BAB I BAB I PENDAHULUAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. masyarakat yang adil dan makmur. Untuk menunjang pembangunan tersebut, salah satu

BAB I PENDAHULUAN. yang semula didominasi oleh penyakit infeksi atau menular bergeser ke penyakit non

BAB I PENDAHULUAN. Cidera kecelakaan lalu lintas (Road Traffic Injury) merupakan hal yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. Penduduk di Indonesia dewasa ini telah mengalami proses integrasi damai

BAB I PENDAHULUAN. sejalan dengan perkembangan sarana dan prasarana transportasi itu sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Umum. Jalan adalah sarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk

BAB I PENDAHULUAN. orang meninggal dunia setiap tahun nya dan lebih dari 50 jt jiwa mengalami luka luka

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. memiliki mobilitas tinggi dalam menjalankan segala kegiatan. Namun, perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Era globalisasi saat ini menuntut masyarakat untuk mempunyai mobilitas

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. yakni bentuk keterikatan dan keterkaitan antara satu variabel dengan variabel. optimalisasi proses pergerakan tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. pertambahan kepemilikan kendaraan makin meningkat, pada gilirannya. berdampak pada kecelakaan yang terjadi cenderung meningkat.

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. kereta api, angkutan air, dan angkutan udara (Warpani,1990). ke tahun 2014 yaitu hingga 10 juta unit dengan rata-rata rata-rata

BAB I PENDAHULUAN. Tetapi sebaliknya, bila transportasi tidak ditata dengan baik maka mengakibatkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. kota adalah prasarana transportasi jalan. Transportasi darat merupakan prasarana

Keselamatan Jalan Raya

LANGGAR ATURAN SANKSI MENUNGGU TAHAP II

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kota Denpasar merupakan salah satu kota yang berada di Provinsi Bali.

BAB I PENDAHULUAN. xiii

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian dalam sebuah kota, maupun pendapatan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. penduduk kota Bandar Lampung yang semakin padat dan pertambahan jumlah

BAB I PENDAHULUAN. Telepon genggam atau yang lebih dikenal dengan handphone (HP) merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan jaman, Laju pertumbuhan penduduk dan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1,24 juta jiwa meninggal dunia dan sekitar 50 juta jiwa mengalami luka berat dan

BAB III LOKASI DAN METODOLOGI PENELITIAN

BAB 1 : PENDAHULUAN. tempat ke tempat lain dengan menggunakan kendaraan di ruang lalu lintas jalan.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sektor transportasi merupakan salah satu mata rantai jaringan distribusi

BAB I PENDAHULUAN. perjalanan pulang-pergi dengan menggunakan sepeda motor setiap harinya.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. karena fungsi utama jalan raya adalah sebagai prasarana untuk melayani pergerakan

BAB I PENDAHULUAN. pembelian kendaraan bermotor yang tinggi. motor meningkat setiap tahunnya di berbagai daerah.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Kecelakaan angkutan jalan pertahun ( darat)

BAB I PENDAHULUAN. cukup tinggi mengakibatkan peningkatan jumlah kendaraan yang beroperasi di

BAB I PENDAHULUAN. oleh Negara Negara yang telah maju maupun oleh Negara yang sedang

BAB I PENDAHULUAN. a. Latar Belakang. tahun 2010 jumlah kecelakaan yang terjadi sebanyak sedangkan pada tahun

BAB I. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta. Lalu lintas di Yogyakarta sudah semakin padat dengan meningkatnya

BAB I PENDAHULUAN. Dunia oleh WHO (World Health Organization) pada tahun 2004 merupakan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Jalan raya merupakan prasarana transportasi yang besar pengaruhnya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Jalan raya merupakan prasarana transportasi yang paling besar pengaruhnya. merupakan sarana transportasi yang paling besar menerima pengaruh adanya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyelenggaraan lalu lintas dan angkutan jalan yang sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kabupaten Sleman merupakan salah satu daerah administrasi yang luas dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masalah keselamatan lalu lintas jalan saat ini. sudah merupakan masalah global yang mendapat perhatian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN. Sarana transportasi merupakan sarana pelayanan untuk memenuhi

