BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERFIKIR, HIPOTESIS
|
|
- Ridwan Sudjarwadi
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERFIKIR, HIPOTESIS A. Pola Asuh 1. Definisi Pola Asuh Baumrind (dalam Bee & Boyd, 2007) menyatakan bahwa para orangtua tidak boleh menghukum dan mengucilkan anak, tetapi sebagai gantinya orangtua harus mengembangkan aturan aturan bagi anak dan mencurahkan kasih sayang kepada mereka. Menurut Santrock, (2012) pola asuh merupakan cara orangtua terhadap anak- anak mereka yang menghadapi masa remaja untuk tumbuh menjadi individu yang matang secara sosial. Gunarsa (2000), Pola asuh orangtua merupakan perlakuan orang tua dalam interaksi dimana orang tua menunjukkan kekuasaan dan cara orang tua memperhatikan keinginan anak. Kekuasaan atau cara yang digunakan orangtua mengarah pada pola asuh yang diterapkan. Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa pola asuh adalah cara orangtua dalam mendidik dan mengasuh anak dengan tujuan agar anak dapat tumbuh menjadi individu yang matang secara kognisi dan sosial. 11
2 12 2. Tipe Tipe Pola Asuh Menurut Baumrind (dalam Santrock, 2002) tipe- tipe pola asuh dibagi dalam tiga macam pola asuh, yaitu autoritarian (auhtoritarian parenting), autoritatif (autoritative parenting), dan permisif (permissive parenting). Pola asuh autoritarian (autoritative parenting) adalh pola asuh yang mana orangtua membatasi, menghukum dan mendesak anak untuk mengikuti arahan- arahan, menghormati usaha dan kerja keras. Orangtua yang otoritarian memberikan batasan dan kontrol yang tegas pada remaja serta menjaga jarak dan kurang hangat dibanding orangtua lain. Pola asuh autoritatif (authoritative parenting) mendorong anak untuk bebas tetapi tetap memberikan batasan dan mengendalikan tindakan- tindakan mereka. Komunikasi verbal timbal balik bisa berlangsung dengan bebas dan oragtua bersikap hangat dan bersifat membesarkan hati anak. Pola asuh autoritatif berkaitan dengan perilaku sosial anak yang kompeten. Pola asuh permisif (permissive parenting) dimana orangtua memberikan kebebasan pada anak dalam mengambil keputusan tanpa memberikan batasan- batasan, kontrol dan perhatian, atau cenderung sangat tidak peduli dengan kehidupan anak.
3 13 3. Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Pola Asuh Menurut Belsky (dalam Setyorini, 2010) menyatakan ada beberapa hal yang mempengaruhi pola asuh, yaitu: a. Orangtua yaitu bagaimana pengalaman pola asuh orangtua terdahulu, serta karakretistik gaya pengasuhan yang diberikan kedua orangtuanya dimasa kecil berpengaruh pada pola pengasuhan yang dilakukan saati ini. Orangtua yang puas atas gaya pengasuhan orangtuanya terdahulu akan menggunakan konsep yang sama pada anak- anaknya, sebaliknya jika orangtua tidak puas dengan pola pengasuhan yang diberikan orangtuanya terdahulu akan menggunakan konsep pengasuhan yang berbeda dengan orantuanya. b. Anak, karateristik yang dimiliki anak mempengaruhi pola pengasuhan yang diberikan orangtunya. Tergantung pada jenis kelamin, usia dan tempramen dari anak itu sendiri. Dimana pola asuh orangtua yang memiliki anak yang masih balita tentu berbeda dengan pola asuh orangtua yang memiliki anak remaja, begitu pula pola asuh anak laki- laki dan perempuan pasti berbeda. c. Jaringan sosial, yaitu lingkungan dimana kita tinggal dapat menjadi sumber stres atau bahkan memberi dukungan. Orantua yang kurang mendapat dukungan sosial cenderung melakukan pola asuh dengan gaya otoriter d. Pekerjaan artinya, ibu yang memiliki keinginan untuk bekerja tetapi tidak bekerja biasanya mengalami ketidakpuasan dalam pengasuhan. Karena mengasuh anak sama beratnya dengan
4 14 menyelesaikan pekerjaan sehingga menimbulkan stres tersendiri bagi orangtua. e. Kebudayaan atas kelas sosial, suku, agama, tingkat pendidikan orangtua, pengetahuan atau keterampilan yang dimiliki, struktur keluarga dan jumlah urutan kelahiran anak juga berpengaruh terhadap gaya pengasuhan orangtua. 4. Dampak- Dampak Pola Asuh Dampak pola asuh pada anak yang dikemukaan oleh Baumrind (dalam Santrock, 2002), berdasarkan tipe- tipe pola asuh adalah: a. Pola asuh autoritarian (authoritatian parenting), berhubungan dengan pola perilaku anak yang tidak kompeten secara sosial. Anak dengan pola asuh autoritarian sering merasa cemas mengenai perbandingan sosial, gagal untuk memulai aktifitas, dan memiliki kemampuan komunikasi yang buruk. b. Pola asuh Autoritatif (authoritative parenting), berhubungan dengan perilaku anak yang kompeten secara sosial. Remaja dengan pola asuh asutoritatif akan mandiri dan bertanggung jawab secara sosial. c. Pola asuh permisif (permissive parenting), berhubungan dengan perilaku anak impulsif, agresif, tidak patuh, manja, kurang mandiri, mau menang sendiri, kurang matang secara sosial dan kurang percaya diri.
