BAB I LATAR BELAKANG 1.1 Lingkungan Eksternal Perusahaan Dilihat dari perkembanganya, industri jasa penyelenggara MICE (meeting, incentive, conference and exhibition) memberikan kontribusi tinggi secara ekonomi kepada negara berkembang (Murdopo, 2011). Indonesia sebagai negara berkembang, telah diakui sebagai salah satu tujuan MICE dunia yang dibuktikan dengan telah ditetapkanya Indonesia pada peringkat 46 negara destinasi MICE dunia oleh The International Congress and Convention Association (ICCA) pada tahun 2012 lalu (Fortune PR, 2013). Pada tahun 2012, Industri MICE mengalami peningkatan sebesar 5%, kemudian pada tahun 2013 peningkatan diprediksi mencapai 6-7% (Parekraf, 2013). Bahkan, menurut Ketua Umum DPP Indonesia Congress and Convention Association (INCCA), Iqbal Alan Abdullah, sektor pariwisata dan MICE dapat menciptakan peningkatan PDB di dunia, sementara disektor lain sedang menurun, justru MICE dan travel mengalami pertumbuhan yang pesat (Prawitasari, 2013). Melihat realita tersebut, maka dapat dikatakan bahwa penyelenggaran acara MICE merupakan bisnis yang menjanjikan. Berdasarkan data dari Dinas Pariwisata (2011), penyelenggaraan acara MICE di Yogyakarta pada tahun 2010 mencapai 4.509 kali/tahun. Kemudian, pada tahun 2011, dengan target di RPJMD sebanyak 5.554 kali/tahun ternyata terealisasi sebanyak 8.963 kali/tahun. Dengan demikian penyelenggaraan MICE di Yogyakarta rata-rata ada 23 kali dalam satu hari baik di hotel maupun gedung 1
pertemuan lainnya (Dinas Pariwisata DIY, 2011). Begitu juga dengan Solo, selama kurun waktu antara tahun 2007-2009, acara MICE yang telah diselenggarakan di Solo di hotel dan convention hall berjumlah 12.981 kegiatan, dengan rata-rata lama tinggal wisatawan MICE di Solo adalah 2 hari (GTZ, 2009). Menurut penilaian dari Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (2013) Yogyakarta dan Solo ditetapkan sebagai kota destinasi MICE Indonesia bersama dengan Jakarta, Bali, Medan, Surabaya, Makasar, dan Bandung. Kriteria yang dinilai dalam penentuan kota MICE tersebut didasarkan pada aksesibilitas, dukungan stakeholder, tempat-tempat menarik, fasilitas akomodasi, fasilitas pertemuan, fasilitas pameran, citra destinasi, keadaan lingkungan, dan profesionalitas sumber daya manusia (Riviyastuti, 2013). Dari sisi aksesibilitas, Yogyakarta dan Solo berada di tengah pulau Jawa dimana terdapat tiga ibukota provinsi dan ibukota negara yang dapat diakses melalui jalur darat maupun udara. Jalur darat terdiri dari kendaraan jalan raya dan kereta api yang setiap hari tersedia jadwal pemberangkatanya. Untuk jalur udara, Yogyakarta dan Solo sudah memiliki bandara internasional yang memiliki penerbangan domestik dari hampir seluruh kota besar di Indonesia dan penerbangan langsung internasional dari Malaysia dan Singapura. Selanjutnya, dukungan stakeholder dapat dilihat dari komitmen pemerintah pusat melalui Kemenparekraf dan Kemendag, serta pemerintah daerah untuk menjadikan MICE sebagai Industri potensial Indonesia. Peran pemerintah disini sangat vital dalam penyelenggaraan MICE terkait dengan pembangunan infrastruktur, jaminan keamanan, kemudahan legalitas, dan juga promosi secara 2
nasional maupun internasional. Dalam RENSTRA Direktorat Jendral Pengembangan Pariwisata (2012), MICE dimasukkan ke dalam arah kebijakan dan strategi pengembangan destinasi untuk meningkatkan produk pariwisata Indonesia. Kemudian dari segi tempat wisata dan fasilitas penyelenggaraan acara, Yogyakarta dan Solo dapat dikatakan sudah mempunyai paket yang lengkap. Dua kota ini merupakan ikon kota budaya, pariwisata, dan pendidikan di Indonesia. Sebagai gambaran, kegiatan pameran berkelas nasional bahkan internasional sering diadakan di kedua wilayah tersebut. Tidak hanya di hotel berbintang, namun juga beberapa pusat perbelanjaan seringkali menjadi tempat pameran dan promosi pariwisata yang strategis. Ditambah lagi, kedua kota ini sudah memiliki fasilitas Expo Center yang dapat mengakomodasi acara-acara bertaraf nasional maupun internasional seperti Jogja Expo Center dan Diamond Convention Center Solo. Melihat potensi tumbuhnya industri penyelenggaraan acara di kedua wilayah ini, maka persaingan antar pelaku industri akan semakin ketat. Para pelaku industri juga dituntut untuk mampu mengatasi berbagai kendala yang mungkin terjadi. Menurut Murdopo (2011), secara umum ada tiga kendala utama yang menghambat prospek industri MICE di Indonesia, antara lain: 1) Masih rendahnya awareness destinasi akan pentingnya MICE dan perlunya dilakukan promosi MICE; 2) Kurangnya database MICE yang online dan komprehensif; 3) Masih terbatasnya kemudahan dan fasilitas pendukung kegiatan MICE khususnya 3
