mas ud, A. Tenrirawe, dan M.S Pabbage Balai Penelitian Tanaman Serealia DINAMIKA POPULASI HAMA UTAMA JAGUNG S. Mas ud, A. Tenrirawe, dan M.S Pabbage Balai Penelitian Tanaman Serealia Abstrak. Penanaman jagung secara monokultur yang dilakukan beruntun dari musim ke musim, memperkecil

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. BAHAN DAN ALAT Bahan baku yang digunakan dalam penelitian ini adalah beras varietas Cisadane dan daun mindi, serta bahan-bahan kimia seperti air suling/aquades, n-heksana

Lebih terperinci

untuk meneliti tingkat predasi cecopet terhadap larva dan imago Semoga penelitian ini nantinya dapat bermanfaat bagi pihak pihak yang

untuk meneliti tingkat predasi cecopet terhadap larva dan imago Semoga penelitian ini nantinya dapat bermanfaat bagi pihak pihak yang untuk meneliti tingkat predasi cecopet terhadap larva dan imago Brontispa sp di laboratorium. Semoga penelitian ini nantinya dapat bermanfaat bagi pihak pihak yang membutuhkan. Tujuan Penelitian Untuk

Lebih terperinci

TANAMAN PENGHASIL PATI

TANAMAN PENGHASIL PATI TANAMAN PENGHASIL PATI Beras Jagung Sagu Ubi Kayu Ubi Jalar 1. BERAS Beras (oryza sativa) terdiri dari dua jenis, yaitu Japonica yang ditanam di tanah yang mempunyai musim dingin, dan Indica atau Javanica

Lebih terperinci

Indikator Mutu Benih dan Reaksi Varietas Srikandi Kuning dan Putih oleh Tekanan Hama Kumbang Bubuk (Sitophilus zeamais Motsch)

Indikator Mutu Benih dan Reaksi Varietas Srikandi Kuning dan Putih oleh Tekanan Hama Kumbang Bubuk (Sitophilus zeamais Motsch) Indikator Mutu Benih dan Reaksi Varietas dan oleh Tekanan Hama Kumbang Bubuk (Sitophilus zeamais Motsch) M.Sudjak Saenong Balai Penelitian Tanaman Serealia Jl. Dr. Ratulangi 274 Maros, Sulawesi Selatan

Lebih terperinci

PENGUJIAN KETAHANAN JAGUNG QUALITY PROTEIN MAIZE (QPM) TERHADAP HAMA KUMBANG BUBUK JAGUNG (Sitophilius zeamais )

PENGUJIAN KETAHANAN JAGUNG QUALITY PROTEIN MAIZE (QPM) TERHADAP HAMA KUMBANG BUBUK JAGUNG (Sitophilius zeamais ) PENGUJIAN KETAHANAN JAGUNG QUALITY PROTEIN MAIZE (QPM) TERHADAP HAMA KUMBANG BUBUK JAGUNG (Sitophilius zeamais ) S. Mas ud, A. Tenrirawe, Masmawati dan Yasin H.G Balai Penelitian Tanaman Serealia Abstrak.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 17. Kandang Pemeliharaan A. atlas

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 17. Kandang Pemeliharaan A. atlas HASIL DAN PEMBAHASAN Suhu dan Kelembaban Ruangan Rata-rata suhu dan kelembaban ruangan selama penelitian pada pagi hari 22,4 0 C dan 78,6%, siang hari 27,4 0 C dan 55%, sore hari 25 0 C dan 75%. Hasil

Lebih terperinci

PENGARUH PEMUASAAN TERHADAP KONSUMSI, BOBOT TUBUH, DAN LAMA HIDUP TIKUS RUMAH (Rattus rattus diardii L.) DAN TIKUS POHON (Rattus tiomanicus Miller)

PENGARUH PEMUASAAN TERHADAP KONSUMSI, BOBOT TUBUH, DAN LAMA HIDUP TIKUS RUMAH (Rattus rattus diardii L.) DAN TIKUS POHON (Rattus tiomanicus Miller) PENGARUH PEMUASAAN TERHADAP KONSUMSI, BOBOT TUBUH, DAN LAMA HIDUP TIKUS RUMAH (Rattus rattus diardii L.) DAN TIKUS POHON (Rattus tiomanicus Miller) NUR RACHMAN A44104056 PROGRAM STUDI HAMA DAN PENYAKIT

