4. HASIL PENELITIAN 4.1 Keragaman Unit Penangkapan Ikan Purse seine (1) Alat tangkap

dokumen-dokumen yang mirip
3 METODE PENELITIAN. 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

4 KEADAAN UMUM. 4.1 Letak dan Kondisi Geografis

4 HASIL. 4.1 Kondisi Perikanan Ikan Layang di Maluku Utara

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

TEKNIK PENANGKAPAN IKAN PELAGIS BESAR MEMAKAI ALAT TANGKAP FUNAI (MINI POLE AND LINE) DI KWANDANG, KABUPATEN GORONTALO

2 GAMBARAN UMUM UNIT PERIKANAN TONDA DENGAN RUMPON DI PPP PONDOKDADAP

BAB III BAHAN DAN METODE

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

6 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III BAHAN DAN METODE

4 HASIL TANGKAPAN IKAN PELAGIS KECIL DI PERAIRAN PANTAI BARAT SULAWESI SELATAN

TINJAUAN PUSTAKA. dimana pada daerah ini terjadi pergerakan massa air ke atas

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL PENELITIAN. 4.1 Kinerja Usaha Perikanan Mini Purse Seine

Lampiran 2. Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian

BEBERAPA JENIS PANCING (HANDLINE) IKAN PELAGIS BESAR YANG DIGUNAKAN NELAYAN DI PPI HAMADI (JAYAPURA)

4 HASIL. Gambar 8 Kapal saat meninggalkan fishing base.

KAPAL IKAN PURSE SEINE

PENGAMATAN ASPEK OPERASIONAL PENANGKAPAN PUKAT CINCIN KUALA LANGSA DI SELAT MALAKA

PERIKANAN TUNA SKALA RAKYAT (SMALL SCALE) DI PRIGI, TRENGGALEK-JAWA TIMUR

8 SELEKSI ALAT TANGKAP DAN TEKNOLOGI YANG TEPAT DALAM PEMANFAATAN SUMBERDAYA LEMURU (Sardinella lemuru Bleeker 1853) DI SELAT BALI

PENGGUNAAN PANCING ULUR (HAND LINE) UNTUK MENANGKAP IKAN PELAGIS BESAR DI PERAIRAN BACAN, HALMAHERA SELATAN

EFEKTIVITAS PEMANFAATAN RUMPON DALAM OPERASI PENANGKAPAN IKAN DI PERAIRAN MALUKU TENGGARA BENEDIKTUS JEUJANAN

5 HASIL PENELITIAN. Tahun. Gambar 8. Perkembangan jumlah alat tangkap purse seine di kota Sibolga tahun

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1. Jumlah Armada Penangkapan Ikan Cirebon Tahun Tahun Jumlah Motor

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

PURSE SEINE (PUKAT CINCIN)

STUDI PEMANFAATAN TEKNOLOGI RUMPON DALAM PENGOPERASIAN PURSE SEINE DI PERAIRAN SUMATERA BARAT. Oleh : Universitas Bung Hatta Padang

5 PEMBAHASAN 5.1 Unit Penangkapan Ikan

PENGARUH JUMLAH LAMPU TERHADAP HASIL TANGKAPAN PUKAT CINCIN MINI DI PERAIRAN PEMALANG DAN SEKITARNYA

Tabel 1 Contoh spesifikasi kapal purse seine Pekalongan No. Spesifikasi Dimensi

BAB III BAHAN DAN METODE

Jaring Angkat

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

METODE PENANGKAPAN IKAN

SAMBUTAN. Jakarta, Nopember Kepala Pusat Penyuluhan Kelautan dan Perikanan

Sukses pengoperasian pukat cincin Sinar Lestari 04 dengan alat bantu rumpon yang beroperasi di Perairan Lolak Provinsi Sulawesi Utara

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

5 EVALUASI TEKNIS PERIKANAN GIOB

V. GAMBARAN UMUM PERAIRAN SELAT BALI

TINJAUAN PUSTAKA. jenis merupakan sumber ekonomi penting (Partosuwiryo, 2008).

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Perikanan Tangkap

4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

STRUKTUR ONGKOS USAHA PERIKANAN TAHUN 2014

6 PEMBAHASAN 6.1 Daerah Penangkapan Ikan berdasarkan Jalur Jalur Penangkapan Ikan

PENDAHULUAN. yang lokasinya di pantai Timur Sumatera Utara yaitu Selat Malaka. Kegiatan

TINJAUAN PUSTAKA. Alat ini umumnya digunakan untuk menangkap ikan menhaden (Brevoortia

5 HASIL PENELITIAN 5.1 Keragaan Usaha Penangkapan Ikan

3 METODOLOGI PENELITIAN

Ukuran Mata Jaring. Judul desain. Ukuran Utama Kapa; Gross Tonase; Nama Alat tangkap; Kode klasifikasi;

(Jaring Insang) Riza Rahman Hakim, S.Pi

PERIKANAN PANCING TONDA DI PERAIRAN PELABUHAN RATU *)