5 15 B. Penerimaan Diri 1. Definisi Penerimaan Diri Santrock (2007), berpendapat bahwa penerimaan diri merupakan suatu kesadaran untuk menerima diri sendiri apa adanya. Penerimaan diri pada remaja tidak berarti menerima begitu saja kondisi dirinya tanpa berusaha mengembangkan dirinya lebih lanjut. Penerimaan diri lebih bersifat suatu proses dalam hidup sepanjang hayat manusia. Dalam proses penerimaan diri dapat muncul konflik, tekanan, frustasi yang menyebabkan remaja terdorong untuk meneliti berbagai kemungkinan perilaku untuk membebaskan dirinya dari kegagalan. Cooper (2003), mengatakan bahwa penerimaan diri suatu tingkatan kesadaran individu tentang karakteristik pribadinya dan memiliki kemauan untuk hidup dengan keadaan tersebut, hal ini berarti individu tersebut memiliki pengetahuan tentang dirinya sehingga menerima kelebihan dan kekurangannya. Berdasarkan (Chaplin, 2008), penerimaan diri diartikan sebagai sikap seseorang yang merasa dirinya puas dengan apa yang ia miliki, kuliataskualitas dan bakat-bakatnya sendiri, serta mengakui akan keterbatasannya. Jadi dalam proses penerimaan diri yang dipaparkan oleh Chaplin adanya perasaan puas terhadap apa yang individu miliki dan adanya pengakuan akan keterbatasan yang dimilikinya. Pengakuan dan rasa puas terhadap diri dapat mendatangkan rasa berharga, misalnya seseorang mengakui akan ketidakmampuanya dalam berjalan atau melakukan aktivitas sebelumnya karena kecacatan fisik yang dia dapatkan tanpa melakukan alat bantu dan individu dapat menerima keadaan tersebu. Sikap demikian tidak akan membuat
6 16 individu mencela dirinya sendiri ketika mendapatkan hambatan dalam melakukan aktivitas akibat kecacatan fisiknya. Dari beberapa pendapat mengenai penerimaan diri, dapat disimpulkan bahwa penerimaan diri merupakan keadaan dimana individu dapat menerima dan mencintai segala sesuatu yang terjadi pada dirinya, baik kekurangan maupun kelebihan yang dimiliki dan dapat berfikir secara rasional tentang apa yang terjadi pada dirinya. 2. Karakteristik Penerimaan Diri Menurut Hayes et al (dalam Ciarochi & Bilich, 2006) karakteristik penerimaan diri terbagi atas dua, yaitu: a. Menghindari Pengalaman (Avoidance) adalah fenomena yang terjadi ketika seseorang tidak bersedia untuk tetap berhubungan dengan pengalaman pribadi tertentu, dan mengubah bentu pengalaman tersebut yang mengakibatkan penghindaran dan mengakibatkan perubahan perilaku ke arah negatif. b. Menerima Pengalaman (Acceptane) mampu menerima pengalaman dengan memandang secara positif tanpa melakukan penghindaran dari apa yang telah terjadi. 3. Aspek- aspek Penerimaan diri Menurut Williams and Lynn (2011), aspek aspek penerimaan diri erbagi atas enam aspek yaitu: a. Kesadaran (Awarness) yaitu dasar dari sebuah penerimaan diri dimana individu menerima dan menyadari pengalaman- pengalaman tanpa menghindari yang telah terjadi
7 17 b. Ketidakterikatan (Non- attachment) yaitu, melepaskan keterikatan seseorang atas rangsangan internal maupun eksternal terhadap peristiwa yang telah dialami. c. Tidak Menghakimi (Non-Judgement) proses kognitif dimana individu tidak menghakimi pengalaman daro segi baik buruknya maupun benar atau salah pengalaman tersebut. d. Radical Acceptance menggambarkan kesediaan menyeluruh atas apa yang dialami. e. Toleransi (Tolerance) penerimaan pengalaman sebagai kemampuan untuk meregulasi emosi tanpa melakukan penghindaran atau melarikan diri dari pengalaman tersebut. f. Kerelaan (Willingness) kemauan individu untuk menghadapi situasi yang sulit. 4. Faktor- Faktor Penerimaan diri Menurut Ryff (2013), membagi faktor- faktor penerimaan diri untuk memperoleh kesejahteraan psikologis adalah sebagai berikut: a. Menerima Diri Menerima diri ditunjukan pada individu yang dapat mengevaluasi secara positif terhadap dirinya yang sekarang maupun dirinya dimasa yang lalu. Individu dalam hal ini dapat mempertahankan sikap-sikap positifnya dan sadar akan keterbatasan yang dimiliki. Dengan kata lain, seseorang yang mampu menerima dirinya adalah orang yang memiliki kapasitas untuk mengetahui dan menerima kekuatan setara kelemahan dirinya dan ini merupakan salah satu karakteristik dari fungsi secara psikologis.
8 18 b. Hubungan Positif Dengan Orang Lain Individu ini mampu mengelola hubungan interpersonal secara emosional dan adanya kepercayaan satu sama lain sehingga merasa nyaman. Selain itu adanya hubungan positif dengan orang lain juga ditandai dengan memiliki kedekaatan yang berarti dengan orang yang tepat tanpa melihat kekurangan diri. c. Penguasaan Terhadap Lingkungan Perlakuan suatu lingkungan sosial terhadap seorang individu dapat menciptakan sebuah tingkah laku orang tersebut. Seseorang yang medapatkan sebuah perlakuan dilingkungan sosial yang baik akan mendukung penerimaan dirinya sendiri dengan baik, dan begitupun sebaliknya apabila seorang individu mendapatkan sebuah perlakuan lingkungan buruk terhadap dirinya makan akan sulit untuk menerima dirinya sendiri. d. Tujuan Hidup Individu tersebut memiliki tujuan dan keyakinan bahwa hidupnya berarti. Dalam pengertian kematangan juga menakankan adanya pemahaman akan tujuan hidup. Oleh sebab itu, seseorang yang telah bisa berfungsi secara positif akan memiliki tujuan, yang mana semua hal tersebut akan mengerah pada hidup yang bermakna pada pencapaian mimpi-minpi yang diharapkan tiap individu dalam masa depannya. Sehingga individu dapat percaya dengan keadaaan diri yang tidak maksimal ia memiliki tujuan hidup yang akan menompang dan percaya akan kemampuan dirinya.
