BAB I PENDAHULUAN. tujuan, manfaat, dan keaslian penelitian yang dilakukan.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I. PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang -1-

BAB I PENDAHULUAN. Kelahirannya dilatarbelakangi oleh norma-norma agama, dan dilandasi adat

BAB I PENDAHULUAN. Moses, 2014 Keraton Ismahayana Landak Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu

BAB II KAJIAN LITERATUR

BAB I PENDAHULUAN LatarBelakang Eko Juliana Susanto, 2015

ANALISA KEPUTUSAN PEMBELIAN KONSUMEN PADA PERUMAHAN MENENGAH KE BAWAH DENGAN KONSEP ARSITEKTUR BALI DI KOTA DENPASAR

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Kreativitas Busana Pengantin Agung Ningrat Buleleng Modifikasi

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan teknologi. Perkembangan teknologi mengakibatkan terjadinya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. keanekaragaman kulinernya yang sangat khas. Setiap suku bangsa di Indonesia

BAB VIII PENUTUP. Bab ini memuat simpulan dari pembahasan masalah-masalah pokok yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. dimana arsitektur itu berada (Rapoport, 1969). Rapoport membagi arsitektur menjadi

, 2015 KOMPLEKS MASJID AGUNG SANG CIPTA RASA DALAM SITUS MASYARAKAT KOTA CIREBON

BAB 1 PENDAHULUAN. telah membatasi ruang-ruang bebas yang bisa diakses penduduk kota untuk

LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR HOTEL RESORT DI KAWASAN CANDI PRAMBANAN

WALIKOTA PALANGKA RAYA

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia disatupadukan dari kebudayaan nasional dan kebudayaan. daerah. Kebudayaan nasional Indonesia merupakan puncak puncak

Sangamandala Oleh: I Made Pande Artadi, S. Sn., M. Sn

MUSEUM GERABAH NUSANTARA Penerapan arsitektur bangunan berbahan gerabah pada bentuk bangunan

BAB 3 METODE PENELITIAN

ANALISIS VISUAL MOTIF BATIK KARAWANG

BAB I PENDAHULUAN. Ruang Publik Yaroana Masigi berada di tengah-tengah permukiman

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS

BAB I PENDAHULUAN SEMINAR TUGAS AKHIR

BAB VII KESIMPULAN, SARAN DAN KONTRIBUSI TEORI

Konservasi Nilai-nilai Hunian Bali Aga (Bali Kuno) dalam Wisata Budaya di desa Penglipuran, Bangli

BAB 5 PENUTUP PURA MAOSPAIT DI MASA LALU DAN MASA KINI

RUMAH LIMAS PALEMBANG WARISAN BUDAYA YANG HAMPIR PUNAH

Bab 1. Pendahuluan. Candrasengkala sebagai..., Meirissa Ramadhani, FIB UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. kebudayaan yang mewakili daerahnya masing-masing. Setiap Kebudayaan

Kementerian Pendidikan Nasional merupakan lembaga pemerintahan yang bertugas meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. salah satu langkah yang di

BAB I PENDAHULUAN. Batik merupakan salah satu kain khas yang berasal dari Indonesia. Kesenian batik

BAB I Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

Pendekatan Kontekstual pada Rancangan Pusat Kajian Pekembangan Islam di Komplek Makam Siti Fatimah binti Maimun, Leran, Manyar, Gresik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Geometri: Kebebasan Ekspresi Keindahan

BAB I PENGERTIAN FILSAFAT INDONESIA PRA MODERN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Novi Pamelasari, 2013

GALERI ARSITEKTUR JAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. anonim bersama kreativitas masyarakat yang mendukungnya.

Konservasi Puri Smarapura di Klungkung, Bali

BAB I PENDAHULUAN. sampai merauke, menyebabkan Indonesia memiliki banyak pulau. dijadikan modal bagi pengembang budaya secara keseluruhan.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. dimiliki oleh Kabupaten Karanganyar. Berada di Dusun Cetho, Desa Gumeng,

BAB 1 PENDAHULUAN. Konstruksi identitas jender, Putu Wisudantari Parthami, 1 FPsi UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Majapahit merupakan kerajaan terbesar yang pernah dimiliki Indonesia pada

BAB I PENDAHULUAN. dunia, hal ini disebabkakan oleh kehidupan dan kebudayaan masyarakat Bali yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. Bab I Pendahuluan 1. 1 Haryoto Kunto, hal 82 2 Tim Telaga Bakti, hal 1

PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH TINGKAT I BALI NOMOR 3 TAHUN 1991 T E N T A N G PARIWISATA BUDAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

VERNAKULAR-TA.428-SEMESTER GENAP-2007/2008 JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK ARSITEKTUR-S1 FPTK-UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. pendapat yang menganggap bahwa perkembangan sektor pariwisata selama ini

PENCIPTAAN SERAGAM BATIK UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Rumah Tinggal Dengan Gaya Arsitektur Bali Modern Di Denpasar

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Bima itu. Namun saat adat istiadat tersebut perlahan-lahan mulai memudar, dan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara agraris, memiliki banyak keunggulan-keunggulan UKDW

ornamen yang disakralkan. Kesakralan ornamen ini berkaitan dengan lubang pintu kori agung yang difungsikan sebagai jalur sirkulasi yang sifatnya sakra

BAB I PENDAHULUAN. Moyang terdahulu. sebagai mana dikemukakannya bahwa: c. Seni musik yang disebut gondang

2013 POLA PEWARISAN NILAI-NILAI SOSIAL D AN BUD AYA D ALAM UPACARA AD AT SEREN TAUN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB VI KESIMPULAN. Pada dasarnya Keraton Yogyakarta dibangun berdasarkan. kosmologi Jawa, yang meletakkan keseimbangan dan keselarasan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Elka Desty Ariandy TGA PONDOK PESANTREN DI YOGYAKARTA

Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sekarang ini sedang dikembangkan oleh pemerintah Indonesia. Selain bertujuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berbagai pelosok tanah air termasuk daerah Bali, sesungguhnya sudah sejak lama

BAB I PENDAHULUAN. Busana tidak hanya terbatas pada pakaian yang dipakai sehari-hari seperti

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Kalimantan, sebagaimana dengan wilayah Indonesia lainnya yang kaya akan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adalah orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan. Dengan demikian

BAB V PENUTUP. Masjid Agung Demak mempunyai arti yang sangat penting bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dihargai keberadaannya. Penenelitian tentang tattoo artist bernama Awang yang

ESTETIKA BENTUK Pengertian. Estetika adalah suatu kondisi yang berkaitan dengan sensasi keindahan yang dirasakan seseorang

2015 TARI TUPPING DI DESA KURIPAN KECAMATAN PENENGAHAN KABUPATEN LAMPUNG SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Museum Permainan Tradisional di Yogyakarta AM. Titis Rum Kuntari /

BAB I PENDAHULUAN. halnya di daerah Sumatera Utara khususnya di kabupaten Karo, rumah adat

1 BAB I PENDAHULUAN. Arsitektur rumah tradisional yang tersebar hingga ke pelosok Nusantara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kampung Naga merupakan salah satu perkampungan masyarakat yang. kampung adat yang secara khusus menjadi tempat tinggal masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Proses modernisasi dan globalisasi menempatkan bangsa Indonesia dalam

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Pengadaan Proyek

BAB I PENDAHULUAN. Museum Budaya Dayak Di Kota Palangka Raya Page 1

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

sampai sasaran keempat. Berikut ini merupakan kesimpulan dari konsep Konservasi; 1. Konsep pada kondisi tetap: Konsep Preservasi jaringan jalan (pola

BAB 1 PENDAHULUAN. MALL BAKERY & CAFE DI SURAKARTA SEBAGAI WADAH PENDIDIKAN,PENJUALAN DAN REKREASI, dapat diartikan sebagai berikut :

EKSPRESI KERUANGAN BUDAYA LOKAL: Tinjauan Diakronik Spasial Permukiman Desa Adat Kesiman, Denpasar Bali

BERITA DAERAH KABUPATEN KARAWANG PERATURAN BUPATI KARAWANG

Seiring dengan perkembangan zaman, desain kebaya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. atau pola kelakuan yang bersumber pada sistem kepercayaan sehingga pada

BAB I PENDAHULUAN. kota Jakarta pada akhirnya menuntut tersedianya wadah fisik untuk menampung

Bab I. Pendahuluan. muncul adalah orang yang beragama Hindu. Dan identitasnya seringkali terhubung

