ETIKA DAN ESTETIKA CERITA MINTARAGA GANCARAN KARYA PRIJOHOETOMO

dokumen-dokumen yang mirip
ETIKA DAN ESTETIKA DALAM NOVEL RANGSANG TUBAN KARYA PADMASUSASTRA

Etika dan Estetika Tembang Campursari Album VCD Karaoke Hits Campursari Volume 2 Oleh Cak Diqin

KAJIAN SEMIOTIK PADA POCAPAN GARA-GARA PAGELARAN WAYANG PURWA DENGAN LAKON DURYUDANA GUGUR OLEH KI TIMBUL HADI PRAYITNO

Nilai Etika dan Estetika dalam Serat Pranata Lampah-Lampah Kagungan Damel Mantu B.R.A Gusti Sekar Kedhaton

Nilai Etika dan Estetika Tembang Macapat Pupuh Dhandhanggula dalam Serat Nalawasa-Nalasatya dan Pembelajarannya di SMA

Kajian Etika dan Estetika dalam Serat Sangu Pati Jilid 2 karya Ki Padma Sujana

Nilai Moral dalam Serat Kartawiyoga karya Ki Reditanaya dan Relevansinya dengan Kehidupan Sekarang

AMANAT DALAM CERITA MINTARAGA GANTJARAN KARYA PRIJOHOETOMO

menyusun teks lisan sesuai unggahungguh. berbagai keperluan. C. Tujuan Pembelajaran

1. Menerapkan unggah-ungguh jawa untuk berpamitan. 2. Menerapkan unggah-ungguh jawa untuk menyapa. 3. Menerapkan unggah-ungguh jawa untuk berkenalan.

Nilai Moral dan Relevansinya dalam Serat Jaladara Rabi Karya Ki Reditanaya

ANALISIS STRUKTURAL DAN MORALITAS TOKOH DALAM DONGENG PUTRI ARUM DALU KARANGAN DHANU PRIYO PRABOWO

AGUS SANTOSO PERNIKAHAN ARJUNA. Sebuah Epik Arjunawiwaha Karya Mpu Kanwa

PRINSIP KESOPANAN DAN PARAMETER PRAGMATIK CERITA BERSAMBUNG ARA-ARA CENGKAR TANPA PINGGIR DALAM MAJALAH DJAKA LODANG TAHUN 2010

Estetika dan Etika Geguritan dalam Majalah Djaka Lodang Edisi Tahun 2013

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) A. Kompetensi Inti 1. Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya

Analisis Kesalahan Kalimat Teks Pidato Berbahasa Jawa Siswa Kelas IX di SMP Negeri 1 Kajoran Kabupaten Magelang Tahun Pembelajaran 2014/2015

Struktur Fisik dan Struktur Batin Antologi Geguritan Kristal Emas Karya Suwardi Endraswara dan Rencana Pelaksanaan Pembelajarannya di Kelas XI SMA

AGUS SANTOSO PERNIKAHAN ARJUNA. Sebuah Epik Arjunawiwaha Karya Mpu Kanwa

Etika dan Penggunaan Unggah-ungguh Bahasa Jawa dalam Roman Nona Sekretaris karya Suparto Brata dan Skenario Pembelajarannya di SMA Kelas X

KAJIAN NILAI PENDIDIKAN DALAM KAMUS PERIBAHASA JAWA KARYA F.S. DARMASOETJIPTA. Mulyani Universitas Muhammadiyah Purworejo

Analisis Tindak Tutur Direktif dan Ekspresif dalam Novel Kembang Saka Persi Karya Soebagijo I. N.