3.2.1 Spesifikasi alat tangkap Bagian-bagian dari alat tangkap yaitu: 1) Tali ris atas, tali pelampung, tali selambar

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

PSPK STUDENT JOURNAL, VOL. I NO. 1 pp UNIVERSITAS BRAWIJAYA Recieved 18 January 2013, Accepted 16 May 2013

Kesesuaian ukuran soma pajeko dan kapalnya di Labuan Uki Kabupaten Bolaang Mongondow

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pukat Cincin

II. TINJAUAN PUSTAKA Penelitian Terdahulu. Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Saskia (1996), yang menganalisis

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

5 KEADAAN PERIKANAN TANGKAP KECAMATAN MUNDU KABUPATEN CIREBON

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

TEKNIK PENGOPERASIAN PANCING TENGGIRI DENGAN MENGGUNAKAN ALAT BANTU CAHAYA

BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN

Lampiran 1. Desain dan spesifikasi alat tangkap gillnet dan trammel net. Gillnet

Usaha Perikanan Tangkap Multi Purpose di Sadeng, Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta

PAPER TEKNIK PENANGKAPAN IKAN ALAT TANGKAP IKAN

4 HASIL. Gambar 18 Grafik kurva lestari ikan selar. Produksi (ton) Effort (trip) MSY = 5.839,47 R 2 = 0,8993. f opt = ,00 6,000 5,000 4,000

SELEKSI UNIT PENANGKAPAN IKAN DI KABUPATEN MAJENE PROPINSI SULAWESI BARAT Selection of Fishing Unit in Majene Regency, West Celebes

SISTEM BAGI HASIL USAHA PURSE SEINE DI PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA (PPS) BUNGUS KOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT. Oleh

DESKRIPSI ALAT TANGKAP IKAN DI KECAMATAN BONTOMANAI KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR

PENDAHULUAN. Sumberdaya perikanan di laut sifatnya adalah open acces artinya siapa pun

Gambar 6 Peta lokasi penelitian.

BAB VI PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN OLEH NELAYAN KARIMUNJAWADAN NELAYAN JEPARA

Erwin Tanjaya ABSTRAK

ANALISIS PERBANDINGAN PENDAPATAN NELAYAN PUKAT CINCIN (PURSE SEINE) DAN PANCING TONDA (TROLL LINE) DI PPP TAMPERAN PACITAN, JAWA TIMUR

Jumlah kapal (unit) pada ukuran (GT) >100

KATA PENGANTAR. Jakarta, Nopember Penyusun

1) The Student at Faculty of Fisheries and Marine Sciences, University of Riau.

SAMBUTAN. Jakarta, Nopember Kepala Pusat Penyuluhan Kelautan dan Perikanan

USAHA PERIKANAN TANGKAP SKALA KECIL DI SADENG, PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA (Small Scale Fisheries Effort At Sadeng, Yogyakarta Province)

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

BUPATI JEMBRANA KEPUTUSAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 656 TAHUN 2003

TINJAUAN PUSTAKA. mata jaring ke arah panjang atau ke arah horizontal (mesh length) jauh lebih

Marine Fisheries ISSN Vol. 2, No. 1, Mei 2011 Hal: 19 28

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi dan Klasifikasi Alat Tangkap Alat tangkap gillnet millenium

IV. KEADAAN UMUM PENELITIAN. Kecamatan Labuhan Haji merupakan Kecamatan induk dari pemekaran

METODE PENELITIAN. Sumatera Utara. Peta lokasi disajikan pada Gambar 10. Gambar 10. Peta lokasi perairan Sibolga (Sumber : ArcMap)

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

3 METODOLOGI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA

ALAT PENANGKAPAN IKAN. Riza Rahman Hakim, S.Pi

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Unit Penangkapan Payang Alat tangkap payang

Distribusi tertangkapnya ikan selar pada lembaran jaring soma darape di rumpon

Transkripsi:

4. HASIL PENELITIAN 4.1 Keragaman Unit Penangkapan Ikan 4.1.1 Purse seine (1) Alat tangkap Pukat cincin (purse seine) di daerah Maluku Tenggara yang menjadi objek penelitian lebih dikenal dengan sebutan jaring bobo. Alat tangkap pukat cicin ini terdiri dari kantong (bund), badan jaring, sayap, jaring pada pinggir badan jaring. (selvedge), tali ris atas (floatline), tali ris bawah (leadline), pemberat (sinkers), pelampung (floats) dan cincin (purse rings). Panjang pukat cicin yang digunakan di Maluku Tenggara berkisar antara 200-600 m dan lebar berkisar antara 40-70 m. Kantong sebagai tempat berkumpul ikan terbuat dari bahan PA 210/D12 dan PA 210/D9 dengan ukuran mesh size 0,7 inci 1 inci. Badan jaring terbuat dari bahan PA 210/D6, PA 210/D9 dan PA/210/D12 dengan ukuran mesh size sebesar 1 inci. Bagian sayap yang berfungsi sebagai pagar pencegah gerombolan ikan untuk meloloskan diri atau mencengah ikan keluar dari bagian kantong, terbuat dari bahan PA 210/D6, PA 210/D9 dan PA 210/D12 dengan ukuran mesh size 1,25 inci. Jaring pada pinggir badan jaring (selvedge) terbuat dari bahan PVA 380/D15 dengan ukuran mata jaring (mesh size) 1 inci yang terdiri dari 3 mata untuk arah ke bawah. Tali ris atas (floatline) terbuat dari bahan PVA dengan panjang 410 m, dan diameter tali sebesar 14 mm, sedangkan tali ris bawah (leadline) terbuat dari bahan PVA dengan diameter tali sebesar 14 mm yang memiliki panjang 470 m. Jumlah pemberat dalam suatu unit pukat cincin terdiri dari 2200 buah, dengan berat 100 gr/buah. Pemberat pada pukat cincin memiliki panjang 2,9 cm dengan diameter tengah 2,8 cm yang terbuat dari bahan timah hitam. Jarak antara pemberat berkisar 10-15 cm. Tali pemberat pada pukat cincin terbuat dari bahan PVA dengan diameter tali 12 mm. Jumlah pelampung dalam satu unit pukat cincin terdiri dari 1100 buah, dengan jarak antara pelampung sekitar 15-20 cm. Pelampung pukat cincin berbentuk elips dengan panjang 12,7 cm dan diameter tengah 9,5 cm yang terbuat dari bahan sintesis rubber.