Lebih terperinci

PENGARUH SUHU DAN LAMA PENYIMPANAN TERHADAP MUTU BENIH JAGUNG MANIS (Zea Mays Sachaarata Strurt) DI PT. SANG HYANG SERI (PERSERO) SUKAMANDI

PENGARUH SUHU DAN LAMA PENYIMPANAN TERHADAP MUTU BENIH JAGUNG MANIS (Zea Mays Sachaarata Strurt) DI PT. SANG HYANG SERI (PERSERO) SUKAMANDI Jurnal Agrorektan: Vol. 2 No. 2 Desember 2015 117 PENGARUH SUHU DAN LAMA PENYIMPANAN TERHADAP MUTU BENIH JAGUNG MANIS (Zea Mays Sachaarata Strurt) DI PT. SANG HYANG SERI (PERSERO) SUKAMANDI Tita Kartika

Lebih terperinci

PENGARUH SERBUK TIGA JENIS REMPAH DAN PENJEMURAN TERHADAP PERKEMBANGAN

PENGARUH SERBUK TIGA JENIS REMPAH DAN PENJEMURAN TERHADAP PERKEMBANGAN PENGARUH SERBUK TIGA JENIS REMPAH DAN PENJEMURAN TERHADAP PERKEMBANGAN Callosobruchus maculatus (F.) (COLEOPTERA: BRUCHIDAE) PADA BENIH KACANG HIJAU (Phaseolus aureus R.) FARRIZA DIYASTI PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Proteksi Fakultas Pertanian

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Proteksi Fakultas Pertanian III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Proteksi Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dan pada bulan September 2017. B. Bahan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Resistensi Tanaman Terhadap Serangan Hama Ketahanan/resistensi tanaman terhadap hama/penyakit adalah sekelompok faktor yang pada hakekatnya telah terkandung dalam tanaman

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. ALAT DAN BAHAN Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah padi unggul dari varietas Mamberamo (tahan hama dan penyakit), Ciherang (adaptif), Inpari 10 (toleran lahan kering),

Lebih terperinci

Pengaruh Periode Penyimpanan Beras terhadap Pertumbuhan Populasi Sitophilus oryzae (L.) dan Kerusakan Beras

Pengaruh Periode Penyimpanan Beras terhadap Pertumbuhan Populasi Sitophilus oryzae (L.) dan Kerusakan Beras ISSN 2302-1616 Vol 4, No. 2, Desember 2016, hal 95-101 Available online http://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/biogenesis DOI http://dx.doi.org/10.24252/bio.v4i2.2514 Pengaruh Periode Penyimpanan

Lebih terperinci

Pengaruh Kepadatan Populasi Sitophilus oryzae (L.) terhadap Pertumbuhan Populasi dan Kerusakan Beras

Pengaruh Kepadatan Populasi Sitophilus oryzae (L.) terhadap Pertumbuhan Populasi dan Kerusakan Beras Pengaruh Kepadatan Populasi Sitophilus oryzae (L.) terhadap Pertumbuhan Populasi dan Kerusakan Beras Effect Population Density Sitophilus oryzae (L.) against Population Growth and Damage Rice HENDRIVAL

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE. Metode Penelitian BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di lapang dan di Laboratorium Bioekologi Parasitoid dan Predator Departemen Proteksi Tanaman Institut Pertanian Bogor, pada bulan Mei

Lebih terperinci

PERLUASAN HAMA SASARAN FORMULASI INSEKTISIDA NABATI FTI-2 TERHADAP BEBERAPA JENIS HAMA GUDANG

PERLUASAN HAMA SASARAN FORMULASI INSEKTISIDA NABATI FTI-2 TERHADAP BEBERAPA JENIS HAMA GUDANG PERLUASAN HAMA SASARAN FORMULASI INSEKTISIDA NABATI FTI-2 TERHADAP BEBERAPA JENIS HAMA GUDANG SEPTRIPA A34051189 DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 ABSTRAK SEPTRIPA.