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) A. Kompetensi Inti 1. Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya

Watak dan Nilai Moral Tokoh Utama novel Ngulandara dalam Kumpulan Novel Emas Sumawur ing Baluarti Karya Partini B

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) A. Kompetensi Inti 1. Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya

BAB V PENUTUP. penelitian ini, maka dapat diketahui kesimpulannya. Kesimpulan tersebut adalah

Oleh : Siti Masriyah Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa

CERITA RAKYAT GUNUNG SRANDIL DI DESA GLEMPANG PASIR KECAMATAN ADIPALA KABUPATEN CILACAP (TINJAUAN FOLKLOR)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) A. Kompetensi Inti 1. Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya

Kajian Folklor Tradisi Larungan di Desa Pagubugan Kulon Kecamatan Binangun Kabupaten Cilacap

Analisis Nilai Moral Rubrik Wacan Bocah dalam Majalah Djaka Lodang Edisi Juni-Desember 2013 dan Relevansinya dengan Kehidupan Sekarang

Kesalahan Ejaan dan Penggunaan Kosa Kata dalam Menulis Surat Berbahasa Jawa pada Siswa Kelas VIII MTs KHR Ilyas Tambakrejo Tahun Pelajaran 2013/2014

KISI KISI MATERI PLPG MATA PELAJARAN BAHASA JAWA

Analisis Kajian Moral dalam Kumpulan Gendhing-Gendhing Lan Lagon Dolanan Karya Ki Narta Sabda

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) A. Kompetensi Inti 1. Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya

Penggunaan bahasa kias yang terdapat dalam novel AW karya Any Asmara

Analisis Psikologi dan Nilai Moral Roman Ketanggor dalam Trilogi Kelangan Satang Karya Suparto Brata

KAJIAN NILAI PENDIDIKAN MORAL PADA KUMPULAN GEGURITAN MAJALAH PANJEBAR SEMANGAT TERBITAN TAHUN 2012 DAN RELEVANSINYA DENGAN KEHIDUPAN SEKARANG

BAB I PENDAHULUAN. sastra imajinatif dan non-imajinatif. Dalam praktiknya sastra non-imajinatif terdiri

Analisis Tindak Tutur Direktif dalam Novel Kadurakan Ing Kidul Dringu Karya Suparto Brata

BAB IV PENUTUP. lakon Séta Gugur yaitu pepindhan, tembung éntar, dan tembung saroja.

ANALISIS NILAI MORAL DAN SOSIOLOGI NOVEL KIRTI NJUNJUNG DRAJAT KARYA R. Tg. JASAWIDAGDA

Etika Jawa dan Gaya Bahasa dalam Antologi Crita Cekak Kidung Wengi Ing Gunung Gamping karya S.T. Iesmaniasita

Pandangan Masyarakat Islam di Desa Tegalsari, Kecamatan Kandeman, Kabupaten Batang terhadap Kesenian Sintren

Nilai Moral dalam Kumpulan Cerkak Usada Kang Pungkasan karya Sukardo Hadisukarno

KAJIAN STILISTIKA PADA KUMPULAN GEGURITAN BOJONEGORO ING GURIT HIMPUNAN SANGGAR SASTRA PAMARSUDI BASA JAWI BOJONEGORO

KISI-KISI PENULISAN SOAL

Analisis Semiotik Syair-Syair Tembang Campursari karya Didi Kempot pada Volume 1, 2, 3

ANALISIS SEMIOTIK PADA ANTOLOGI GEGURITAN BENGKEL SASTRA JAWA 2003 LAYANG SAKA GUNUNGKIDUL

Analisis Gaya Bahasa dan Ajaran Moral dalam Antologi Geguritan Sapu (Antologi Geguritan lan Esai Bengkel Bahasa dan Sastra Jawa 2012)

STRUKTUR TEKS SERAT PANITIBAYA

BAB 1 PENDAHULUAN. atau persamaan; misal kaki gunung, kaki meja, berdasarkan kias pada kaki manusia (Harimurti, 2008: 152).

ANALISIS SEMIOTIK SYAIR-SYAIR TEMBANG CAMPURSARI KARYA MANTHOUS

PERSEPSI MASYARAKAT DAN PERKEMBANGAN KESENIAN TRADISIONAL JARAN KEPANG MUDO LANGEN BUDOYO DI DESA KEDUNG PUCANG KECAMATAN BENER KABUPATEN PURWOREJO

SILABUS PEMBELAJARAN BAHASA JAWA. Kelas/Semester : VIII/ Semester 1

Analisis Tokoh Utama dalam Cerita Bersambung Ngoyak Lintang Karya Al Aris Purnomo Ditinjau Dari Psikologi Sastra