43 Jumlah cincin dalam satu unit pukat cincin rata-rata terdiri dari 50 buah. Cincin digunakan oleh nelayan pukat cincin di Maluku Tenggara memiliki diameter luar 10 cm dan diameter dalam 6,6 cm. Cincin yang digunakan terbuat dari bahan kuningan dengan jarak antar cincin berkisar 5-10 m. Purse line pada pukat cincin terbuat dari bahan PVA dengan diameter tali 20 mm yang memliki panjang 500 m. Desain jaring pukat cincin dapat di lihat pada Gambar 10. Keterangan : 1. Tali selembar 9. Singker line 2. Pelampung 10. Tali ris atas 3. Tali kolor 11. Tali ris bawah 4. Tali ring 12. Kantong 5. Ring 13. Sayap 6. Pemberat 14. Panjang jaring 7. Selvedge 15. Tinggi jaring 8 Float line Gambar 10 Desain jaring pukat cincin (purse seine) di Maluku Tenggara. (2) Kapal Kapal yang digunakan untuk mengoperasikan pukat cincin menggunakan dua tipe kapal di Maluku Tenggara tipe (two boat sytem) yaitu terdiri atas kapal utama (tipe lembut) yang berfungsi untuk melingkarkan pukat cincin pada saat operasi penangkapan berlangsung dan menarik purse line setelah pelingkaran pukat cincin selesai, dan kapal johnson (slep) yang berfungsi untuk membawa hasil tangkapan ke fishing base. Kedua kapal terbuat dari bahan kayu. Kapal utama (tipe lembut), memiliki ukuran berkisar 13,21-15,63 GT dengan panjang

44 (L) antara 17 m, lebar (B) 2,15 m dan dalam (D) 1,90 m (Gambar 11). Sedangkan untuk kapal johnson (slep) (Gambar 12) memiki ukuran 5,40-7,60 GT dengan panjang antara 13 m, lebar 2,20 m dan dalam 1,30 m. Tenaga peggerak yang digunakan untuk kedua kapal adalah sama yaitu menggunakan mesin tempel (outboard) masing-masing berjumlah dua buah dengan kekuatan 40 PK yang bermerek jamaha. Tenaga penggerak pada kedua kapal menggunakan bahan bakar campuran yaitu minyak tanah, bensin dan oli. Gambar 11 Kapal utama (tipe lembut). Gambar 12 Kapal johnson (tipe slep). Kapal utama dilengkapi dengan palka kapasitas dari kapal tersebut dapat memuat hasil tangkapan sekitar 2-3 ton. Palka ini hanya dipergunakan jika pada saat kegiatan penangkapan memperoleh hasil tangkapan yang banyak dan pada

45 kapal johnson tidak dapat lagi menampung hasil tangkapan, namun pada umumnya hasil tangkapan yang diperoleh akan diletakkan pada kapal johnson. Kapasitas hasil tangkapan untuk kapal johnson berkisar antara 4-6 ton. Perawatan kapal pukat cincin biasanya dilakukan setiap bulan pada saat tidak melakukan kegiatan penangkapan, yaitu pada saat bulan purnama. Kapal pukat cincin dalam sebulan tidak melakukan kegiatan penangkapan selama 7-10 hari. Perawatan yang dilakukan meliputi pengecetan atau perbaikan-perbaikan jika kerusakan pada apal. (3) Nelayan Anak buah kapal (ABK) kapal pukat cincin berkisar antara 17-20 orang. Sebagian besar nelayan yang mengoperasikan pukat cincin merupakan penduduk asli daerah setempat. Nelayan merupakan mata pencarian utama dari penduduk setempat. Jika kapal tidak melakukan kegiatan penangkapan terutama pada saat musim kurang ikan. Dalam melakukan kegiatan penangkapan nelayan di bagi atas beberapa tugas mereka bekerja sampingan sebagai petani dan memancing. Pembagian tugas nelayan pukat cincin sebagai berikut: 1. Juragan laut (1 orang), bertugas sebagai penangung jawab dalam pengoperasian kapal utama (lembut) untuk melakukan kegiatan penangkapan ikan; 2. Juru tawur (2 orang ), bertugas melempar pukat cincin pada saat proses setting dilakukan; 3. Juru mesin (2 orang), bertugas dalam masalah mesin baik untuk mesin pada kapal utama maupun kapal johnson 4. Juru pantau (1 orang), bertugas mendeteksi gerombolan ikan 5. Juru pelampung (2 orang), bertugas megatur dan merapikan pelampung sebelum dan sesudah melakukan kegiatan penangkapan ikan; 6. Juru pemberat (2 orang), bertugas mengatur dan merapikan pemberat sebelum dan sesudah melakukan kegiatan penangkapan ikan; 7. Nelayan biasa, yang bertugas menarik merapikan dan memperbaiki pukan cincin jika ada kerusakan; 8. Juru mesin kapal johnson atau slep (1 orang), bertugas menyiapkan kapalnya untuk tempat penampungan ikan hasil tangkapan