9 19 e. Pertumbuhan Pribadi Berfungsinya aspek psikologi yang optimal mensyaratkan tidak hanya seorang tersebut mencapai suatu karkteristik yang telah diciptakan sebelumnya, namun juga adanya keberlanjutan dan pengembangan akan potensi yang dimiliki, untuk tumbuh dan terus berkembang sebagai seorang yang berkualitas. Kebutuhan untuk mengaktualisasikan diri sendiri dan merealisasikan potensi yang dimilikinya adalah merupakan pusat dari sudut pandang klinis mengenai pertumbuhan pribadi. 5. Dampak Penerimaan Diri Seseorang yang memiliki penerimaan diri yang baik akan dapat menyesuaikan dirinya akan bahagia dan sukses, seseorang yang memiliki penyesuaian social yang baik akan menjadi terkenal, akan menikmati hubungan kontak sosialnya, dan akan memiliki kehidupan yang berjalan baik.berikut dampak penerimaan diri menurut Hurlock (2004), yaitu: a. Dampak Penerimaan Diri Dalam Penyesuaian Diri Seseorang yang memiliki penerimaan diri tidak akan memikirkan bahwa dirinya sendiri sebagai teladan yang benar-benar sempurna. Salah satu karakteristik dari orang yang memiliki penyesuaian diri yang baik adalah orang yang dapat mengenali segala kelebihan yang ada pada dirinya daripada kekurangannya. Seseorang yang mempunyai penerimaan diri akan memiliki kepercayaan diri dan harga diri, sehingga timbul kemampuan untuk menerima dan memilah kritikan yang tertuju kepada dirinya, untuk ditujukansebagai perbaikan atas segala kekurangan
10 20 dalam diri. Penerimaan diri disertai oleh rasa aman yang berasal dari dalam diri. Ini dapat mendukung seseorang untuk percaya bahwa dirinya dapat mengatasi masalah dan menerima orang-orang yang berarti di dalam hidupnya. Selain itu juga mendukung seseorang untuk mengembangkan dirinya secara realistis, sehingga dapat menggunakan potensinya secara efektif. Yang terpenting adalah seseorang yang mampu menerima dirinya tidak akan mau menjadi orang lain. Ia akan merasa puas dengan menjadi dirinya sendiri, dan tidak berpura-pura untuk menjadi orang lain. b. Dampak Penerimaan Diri Dalam Penyesuaian Sosial Seseorang yang dapat meneriama dirinya akan merasa cukup aman untuk menaruh minat pada orang lain dan menunjukan empati. Sehingga memiliki penyesuaian sosial yang baik daripada orang yang cenderung berorientasi pada dirinya sendiri, karena mempunyai perasaan yang kurang memadai dan lebih rendah. C. Ibu yang Menikah Muda Menikah dan menjadi seorang ibu, sewajarnya terjadi pada tahap perkembangan dewasa awal, tetapi seorang ibu yang menikah muda adalah seorang wanita yang telah menikah dan memiliki anak pada tahap perkembangan usia remaja.
11 21 1. Definisi Remaja Remaja adalah suatu usia dimana individu terintegrasi ke dalam masyarakat dewasa, dimana anak sudah merasa bahwa dirinya sejajar dengan orang yang lebih tua tetapi belum diterima penuh untuk memasuki golongan orang dewasa oleh karena itu fase remaja sering disebut fase pencarian jati diri (Ali & Asrori, 2008). Menurut Papalia, Olds, & Fieldman (2009), remaja adalah peralihan masa perkembangan antara masa kanak- kanak ke masa dewasa yang meliputi perubahan besar pada aspek fisik, kognitif dan psikososial. Dari pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa remaja adalah proses transformasi dari anak- anak menuju dewasa yang diikuti dengan perubahan fisik, kognitif, dan sosial. 2. Karakteristik Remaja Karakteristik remaja menurut Ali & Asrori (2008), menunjukan sejumlah sikap yang sering ditunjukan oleh remaja adalah sebagai berikut: a. Kegelisahan yang artinya, remaja ingin mendapat pengalaman sebanyak- banyaknya, tetapi disisi lain mereka merasa belum mampu melakukan berbagai hal dengan baik sehingga tidak berani mengambil tindakan sehingga mencari pengalaman langsung dari sumbernya. Tarik menarik antara keinginan yang tinggi dan kemampuan yang belum memadai membuat remaja gelisah.