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. meninggal dunia setiap tahunnya akibat kecelakaan lalu lintas, dengan jutaan lebih

PENENTUAN DAERAH RAWAN KECELAKAAN BERDASARKAN METODE EQUIVALENT ACCIDENT NUMBER DI KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. berbagai sebab, menempati urutan kesepuluh penyebab semua kematian dan

BAB I PENDAHULUAN. Keadaan ini menyebabkan kepadatan arus Lalu Lintas yang terjadi pada jam jam

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sistem transportasi adalah suatu hal yang penting bagi suatu kota,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Transportasi juga diharapkan memiliki fungsi untuk memindahkan obyek sampai tujuan dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha. Tahun Mobil Penumpang Bis Truk Sepeda Motor Jumlah

PEMETAAN LOKASI RAWAN KECELAKAAN ( STUDI KASUS BUNDARAN WARU ) DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Umum. Dalam meningkatkan kemajuan pembangunan di suatu negara sangat

EVALUASI KINERJA RUAS JALAN DI JALAN SUMPAH PEMUDA KOTA SURAKARTA (Study kasus : Kampus UNISRI sampai dengan Kantor Kelurahan Mojosongo) Sumina

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. transportasi yang menghubungkan kota Magelang dengan sebagian wilayah

Aditya Putrantono Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil Dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember

STUDI RAWAN KECELAKAAN LALULINTAS DI JALAN SOEKARNO-HATTA ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan penduduk dan perkembangan ekonomi yang semakin cepat

TREND KECELAKAAN LALU LINTAS DI INDONESIA ( ) 12/8/2014. Pertemuan Kesebelas. Jurusan Teknik Sipil dan Lingkungan Universitas Gadjah Mada

Studi Rencana Induk Transportasi Terpadu Jabodetabek (Tahap II) Laporan Akhir: Ringkasan Laporan

STUDI KECELAKAAN LALU LINTAS DI JALAN SOEKARNO HATTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. pertengahan tahun 2015 ini," ujar Andi G Wirson. Hal tersebut menandakan bahwa

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Kepolisian Republik Indonesia dalam menciptakan situasi keamanan dan

BAB I PENDAHULUAN. di sisi jalan. hal ini seringkali mengakibatkan terjadinya penumpukan kendaraan

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang. Transportasi memainkan peranan penting dalam membantu perkembangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. tarik tersendiri bagi penduduk untuk melakukan migrasi ke daerah tertentu. Migrasi

ANALISIS HASIL PEMETAAN DAERAH RAWAN KECELAKAAN DI KOTA GORONTALO

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Studi beberapa..., Annisa Putri Handayani, FKM UI, 2009

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB. I PENDAHULUAN. membuat kota ini terdiri dari lima wilayah kecamatan (Distric), yaitu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENGANTAR Latar Belakang. mencapai tujuan nasional (Lemhannas,1997). Mencermati kondisi masyarakat

ANALISIS KINERJARUAS JALAN PERINTIS KEMERDEKAAN JATI - PADANG

BAB I PENDAHULUAN. Dengan semakin bertambahnya jumlah penduduk, maka semakin banyak

Transkripsi:

1 BAB I BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan transportasi merupakan kebutuhan yang harus dipenuhi oleh suatu negara kepada rakyatnya. Transportasi adalah kegiatan pemindahan manusia/barang dari satu tempat ke tempat yang lainnya dengan memperhatikan faktor-faktor kenyamanan, keamanan, kelancaran, waktu, dan biaya (Munawar, 2010). Di semua negara, transportasi menjadi tulang punggung perekonomian baik di tingkat nasional, regional, dan lokal. Salah satu moda transportasi yang dinilai mampu memenuhi tuntutan akan mobilitas yang tinggi adalah moda transportasi jalan raya. Moda transportasi jalan raya lebih banyak dipilih oleh masyarakat kerena memiliki keuntungan dibandingkan moda transportasi lainnya yaitu mudahnya mengubah tujuan perjalanan di suatu waktu tertentu, cepat sampai tujuan dan bisa ke tujuan perjalanan secara langsung contohnya dari rumah sendiri ke rumah yang lain. Semakin tinggi kebutuhan, semakin tinggi juga intensitas perjalanan yang harus dilakukan untuk mencapai suatu tujuan. Dengan kata lain, suatu perjalanan membutuhkan sarana dan prasarana yang menunjang untuk memenuhi keinginan masyarakat. Sarana dan prasarana moda tranportasi jalan yang kurang memadai akan menimbulkan banyak masalah di bidang lalu lintas. Salah satu masalahnya yaitu rendahnya keselamatan lalu lintas sehingga sering terjadi kecelakaan lalu lintas. Kecelakaan lalu lintas tidak diinginkan oleh siapapun dan terjadi secara tak terduga. Akibat yang ditimbulkan oleh kecelakaan lalu lintas yaitu kerugian materiil, meninggal dunia, luka berat maupun luka ringan serta menimbulkan suatu trauma tersendiri bagi korban. Konsekuensi lain akibat dari kecelakaan lalu lintas adalah hilangnya pekerjaan, depresi bahkan sampai menyebabkan bunuh diri akibat kehilangan anggota keluarga (Sari, 2012). Oleh karena itu, kecelakaan dalam dunia

1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 Frekuensi Kecelakaan (Ribu Kejadian) 2 transportasi memiliki dampak signifikan dalam berbagai bidang kehidupan masyarakat. Di negara yang sedang berkembang, masalah keselamatan lalu lintas merupakan masalah yang harus mendapat perhatian serius dari pemerintah maupun dari masyarakat pengguna jalan itu sendiri. Berbeda dengan negara maju, masalah dengan keselamatan lalu lintas di negara berkembang, contohnya di Indonesia, masih kurang mendapat perhatian dari pemerintah. Tercatat di Indonesia bahwa dari Tahun 2002 sampai 2011 cenderung mengalami peningkatan jumlah angka kecelakaan lalu lintas. Meningkatnya jumlah angka kecelakaan lalu lintas juga sejalan dengan kerugian secara materi yang terus meningkat seperti terlihat pada Gambar 1.1. 250 250 200 150 100 Frekuensi Kecelakaan (Ribu Kejadian) Kerugian Materi (Milyar Rp) 200 150 100 Kerugian Materi (Milyar) 50 50 0 0 Tahun (Sumber: Badan Pusat Statistik RI, 2012) Gambar 1.1 Grafik Hubungan Frekuensi Kecelakaan dengan Kerugian Materi pada Tahun 2002-2011 Pada Tahun 2011, terjadi 108 ribu kecelakaan lalu lintas dengan kerugian materi sebesar 217 milyar rupiah. Angka ini cukup mencemaskan dan memperlihatkan kurangnya kepedulian terhadap keselamatan berkendara di negara kita.

Jumlah Korban (Jiwa) 3 Meningkatnya angka kecelakaan lalu lintas yang terjadi di Indonesia juga mengakibatkan korban meninggal dunia, luka berat, dan luka ringan yang terus meningkat juga seperti terlihat pada Gambar 1.2. 120,000 100,000 80,000 Korban Meninggal Dunia (Jiwa) Luka Berat (Orang) Luka Ringan (Orang) 60,000 40,000 20,000 0 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 Tahun (Sumber: Badan Pusat Statistik RI, 2012) Gambar 1.2 Grafik Fatalitas Kecelakaan Lalu Lintas di Indonesia pada Tahun 2002-2011 Pada Tahun 2011, korban meninggal dunia sebanyak 31 ribu jiwa, korban luka berat sebanyak 35 ribu orang dan korban luka ringan sekitar 108 ribu orang. Dengan melihat frekuensi kecelakaan yang terjadi pada Tahun 2011, diasumsikan 4 insiden kecelakaan yang terjadi dapat mengakibatkan 1 orang meninggal dunia, 1 orang luka berat, 4 orang luka ringan dan kerugian materi sebesar 8 juta rupiah. Jika tindakan tidak segera dilakukan, maka jumlah korban dan kerugian materi akibat kecelakaan lalu lintas akan terus meningkat. Kecelakaan lalu lintas yang sering terjadi dalam beberapa tahun terakhir ini salah satunya dikarenakan meningkatnya aktifitas kegiatan sehari-hari masyarakat. Perkembangan jumlah kendaraan bermotor juga terus meningkat sehingga menimbulkan kemungkinan terjadi kecelakaan lalu lintas yang terus meningkat tajam dalam beberapa tahun terakhir seperti terlihat pada Gambar 1.3.