Lebih terperinci

STUDI PALATABILITAS UMPAN PENDETEKSI TIKUS PADA TIKUS RUMAH (Rattus rattus diardii L) DI LABORATORIUM FAJAR ANALIS A

STUDI PALATABILITAS UMPAN PENDETEKSI TIKUS PADA TIKUS RUMAH (Rattus rattus diardii L) DI LABORATORIUM FAJAR ANALIS A STUDI PALATABILITAS UMPAN PENDETEKSI TIKUS PADA TIKUS RUMAH (Rattus rattus diardii L) DI LABORATORIUM FAJAR ANALIS A44102030 PROGRAM STUDI HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Pengaruh Media terhadap Pertambahan biomassa Cacing Tanah Eudrilus eugeniae.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Pengaruh Media terhadap Pertambahan biomassa Cacing Tanah Eudrilus eugeniae. Pertambahan bobot (gram) BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pengaruh Media terhadap Pertambahan biomassa Cacing Tanah Eudrilus eugeniae. Pengambilan data pertambahan biomassa cacing tanah dilakukan

Lebih terperinci

RANCANGAN PERCOBAAN DENGAN SAS. Oleh Kismiantini, M.Si.

RANCANGAN PERCOBAAN DENGAN SAS. Oleh Kismiantini, M.Si. RANCANGAN PERCOBAAN DENGAN SAS Oleh Kismiantini, M.Si. JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2010 0 SAS (Statistical Analysis System)

Lebih terperinci

KERAGAAN BEBERAPA GENOTIPE JAGUNG HIBRIDA DI LAHAN SAWAH NUSA TENGGARA BARAT

KERAGAAN BEBERAPA GENOTIPE JAGUNG HIBRIDA DI LAHAN SAWAH NUSA TENGGARA BARAT KERAGAAN BEBERAPA GENOTIPE JAGUNG HIBRIDA DI LAHAN SAWAH NUSA TENGGARA BARAT Baiq Tri Ratna Erawati 1), Awaludin Hipi 1) dan Andi Takdir M. 2) 1)Balai Pengkajian Teknologi Pertanian NTB 2)Balai Penelitian

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Tempat dan Waktu Penelitian

METODE PENELITIAN. Tempat dan Waktu Penelitian 17 METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium TPPHP, Laboratorium Leuwikopo dan Laboratorium Kimia Pangan BB Pascapanen Bogor. Penelitian dilaksanakan pada

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Tribolium castaneum (Herbst)

TINJAUAN PUSTAKA Tribolium castaneum (Herbst) 4 TINJAUAN PUSTAKA Tribolium castaneum (Herbst) Serangga T. castaneum termasuk ordo Coleoptera dan famili Tenebronidae. Serangga ini mengalami metamorfosis sempurna (holometabola) yaitu perkembangannya

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN Sitophilus oryzae LINNAEUS (COLEOPTERA: CURCULIONIDAE) PADA BERBAGAI JENIS PAKAN

PERKEMBANGAN Sitophilus oryzae LINNAEUS (COLEOPTERA: CURCULIONIDAE) PADA BERBAGAI JENIS PAKAN Jurnal HPT Volume 2 Nomor 4 Desember 2014 ISSN : 2338-4336 PERKEMBANGAN Sitophilus oryzae LINNAEUS (COLEOPTERA: CURCULIONIDAE) PADA BERBAGAI JENIS PAKAN Sri Ria Vidia Antika, Ludji Pantja Astuti, Rina

Lebih terperinci

KAJIAN ASPEK TINGKAH LAKU SERANGGA HAMA KUMBANG BUBUK Sitophilus zeamays DI LABORATORIUM. M. Sudjak Saenong Balai Penelitian Tanaman Serealia

KAJIAN ASPEK TINGKAH LAKU SERANGGA HAMA KUMBANG BUBUK Sitophilus zeamays DI LABORATORIUM. M. Sudjak Saenong Balai Penelitian Tanaman Serealia KAJIAN ASPEK TINGKAH LAKU SERANGGA HAMA KUMBANG BUBUK Sitophilus zeamays DI LABORATORIUM M. Sudjak Saenong Balai Penelitian Tanaman Serealia Abstrak. Pengamatan aspek tingkah laku serangga hama kumbang

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Gejala Parasitisasi

HASIL DAN PEMBAHASAN Gejala Parasitisasi HASIL DAN PEMBAHASAN Gejala Parasitisasi Acerophagus papayae merupakan endoparasitoid soliter nimfa kutu putih pepaya, Paracoccus marginatus. Telur, larva dan pupa parasitoid A. papayae berkembang di dalam

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Ciri Morfologi Parasitoid B. lasus

HASIL DAN PEMBAHASAN. Ciri Morfologi Parasitoid B. lasus 12 HASIL DAN PEMBAHASAN Ciri Morfologi Parasitoid B. lasus Telur Telur parasitoid B. lasus berbentuk agak lonjong dan melengkung seperti bulan sabit dengan ujung-ujung yang tumpul, transparan dan berwarna

