BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN 5.1 Simpulan Penelitian ini ingin mengetahui gambaran pola asuh yang diberikan oleh orang tua pada remaja yang melakukan penyalahgunaan narkoba. Penelitian ini dilakukan terhadap 47 orang mahasiswa/i di Jakarta dengan rentang usia 18 sampai 22 tahun. Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan, didapatkan hasil bahwa: otoritarian memiliki nilai sebesar 38,3% yang terdiri dari pola pemakaian narkoba cobacoba sebesar 4,25%, pola pemakaian narkoba sosial 4,25%, pola pemakaian narkoba situasional 12,77% pola pemakaian narkoba habituasi 8,51% dan ketergantungan narkoba 8,51%. otoritatif memiliki nilai 23,4% yang terdiri dari pola pemakaian narkoba coba-coba sebesar 8,51%, pola pemakaian narkoba sosial sebesar 4,25%, pola pemakaian narkoba situasional 2,13%, pola pemakaian narkoba habituasi 6,38% dan ketergantungan narkoba 2,13%. permisif memiliki nilai sebesar 38,3% yang terdiri dari pola pemakaian coba-coba sebesar 10,63%, pola pemakaian narkoba sosial sebesar 8,51%, pola pemakaian narkoba situasional sebesar 6,38%, pola pemakaian narkoba habituasi sebesar 4,25% dan ketergantungan narkoba sebesar 8,51%.
5.2 Diskusi Hasil yang diperoleh dari penelitian ini menunjukan bahwa mahasiswa/i yang diasuh dengan tipe pola asuh otoritarian dan permisif memiliki nilai yang paling tinggi sebesar 38,3%, dan mahasiswa/i yang diasuh dengan tipe pola asuh otoritatif memiliki nilai paling rendah yaitu sebesar 23,4%. Kohn (dalam Sipahutar, 2010) Pola asuh orang tua merupakan cara orang tua membentuk kepribadian dan mengkontrol perilaku anak yang ditunjukan melalui sikapsikap yang diberikan oleh anak. Sikap-sikap tersebut antara lain bagaimana cara orang tua menunjukkan respon, penerimaan, aturan, tuntutan, hukuman, dukungan dan kasih sayang. Mengacu pada teori psikososial Erik Erikson, bahwa setiap individu memiliki kebutuhan kebutuhan pada setiap tahapannya. Dua puluh tahun pertama kehidupan dari seorang anak digunakan untuk membentuk rasa kepercayaan, keterampilan, penilaian diri, tanggung jawab dan membangun rasa percaya diri (dalam Clemes, 1995). Peran orang tua sendiri memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap pertumbuhan dari seorang anak karena orang tua merupakan sumber pertama bagi anak untuk dapat mempelajari pendidikan dasar dan secara langsung membentuk kepribadian anak. Perkembangan positif akan diperoleh anak apabila mereka juga mendapatkan pengasuhan yang positif dari orang tua mereka, sebaliknya anak akan merasa kecewa, gagal, rendah diri dan frustasi jika orang tua mereka terlalu banyak menuntut, sering memberikan hukuman yang keras dan kurang adanya kedisiplinan (dalam Santrock, 2011). Pires dan Jenkins (2006) dalam penelitiannya yang berjudul A Growth Curve Analysis of the Joint Influence of Parenting Affect, Child Characteristic and Deviant Peers on Adolescent Illicit Drug Use mengatakan bahwa pola asuh orang tua merupakan salah satu faktor yang menyebabkan penyalahgunaan narkoba pada remaja. Orang tua yang sering memberikan hukuman secara fisik, tidak adanya kehangatan, penolakan yang dilakukan oleh orang tua dan tidak efektifnya disiplin yang diterapkan oleh orang tua merupakan faktor-faktor yang menyebabkan remaja menjadi menyalahgunakan narkoba.