46 9. Juru hasil tangkapan (2 orang), bertugas mengambil hasil tangkapan untuk ditempatkan pada kapal jhonson, dua orang tersebut berada di kapal johnson bersama juru mesin. Pembagian tugas tersebut sudah menjadi kesepakatan dalam satu unit pukat cincin. Tugas nelayan yang satu dapat dikerjakan juga oleh nelayan yang lain. Berdasarkan seperti pada saat penarikan pukat cincin, juru pelampung, juru pemberat dan juru pantau juga membantu melakukan tugas ini. Kepemilikannya nelayan pukat cincin di Maluku Tenggara terbagi menjadi nelayan pemilik dan nelayan buruh. Nelayan pemilik rata-rata berpendidikan terakhir SMP dan SMA, sedangakan nelayan buruh berpendidikan terakhir dari tingkat SD sampai SMA. Nelayan pemilik umumnya hanya memiliki masingmasing satu unit alat tangkap. 4.1.2 Gillnet (1) Alat tangkap Jaring insang hanyut yang digunakan dalam penelitian sebanyak 3 unit yang terdiri dari ukuran mata jaring 14,0 cm (5,5 inch) masing-masing sebanyak 3 unit dengan hanging ratio 0,6 (shortening = 0,4). Mezh opening (Mo) dari jaring tersebut diukur secara acak diukur dengan vernier calliper. Bahan jaring yang digunakan polyamid PA (nylon multifilament) D/21 dengan panjang terentang setiap pis 190 m dan lebar 140 mata pada setiap ukuran mata jaring. Pada setiap ujung tali ris atas di pasang pelampung tanda Hizex (PE) dengan diameter 30 cm yang dihubungkan dengan tali PE 5 mm sepanjang 200 cm. (Gambar 13).

47 Gambar 13 Desain jaring gillnet di Maluku Tenggara. (2) Kapal Kapal/perahu gillnet yang digunakan nelayan Maluku Tenggara untuk usaha penangkapan ikan umumnya perahu motor tempel yang berukuran kecil dengan panjang sekitar 10 meter dan lebar 1 meter. Kapal tersebut terbuat dari kayu dengan GT 3-5 ton. Tenaga penggerak yang digunakan untuk kapal gillnet adalah mesin tempel (outbord) dengan kekuatan 40 PK bermerek jamaha. Bahan bakar yang digunakan adalah bahan bakar campuran yaitu minyak tanah, bensin dan oli. Daya tahan kapal kurang lebih 7-8 tahun dan daya tahan mesin kurang lebih 6 tahun, tergantung dari perawatan dari pemakaian masing-masing nelayan (Gambat 14). (3) Nelayan Kapal gillnet dioperasikan oleh sekitar 4-6 orang dan sebagian besar nelayan yang mengoperasikan gillnet adalah penduduk asli desa setempat. Sebagai nelayan merupakan mata pencarian utama dari penduduk setempat, sedangkan jika pada saat kapal tidak melakukan kegiatan penangkapan, terutama pada saat musim kurang ikan, nelayan bekerja sampingan sebagai petani dan memancing. Pembagian tugas nelayan gillnet adalah sebagai berikut: 1. Juru mesin (1 orang), bertugas dalam masalah mesin pada kapal gillnet 2 Juru pantau (1 orang), bertugas mendeteksi gerombolan ikan 3. Juru tawur (2 orang), bertugas melempar gillnet pada proses setting dilakukan

48 4. Juru pemberat (1 orang), bertugas mengatur dan merapikan pemberat sebelum dan sesudah melakukan kegiatan penangkapan ikan 5. Juru pelampung (1 orang), bertugas mengatur dan merapikan pelampung sebelum dan sesudah melakukan kegiatan penangkapan ikan. Gambar 14 Kapal gillnet di Maluku Tenggara. 4.1.3 Pancing tonda (1) Alat tangkap Satu unit pancing tonda (Gambar 15) yang digunakan oleh nelayan Maluku Tenggara adalah: (1) Tali pancing terbuat dari polyamide (PA) monofilemen No.60 (2) Mata pancing terbuat dari bahan besi (3) Satu buah pemberat timah seberat 20 gram (4) Penggulung tali dari plastik berdiameter 15 cm (5) Umpan buatan bulu ayam berwarna putih