ANALISIS DIKSI DAN KONSEP SEMANTIK MANTRA DALAM PRIMBON ADJIMANTRAWARA TERBITAN SOEMODIDJOJO MAHADEWA

BENTUK DAN MAKNA SIMBOLIK KESENIAN KUBRO DI DESA BANGSRI KECAMATAN KAJORAN KABUPATEN MAGELANG

KISI UJI KOMPETENSI 2013 MATA PELAJARAN BAHASA JAWA

KARAKTERISTIK PEMAKAIAN BAHASA JAWA DALAM NASKAH DRAMA LENG DAN TUK KARYA BAMBANG WIDOYO SP

ANALISIS BENTUK DAN NILAI KESENIAN NDOLALAK PUTRI DWI LESTARI DESA PLIPIR KECAMATAN PURWOREJO KABUPATEN PURWOREJO

KAJIAN STILISTIKA KIDUNG WÊCATANTULAR KARYA SYEKH MAULANA LAWU WARTA

Yeremia, Laki-laki yang Menangis

Nilai Moral Dalam Serat Dongeng Asmadaya (Sebuah Tinjauan Filologi Sastra)

Analisis Estetika dan Semiotik Motif Batik Tulis di Kecamatan Kebumen Kabupaten Kebumen

UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PARIBASAN MENGENAI KERUKUNAN DALAM KAJIAN SEMANTIK SKRIPSI. Arie Nugroho FAKULTAS ILMU PENGETAHUAN BUDAYA

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

Analisis Kalimat Majemuk dalam Cerita Bersambung Ngoyak Lintang Karya Al Aris Purnomo

Assalamu alaikum Wr. Wb. Sugeng enjang, mugi kawilujengan, kasarasan saha karaharjan tansah kajiwa kasalira kula lan panjenengan sedaya.

SENI TRADISI UJUNGAN PADA MASYARAKAT DESA GUMELEM WETAN KECAMATAN SUSUKAN KABUPATEN BANJARNEGARA

Kajian Moral Cerita Rakyat Pangeran Elor Lan Pangeran Wetan Karya Anie Soemarno Dalam Majalah Jaya Baya Edisi Maret 2009-April 2009

ANALISIS SOSIOLOGI BUDAYA DALAM KESENIAN TRADISIONAL JATHILAN TRI TUNGGAL MUDA BUDAYA DUSUN GEJIWAN DESA KRINJING KECAMATAN KAJORAN KABUPATEN MAGELANG

NILAI MORAL DALAM NOVEL SUJUD NISA DI KAKI TAHAJUD SUBUH KARYA KARTINI NAINGGOLAN DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA

ANALISIS KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT JAWA DALAM NOVEL ZAMAN GEMBLUNG KARYA SRI WINTALA ACHMAD

KAJIAN NILAI MORAL TEMBANG MACAPAT DALAM BUKU MÉGA MENDUNG KARANGAN TÉDJASUSASTRA DAN RELEVANSINYA DENGAN KEHIDUPAN SEKARANG

ASPEK PENDIDIKAN SPIRITUAL DALAM PROSESI INJAK TELUR PADA UPACARA PERKAWINAN ADAT JAWA

AJARAN ETIKA JAWA DI PADEPOKAN PAYUNG AGUNG CILACAP

KISI-KISI PENULISAN SOAL

Gaya Bahasa dan Nilai Pendidikan dalam Antologi Geguritan Ombak Wengi Karya Yusuf Susilo Hartono

ANALISIS STRUKTURAL DAN NILAI PENDIDIKAN MORAL DALAM SULUK SUKSMA LELANA KARYA RADEN NGABEHI RANGGAWARSITA

Volume 4, Oktober 2015 ISSN

UNGGAH-UNGGUHING BASA JAWI*

Kajian Folklor Tradisi Nglamar Mayit di Desa Sawangan, Kecamatan Alian, Kabupaten Kebumen

Analisis Sapaan Dalam Novel Gumuk Sandhi Karya Poerwadhie Atmodihardjo

menyusun teks lisan sesuai unggahungguh. berbagai keperluan.