12 22 b. Pertentangan, dimana remaja berada pada situasi psikologis antara ingin melepaskan diri dari oarangtua dan perasaan belum mampu untuk mandiri. Oleh karena itu, sering munculnya pertentangan antara orangtua dan anak. c. Keinginan mencoba segala sesuatu adalah fase dimana remaja memiliki rasa ingin tau yang tinggi (high curiosity) atau ingin membuktikan bahwa dirinya mampu berbuat seperti apa yang dilakukan orang dewasa. Rasa ingin tau yang tinggi dapat membawa remaja kedalam hal positif dan negatif. Oleh karena itu, peran orangtua diperlukan untuk membimbing anak mereka agar tidak terjerumus pada hal negatif. 3. Tugas- Tugas Remaja Tugas perkembangan remaja bertujuan untuk meninggalkan perilaku anak- anak dan berusaha berperilaku dewasa. Adapun tugas tugas perkembangan remaja menurut Ali & Asrori (2008), yaitu: a. Mampu menerima keadaan fisiknya b. Mampu menerima dan memahami peran seks usia dewasa c. Mampu membina hubungan baik dengan anggota kelompok yang berlainan jenis. d. Mencapai kemandirian emosional.. e. Memahami dan menginternalisasikan nilai- nilai orang dewasa dan orang tua.. f. Mempersiapkan diri untuk memasuki perkawinan
13 23 g. Memahami dan mempersiapkan berbagai tanggung jawab kehidupan keluarga. 4. Perilaku Seksual Pada Remaja Sebagai makhluk seksual remaja juga memiliki dorongan seksual untuk membentuk kedekatan romantis atau biasa dikatakan seksual adalah bagian dari pencapaian identitas seksual. Masalah seksual yang terjadi pada remaja adalah terjadinya hubungan seksual pranikah, homoseksual serta bentuk seksual lain yang sebelumnya belum dapat diterima (Papalia, 2009). Santrock (2003), berpendapat perilaku seksual remaja biasanya cenderung meningkat atau progresif. Biasanya diawali dengan necking (berciuman sampai ke dada), kemudia diikuti dengan petting (saling menempelkan alat kelamin) dan diakhiri dengan hubungan intim. Perilaku seksual pada remaja mengakibatkan salah satunya adalah kehamilan pada remaja yang akan dijabarkan sebagai berikut: a. Sifat dasar kehamilan pada remaja adalah suatu masalah yang kompleks yang merangsang berbagai isu sensitif seperti pertentangan mengenai hak aborsi, alat kontrasepsi dan pertanyaan mengenai apakah remaja telah memiliki akses yang mudah untuk mendapatkan hal tersebut. Pada awalnya kehamilan remaja dialami akibat seks pra-nikah, angka kehamilan cukup tinggi, tetapi saat ini kehamilan pada remaja dikuti dengan tingginya angka menikah muda di usia tahun. b. Konsekuensi Kehamilan pada Remaja adalah resiko kesehatan bagi ibu dan anaknya. Bayi yang dilahirkan ibu remaja beratnya
14 24 cenderung lebih rendah dan menyebabkan kematian bayi. Selain itu, remaja yang hamil diusia muda cenderung tidak melanjutkan sekolah dan memiliki gaji rendah. c. Faktor kognitif dalam kehamilan remaja biasanya terjebak dalam dunia mental yang terpisah dari kenyataan. Artinya, remaja remaja merasa bahwa tidak akan terjadi sesuatu pada dirinya. Tetapi pada kenyataannya, remaja belum mampu untuk menghadapi konsekuensi yang terjadi. Biasanya, mereka cenderung tidak tahu apa yang harus dilakukan. d. Remaja sebagai orangtua biasanya memiliki berbagai kasus seperti, anak anak yang dilahirkan dari ibu remaja tidak dapat mengerjakan tes intelegensi sebaik anak-anak yang dilahirkan oleh ibu yang berusia 20 tahun keatas. Kasus lain, ibu yang masih remaja mulai membenci anak yang mereka lahirkan pada tahun pertama. Sehingga anak tersebut tidak bisa berbicara sampai berusia 2 tahun. Ibu yang masih remaja sadar bahwa keterlambatan perkembangan anak mereka merupakan kesalahan mereka. Disaat ibu atau orangtua lainnya senang memiliki anak, namun tidak dengan orang tua remaja karena mereka harus menjaga anak- anak mereka sehingga membuat mereka tidak bisa keluar untuk berkencan, dan harapan positif yang sebelumnya mereka miliki menjadi hambar.