49 Gambar 15 Desain alat pancing tonda. Pemasangan bagian-bagian pancing dimulai dengan memasukkan umpan buatan ke tali pancing pada bagian porosnya, kemudian pemberat dipasang di atas mata pancing. Setelah itu mata pancing diikatkan ke tali pancing sehingga lengkaplah satu unit pancing tonda yang siap dioperasikan. Umpan buatan yang digunakan oleh nelayan setempat adalah bulu ayam berwarna putih. Bahan yang digunakan untuk membuat umpan buatan adalah :Bulu ayam berwarna putih bersih, diambil yang tidak terlalu kaku atau keras dan halus. Bulu demikian berasal dari bagian leher dan dekat bagian ekor ayam. Jumlah bulu yang digunakan sekitar 15 helai dengan panjang 8-12 cm. Pembuatan umpan dengan mengikat bulu ayam menggunakan benang jahit mengelilingi sedotan plastik atau batang bambu tidak terlihat. Satu mata pancing dapat menggunakan 1-3 buah umpan buatan sekaligus,disusun berdasarkan panjang bulu ayam pembentuk umpan. Mata pancing yang digunakan bernomor 4,5 dan 6. Ukuran mata pancing nomor 4 tinggi 6,5 cm dengan lebar 2,8 cm, mata pancing nomor 5 tinggi 5,9 dengan lebar 2,5 cm, mata pancing nomor 6 tinggi 5,2 cm dengan lebar 2,2 cm (Gambar 16).

50 Gambar 16 Ukuran mata pancing yang digunakan. (2) Kapal Kapal pancing tonda yang digunakan berukuran 13 X 1.20 X 1 m dengan tenaga penggerak berkekuatan 40 PK sebanyak 1 buah. Pada bagian dalam kapal digunakan untuk tempat peletakan jaring alat pancing tonda (Gambar 17). Gambar 17 Kapal pancing tonda di Maluku Tenggara. (3) Nelayan Nelayan pancing tonda berjumlah 1-2 orang dalam satu perahu. Pembagian tugas bagi nelayan adalah satu orang sebagai juru mudi merangkap sebagai pemancing di bagian buritan perahu, dan yang lain bertugas sebagai pemancing sekaligus mencari tanda-tanda keberadaan ikan.

51 4.1.4 Rumpon Rumpon merupakan suatu alat bantu yang berperan penting dalam kegiatan penangkapan ikan. Rumpon sangat penting untuk menghadang ikan pelagis yang sedang beruaya agar terkonsentrasi di sekitar rumpon. Hal tersebut sangat mendukung kesuksesan pengoperasian alat tangkap purse seine, gillnet dan pancing tonda, karena alat tangkap ini dapat menangkap lebih dari satu jenis ikan pelagis dengan jumlah ikan yang lebih banyak. Nelayan di Desa Sathen dan Kur dalam mengoperasikan purse seine, gillnet, pancing tonda juga menggunakan rumpon sebagai alat bantu penangkapan. Masing-masing armada penangkapan mempunyai sekitar 1-3 buah rumpon. Rumpon dipasang pada beberapa mil laut dari pantai dan bergantung pada kecerahan perairan. Rumpon dilengkapai dengan bendera tanda dengan jarak pemasangan sekitar 1-2 mil laut dari fishing base ke fishing ground. Daerah penangkapan berdasarkan pada rumpon yang telah dipasang pada perairan. Nelayan purse seine, gillnet, pancing tonda bisa saja melakukan operasi penangkapan ikan pada rumpon yang bukan milik mereka, berdasarkan kesepakatan antara nelayan yang bersangkutan dengan pemilik rumpon. Komponen material rumpon yang digunakan terdiri atas pelampung rakit yang terbuat dari batangan bambu, yang dilengkapi dengan alat pengumpul ikan (attraktor) yang terbuat dari daun kelapa, tali pengikat dan tali pemberat dari polyethylene, tali kawat dan swivel serta pemberat atau jangkar yang terbuat dari drum yang dicor beton. Kontruksi rumpon rakit bambu dapat dilihat pada Gambar 18-A. Sebaliknya pada rumpon drum plastik sebangian besar bahan yang digunakan bukan dari alam melainkan berasal dari buatan seperti bahan sintesis drum plastik, bambu, daun kelapa serta semen cor (Gambar 18 B).