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini dipaparkan mengenai latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan, manfaat, dan keaslian penelitian yang dilakukan. 1.1 Latar Belakang Keanekaragaman perwujudan bangunan gapura di Bali hingga saat ini dapat disaksikan keberadaannya. Perwujudan bangunan gapura yang beragam tersebut dapat dilihat dari pelbagai karakteristik yang berbeda di antara bagian-bagian penyusunnya. Bagian-bagian penyusun bangunan gapura berangkat dari tatanan tradisi yang berdasarkan adat dan kepercayaan masyarakat Bali. Gapura berasal dari bahasa Sansekerta, yaitu Gopura yang berarti pintu gerbang, serta pada hakekatnya perwujudan bangunan gapura terdiri dari dua tipe, yaitu Gapura Paduraksa dan Gapura Bentar (Kastawan, 2009:7). Gapura secara umum sebagai istilah bagi pintu masuk candi, rumah bangsawan, keraton, desa dan negara (Altson 1964, dalam Kaelan 1998). Dalam konteksnya sebagai bangunan tradisional Bali dan sebagai simbol pintu gerbang, gapura memiliki terminologi yang beragam. Gapura Paduraksa disebut juga Pemedal, Kori, Kori Agung, Candi Kurung, Gelung Kori, Pemesuan, Bebetelan, atau Angkul-angkul, sedangkan Gapura Bentar juga disebut dengan Candi Bentar (Saraswati, 2001:2). Walaupun secara teoritis perwujudannya 1

serupa, jika ditinjau berdasarkan karakteristik penyusunnya, terdapat beberapa elemen bentuk yang membedakan setiap terminologi lain dari bangunan gapura. Gapura berpedoman pada arsitektur tradisional Bali dan norma-norma yang ada di dalam masyarakat. Arsitektur tradisional Bali yang dimaksud adalah pengulangan bentuk, konsepsi dan tata cara dari generasi ke generasi berikutnya, tanpa ataupun sedikit perubahan. Penerapan arsitektur tradisional Bali dapat terlihat melalui konsepsi Tri Angga, yang membagi bangunan ke dalam tiga bagian, yaitu: kepala, badan, dan kaki. Kepala sebagai gelung atau puncak, badan sebagai pengawak, apit-apit dan lelengen, serta kaki dianalogikan sebagai bataran dari gapura. Namun seiring dengan perkembangan jaman, masyarakat selalu berupaya untuk selalu beradaptasi untuk bertahan hidup. Berkaitan dengan adaptasi, masyarakat Bali memiliki sikap fleksibel sekaligus mampu mengembangkan lebih jauh kebutuhan mereka. Sebagai dampak dari adaptasi, maka tidak terelakkan terjadinya perubahan dalam arsitektur Bali. Perubahan muncul dari perkembangan pola pikir dan inovasi baru, yang disertai dengan perkembangan dalam bidang sosial, ekonomi dan budaya. Perubahan dapat terjadi dalam aspek fisik maupun nonfisik, dan menurut Koentjaraningrat (1985:180), perubahan sistem budaya mempengaruhi sistem sosial dan benda budaya, termasuk unsur arsitekturnya. Demikian pula dalam berarsitektur, masyarakat Bali secara bertahap mengalami perubahan untuk mewadahi kegiatan yang berkaitan dengan kehidupannya. Perkembangan jaman memberi pelbagai variasi dan kemungkinan dalam 2

perubahan arsitektur Bali. Hal ini tentunya berpengaruh terhadap perwujudan gapura di Bali yang memiliki ciri khas bentuk, citra lingkungan alam dan corak ragam hias yang kuat setiap masing-masing daerahnya. Demikian halnya dengan keberagaman bangunan gapura di Puri Klungkung. Perwujudan bangunan gapura di Puri Klungkung, masing-masing memiliki ciri bentuk, citra lingkungan alam dan corak ragam hias yang khas. Gapura-gapura tersebut beberapa diantaranya memiliki umur yang cukup tua, dan memiliki keterkaitan historis dengan Kerajaan Klungkung pada masa lampau. Kerajaan Klungkung merupakan pusat pemerintahan Bali pada abad ke-14 hingga abad ke- 19 (Wirawan 2008:13-41). Klungkung sebagai kerajaan yang pernah menjadi pusat pemerintahan di Bali pada masa lalu, kini masih memiliki peninggalan arsitektur pada masa kerajaan, salah satunya adalah bangunan Gapura Paduraksa atau sering disebut juga Pemedal Agung. Gapura Paduraksa sebagai peninggalan arsitektur pada masa kerajaan, menjadi identitas dari Kerajaan Klungkung di Bali. Disadari atau tidak, gapura sebagai suatu karya arsitektur hampir selalu mencerminkan ciri budaya dari kelompok manusia yang terlibat di dalam proses penciptaannya. Dengan demikian apabila secara cermat diamati sejumlah karya arsitektur suatu masyarakat, maka lambat laun pasti dapat dikenali ciri budaya masyarakat tersebut. Hal tersebut tercermin langsung melalui tampilan fisiknya maupun dari tata nilai yang mereka anut (Sumarjan dalam Budiharjo, 1989:24). 3