Dari penelitian yang peneliti lakukan, didapatkan hasil bahwa pola asuh otoritarian dan permisif memiliki nilai yang sama tinggi dibandingkan dengan pola asuh otoritatif. Baumrind (Paapila, Olds & Feldman, 2009) mengatakan pola asuh otoritarian memiliki gaya mendidik yang sifatnya membatasi, menghukum dan memaksa untuk mematuhi orang tua. Anak yang diasuh dengan pola asuh otoriter umumnya sering sekali tidak bahagia, takut, cemas dan cenderung memiliki tingkat stress yang tinggi. Anak yang diasuh dengan pola asuh otoritarian ini dapat menyebabkan anak menyalahgunakan narkoba sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Pires & Jenkins. Pires & Jenkins (2006) mengatakan bahwa orang tua yang kurang menunjukan kasih sayang serta tidak memiliki kedekatan yang baik dengan anaknya cenderung memiliki anak yang melakukan penyalahgunaan narkoba. Baumrind (Paapila, Olds & Feldman, 2009) mengatakan pola asuh permisif merupakan jenis pola asuh yang memberikan segala sesuatu yang diminta oleh anak serta membiarkan anak-anaknya melakukan apapun yang diinginkan tanpa memberikan aturan dan kontrol yang jelas. Anak-anak yang diasuh dengan pola asuh permisif umumnya mengalami kesulitan dalam mengendalikan prilakunya, mendominasi, tidak patuh dan kurang menghormati orang lain Anak yang diasuh dengan pola asuh permisif ini dapat menyebabkan anak menyalahgunakan narkoba sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Pires & Jenkins. Pires & Jenkins (2006) mengatakan bahwa salah satu kesuksesan melindungi anak dari penyalahgunaan narkoba adalah keterikatan yang kuat antara anak dengan orang tua juga konsistennya penerapan disiplin dan pengawasan dari orang tua. Pada pola asuh permisif ini anak tidak mendapatkan penerapan disiplin dan juga pengawasan yang konsisten dari orang tua mereka. Pada penelitian yang peneliti lakukan, pola asuh otoritatif memiliki nilai paling rendah. Baumrind (Paapila, Olds & Feldman, 2009) mengatakan pola asuh otoritatif merupakan jenis pola asuh yang memberikan batasan dan juga kontrol terhadap anak, namun masih memberikan kesempatan bagi anak untuk dapat mandiri dan juga memiliki tanggung jawab pribadi. Anak yang diasuh dengan pola asuh otoritatif umumnya lebih percaya diri, memiliki penendalian diri yang baik, mampu mengelola stress dan dapat bekerja sama dengan teman sebaya maupun orang-orang yang lebih tua. Meskipun pola
asuh otoritatif merupakan jenis pola asuh yang paling positif namun tidak menutup kemungkinan bagi anak dengan pola asuh ini sampai melakukan penyalahgunaan narkoba. Pires & Jenkins (2006) mengatakan bahwa di usia remaja, seorang anak akan lebih banyak menghabiskan waktu bersama dengan peer grupnya. Apabila seorang remaja memiliki hubungan dengan teman yang berprilaku menyimpang maka remaja tersebut juga memiliki nilai yang tinggi dalam penyalahgunaan narkoba. 5.3 Saran 5.3.1 Saran Untuk Penelitian Selanjutnya Pada penelitian yang sudah dilakukan ini, masih banyak beberapa kelemahan sehingga dibutuhkan saran untuk penelitian selanjutnya. Saran-saran tersebut antara lain: 1. Memperbanyak sampel. Sampel dalam penelitian ini hanya berjumlah 47 sampel, untuk penelitian selanjutnya mungkin bisa menggunakan lebih dari 47 sample. 2. Pada alat ukur tingkatan pemakaian narkoba, terdapat salah satu dimensi dengan nilai alpha cronbach dibawah 0,6. Untuk penelitian selanjutnya mungkin bisa menambahkan item lebih banyak lagi sehingga nilai reliabilitas yang didapatkan juga lebih tinggi. 3. Saran selanjutnya adalah dengan menambahkan variabel-variabel lainnya yang memiliki kesinambungan dengan topik penyalahgunaan narkoba pada remaja seperti; variabel konsep diri, kecerdasan emosional ataupun self esteem. 5.3.2 Saran Praktis Saran praktis bagi perguruan tinggi dan orang tua : 1. Saran bagi perguruan tinggi di Jakarta untuk memperbanyak seminar tentang bahaya penyalahgunaan narkoba dan mewajibkan para mahasiswa/i untuk menghadirinya. Saat penelitian ini dilakukan banyak dari sampel yang memiliki persepsi berbeda yang ekstrim dan tidak mengetahui bahwa ganja, dumolid, aprazolam, ecstasy dan lain sebagainya merupakan jenis-jenis dari narkoba yang dapat menyebabkan ketergantungan dalam jangka waktu yang lama dan dapat merusak fisik, saraf serta mental pemakainya.
2. Saran bagi para orang tua agar tidak memberikan hukuman yang terlalu keras bahkan sampai melakukan kekerasan fisik pada remaja`, memberikan perhatian dan juga penghargaan pada perkembangan yang ditunjukan anak meskipun hanya dalam hal kecil saja, menerapkan aturan-aturan yang tegas dan membuka kesempatan untuk berdialog dengan anak.