Lebih terperinci

Beras merupakan bahan pangan pokok bagi sebagian

Beras merupakan bahan pangan pokok bagi sebagian Ade Santika dan Rozakurniati: Evaluasi mutu beras ketan dan beras merah pada beberapa galur padi gogo 1 Buletin Teknik Pertanian Vol. 15, No. 1, 2010: 1-5 TEKNIK EVALUASI MUTU BERAS KETAN DAN BERAS MERAH

Lebih terperinci

PENGUJIAN KETAHANAN GALUR JAGUNG HIBRIDA UMUR GENJAH TERHADAP HAMA KUMBANG BUBUK Sitophilus zeamais Motschulsky

PENGUJIAN KETAHANAN GALUR JAGUNG HIBRIDA UMUR GENJAH TERHADAP HAMA KUMBANG BUBUK Sitophilus zeamais Motschulsky A. Tenrirawe et al.: Pengujian Ketahanan Galur Jagung.. PENGUJIAN KETAHANAN GALUR JAGUNG HIBRIDA UMUR GENJAH TERHADAP HAMA KUMBANG BUBUK Sitophilus zeamais Motschulsky A. Tenrirawe, M. S. Pabbage, dan

Lebih terperinci

KAJIAN POLA PERTUMBUHAN POPULASI Rhyzopertha dominica (F.) (COLEOPTERA: BOSTRICHIDAE) PADA LIMA VARIETAS SORGUM RIZKIKA LATANIA ARANDA

KAJIAN POLA PERTUMBUHAN POPULASI Rhyzopertha dominica (F.) (COLEOPTERA: BOSTRICHIDAE) PADA LIMA VARIETAS SORGUM RIZKIKA LATANIA ARANDA KAJIAN POLA PERTUMBUHAN POPULASI Rhyzopertha dominica (F.) (COLEOPTERA: BOSTRICHIDAE) PADA LIMA VARIETAS SORGUM RIZKIKA LATANIA ARANDA DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penanaman dilakukan pada bulan Februari 2011. Tanaman melon selama penelitian secara umum tumbuh dengan baik dan tidak ada mengalami kematian sampai dengan akhir penelitian

Lebih terperinci

KARAKTERISASI MUTU GABAH, MUTU FISIK, DAN MUTU GILING BERAS GALUR HARAPAN PADI SAWAH

KARAKTERISASI MUTU GABAH, MUTU FISIK, DAN MUTU GILING BERAS GALUR HARAPAN PADI SAWAH KARAKTERISASI MUTU GABAH, MUTU FISIK, DAN MUTU GILING BERAS GALUR HARAPAN PADI SAWAH Zahara Mardiah dan Siti Dewi Indrasari Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, Sukamandi ABSTRAK Permintaan beras berkualitas

Lebih terperinci

I. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dan Laboratorium Farmasetika Program

I. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dan Laboratorium Farmasetika Program I. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Proteksi Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dan Laboratorium Farmasetika Program Studi

Lebih terperinci

HASIL. ujung tandan. tengah tandan. pangkal tandan

HASIL. ujung tandan. tengah tandan. pangkal tandan 2 dihitung jumlah kumbang. Jumlah kumbang per spikelet didapat dari rata-rata 9 spikelet yang diambil. Jumlah kumbang per tandan dihitung dari kumbang per spikelet dikali spikelet per tandan. Lokasi pengambilan

Lebih terperinci

1 Muhammad Syaifullah Hiola, , Rida Iswati, Fahria Datau, Jurusan Agroteknologi. Fakultas Pertanian Universitas Negeri Gorontalo

1 Muhammad Syaifullah Hiola, , Rida Iswati, Fahria Datau, Jurusan Agroteknologi. Fakultas Pertanian Universitas Negeri Gorontalo UJI EFEKTIFITAS KULIT JERUK MANIS (Citrus sinensis) SEBAGAI PESTISIDA NABATI DALAM MENEKAN SERANGAN HAMA KUMBANG BERAS (Sitophylus oryzae L.) Muhammad Syaifullah Hiola (1), Rida Iswati (2), Fahria Datau

Lebih terperinci

KEANEKARAGAMAN ARTHROPODA DI GUDANG BERAS

KEANEKARAGAMAN ARTHROPODA DI GUDANG BERAS Jurnal HPT Volume 3 Nomor 2 April 2015 ISSN: 2338-4336 KEANEKARAGAMAN ARTHROPODA DI GUDANG BERAS Awitya Anggara Prabawadi, Ludji Pantja Astuti, Rina Rachmawati Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas

Lebih terperinci

HAMA Cricula trifenestrata PADA JAMBU METE DAN TEKNIK PENGENDALIANNYA

HAMA Cricula trifenestrata PADA JAMBU METE DAN TEKNIK PENGENDALIANNYA HAMA Cricula trifenestrata PADA JAMBU METE DAN TEKNIK PENGENDALIANNYA Jambu mete merupakan tanaman buah berupa pohon yang berasal dari Brasil Tenggara. Tanaman ini dibawa oleh pelaut portugal ke India

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS BEBERAPA INSEKTISIDA NABATI TERHADAP PERKEMBANGAN POPULASI HAMA Sitophilus oryzae L. PADA SIMPANAN BERAS

EFEKTIVITAS BEBERAPA INSEKTISIDA NABATI TERHADAP PERKEMBANGAN POPULASI HAMA Sitophilus oryzae L. PADA SIMPANAN BERAS ISSN 1410-1939 EFEKTIVITAS BEBERAPA INSEKTISIDA NABATI TERHADAP PERKEMBANGAN POPULASI HAMA Sitophilus oryzae L. PADA SIMPANAN BERAS [THE AFFECTIVITY OF BIO-INSECTICIDES ON THE GROWTH OF Sitophilus oryzae

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Bobot (gram) BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pengaruh Kombinasi Media Serbuk Gergaji Batang Pohon Kelapa dan Onggok Aren terhadap Pertumbuhan Cacing Eisenia foetida Salah satu indikator untuk

Lebih terperinci

Tetratichus brontispae, PARASITOID HAMA Brontispa longissima

Tetratichus brontispae, PARASITOID HAMA Brontispa longissima Tetratichus brontispae, PARASITOID HAMA Brontispa longissima Oleh : Umiati, SP dan Irfan Chammami,SP Gambaran Umum Kelapa (Cocos nucifera L.) merupakan tanaman perkebunan industry berupa pohon batang lurus

Lebih terperinci

UJI ALAT PENGGILING TIPE FLAT BURR MILL PADA KOMUNITAS BERAS, KETAN PUTIH DAN KETAN HITAM

UJI ALAT PENGGILING TIPE FLAT BURR MILL PADA KOMUNITAS BERAS, KETAN PUTIH DAN KETAN HITAM UJI ALAT PENGGILING TIPE FLAT BURR MILL PADA KOMUNITAS BERAS, KETAN PUTIH DAN KETAN HITAM (Test of Flat Burr Mill GrinderOn The commodity of Rice, White Sticky Rice and Black Sticky Rice) Endra Rahmadan

Lebih terperinci

SKRINING KETAHANAN 35 AKSESI PLASMANUTFAH JAGUNG TERHADAP SERANGAN HAMA KUMBANG BUBUK Sitophilus zeamais Motsch.

SKRINING KETAHANAN 35 AKSESI PLASMANUTFAH JAGUNG TERHADAP SERANGAN HAMA KUMBANG BUBUK Sitophilus zeamais Motsch. Prosiding Seminar Nasional Serealia 9 ISBN :978-979-894-7-9 SKRINING KETAHANAN 35 AKSESI PLASMANUTFAH JAGUNG TERHADAP SERANGAN HAMA KUMBANG BUBUK Sitophilus zeamais Motsch. Surtikanti, Juniarsih, dan Sigit

Lebih terperinci

commit to users I. PENDAHULUAN

commit to users I. PENDAHULUAN I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan bertambahnya jumlah dan tingkat kesejahteraan penduduk, maka kebutuhan akan hasil tanaman padi ( Oryza sativa L.) yang berkualitas juga semakin banyak. Masyarakat

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lahan penelitian yang digunakan merupakan lahan yang selalu digunakan untuk pertanaman tanaman padi. Lahan penelitian dibagi menjadi tiga ulangan berdasarkan ketersediaan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum 16 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Keadaan tanaman cabai selama di persemaian secara umum tergolong cukup baik. Serangan hama dan penyakit pada tanaman di semaian tidak terlalu banyak. Hanya ada beberapa

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Tingkat Serangan O. furnacalis pada Tanaman Jagung Larva O. furnacalis merusak daun, bunga jantan dan menggerek batang jagung. Gejala serangan larva pada batang adalah ditandai dengan