15 25 5. Pernikahan Dini di Indonesia Berdasarkan tahap perkembangan, pernikahan terjadi pada tahap dewasa awal, tetapi fenomena yang terjadi belakangan ini pernikahan terjadi di usia remaja. Maraknya pernikahan dini di Indonesia. Pernikahan dini merupakan gambaran rendahnya kependudukan dan terjadi fenomena sendiri. Akibat yang timbul di tingkat keluarga beragam dan berdampak langsung pada kesejahteraan keluarga. Respon atas masalah penikahan dini masih sebatas isu dan belum menjadi kebijakan di Indonesia (BKKBN, 2012). 6. Penyebab Pernikahan dini Penyebab pernikahan dini seperti yang dilansir (BKKBN, 2012) sebagai berikut: a. Pendidikan Rendah Biasanya faktor pendidikan menjadi salah satu seseorang untuk melakukan pernikahan dini. Biasanya seseorang yang melakukan pernikahan dini adalah orang- orang yang memiliki tingkat pendidikan yang rendah. b. Kebutuhan Ekonomi Tuntutan ekonomi keluarga membuat sebagian orangtua menikahkan anaknya di usia muda. Hal ini bertujuan untuk mengurangi beban finansial keluarga. c. Kultur Menikah Muda Faktor budaya menjadi salah satu penyebab terjadinya perbikahan dini. Di beberapa daerah seseorang yang telah memasuki usia
16 26 tertentu diwajibkan untuk menikah, dan hal tersebut telah terjadi turun menurun. d. Pernikahan yang Diatur Pernikahan yang telah diatur diartikan sebagai perjodohan yang dilakukan orangtua pada anaknya. Orangtua biasanya menjodohkan anak mereka, ketika usia anak mereka dirasa sudah cukup untuk menikah. e. Seks Bebas Remaja Faktor penyebab pernikahan dini selanjutnya adalah akibat dari seks bebas yang dilakukan oleh remaja. Seks bebas berimbas pada kehamilan di luar nikah. Orangtua biasanya menikahkan anak mereka yang hamil di luar nikah untuk menutupi rasa malu atau aib keluarga. D. Kerangka Berpikir Gambar 2.1 Kerangka Berpikir Penelitian Penerimaan Diri Ibu Menikah Muda Penerapan Pola Asuh Pada Anak
17 27 Dari gambar diatas, dapat dijelaskan bahwa penerimaan diri Ibu menikah muda memiliki hubungan dengan cara penerapan pola asuh yang diberikan pada anak mereka. Artinya, semakin baik penerimaan diri seseorang, maka pola asuh yang diterapkan akan cenderung menerapkan pola asuh yang baik pula. Apabila seseorang memiliki penerimaan diri yang rendah, maka ibu yang menikah muda akan menerapkan pola asuh yang cenderung otoriter. E. Hipotesis H 1 : Ada hubungan antara penerimaan diri dengan penerapan pola asuh remaja yang menikah muda
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada bab II ini akan menjelaskan Psychological well-being, dimensidimensi
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pada bab II ini akan menjelaskan Psychological well-being, dimensidimensi psychological well-being, faktor-faktor yang berkaitan dengan psychological well-being, pengertian remaja,
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kepuasan Kerja 2.1.1 Definisi Kepuasan Kerja Kepuasan kerja adalah sikap emosional yang menyenangkan dan mencintai pekerjaannya. Sikap ini dicerminkan oleh moral kerja (Hasibuan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masa remaja berhubungan dengan perubahan intelektual. Dimana cara
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Masa remaja berhubungan dengan perubahan intelektual. Dimana cara berpikir remaja mengarah pada tercapainya integrasi dalam hubungan sosial (Piaget dalam Hurlock, 1980).
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. tersebut mempelajari keadaan sekelilingnya. Perubahan fisik, kognitif dan peranan
BAB II LANDASAN TEORI A. KEMANDIRIAN REMAJA 1. Definisi Kemandirian Remaja Kemandirian remaja adalah usaha remaja untuk dapat menjelaskan dan melakukan sesuatu yang sesuai dengan keinginannya sendiri setelah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. saling mengasihi, saling mengenal, dan juga merupakan sebuah aktifitas sosial dimana dua
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pacaran merupakan sebuah konsep "membina" hubungan dengan orang lain dengan saling mengasihi, saling mengenal, dan juga merupakan sebuah aktifitas sosial dimana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kemandirian sehingga dapat diterima dan diakui sebagai orang dewasa. Remaja
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja adalah masa transisi dimana pada masa itu remaja memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, sedang mencari jati diri, emosi labil serta butuh pengarahan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian Masa remaja adalah masa peralihan dari anak-anak ke dewasa yang jangka
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Masa remaja adalah masa peralihan dari anak-anak ke dewasa yang jangka waktunya berbeda bagi setiap orang, tergantung faktor sosial dan budaya. Dengan terbentuknya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. Remaja adalah mereka yang berusia diantara tahun dan merupakan
1 BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Remaja adalah mereka yang berusia diantara 10-24 tahun dan merupakan salah satu kelompok populasi terbesar yang apabila dihitung jumlahnya berkisar 30% dari jumlah
Lebih terperinciMateri kuliah e-learning HUBUNGAN ORANG TUA DENGAN ANAK REMAJA oleh : Dr. Triana Noor Edwina DS, M.Si Dosen Fakultas Psikologi Universitas Mercu
Materi kuliah e-learning HUBUNGAN ORANG TUA DENGAN ANAK REMAJA oleh : Dr. Triana Noor Edwina DS, M.Si Dosen Fakultas Psikologi Universitas Mercu Buana Yogyakarta Selamat membaca, mempelajari dan memahami
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. jangka waktunya berbeda bagi setiap orang tergantung faktor sosial dan budaya.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja adalah masa peralihan antara tahap anak dan dewasa yang jangka waktunya berbeda bagi setiap orang tergantung faktor sosial dan budaya. Dengan terbukanya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan keadaan yang nyaman dalam perut ibunya. Dalam kondisi ini,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri tanpa kehadiran manusia lainnya. Kehidupan menjadi lebih bermakna dan berarti dengan kehadiran
Lebih terperinciDalam keluarga, semua orangtua berusaha untuk mendidik anak-anaknya. agar dapat menjadi individu yang baik, bertanggungjawab, dan dapat hidup secara
BABI PENDAHULUAN BABI PENDAHULUAN 1.1. LA TAR BELAKANG MASALAH Dalam keluarga, semua orangtua berusaha untuk mendidik anak-anaknya agar dapat menjadi individu yang baik, bertanggungjawab, dan dapat hidup
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN. remaja ini terbagi di SMKN 1, SMKN 2, SMKN 5, SMA Mataram, SMA
BAB IV HASIL PENELITIAN A. Orientasi dan Kancah Penelitian Penelitian ini dilakukan pada remaja berusia 17-21 tahun. Para remaja ini terbagi di SMKN 1, SMKN 2, SMKN 5, SMA Mataram, SMA Ksatrian dan di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan menjadi prioritas dalam hidup jika seseorang sudah berada di usia yang cukup matang dan mempunyai