52 A B Gambar 18 Rumpon bambu (A) dan rumpon drum plastik (B), yang dioperasikan oleh nelayan. 4.2 Hasil Tangkapan 4.2.1 Jenis dan jumlah hasil tangkapan Dalam penelitian ini ikan yang tertangkap pada purse seine adalah layang (Decapterus ruselli) sebanyak 52.957 ekor, ikan tongkol (Auxis thazard) sebanyak 11.144 ekor. Sedangkan hasil tangkapan gillnet sebanyak 5.743 ekor yang terdiri dari 4.130 ekor ikan layang, tongkol (Auxis thazard) 1.040 ekor, tenggiri (Scomberomorus commersoni) 573 ekor. Total tangkap pancing tonda sebanyak 1006 yang semuanya terdiri dari ikan tongkol (Decapterus russelli) (Gambar 19). Berdasarkan Gambar tersebut dapat diketahui bahwa produktivitas purse seine paling tinggi, kemudian menyusul gillnet dan pancing tonda. JumlahTangkapan(ekor) 60000 50000 40000 30000 20000 52957 11144 Layang Tongkol Tenggiri 10000 4130 1040 573 1006 0 Purse Seine Gill Net Pancing Tonda Alat Tangkap Gambar 19 Komposisi jenis tangkapan menurut alat tangkap.

53 Hasil tangkapan total dari dua jenis rumpon sebanyak 70.850 ekor yang berasal dari rumpon bambu sebanyak 65.446 ekor dan dari rumpon drum plastik sebanyak 5.404 ekor (Gambar 20). Hal ini berarti bahwa hasil tangkapan yang diperoleh dari rumpon bambu lebih tinggi dibandingkan dengan rumpon drum plastik. Berdasarkan Gambar 20 dapat diketahui bahwa ikan layang (Decapterus russelli) lebih dominan tertangkap pada kedua jenis rumpon. 60000 53872 Layang Hasil Tangkapan (ekor) 50000 40000 30000 20000 10000 11001 573 3215 2189 Tongkol Tenggiri 0 0 Bambu Drum Plastik Jenis Rumpon Gambar 20 Komposisi jenis tangkapan menurut rumpon. Komposisi jumlah tangkapan menurut jenis alat tangkap dan jenis rumpon dapat dilihat pada Gambar 21. Berdasarkan Gambar 21 terlihat bahwa hasil tangkapan purse seine lebih banyak, baik di lokasi pemasangan rumpon bambu maupun rumpon drum plastik. Sedangkan hasil tangkapan paling rendah diperoleh dari pancing tonda untuk kedua jenis rumpon. 70000 60000 60423 Hasil Tangkapan(ekor) 50000 40000 30000 20000 10000 3720 4235 1466 218 0 788 Drum Plastik Purse Seine Gill Net Alat Tangkap Pancing Tonda Bambu Gambar 21 Komposisi jenis tangkapan menurut kombinasi alat tangkap dan rumpon.

54 4.2.2 Ukuran panjang Jumlah ikan layang ukuran besar lebih banyak dibandingkan dengan ukuran kecil. Sedangkan ikan tongkol dan tenggiri didominasi hasil tangkapan ukuran kecil. Adapun perbandingan hasil tangkapan ukuran besar dan kecil untuk ketiga jenis ikan tersebut dapat dilihat pada Gambar 22 dan Lampiran 5. 35000 30000 25000 20000 31343 25744 Besar Kecil 15000 10568 10000 5000 0 2622 Layang Tongkol Tenggiri Jenis Ikan 573 Gambar 22 Komposisi ukuran panjang menurut jenis ikan. Ikan layang, baik ukuran besar maupun ukuran kecil dominan tertangkap dari rumpon bambu, yaitu masing-masing sebesar 30.572 ekor (53,55 %) dan 23.300 ekor (40,82 %), sedangkan sisanya berasal dari rumpon drum plastik dengan komposisi ukuran besar sebesar 1873 ekor (3,28 %) dan ukuran kecil sebanyak 1.342 ekor (2,35 %). Untuk ikan tongkol ukuran besar dan kecil juga lebih banyak tertangkap pada rumpon bambu seperti halnya dengan ikan layang (Gambar 23 dan Lampiran 6). Hasil tangkapan ikan tenggiri semuanya masuk dalam kategori ukuran kecil dan tertangkap dari rumpon bambu. Data pengukuran panjang ikan sampel hasil tangkapan berdasarkan ukuran ikan (Lampiran 15), ikan layang (Decapterus russelli) yang tertangkap di perairan Maluku Tenggara ukuran kecil dominan pada selang kelas 18-20 cm sebanyak 6.284 ekor sedangkan ukuran besar dominan pada selang kelas 30-32. Ikan tongkol (Auxis thazard) tertangkap paling banyak pada ukuran kecil pada selang

55 kelas 39-40 cm dan ukuran besar dominan tertangkap pada selang kelas 44-46 cm sebanyak 2.237 ekor, kemudian ikan tenggiri semua tertangkap ukuran kecil dan dominan pada selang kelas 76-81 sebanyak 123 ekor. Jumlah Ikan (ekor) 35000 30000 25000 20000 15000 10000 30572 5854 23300 5147 Layang Tongkol Tenggiri 5000 573 1873 1275 1342 914 0 Besar Kecil Besar Kecil Rumpon bambu Rumpon drum plastik Jenis Rumpon Dan Ukuran Ikan Gambar 23 Komposisi ukuran ikan menurut jenis ikan dan rumpon. Ikan layang ukuran besar dominan tertangkap dengan purse seine yaitu sebanyak 27.213 ekor (47,67 %), dan ditangkap dengan gillnet sebanyak 4.130 ekor (7,23 %). Ikan layang ukuran kecil cukup banyak ditangkap dengan purse seine yaitu sebanyak 25.744 ekor ( 45,10 %). Untuk ikan tongkol, tangkapan ukuran besar lebih banyak dihasilkan dengan gillnet yaitu 1040 ekor (7,88 % ), sedangkan tangkapan ukuran kecil yang jumlahnya dominan semuanya tertangkap dengan gillnet, yaitu sebanyak 10.568 ekor (80,12 %). Selanjutnya, ikan tenggiri semuanya masuk katagori kecil dan tertangkap dengan gillnet (Gambar 24 dan Lampiran 7).