1987 1988 1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 Jumlah Kendaraan (Juta) 4 80 70 60 50 40 30 20 10 Mobil Penumpang Truk Bis Sepeda Motor 0 Tahun (Sumber: Badan Pusat Statistik RI, 2012) Gambar 1.3 Grafik Perkembangan Jumlah Kendaraan Bermotor Menurut Jenis pada Tahun 1987-2011 Jumlah armada moda transportasi jalan terus meningkat per tahunnya, dapat disimpulkan bahwa kebutuhan akan transportasi jalan sangat dibutuhkan oleh masyarakat Indonesia. Seiring dengan meningkatnya kendaraan bermotor maka krisis nyawa dan kerugian materi akibat kecelakaan lalu lintas akan terus berlanjut, jika tidak ada tindak lanjut dari pemerintah dan masyarakat pengguna jalan itu sendiri. Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) memiliki jumlah penduduk yang cukup tinggi dan merupakan salah satu pusat daerah tujuan wisata internasional. Kegiatan transportasi diharapkan dapat memberikan pelayanan yang efektif dan efisien yang dampaknya akan ikut mengembangkan roda perekonomian. Dengan jumlah penduduk yang cukup tinggi di DIY sehingga membutuhkan sarana dan prasarana transportasi yang juga semakin banyak. Dari dampak itulah timbul masalah kemacetan dan tingkat kecelakaan lalu lintas yang relatif cukup tinggi. Salah satu kabupaten yang memiliki kecelakaan lalu lintas yang tinggi adalah Kabupaten Sleman.

5 Kabupaten Sleman merupakan salah satu dari lima kabupaten di Provinsi DIY yang perkembangan perkotaannya sangat berpengaruh terhadap wilayah DIY karena Kabupaten Sleman merupakan wilayah penyangga Kota Yogyakarta. Dilihat dari posisi geografis, Kabupaten Sleman juga sangat strategis karena dilewati beberapa ruas jalan nasional yang merupakan pintu masuk wilayah Kota Yogyakarta seperti Jalan Magelang, Jalan Solo, dan Jalan Wates. Karena sebagai akses masuk kota dan keluar kota, maka Kabupaten Sleman memiliki beberapa masalah lalu lintas, salah satunya masalah kecelakaan lalu lintas, sehingga perlu diadakan pembenahan dan perbaikan di dalam manajemen dan rekayasa lalu lintasnya. Berikut daftar ruas jalan di Kabupaten Sleman beserta frekuensi kecelakaannya pada Tabel 1.1. Tabel 1.1 Angka Kecelakaan di Ruas Jalan Kab Sleman (2010-2012) No Ruas Jalan Frekuensi Kecelakaan (Kejadian) 2010 2011 2012 Total 1 Jl. Magelang 183 170 161 514 2 Jl. Yogya-Solo 164 149 146 459 3 Ring road utara 117 132 103 352 4 Jl. Godean 124 116 107 347 5 Jl. Kaliurang 117 109 105 331 6 Jl. Wates 88 86 82 256 7 Jl. Palagan 48 36 50 134 (Sumber: Ditlantas Polri Kab Sleman, 2013) Menurut Tabel 1.1 lokasi ruas jalan yang memiliki angka kecelakaan terbesar yaitu Jalan Magelang dengan rata-rata 160 kejadian per tahun. Jalan Magelang merupakan jalan arteri dengan mobilitas kendaraan yang tinggi. Jalan ini menghubungkan Provinsi Jawa Tengah dengan Provinsi DIY dan memiliki panjang jalan 18 Km. Masalah kecelakaan lalu lintas yang terjadi disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya pengguna jalan (pengemudi/pejalan kaki), kendaraan, jalan, dan lingkungan. Oleh karena itu, untuk mengurangi angka kecelakaan lalu lintas, perlu