Arsitektur dibuat oleh manusia untuk manusia, sehingga karya yang dihasilkan banyak mencerminkan maksud dan kepentingan manusia. Arsitektur merupakan salah satu kekuatan terbesar pada integrasi dari gagasan, ingatan dan impian dari manusia (Bachelard dalam Leach, 1997:8). Gapura di Puri Klungkung sebagai salah satu karya arsitektur yang memberi imajinasi dan menyiratkan nilai-nilai, sehingga memungkinkan untuk diinterpretasikan karya arsitektur tersebut. Dalam gapura di Puri Klungkung ini, terjadi pula proses dimana manusia menyampaikan suatu maksud melalui hasil karyanya, dan manusia yang lain berusaha menangkap maksud yang tersirat dari hasil karya tersebut. Dari uraian di atas, menarik untuk dilakukan penelitian Arsitektur Gapura di Puri Klungkung, yang lebih dilihat dari proses terbentuknya gapura di Puri Klungkung berdasarkan periode waktu yang berbeda. Dengan demikian, Arsitektur Gapura di Puri Klungkung ini berangkat dari nilai-nilai normatif pembentuk gapura puri masa lalu, serta nilai-nilai pragmatik yang menyertai perubahan bentuk gapura puri masa kini. 1.2 Rumusan Masalah Bertitik tolak dari uraian latar belakang di atas, maka permasalahan yang ditimbulkan dan akan dicari jawabannya dalam penelitian ini dapat disebutkan sebagai berikut. Bagaimanakah Arsitektur Gapura di Puri Klungkung? 4

1.3 Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian yang ditimbulkan dari uraian latar belakang dan rumusan masalah, secara umum dijabarkan sebagai berikut: Untuk mengidentifikasi Arsitektur Gapura di Puri Klungkung. 1.4 Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian ini dapat dibedakan menjadi manfaat praktis (manfaat yang didapatkan oleh masyarakat umum dan peneliti), dan manfaat akademik (manfaat bagi ilmu pengetahuan), serta uraiannya adalah sebagai berikut: Manfaat Praktis dari penelitian ini yaitu dapat memperdalam kemampuan peneliti dan menambah wawasan masyarakat umum tentang arsitektur gapura di Puri Klungkung. Manfaat Akademik dari penelitian ini yaitu untuk memperkaya referensi penelitian tentang arsitektur gapura, khususnya menyangkut gapura di Puri Klungkung, selain sebagai bahan untuk penelitian lebih lanjut maupun penelitian lain, yang memiliki keterkaitan dengan gapura di Bali. 1.5 Keaslian Penelitian Untuk menghindari duplikasi penelitian dan menambah wawasan peneliti tentang obyek dan topik penelitian yang akan dilakukan, maka terlebih dahulu dilakukan tinjauan terhadap penelitian-penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan gapura. Hal ini diharapkan penelitian ini memiliki hasil yang lebih baik daripada penelitian sebelumnya. Penelitian-penelitian tersebut, antara lain, yaitu: Pamesuan 5

(Anak Agung Ayu Oka Saraswati, 2002), Tinjauan Estetika pada Bentuk Kori Agung Puri-Puri di Denpasar dan Badung (I Gusti Ayu Istri Novitadewi, 2007), Dialog antara Tradisi dengan Modernitas Sebuah Pamesuan dalam Arsitektur Tradisional Bali (Tiara Candhrasari, 2006). Saraswati, dalam penelitiannya yang berjudul Pamesuan yang dilakukan pada tahun 2001, melakukan pengkajian terhadap pemesuan atau gapura berdasarkan atas asal, perkembangan, hingga apa yang terwujud saat ini. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh perkembangan fungsi, estetika (bentuk dan langgam) dan struktur pada pemesuan. Di dalam penelitian ini, Saraswati melakukan kajian yang mengetengahkan suatu evaluasi terhadap transformasi pamesuan yang telah terjadi di masyarakat. Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan pada rumah/paumahan, pura, kantor, fasilitas pariwisata, seperti: hotel, restoran, toko kesenian yang ada di Bali, baik sebagai penguatan teori maupun obyek kajian. Tipologi pamesuan dikategorikan berdasarkan dimensi, struktur, bahan dan ragam hiasnya. Dari hasil kajian yang telah dilakukan, Saraswati menyimpulkan jika untuk menyatakan suatu pintu gerbang sebagai suatu pamesuan, perlu dilakukan penelusuran dengan melihat perkembangan berdasarkan kriteria-kriteria sebagai berikut: (1) pengertian, (2) fungsi, penempatan dan kelengkapan, (3) tipologi berdasarkan dimensi, struktur, bahan, ragam hias. Persamaan adalah kesamaan objek penelitian yang berupa bangunan Gapura Paduraksa dan Gapura Bentar, serta terminologi yang berbeda terhadap objek penelitian, dimana Saraswati menyebut bangunan Gapura Paduraksa yang 6