ANALISIS TINDAK TUTUR DALAM NOVEL JARING KALAMANGGA KARYA SUPARTO BRATA

Assalamu alaikum Wr. Wb. Sugeng siang, mugi kawilujengan, kasarasan saha karaharjan tansah kajiwa kasalira kula lan panjenengan sedaya.

KAJIAN SEMIOTIK DALAM KUMPULAN GEGURITAN PADA MAJALAH DJAKA LODANG EDISI TAHUN 2011

Oleh: Ratna Lestari program studi pendidikan bahasa dan sastra jawa

Campur Kode pada Tuturan Siswa dalam Proses Pembelajaran Bahasa Jawa Kelas XI di SMK Batik Sakti 1 Kebumen

Analisis Tokoh dan Penokohan dalam Bandha Warisan Antologi Dongeng Jawa

Pola Perilaku Spiritual dalam Kelompok Kebatinan Santri Garing di Desa Kajoran Kecamatan Karanggayam Kabupaten Kebumen

BAB I PENDAHULUAN. dipilah menjadi dua, yaitu komunikasi verbal dan komunikasi nonverbal. Komunikasi verbal yaitu cara berkomunikasi seseorang dengan

BAB I PENDAHULUAN. dapat dikaji dari sudut kesejarahannya, mengingat sepanjang sejarahnya, dari

PANDANGAN MASYARAKAT TERHADAP UPACARA MERTI DESA DI DESA CANGKREP LOR KECAMATAN PURWOREJO KABUPATEN PURWOREJO

Analisis Gaya Bahasa Kiasan dan Nilai Pendidikan dalam Novel Prau Gethek Nyabrang Jaladri Karya Ir. H. Soekirman

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) A. Kompetensi Inti 1. Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya

BAB I PENDAHULUAN. Danandjaja (1984 : 1) menyatakan bahwa folklore adalah pengindonesiaan

Kajian Moral Cerita Wayang Bambang Kumalasekti Karya Ibnu Marwah dalam Majalah Jaya Baya Edisi Maret-Mei 2013

Konflik Sosial Dalam Novel Cintrong Paju-Pat Karya Suparto Brata (Tinjauan Sosiologi Sastra)

Transkripsi:

ETIKA DAN ESTETIKA CERITA MINTARAGA GANCARAN KARYA PRIJOHOETOMO Oleh: Ririh Probo Siwi program studi pendidikan bahasa dan sastra jawa siwiririh@gmail.com ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apa sajakah nilai-nilai etika dan unsur estetika yang terdapat dalam cerita Mintaraga Gancaran karya Prijohoetomo dan bagaimanakah hubungan antara etika dan estetika dalam cerita Mintaraga Gancaran. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif kualitatif. Sumber data berupa kutipan langsung cerita Mintaraga Gancaran. Instrumen yang digunakan yaitu Human instrument (peneliti sendiri) yang dibantu dengan buku, kartu data dan media pendukung lainnya. Analisis data dalam penelitian ini, peneliti menggunakan analisis konten dengan pembacaan heuristik dan pembacaan hermeneutik, hasil analisis berupa uraian kalimat. Peneliti menggunakan triangulasi teori untuk mengecek keabsahan data penelitian, dengan membandingkan beberapa teori. Pembahasan data berupa kutipan langsung, data disajikan dalam bentuk tabel, sebanyak delapanbelas tabel. Data tersebut selanjutnya diterjemahkan dan dianalisis, sehingga diperoleh hasil yaitu; etika Jawa terdapat etika keselarasan sosial sebanyak 12 indikator, dan nilai etika kebijaksanan sebanyak 13 indikator. Unsur estetika yang terdapat dalam cerita Mintaraga gancaran karya Prijohoetomo meliputi; basa peprenesan terdapat 4 indikator, basa rinengga terdapat 25 indikator, bebasan terdapat 11 indikator, candra terdapat 6 indikator, dasanama terdapat 35 indikator, kosok balen terdapat 7 indikator, paribasan 2 indikator, pepindhan terdapat 36 indikator, purwakanthi guru swara terdapat 20 indikator, purwakanthi guru sastra terdapat 7 indikator, saloka terdapat 3 indikator, sanepa terdapat 5 indikator, tembung entar terdapat 20 indikator, tembung plutan terdapat 13 indikator, tembung saroja terdapat 13 indikator, ukara sesumbar terdapat 4 indikator, yogyaswara terdapat 1 indikator. Kata kunci : Etika, Estetika, Cerita Mintaraga Gancaran Karya sastra merupakan apresiasi seorang pengarang dalam menuangkan buah pikirannya. Karya sastra mempunyai nilai keindahan dan etika yang hendak disampaikan pengarang kepada pembaca, selain itu karya sastra memiliki fungsi bagi kehidupan manusia. Salah satu fungsinya yaitu menyenangkan. Menyenangkan dalam arti dapat memberi hiburan bagi pembaca dan penikmatnya dari segi bahasa, cara penyajian, jalan cerita, penyelesaian permasalahannya, dan lain-lain. Karya sastra dalam bentuk prosa ternyata mempunyai nilai etika dan estetika (keindahan) berbahasa yang tidak kalah menarik untuk dikaji. Jurnal Pendidikan, Bahasa, Sastra, dan Budaya Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 24