6 dilakukan studi analisis kecelakaan lalu lintas. Berkaitan dengan analisis tersebut dibutuhkan adanya data secara terperinci dari tiap lokasi dengan meminta data dari dinas-dinas terkait, Kepolisian Sleman dan survei pada suatu daerah rawan kecelakaan. Kecelakaan yang terjadi di Jalan Magelang perlu dilakukan suatu kajian sebagai acuan di dalam menentukan upaya mengurangi angka kecelakaan secara efektif dan efisien. 1.2 Rumusan Masalah Kecelakaaan lalu lintas merupakan masalah umum yang akan terus terjadi, sehingga dibutuhkan penanganan yang tepat untuk mengurangi angka kecelakaan dan kerugian akibat kecelakaan. Kecelakaan dapat mengakibatkan kematian, luka berat/ringan serta kerugian secara materi sehingga dibutuhkan penanganan untuk mengurangi angka kecelakaan dalam bentuk identifikasi lokasi rawan kecelakaan dan mengetahui penyebab terjadinya kecelakaan. Terdapat banyak metode yang digunakan untuk mengidentifikasi lokasi rawan kecelakaan, sehingga dibutuhkan metode yang paling baik digunakan di lokasi penelitian. Faktor penyebab kecelakaan yaitu manusia/pengemudi, kendaraan serta jalan dan lingkungan. Tingginya angka kecelakaan lalu lintas paling utama disebabkan oleh pengemudi. Yang akan diteliti oleh penulis adalah faktor penyebab dari kondisi jalan dan lingkungan yang mempengaruhi pengemudi. Dari beberapa jalan nasional yang ada di Kabupaten Sleman, penulis melakukan penelitian di Jalan Magelang yang memiliki jumlah kecelakaan yang paling tinggi. 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Mengetahui karakteristik kecelakaan lalu lintas yang terjadi di Jalan Magelang Km 7-Km 16 yang nantinya dapat digunakan untuk solusi penanganan. 1.3.2 Tujuan Khusus 1. Mengetahui penyebab kecelakaan berdasarkan kondisi jalan dan lingkungan. 2. Mengetahui prediksi angka kecelakaan berdasarkan model prediksi kecelakaan berdasarkan regresi Poisson dan Negative Binomial.

7 3. Mengetahui metode identifikasi lokasi rawan kecelakaan yang terbaik untuk diimplementasikan di Jalan Magelang Km 7-Km 16. 4. Mengetahui lokasi rawan kecelakaan di Jalan Magelang Km 7-Km 16. 1.4 Batasan Masalah Karena keterbatasan data kecelakaan pada instansi terkait di Kabupaten Sleman, maka ruang lingkup dari laporan ini hanya terbatas pada penganalisaan secara sederhana atau dengan kata lain hanya menjelaskan tentang aspek-aspek yang mempengaruhi keselamatan dari data sekunder maupun data primer. Untuk mencapai hasil yang maksimal dari maksud dan tujuan yang telah diterapkan maka penelitian ini dibatasi pada hal-hal sebagai berikut: 1. Obyek penelitian adalah Jalan Magelang Km 7-16 di Kabupaten Sleman. Panjang Jalan Magelang sepanjang 18 Km, agar tidak dipengaruhi volume lalu lintas Perkotaan dan Provinsi maka obyek penelitian dilakukan ditengah-tengah panjang Jalan Magelang yang mana banyak terjadi kecelakaan. 2. Data kecelakaan lalu lintas yang terjadi dari Tahun 2010-2012, data didapat dari Ditlantas Polri Kabupaten Sleman. Syarat untuk mengidentifikasi lokasi rawan kecelakaan membutuhkan data kecelakaan selama 3 tahun berturut-turut atau sekurang-kurangnya 2 tahun berturut-turut dan data yang digunakan harus bersumber pada instansi resmi. 3. Metode-metode yang digunakan dalam identifikasi yaitu sebaran data, tingkat kecelakaan, bobot fatalitas/aek, critical crash ratio, dan model prediksi angka kecelakaan. 4. Beberapa data sekunder dari dinas-dinas terkait seperti dari Dinas PU dan Dinas Perhubungan serta data primer oleh penulis. 5. Analisis tidak membahas data kecelakaan pada simpang bersinyal karena untuk menganalisa simpang dibutuhkan data kondisi jalan dan lingkungan yang lebih banyak daripada ruas.