memenuhi kriteria pamesuan sebagai pamesuan. Maka manfaat yang diperoleh dari penelitian yang dilakukan oleh Saraswati terhadap penelitian Arsitektur Gapura di Puri Klungkung adalah terminologi lain dari Gapura Paduraksa. Penelitian yang dilakukan oleh Novitadewi pada tahun 2007 berjudul Tinjauan Estetika pada Bentuk Kori Agung Puri-Puri di Denpasar dan Badung. Topiknya adalah meninjau bentuk kori agung pada puri-puri yang ada di Denpasar dan Badung dalam sudut pandang teori universal, yaitu teori estetika, yang terdiri dari unsur-unsur harmoni, unity, vocal point, balance, simplicity, dan proporsi. Dari hasil analisisnya, Novitadewi menyimpulkan jika unsur-unsur dalam teori estetika dapat ditemukan dalam kori agung dilokasi penelitian. Dari hasil uraiannya, Novitadewi menentukan kriteria suatu tempat yang dapat dikatakan sebagai puri, yaitu: 1) merupakan tempat tinggal kasta ksatria keturunan raja, 2) berlokasi di salah satu sudut perempatan agung atau catus patha, dan 3) memiliki tatanan arsitektur yang terdiri dari sembilan mandala (sanga mandala). Selain itu, Novitadewi juga menguraikan pemahaman terhadap kori agung. Uraian tersebut terbagi menjadi sembilan bagian, yaitu: Pengertian Kori Agung, Bagian-bagian Kori Agung, Dimensi Kori Agung, Fungsi Kori Agung, Penempatan Kori Agung, Material Kori Agung, Ragam Hias Kori Agung, Konsepsi Perwujudan Kori Agung, dan Kori Agung di Puri. Persamaannya adalah objek penelitian, yang sama-sama mengambil objek Kori Agung yang diartikan sebagai pintu gerbang pada puri. Sedangkan perbedaannya terletak pada aspek-aspek yang dianalisisnya. Penelitian yang dilakukan oleh 7

Novitadewi menganalisis dalam sudut pandang estetika terhadap kori agung yang ada di Puri di Denpasar dan Badung, sedangkan penelitian ini menganalisis morfologi bangunan gapura. Selain itu terdapat penelitian tentang Dialog antara Tradisi dengan Modernitas Sebuah Pamesuan dalam Arsitektur Tradisional Bali oleh Tiara Candhrasari pada tahun 2006. Penelitian tersebut menganalisis perubahan Pamesuan, meliputi: (1) perubahan fungsi, (2) estetika (bentuk), (3) struktur, serta (4) perubahan makna secara simbolis yang terjadi pada Pamesuan di Desa Tradisional Penglipuran, Desa Tradisional Tenganan, Puri Pamecutan dan Puri Agung Klungkung. Hasil deskripsi perubahan Pamesuan. Pemilihan topik penelitian tersebut disebabkan karena Pamesuan yang pada hakekatnya terlahir dari konsep tradisional dan akan terus mengalami perkembangan. Dipaparkan juga mengenai perubahan yang terjadi pada Pamesuan yang terletak di area Desa Tradisonal dengan Puri Pemecutan yang telah mengalami beberapa perubahan dan Puri Agung Klungkung yang masih terjaga keasliannya. Perbedaan penelitian yang dilakukan oleh Candhrasari dengan penelitian Arsitektur Gapura di Puri Klungkung adalah terdapat perbedaan variabel dan lingkup penelitian yang menganalisis makna saat ini. Fokus penelitian ini samasama menekankan pada gapura. 8