Salah satu bentuk karya sastra yang memiliki fungsi untuk menyampaikan nilai etika, unsur estetika dan fungsi menyenangkan adalah cerita wayang. Cerita wayang merupakan bentuk kesenian tradisional yang digemari oleh kalangan masyarakat Indonesia, khususnya masyarakat Jawa. Dalam masyarakat Jawa cerita wayang selain menjadi tontonan, cerita wayang juga sebagai sumber tuntunan dan tatanan. Cerita wayang yang berbentuk gancaran dan memiliki nilai filosofis, religius, etis, dan estetis yaitu Mintaraga Gancaran. Mintaraga Gancaran merupakan cerita wayang gubahan berbentuk prosa dari Serat Arjuna Wiwaha karya Empu Kanwa yang sekarang lebih dikenal dengan judul Begawan Ciptaning. Penelitian ini mendeskripsikan nilai etika dan unsur estetika dalam cerita Mintaraga Gancaran Karya Prijohoetomo, serta hubungan antara etika dan estetika dalam cerita tersebut. Teori yang digunakan dalam penelitian ini yaitu teori etika yang bersumber dari buku Franz Magnis Suseno (1991) dan Suwardi Endraswara (2010), sedangkan estetika mengambil teori dari buku Padmosoekotjo (1958), Dhanu Priyo Prabowo (2007) dan Iman Sutardjo (2008). Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif kualitatif. Sumber data berupa kutipan langsung cerita Mintaraga Gancaran. Instrumen yang digunakan yaitu Human instrument (peneliti sendiri) yang dibantu dengan buku, kartu data dan media pendukung lainnya. Analisis data dalam penelitian ini, peneliti menggunakan analisis konten dengan pembacaan heuristik dan pembacaan hermeneutik, hasil analisis berupa uraian kalimat. Peneliti menggunakan triangulasi teori untuk mengecek keabsahan data penelitian, dengan membandingkan beberapa teori. Pembahasan data berupa kutipan langsung, data disajikan dalam bentuk tabel, sebanyak delapanbelas tabel. Data tersebut selanjutnya diterjemahkan dan dianalisis. Hasil penelitian disajikan dalam bentuk tabel, untuk selanjutnya diterjemahkan dan dianalisis. Hasil penelitian etika dalam cerita Mintaraga Gancaran terdapat dua kelas etika Jawa, yaitu etika keselarasan sosial dan etika kebijaksanaan, sedangkan hasil penelitian terhadap estetika dalam cerita Jurnal Pendidikan, Bahasa, Sastra, dan Budaya Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 25