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA PERILAKU ASERTIF DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA REMAJA PUTRI. Skripsi
HUBUNGAN ANTARA PERILAKU ASERTIF DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA REMAJA PUTRI Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Diajukan oleh : Putri Nurul Falah F 100
Lebih terperinciPerkembangan Sepanjang Hayat
Modul ke: Perkembangan Sepanjang Hayat Memahami Masa Perkembangan Dewasa Awal dalam Aspek Psikososial Fakultas PSIKOLOGI Hanifah, M.Psi, Psikolog Program Studi Psikologi http://mercubuana.ac.id Masa Dewasa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pada masa remaja, salah satunya adalah problematika seksual. Sebagian besar
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini, masalah-masalah yang muncul dalam kehidupan remaja sering menimbulkan berbagai tantangan bagi para orang dewasa. Banyak hal yang timbul pada masa remaja,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. khusus remaja seakan-akan merasa terjepit antara norma-norma yang baru
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fenomena perubahan yang terjadi dalam masyarakat dewasa ini khususnya bagi remaja merupakan suatu gejala yang dianggap normal, sehingga dampak langsung terhadap perubahan
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. laku spesifik yang bekerja secara individu dan bersama sama untuk mengasuh
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Pola Asuh 1.1 Definisi Pengasuhan adalah kegiatan kompleks yang mencakup berbagai tingkah laku spesifik yang bekerja secara individu dan bersama sama untuk mengasuh anak (Darling,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. identitas dan eksistensi diri mulai dilalui. Proses ini membutuhkan kontrol yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Remaja adalah generasi penerus bangsa, oleh karena itu para remaja harus memiliki bekal yang baik dalam masa perkembangannya. Proses pencarian identitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bagi setiap kalangan masyarakat di indonesia, tidak terkecuali remaja.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kecepatan arus informasi dan semakin majunya teknologi sekarang ini yang dikenal dengan era globalisasi memberikan bermacam-macam dampak bagi setiap kalangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan orang lain, atau dengan kata lain manusia mempunyai
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai makhluk sosial setiap manusia mempunyai dorongan untuk berhubungan dengan orang lain, atau dengan kata lain manusia mempunyai dorongan untuk bersosialisasi.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada masa transisi yang terjadi di kalangan masyarakat, secara khusus
16 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada masa transisi yang terjadi di kalangan masyarakat, secara khusus remaja seakan-akan merasa terjepit antara norma-norma yang baru dimana secara sosiologis, remaja
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. mencapai kedewasaan sesuai dengan norma-norma yang ada dalam
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pola Asuh Orangtua Pola asuh orangtua merupakan interaksi antara anak dan orangtua selama mengadakan kegiatan pengasuhan. Pengasuhan ini berarti orangtua mendidik, membimbing,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tabel 1. Hasil Presentase Pernikahan Dini di Pedesaan dan Perkotaan. Angka Pernikahan di Indonesia BKKBN (2012)
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Angka pernikahan dini di Indonesia terus meningkat setiap tahunya. Data Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional BKKBN (2012), menyatakan bahwa angka pernikahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keagamaan. Bahkan hubungan seksual yang sewajarnya dilakukan oleh
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Zaman yang bertambah modern ini nilai-nilai yang bersifat baik atau nilai moral menjadi semakin berkurang didalam kehidupan bermasyarakat. Pergaulan yang salah dan terlalu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memfungsikan secara maksimal fungsi fisik maupun psikisnya. pergolakan dalam dalam jiwanya untuk mencari jati diri.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan tahap perkembangan antara masa anak-anak dan masa dewasa yang ditandai oleh perubahan fisik umum serta perkembangan kognitif dan sosial. Masa remaja
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Remaja adalah masa peralihan diantara masa kanak-kanak dan dewasa.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja adalah masa peralihan diantara masa kanak-kanak dan dewasa. Dalam masa ini, anak mengalami masa pertumbuhan dan masa perkembangan fisiknya maupun perkembangan
Lebih terperinciUNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pernikahan adalah tahap yang penting bagi hampir semua orang yang memasuki masa dewasa awal. Individu yang memasuki masa dewasa awal memfokuskan relasi interpersonal
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ekonomi. Remaja akan mengalami transisi dari masa kanak-kanak menuju dewasa. Pada
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa transisi dari segi biologi, psikologi, sosial dan ekonomi. Remaja akan mengalami transisi dari masa kanak-kanak menuju dewasa. Pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUIAN. A. Latar Belakang Masalah. meningkat. Remaja menjadi salah satu bagian yang sangat penting terhadap
BAB I PENDAHULUIAN A. Latar Belakang Masalah Perilaku seksual yang tidak sehat khususnya dikalangan remaja cenderung meningkat. Remaja menjadi salah satu bagian yang sangat penting terhadap penyalahgunaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa yang pada umumnya dimulai pada usia 12 atau 13 tahun dan berakhir pada usia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pernikahan merupakan salah satu tahapan dalam kehidupan manusia. Hal ini
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pernikahan merupakan salah satu tahapan dalam kehidupan manusia. Hal ini sering terjadi di belahan bumi manapun dan terjadi kapanpun. Pernikahan itu sendiri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pentingnya perilaku asertif bagi setiap individu adalah untuk memenuhi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pentingnya perilaku asertif bagi setiap individu adalah untuk memenuhi segala kebutuhan dan keinginan dan keinginan, misalnya dalam bersosialisasi dengan lingkungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Salah satu komponen dalam sistem pendidikan adalah adanya siswa, siswa
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu komponen dalam sistem pendidikan adalah adanya siswa, siswa merupakan komponen yang sangat penting dalam sistem pendidikan, sebab seseorang tidak bisa dikatakan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bagi remaja itu sendiri maupun bagi orang-orang yang berada di sekitarnya.