aksesibilitas (penerbangan langsung), insentif bagi kegiatan MICE (barang pameran dan souvenir untuk para peserta) Oleh karena itu, para pelaku industri MICE hendaknya mampu menerapkan strategi yang tepat agar penyelenggaraan MICE tetap berkualitas sehingga dapat menghasilkan multiplier-effect bagi industri lain (makanan, akomodasi, transportasi, pameran) dan memberikan dampak positif bagi masyarakat luas. Sebagai gambaran, Tabel 1.1 adalah daftar pelaku bisnis penyelenggara acara yang ada di Yogyakarta dan Solo. Tabel 1.1 Pelaku Bisnis Penyelenggara Acara di Solo dan Yogyakarta No Nama Spesialisasi Usaha 1 Clara Enterprise Segala Acara 2 Be Com Segala Acara, Periklanan 3 CV. Dobelclik Project Segala Acara 4 Core System Network Indonesia Segala Acara, MLM 5 Joglosemar Segala Acara 6 Gerbang Sakinah Segala Acara 7 Gembong Entertainment Segala Acara 8 Solopro Event Organizer & Marketing Service Segala Acara, Marketing Service 9 CV. De Java Event Organizer Segala Acara 10 Relax House Café, Resto dan Musik, Segala Acara 11 Rule Organizer Segala Acara 12 Ababil Studio Segala Acara 13 Laksita Utama Selling dan Launching, Branding 14 31% Republik Reklame & Dekor Advertising 15 Total Promosindo Segala Acara 16 Ceria Multimedia (Yogya) Persewaan Multimedia 17 Platinum EO Agency, Gathering, Meeting, Outbound, Exhibition, Selling, Sampling, Launching Product dan Advertising 18 9 Communication Segala Acara 19 Adpro MICE 20 Cv. Arpro Buana Lestari MICE,Pemotretan, film, iklan 21 Lare angon MICE, Tour & Travel, IT System, Handycraft & Advertising Sumber: GTZ (2009) 4
1.2 Lingkungan Internal Perusahaan Industri MICE yang berkembang pesat di Indonesia, tidak terlepas dari peran para penyelenggara acara yang berkualitas dan mampu menjawab tuntutan pasar. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, kendala-kendala seperti kurangnya database online yang komprehensif, dan terbatasnya fasilitas pendukung MICE seperti insentif bagi kegiatan MICE, menjadi isu utama yang menjadi penghambat penyelenggaraan MICE di Indonesia. Untuk itu, terbentuknya Papan Atas Pro merupakan sebuah solusi atas kedua permasalahan tersebut. Untuk menyediakan sebuah database secara online dan komprehensif, Papan Atas Pro akan membuat sebuah website yang dijadikan sebagai portal informasi terkait dengan segala kebutuhan untuk penyelenggaraan acara-acara MICE di Yogyakarta dan Solo. Informasi yang tersedia meliputi jadwal acara-acara MICE, direktori fasilitas dan peralatan pendukung untuk acara MICE seperti audio visual, dekorasi, dan transportasi, serta direktori MC dan pembicara dari berbagai bidang. Dari adanya portal informasi ini diharapkan para calon konsumen dan peserta akan memperoleh gambaran lengkap terkait dengan berbagai kebutuhan dalam menyelenggarakan maupun mengikuti acara-acara MICE di seputar Yogyakarta dan Solo. Selain itu, Papan Atas Pro akan menyediakan paket pre/post conference activities sebagai bentuk bentuk insentif bagi para peserta MICE. Berdasarkan data dari GTZ (2009), terkait dengan kajian pasar MICE yang ada di Solo, sebanyak 73.33 % penyelenggara acara MICE di Solo tidak menyediakan paket pre/post conference. Padahal, kegiatan tambahan ini sangat bermanfaat untuk 5