Mintaraga Gancaran terdapat emanbelas macam antara lain; basa peprenesan, basa rinengga, bebasan, candra, dasanama, kosok balen, paribasan, pepindhan, purwakanthi, saloka, sanepa, tembung entar, tembung plutan, tembung saroja, ukara sesumbar, yogyaswara. Berikut pembahasan hasil penelitian etika dan estetika cerita Mintaraga Gancaran karya Prijohoetomo. 1. Nilai Etika Keselarasan Sosial Raden Arjuna sasampunipun dhahar pasugatan, nunten pamitan dhateng bathara Endra sarwi nyungkemi sampeyanipun, sesarengan kaliyan dewi Supraba. Kekalihipun sakelangkung respati pamendhakipun, yen sinawang kados panganten enggal pangandikanipun bathara Endra: Nini Supraba lan kaki Pamade, lah sira sun lilani mangkat. Ora liwat ingsun nyurung pamuji, enggala oleh gawe, netepana kang dadi pangarep-arepe saisine Suralaya (MG: 44). Raden Arjuna setelah memakan hidangan, lalu pamit kepada batara Endra dengan cara mencium kakinya bersama dewi Supraba. Keduanya sangat menarik, jika dilihat seperti pengantin baru dan batara Endra berkata: Nini Supraba dan kaki Pamade, kalian saya ijinkan berangkat. Tidak henti aku berdoa supaya kalian berhasil, ingatlah apa yang menjadi harapan seisi Suralaya. Kutipan tersebut termasuk etika keselarasan sosial yaitu prinsip hormat. Dalam kutipan di atas Arjuna berpamitan kepada batara Endra dengan cara mencium kakinya, saat Arjuna hendak pergi ke Imantaka bersama dewi Supraba untuk menjalankan perintah batara Endra menumpas kejahatan Niwatakawaca. Sungkem (mencium kaki) di kalangan kerajaan sudah biasa lumrah dilakukan sebagai rasa hormat seorang kawula kepada rajanya. 2. Nilai Etika Kebijaksanaan Widadari pepitu lajeng nyembah sarwi asaur-peksi: Pukulun, kawula matur sewu nuwun ing pada pukulun, dene pukulun sampun kepareng ing galih ngutus kawula dhumateng marcapada. Sampun ingkang dumugi sakit, sanadyan dumugia pejah, kawula boten badhe lenggana ngayahi dhawuh pukulun. Manawi sampun terang dhawuh pangandika pukulun, kawula mugi kalilan mangkat. Boten sanes kawula nyuwun pangestu, sageda kasembadan ing lampah, linepatna ing saru-siku, tinebihna ing pancabaya (MG: 4). Bidadari tujuh itu lalu menyembah bersama-sama: Pukulun, hamba mengucapkan beribu terimakasih kepada pukulun, karena pukulun telah berkenan mengutus hamba ke bumi. Jangankan sampai sakit, walaupun Jurnal Pendidikan, Bahasa, Sastra, dan Budaya Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 26

sampai mati, hamba tidak akan mundur dalam menjalankan perintah pukulun. Jika telah jelas perintah pukulun, hamba mohon pamit. Tidak lain hamba mohon doa restu supaya semua dapat berjalan dijauhkan dari bahaya. Kutipan tersebut termasuk etika kebijaksanaan yaitu patuh dan rela berkorban. Dalam kutipan di atas tujuh bidadari bersedia untuk menjalankan tugas menggoda tapa Arjuna tanpa pamrih. Mereka rela berkorban untuk menjalankan perintah batara Endra. Jangankan sampai sakit, sampai mati mereka tidak akan mundur. 3. Unsur Estetika (bebasan) Bebasan dibening banyune, dikena iwake. Lire dikena wewadining mungsuh, aja nganti nggepok sajabaning parimana (MG: 43). Bagai dibuat bening airnya, supaya tertangkap ikannya. Akhirnya rahasia terbongkar rahasia musuh, jangan sampai orang lain banyak yang tahu. Bebasan Kutipan di atas menunjukkan estetika Jawa yaitu bebasan terdapat pada halaman empat puluh tiga paragraf pertama dengan kata kunci dibening banyune, dikena iwake. Maksud dari kalimat tersebut bagaimana supaya masalah teratasi tanpa menimbulkan masalah baru sehingga diumpamakan dibuat bening airnya untuk menangkap ikan, ikan disini disimbolkan sebagai masalah atau perkaranya, sedangkan dibening banyune maksudnya jangan sampai membuat keributan lain di lingkungan yang bermasalah tersebut, sehingga kutipan di atas termasuk dalam estetika Jawa yaitu bebasan. 4. Unsur Estetika (candra) Baunipun wijang, payudara anyengkir denta, bangkekan anawon kemit, yen lumampah lambeyanipun merak kasimpir (MG: 14). Bahunya lebar, payudaranya seperti buah kelapa gading, pinggulnya seperti perut lebah, jika berjalan melambai seperti burung merak. Kutipan di atas termasuk dalam candra yang menggambarkan keadaan dari seorang wanita cantik dengan bahu yang lebar baunipun wijang atau lebar, payudaranya seperti buah kelapa gading yang masih muda, pinggul yang seperti perut lebah jika berjalan seperti burung merak yang sayapnya melambai lemah gemulai, candra tidak dapat dimaknai beitu saja karena hanya bermakna kias. Jurnal Pendidikan, Bahasa, Sastra, dan Budaya Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 27