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa yang menarik untuk dikaji, karena pada masa remaja terjadi banyak perubahan yang dapat mempengaruhi kehidupan, baik bagi remaja itu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Riesa Rismawati Siddik, 2014 Kontribusi pola asuh orangtua terhadap pembentukan konsep diri remaja
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja adalah usia seseorang yang sedang dalam masa transisi yang sudah tidak lagi menjadi anak-anak, dan tidak bisa juga dinilai dewasa, saat usia remaja ini anak ingin
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. proses penyesuaian diri seseorang dalam konteks interaksi dengan lingkungan
7 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. PENYESUAN SOSIAL 1. Pengertian Penyesuaian sosial merupakan suatu istilah yang banyak merujuk pada proses penyesuaian diri seseorang dalam konteks interaksi dengan lingkungan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Keluarga Nilai Anak
7 TINJAUAN PUSTAKA Keluarga Keluarga merupakan tempat pertama dan utama dimana seorang anak dididik dan dibesarkan. Berdasarkan Undang-undang nomor 52 tahun 2009, keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Prostitusi merupakan fenomena yang tiada habisnya. Meskipun telah dilakukan upaya untuk memberantasnya dengan menutup lokalisasi, seperti yang terjadi di lokalisasi
Lebih terperinciRemaja Pertengahan (15-18 Tahun)
Pertemuan Orang Tua Masa perkembangan setelah masa anak-anak dan menuju masa dewasa, yang meliputi perkembangan fisik, kognitif, emosi, sosial, moral, dan kesadaran beragama. REMAJA Batasan Usia Remaja
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KECEMASAN KOMUNIKASI PADA REMAJA DI JAKARTA BAB 1 PENDAHULUAN
HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KECEMASAN KOMUNIKASI PADA REMAJA DI JAKARTA BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pola asuh merupakan interaksi yang diberikan oleh orang tua dalam berinteraksi
Lebih terperinciPENERIMAAN DIRI PADA WANITA BEKERJA USIA DEWASA DINI DITINJAU DARI STATUS PERNIKAHAN
PENERIMAAN DIRI PADA WANITA BEKERJA USIA DEWASA DINI DITINJAU DARI STATUS PERNIKAHAN Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan seseorang memasuki masa dewasa. Masa ini merupakan, masa transisi dari masa anak-anak menuju dewasa.
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Remaja 2.1.1 Pengertian Remaja Pada umumnya remaja didefiniskan sebagai masa peralihan atau transisi dari masa anak-anak menuju masa dewasa yang berjalan antara umur 12 tahun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja dikatakan masa yang paling menyenangkan dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja dikatakan masa yang paling menyenangkan dan berkesan.masa remaja terjadi setelah masa kanak-kanak dan sebelum masa dewasa (DeBrum dalam Jahja, 2011).
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi dari anak-anak ke fase remaja. Menurut
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja adalah masa transisi dari anak-anak ke fase remaja. Menurut Papalia et, al (2008) adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk hidup mempunyai kebutuhan demi
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Manusia sebagai makhluk hidup mempunyai kebutuhan demi melangsungkan eksistensinya sebagai makhluk. Kebutuhan tersebut meliputi kebutuhan psikologis dimana
Lebih terperinciHUBUNGAN KEINTIMAN KELUARGA DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN POLTEKKES BHAKTI MULIA
HUBUNGAN KEINTIMAN KELUARGA DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN POLTEKKES BHAKTI MULIA ABSTRACT Chusnul Chotimah Dosen Prodi D3 Kebidanan Politeknik Kebidanan Bhakti
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang .
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kata pacaran sudah sangat biasa ditelinga masyarakat luas saat ini. Bahkan dari dulu pun pacaran sudah bisa dikatakan sebagai budaya mulai remaja sampai orang dewasa.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. (Santrock,2003). Hall menyebut masa ini sebagai periode Storm and Stress atau
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Masa remaja ditandai oleh perubahan yang besar diantaranya kebutuhan untuk beradaptasi dengan perubahan fisik dan psikologis, pencarian identitas dan membentuk hubungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dapat diabaikan dalam kehidupan manusia. Namun demikian, orang tua masih
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah perilaku seksual pada remaja saat ini menjadi masalah yang tidak dapat diabaikan dalam kehidupan manusia. Namun demikian, orang tua masih menganggap tabu untuk
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Perilaku Seksual Pranikah
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Perilaku Seksual Pranikah 1. Pengertian Perilaku Seksual Pranikah Menurut Sarwono (2005) perilaku seksual pranikah adalah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. fisik, tetapi juga perubahan emosional, baik remaja laki-laki maupun perempuan.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perubahan hormon pada fase remaja tidak saja menyebabkan perubahan fisik, tetapi juga perubahan emosional, baik remaja laki-laki maupun perempuan. Perubahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. istri adalah salah satu tugas perkembangan pada tahap dewasa madya, yaitu
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Membangun sebuah hubungan senantiasa menjadi kebutuhan bagi individu untuk mencapai kebahagiaan. Meskipun terkadang hubungan menjadi semakin kompleks saat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. namun akan lebih nyata ketika individu memasuki usia remaja.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang permasalahan Setiap manusia tidak dapat hidup sendiri, manusia pasti membutuhkan orang lain disekitarnya mulai dari hal yang sederhana maupun untuk hal-hal besar didalam
Lebih terperinciBAB II. Tinjauan Pustaka
BAB II Tinjauan Pustaka Dalam bab ini peneliti akan membahas tentang tinjauan pustaka, dimana dalam bab ini peneliti akan menjelaskan lebih dalam mengenai body image dan harga diri sesuai dengan teori-teori
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TEORITIS
BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Remaja 2.1.1 Definisi Remaja Masa remaja adalah periode transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa, yang melibatkan perubahan biologis, kognitif, dan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI Pengertian Tugas-tugas Perkembangan Remaja. Menurut Havighurst (dalam Syaodih : 161) mengatakan bahwa:
BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Pengertian Tugas-tugas Perkembangan Remaja Menurut Havighurst (dalam Syaodih. 2009.: 161) mengatakan bahwa: Definisi tugas perkembangan adalah suatu tugas yang
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Penyesuaian Sosial. Manusia adalah makhluk sosial.di dalam kehidupan sehari-hari manusia
14 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penyesuaian Sosial 1. Pengertian Penyesuaian Sosial Manusia adalah makhluk sosial.di dalam kehidupan sehari-hari manusia dituntut untuk dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan.