8 1.5 Manfaat Penelitian 1.5.1 Manfaat Bagi Peneliti 1. Sebagai sarana mengaplikasikan teori yang diperoleh selama mengikuti perkuliahan dalam melakukan identifikasi lokasi rawan kecelakaan dan mencari penyebab-penyebab kecelakaan lalu lintas. 2. Menambah wawasan, pengetahuan dan pemahaman akan kondisi nyata di lapangan terkait faktor-faktor penyebab kecelakaan lalu lintas dan metodemetode yang digunakan untuk mengidentifikasi lokasi rawan kecelakaan. 1.5.2 Manfaat Bagi Instansi Terkait 1. Mengetahui karakteristik kecealakaan yang terjadi di Jalan Magelang. 2. Mengetahui penyebab-penyabab terjadinya kecelakaan di Jalan Magelang. 3. Mengetahui tinggi rendahnya tingkat kecelakaan di Jalan Magelang. 4. Mengetahui dan menentukan lokasi rawan kecelakaan di Jalan Magelang. 5. Mengetahui metode yang baik digunakan sebagai identifikasi lokasi rawan kecelakaan di Jalan Magelang. 6. Dapat memberikan beberapa alternatif upaya pemecahan masalah agar dapat mencegah dan atau mengurangi jumlah akibat yang ditimbulkan oleh kejadian kecelakaan. 7. Sebagai sarana untuk membina kerjasama dalam bidang keselamatan antara instansi dan masyarakat. 8. Dapat dijadikan sebagai referensi dalam pelaksanaan road safety. 1.5.3 Manfaat Bagi Institusi Pendidikan 1. Mengetahui keunggulan dan kelemahan metode-metode dalam melakukan identifikasi lokasi rawan kecelakaan. 2. Dapat digunakan sebagai sarana untuk membina kerjasama dalam bidang keselamatan antara dunia akademik dan masyarakat. 1.6 Keaslian Penelitian Sepengetahuan penulis, penelitian tentang analisis identifikasi lokasi rawan kecelakaan pada Jalan Magelang Km 7-16 belum pernah dilakukan. Penelitian

9 sebelumnya yang berkaitan dengan penelitian yang akan dilakukan seperti pada Tabel 1.2. Perbedaan penelitian penulis dengan yang lain yaitu metode identifikasi yang digunakan lebih banyak, variabel bebas yang digunakan dalam permodelan lebih banyak, dan identifikasi lokasi dibagi kedalam segmen-segmen yang kurang dari 1 kilometer sehingga lebih tepat sasaran. Tabel 1.2 Daftar Penelitian Sebelumnya No Peneliti Judul Metode 1 2 3 4 5 Uri Hermiza (2008) Agus Taufik Mulyono, dkk (2009) Egita Agusiana Wardani (2011) Lucky Aquita Rakhmat, dkk (2012) Fadhil Anshari (2013) Studi Identifikasi Rawan Kecelakaan di Ruas Tol Jakarta-Cikampek Upaya Penurunan Tingkat Fatalitas Titik Rawan Kecelakaan di Kabupaten Gunung Kidul Daerah Istimewa Yogyakarta Analisis Daerah Rawan Kecelakaan Lalu Lintas pada Jalan Nasional Kabupaten Kendal Pengembangan Model Prediksi Kecelakaan Lalu Lintas pada Jalan Tol Purbaleunyi Analisis Daerah Rawan Kecelakaan (Studi Kasus: Ruas Jogja-Solo km 6-km 16,5; Segmen Jogja- Prambanan) Metode yang digunakan metode frekuensi, penentuan Upper Control Limit, dan penentuan berdasarkan sebaran data kecelakaan Metode yang digunakan hanya metode perhitungan nilai AEK Metode yang digunakan hanya metode perhitungan nilai AEK Metode yang digunakan regresi Negatif Binomial, Poisson, ZINB, dan ZIP. Variabel bebas yang digunakan berbeda Metode yang digunakan uji hipotesis