5. Unsur Estetika (yogyaswara) Kathah para widadara saha widadari, bathara tuwin bathari miwah dewaresi ingkang sami ngeteraken dumugi sajawining gapura (MG: 67). Banyak para bidadara dan bidadari, batara dan bathari serta dewaresi yang mengantarkan sampai salah satu gapura. Kutipan di atas menunjukkan estetika Jawa yaitu yogyaswara dengan kata kunci widadara saha widadari, bathara tuwin bathari. Dalam cerita wayang widadara-widadari termasuk penghuni kahyangan, widadara termasuk dalam jenis gandarwa menunjukkan laki-laki sedangkan widadari termasuk jenis gandarwi menunjukkan perempuan. Begitu pula bathara-bathari, bathara menunjukkan laki-laki, sedangkan bathari menunjukkan perempuan. Dua kata yang sama, namun memiliki akhiran vokal yang berbeda dan menunjukkan jenis kelamin, dalam estetika Jawa disebut yogyaswara. 6. Hubungan Etika dan Estetika cerita Mintaraga Gancaran Dhuh pukulun, kula mugi kepareng pitaken, wingking pundi ingkang pinangka, ngajeng pundi ingkang sineja? (MG: 23). Dhuh pukulun, hamba semoga boleh bertanya, belakang mana asalnya, depan mana yang disengaja? Kutipan di atas menunjukkan hubungan antara etika dan estetika. Kutipan tersebut merupakan tuturan Arjuna kepada pendeta yang belum pernah ditemui dan tiba-tiba datang dalam pertapaannya. Arjuna menyapanya dengan sopan dan halus, dalam bertanya tidak secara langsung menanyakan asalnya, namun dalam ia menyapa menggunakan bahasa yang halus yaitu menggunakan basa rinengga dalam kalimat wingking pundi ingkang pinangka, ngajeng pundi ingkang sineja? (dari manakah asalnya?) Kalimat tersebut mengandung unsur estetika tinggi atau kasusastran jawa yang merujuk pada etika yang tinggi pula, sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang erat antara etika dan estetika. Simpulan dalam penelitian ini yaitu terdapat nilai etika dan unsur estetika dalam cerita Mintaraga Gancaran karya Prijohoetomo, serta hubungan antara etika dan estetika melalui tuturan dalam cerita tersebut. Bahasa yang halus Jurnal Pendidikan, Bahasa, Sastra, dan Budaya Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 28

penuh kesopanan akan menunjukkan keindahan dan merujuk pada etika yang tinggi. DAFTAR PUSTAKA Endraswara, Suwardi. 2010. Etika Hidup Orang Jawa. Yogyakarta: Narasi. Priyo Prabowo, Dhanu. 2007. Glosarium Istilah Sastra Jawa. Yogyakarta: Narasi. Padmosoekotjo, S. 1958. Ngengrengan Kasusastran Jawa I. Yogyakarta: Hien Hoo Sing. Padmosoekotjo, S. 1956. Ngengrengan Kasusastran Jawa II. Yogyakarta: Hien Hoo Sing. Suseno, Franz Magnis. 1991. Etika Jawa. Jakarta: Gramedia. Sutardjo, Imam. 2008. Kawruh Basa saha Kasusastran Jawi. Surakarta Jurusan Sastra Daerah Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret. Jurnal Pendidikan, Bahasa, Sastra, dan Budaya Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 29