Lebih terperinci

(HEMIPTERA: MIRIDAE) TERHADAP HAMA WERENG BATANG COKELAT

(HEMIPTERA: MIRIDAE) TERHADAP HAMA WERENG BATANG COKELAT TANGGAP FUNGSIONAL PREDATOR Cyrtorhinus lividipennis REUTER (HEMIPTERA: MIRIDAE) TERHADAP HAMA WERENG BATANG COKELAT Nilaparvata lugens STÅL. (HEMIPTERA: DELPHACIDAE) RITA OKTARINA DEPARTEMEN PROTEKSI

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA AIP + 3 H 2 O PH 3 + AI(OH) 3. Mg 3 P H 2 O 2 PH Mg(OH) 2

TINJAUAN PUSTAKA AIP + 3 H 2 O PH 3 + AI(OH) 3. Mg 3 P H 2 O 2 PH Mg(OH) 2 TINJAUAN PUSTAKA Fosfin Fumigasi merupakan tindakan/perlakuan dengan menggunakan gas/fumigan dalam suatu ruang atau fumigasi yang kedap udara/gas. Fumigan bila diberikan dalam konsentrasi yang sesuai akan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan. Percobaan ini dilakukan mulai

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan. Percobaan ini dilakukan mulai BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Percobaan ini dilakukan di Laboratorium Teknologi Benih Fakultas Pertanian,, Medan. Percobaan ini dilakukan mulai dari bulan April 2016 hingga Mei

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian Perbanyakan B. tabaci dan M. persicae

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian Perbanyakan B. tabaci dan M. persicae 10 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilakukan di Laboratorium Biosistematika Serangga, Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian,Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini berlangsung dari

Lebih terperinci

Cara Perhitungan : % N = Abs Blangko X 14 X N. HCl X 100% Berat Sampel

Cara Perhitungan : % N = Abs Blangko X 14 X N. HCl X 100% Berat Sampel LAMPIRAN Lampiran 1. Cara Kerja Analisis N Pada Tanaman Metode Kjeldahl 1. Timbang sample 0,2 0,5 gram, kemudian masukan ke dalam botol destruksi 2. Tambahkan Selenium mature sebanyak 0,2 gram dan 3 ml

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. PENELITIAN PENDAHULUAN Pengkajian daya insektisida nabati dilakukan untuk menyeleksi bahan nabati yang memiliki potensi insektisida terhadap serangga hama gudang Sitophilus

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam suatu komunitas atau ekosistem tertentu (Indriyanto, 2006). Relung ekologi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam suatu komunitas atau ekosistem tertentu (Indriyanto, 2006). Relung ekologi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Relung Ekologi Relung (niche) menunjukkan peranan fungsional dan posisi suatu organisme dalam suatu komunitas atau ekosistem tertentu (Indriyanto, 2006). Relung ekologi juga

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Biocontrol, Divisi Research and

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Biocontrol, Divisi Research and III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Biocontrol, Divisi Research and Development, PT Gunung Madu Plantations (PT GMP), Kabupaten Lampung Tengah.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kentang

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kentang 4 TINJAUAN PUSTAKA Botani Kentang Tanaman kentang (Solanum tuberosum L.) dikenal sebagai The King of Vegetable dan produksinya menempati urutan keempat dunia setelah beras, gandum dan jagung (The International

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Anonim Kaleng. Diakses Pada tanggal 30 Desember 2015.

DAFTAR PUSTAKA. Anonim Kaleng.  Diakses Pada tanggal 30 Desember 2015. DAFTAR PUSTAKA Annisa. 2014. Bioekologi dan fakor penyebaran hama pasca panen. http://planthospital.blogspot.co.id/2014/02/bioekologi-hama-pasca-panen. Diakses tanggal 18 Desember 2016. Anonim. 2009. Kaleng.

Lebih terperinci

PROSIDING SEMINAR NASIONAL DUKUNGAN INOVASI TEKNOLOGI DALAM AKSELERASI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS INDUSTRIAL PEDESAAN. Malang, 13 Desember 2005

PROSIDING SEMINAR NASIONAL DUKUNGAN INOVASI TEKNOLOGI DALAM AKSELERASI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS INDUSTRIAL PEDESAAN. Malang, 13 Desember 2005 PROSIDING SEMINAR NASIONAL DUKUNGAN INOVASI TEKNOLOGI DALAM AKSELERASI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS INDUSTRIAL PEDESAAN Malang, 13 Desember 2005 BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN BALAI BESAR PENGKAJIAN

Lebih terperinci