56 Jumlah Tangkapan Ikan (ekor) 30000 25000 20000 15000 10000 5000 0 27213 576 25744 10568 4130 1040 573 1006 Besar Kecil Besar Kecil Besar Kecil Purse seine Gillnet Pancing tonda Jenis Alat Tangkap dan Ukuran Ikan Layang Tongkol Tenggiri Gambar 24 Komposisi ukuran ikan menurut jenis ikan dan alat tangkap. 4.2.3 Ukuran berat Berat total ikan yang tertangkap pada rumpon bambu sebanyak 9.554 kg tertangkap dengan purse seine sebanyak 85,42 %, dengan gillnet 9,66 % dan pancing tonda sebanyak 4,91 %. Berat total ikan yang tertangkap pada rumpon drum plastik sebanyak 4.474 kg, yang tertangkap dengan purse seine 90,75 %, dengan gillnet dan pancing tonda masing-masing sebanyak 3,93%, dan 5,32 %. Berat total ikan tertangkap dengan purse seine 12.230 kg yang tertangkap pada rumpon bambu 66,80% dan rumpon drum plastik 33,20 %. Jumlah tangkapan gillnet sebanyak 1.100 kg yang berasal dari rumpon bambu 84,00 % dan rumpon drum plastik 16,00 %. Kemudian berat total ikan yang tertangkap dengan pancing tonda sebanyak 708 kg yang berasal dari rumpon bambu 66,38 % dan rumpon drum plastik 33,62 % (Gambar 25). Gillnet, 9.66% Pancing Tonda, 4.91% Gillnet, 3.93% Pancing Tonda, 5.32% A Rumpon Bambu Purse Seine, 85.42% Rumpon Drum Plastik Purse Seine, 90.75%

57 Rumpon Drum P las tik, 33.20% Rumpon Drum Plastik, 16.00% Rumpon Drum Plastik, 33.62% B Purse Seine Rumpon Bambu, 66.80% Gillnet Rumpon Bambu, 84.00% Pancing Tonda Rumpo n Bambu, 66.38% Gambar 25 Persentase berat ikan menurut (A) rumpon dan (B) alat tangkap. 4.3 Efektivitas Rumpon Berdasarkan hasil perhitungan efektivitas alat bantu rumpon terhadap operasi penangkapan ikan menunjukan efektivitas pada kedua rumpon menunjukan perbedaan yang sangat menyolok. (Tabel 8). Rumpon bambu memiliki efektivitas yang jauh lebih tinggi (92,37 %) dari efektivitas rumpon drum plastik (7,63 %). (Tabel 8). Tabel 8 Efektivitas kedua rumpon berdasarkan jumlah hasil tangkapan Jenis Rumpon Total Hasil Tangkapan (ekor) Efektivitas Rumpon (%) Bambu 65.446 92.37 Drum Plastik 5.404 7.63 Total 70.850 100 4.4 Efektifitas Alat Tangkap Data efektivitas tiap alat tangkap didapatkan dengan menghitung rasio dari hasil tangkapan masing-masing alat tangkap dengan total hasil tangakapan semua alat tangkap di lokasi penelitian selama kurun waktu pengamatan. Berdasarkan perhitungan purse seine memiliki tingkat efektivitas tertinggi (90,53 %), dibandingkan dengan alat tangkap gillnet dan pancing tonda memiliki nilai efektivitas rendah, yaitu 8,05 % dan 1,42 % (Tabel 9).