penyegaran bagi para peserta dan peningkatan pendapatan bagi industri-industri lain seperti kerajinan, kuliner, dan hiburan. Dengan kata lain, Papan Atas Pro akan menjadi sebuah One Stop Solution for MICE Organizing, dimana Papan Atas Pro akan menyediakan paket lengkap untuk segala kebutuhan untuk kegiatan MICE. Kedua hal tersebut akan menjadi faktor penentu kesuksesan Papan Atas Pro dalam menghadapi persaingan pasar karena ketersediaan layanan yang terdiferensiasi dari produk-produk kompetitor. Akan tetapi, Papan Atas Pro sebagai pemain baru tentunya memiliki beberapa kelemahan. Pertama, Papan Atas Pro belum memiliki kapasitas yang memadai untuk menyelenggarakan acara-acara berskala besar dikarenakan keterbatasan jumlah sumber daya peralatan, manusia dan modal. Selain itu, mengingat bisnis penyelenggara acara membutuhkan jaringan rekanan kerja yang luas, maka hal tersebut masih menjadi kelemahan tersendiri mengingat rekanan bisnis Papan Atas Pro masih terbatas di seputaran Yogyakarta dan Solo. Oleh karena itu untuk tahap awal, Papan Atas Pro akan lebih berfokus pada acara-acara perusahaan berskala kecil sampai menengah agar kualitas acara tetap terjaga. 1.3 Rumusan Masalah Berdasarkan pemaparan lingkungan eksternal dan internal, bisnis penyelenggara acara MICE dari Papan Atas Pro memiliki peluang yang potensial untuk berkembang di Indonesia, terutama di wilayah Yogyakarta dan Solo. Lingkungan eksternal menunjukan adanya peluang untuk mengembangkan bisnis penyelenggara acara MICE ini dikarenakan adanya peningkatan penyelenggaraan acara MICE di kedua wilayah dari tahun ke tahun. Namun, perkembangan 6
tersebut tidak diimbangi dengan adanya ketersediaan database online yang komprehensif dan insentif kegiatan bagi peserta (pre/post-conference). Kemudian, lingkungan internal menunjukan bahwa penyelenggara acara sebagai salah satu pelaku industri memegang peranan vital dalam kesuksesan penyelenggaraan MICE. Namun, dari analisis lingkungan internal menunjukan bahwa secara umum, karakteristik penyelenggara acara yang ada di Yogyakarta dan Solo kebanyakan masih belum memiliki platform untuk menyediakan informasi penyelenggaraan MICE secara online. Selain itu, masih kurangnya penyediaan kegiatan pre-post conference sebagai insentif kegiatan bagi peserta, menjadi kelemahan tersendiri bagi para penyelenggara acara yang sudah ada. Oleh karena itu, perlu dilakukan perancangan bisnis penyelenggara acara MICE yang komprehensif untuk mampu menangkap peluang pasar dan juga memberikan dampak positif bagi masyarakat pada umumnya. 1.4 Tujuan Penelitian Tujuan utama penelitian ini adalah untuk merancang model bisnis penyelenggara acara yang fokus di bidang MICE yang mengedepankan ketersediaan informasi terkait dengan segala kebutuhan untuk penyelenggaraan MICE dan layanan paket lengkap dari pre hingga post event yang dapat menjadi diferensiasi dari bisnis penyelenggara acara yang sudah ada. 1.5 Manfaat Penelitian Manfaat penelitian rencana bisnis ini dapat ditujukan kepada dua pihak, diantaranya: 1. Pebisnis, dapat menjadi acuan dalam membuat dan menjalankan usaha 7
penyelenggara acara MICE melalui perancangan model bisnis 2. Akademisi, dapat memberikan gambaran bisnis pada industri penyelenggara acara MICE yang saat ini sudah menjadi salah satu industrif kreatif andalan Indonesia. 1.6 Sistematika Penulisan Bab pertama merupakan pendahuluan dimana akan dijelaskan tentang latar belakang penulis memilih menyusun rencana bisnis penyelenggara acara MICE dengan memperhatikan faktor-fakor yang dapat mempengaruhi baik eksternal maupun internal. Selain itu, pada bagian ini juga dipaparkan mengenai rumusan masalah, tujuan penelitian serta manfaat yang dapat dihasilkan dari penulisan laporan ini. Pada bab kedua akan menjelaskan mengenai landasan teori yang mendasari penulisan ini. Kemudian pada bab ketiga, penulis akan menjelaskan tentang level analisis, sumber data, metode pengumpulan data, dan teknik analisis data. Bab keempat merupakan pemaparan terkait dengan berbagai strategi dan rencana yang dilakukan seperti pemaparan hasil observasi dan wawancara, analisis peta empati, dan pembentukan kanvas model bisnis. Bab kelima merupakan akhir dari penulisan perancangan bisnis ini yang membahas tentang cara mengelola pelaksanaan strategi secara rinci yang berupa rencana kegiatan, waktu pelaksanaan, penanggung jawab kegiatan, dan ukuran kinerja. 8