58 Tabel 9 Efektivitas alat tangkap berdasarkan total hasil tangkapan Jenis Alat Tangkap Total Hasil Tangkapan (ekor) Efektivitas Alat Tangkap (%) Purse Seine 64.143 90,53 Gillnet 5.701 8,05 Pancing Tonda 1.006 1,42 Total 70.850 100 4.4 Teknologi Penangkapan Tepat Guna Analisis aspek ekologi meliputi kecepatan arus yaitu arus yang terjadi di perairan Maluku Tenggara rata-rata bervariasi lebih kecil dari 0,03 m/detik dan kecepatan tertinggi 1m/detik sehingga faktor ini dapat berpengaruh nyata terhadap operasi penangkapan purse seine, sedangkan gillnet dan pancing tonda tidak berpengaruh secara nyata. Dari hasil analisa terhadap keberadaan plankton di perairan Maluku Tenggara dapat ditemukan 23 speceis. Adapun species dominan dari jenis fitoplankton yaitu Skeletonema sp dan Streptotheca sedangkan dari jenis zooplankton yang paling dominan yaitu Copepoda sp dan Acanthochiasma sp. Faktor keberadaan plankton ini dapat memberikan kontribusi yang tinggi terhadap operasi penangkapan purse seine, gillnet dan pancing tonda. Sedangkan faktor suhu dan salinitas di perairan Maluku Tenggara berkisar rata-rata antara 27,8 0 C sampai 35 0 C, dengan nilai rata-rata 33,5 ppm. Faktor suhu dan selanitas tidak jauh berbeda dan tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah hasil tangkapan purse seine, gillnet dan pancing tonda. Selanjutnya dilakukan standarisasi terhadap aspek ekologi secara keseluruhan dengan menggunakan fungsi nilai, sepert tertera pada Tabel 10. Tabel 10 Standarisasi aspek ekologi menurut alat tangkap Jenis Unit Penangkapan Ekologi X1 X2 X3 X4 RX UP Purse Seine 0,00 1,00 0,75 0,50 2,25 1 Gill net 0,00 1,00 0,50 0,50 2,00 2 Pancing tonda 0,00 1,00 0,75 0,50 2,25 1 Keterangan: X1 = Kecepatan arus X2 = Keberadaan plankton X3 = Kesesuaian salinitas X4 = Kesesuaian suhu UP = Urutan prioritas

59 Analisis aspek sosial meliputi penilaian terhadap penyerapan tenaga kerja per unit penangkapan, penerimaan nelayan per unit penangkapan dan kemungkinan kepemilikan perikanan tangkap oleh nelayan. (Lampiran 12). Nilai peyerapan tenaga kerja purse seine memerlukan sebanyak 17 20 orang sedangkan gillnet dan pancing tonda masing-masing dapat menyerap 2 6 orang. Nilai kriteria pendapatan nelayan per tahun di peroleh dari upah nelayan per trip dan sistim bagi hasil tahunan antara nelayan per unit perikanan tangkap tanpa memperhitungkan kelebihan yang diperoleh nelayan tertentu, misalnya untuk juru mudi lebih dari ABK lainnya, dan kriteria kemungkinan kepemilikan perikanan tangkap ikan oleh nelayan didapatkan dari pembagian antara pendapatan nelayan per tahun dengan investasi dari setiap perikanan tangkap yang diteliti. Selanjutnya dilakukan standarisasi terhadap aspek sosial secara keseluruhan dengan menggunakan fungsi nilai seperti tertera pada Tabel 11. Tabel 11 Standarisasi aspek sosial menurut alat tangkap Jenis Unit Penangkapan Sosial X1 X2 X3 RX UP Purse Seine 1,00 1,00 1,00 3,00 1 Gillnet 0,18 0,10 0,10 0,38 2 Pancing tonda 0,00 0,00 0,00 0,00 3 Keterangan: X1 = Jumlah tenaga kerja X2 = Pendapatan nelayan per tahun X3 = Kemungkinan kepemilikan UP = Urutan prioritas Analisis aspek ekonomi meliputi penilaian terhadap kriteria efesiensi usaha dan kelayakan finansial. (Lampiran 13). Efesiensi usaha meliputi penerimaan kotor per tahun, penerimaan kotor per trip, penerimaan kotor per tenaga kerja dan penerimaan kotor per tenaga penggerak. Untuk standarisasi aspek ekonomi berdasarkan aspek kriteria efesiensi usaha unit perikanan tangkap, seperti tertera pada Tabel 12.

60 Tabel 12 Standarisasi aspek ekonomi menurut alat tangkap Jenis Unit Penangkapan Ekonomi X1 X2 X3 X4 RX UP Purse Seine 1,00 1,00 0,00 1,00 3,00 1 Gillnet 0,10 0,10 1,00 0,25 1,45 2 Pancing tonda 0,00 0,00 0,50 0,00 0,50 3 Keterangan: X1 = Penerimaan kotor per tahun X2 = Penerimaan kotor per trip X3 = Penerimaan kotor per tenaga kerja X4 = Penerimaan kotor per tenaga penggerak UP = Urutan prioritas Untuk mendapatkan alat tangkap terpilih atau teknologi tepat guna yang menjadi prioritas untuk dikembangkan, dilakukan penggabungan nilai dari aspek ekologi, sosial dan ekonomi. Setelah dilakukan standarisasi dari ketiga aspek maka unit penangkapan yang memiliki nilai tertinggi sebagai unit penangkapan prioritas yang paling layak untuk dikembangkan. Dapat dilihat pada tabel 13. Tabel 13 Standarisasi aspek ekologi, sosial dan ekonomi pada unit penangkapan Jenis Unit Penangkapan Kriteria Penilaian X1 X2 X3 RX UP Purse Seine 1,00 1,00 1,00 3,00 1 Gillnet 0,00 0,38 0,13 0,51 3 Pancing tonda 1,00 0,00 0,00 1,00 2 Keterangan : X1 = Standarisasi aspek ekologi X2 = Stansarisasi aspek sosial X3 = Standarisasi aspek ekonomi UP = Urutan prioritas