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kematangan Emosi Chaplin (2011) mengartikan kematangan (maturation) sebagai: (1) perkembangan, proses mencapai kemasakan/usia masak, (2) proses perkembangan, yang dianggap berasal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa transisi antara masa kanak-kanak dan dewasa dimana terjadi pacu tumbuh (growth spurt), timbul ciri-ciri seks sekunder, tercapai fertilitas
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kesejahteraan Psikologis. Ryff (1989) mendefinisikan kesejahteraan psikologis adalah sebuah kondisi
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kesejahteraan Psikologis 1. Pengertian Ryff (1989) mendefinisikan kesejahteraan psikologis adalah sebuah kondisi dimana individu memiliki sikap yang positif terhadap diri sendiri
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Ensiklopedia indonesia, perkataan perkawinan adalah nikah;
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Perkawinan Menurut Ensiklopedia indonesia, perkataan perkawinan adalah nikah; sedangkan menurut Purwadarminta (1979), kawin adalah perjodohan laki-laki dan perempuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengenal awal kehidupannya. Tidak hanya diawal saja atau sejak lahir, tetapi keluarga
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Setiap individu yang terlahir pada umumnya dapat mengenal lingkungan atau orang lain dari adanya kehadiran keluarga khususnya orangtua yg menjadi media utama
Lebih terperinciBAB 2 Tinjauan Pustaka
BAB 2 Tinjauan Pustaka Dalam bab ini, akan dibahas mengenai tinjauan pustaka yang digunakan peneliti terkait dengan penelitian yang dilakukan, dan dapat menjadi landasan teoritis untuk mendukung penelitian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perilaku seks dapat diartikan sebagai suatu perbuatan untuk menyatakan cinta dan menyatukan kehidupan secara intim. Sebagai manusia yang beragama, berbudaya, beradab
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Statistik (BPS) Republik Indonesia melaporkan bahwa Indonesia memiliki
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Berdasarkan sensus penduduk terbaru yang dilaksanakan pada tahun 2010, Badan Pusat Statistik (BPS) Republik Indonesia melaporkan bahwa Indonesia memiliki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memerlukan interaksi tersebut dalam berbagai bentuk. Manusia. malam harinya. Sebagai makhluk sosial, manusia memerlukan hubungan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebagai makhluk sosial manusia memerlukan hubungan interpersonal dan manusia memerlukan interaksi tersebut dalam berbagai bentuk. Manusia merupakan makhluk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang sangat melekat pada diri manusia. Seksualitas tidak bisa dihindari oleh makhluk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sampai saat ini masalah seksualitas selalu menjadi topik yang menarik untuk dibicarakan. Hal ini dimungkinkan karena permasalahan seksual telah menjadi suatu hal yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang ditandai adanya proses perubahan pada aspek fisik maupun psikologis
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak menuju dewasa, yang ditandai adanya proses perubahan pada aspek fisik maupun psikologis (Hurlock, 1988:261).
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kemudian dilanjutkan ke tahapan selanjutnya. Salah satu tahapan individu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan hidup manusia dialami dalam berbagai tahapan, yang dimulai dari masa kanak-kanak, remaja dan dewasa. Dalam setiap tahapan perkembangan terdapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diberikan dibutuhkan sikap menerima apapun baik kelebihan maupun kekurangan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penerimaan diri dibutuhkan oleh setiap individu untuk mencapai keharmonisan hidup, karena pada dasarnya tidak ada manusia yang diciptakan oleh Allah SWT tanpa kekurangan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang terjadi hampir bersamaan antara individu satu dengan yang lain, dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap manusia selalu mengalami perubahan sepanjang kehidupan yakni sejak dalam kandungan sampai meninggal. Fase-fase perkembangan yang terjadi hampir bersamaan
Lebih terperinci, 2015 GAMBARAN KONTROL DIRI PADA MAHASISWI YANG MELAKUKAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Meningkatnya perilaku seksual pranikah di kalangan generasi muda mulai mengancam masa depan bangsa Indonesia. Banyaknya remaja yang melakukan perilaku seksual pranikah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tentang orang lain. Begitu pula dalam membagikan masalah yang terdapat pada
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Wanita merupakan individu yang memiliki keterbukaan dalam membagi permasalahan kehidupan maupun penilaian mereka mengenai sesuatu ataupun tentang orang lain.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa dimana pada masa ini akan terjadi perubahan fisik, mental, dan psikososial yang cepat
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI. A. Perilaku Seksual Pranikah. 1. Perilaku Seksual. Sarwono (2003), mendefinisikan perilaku seksual remaja sebagai
8 BAB II KAJIAN TEORI A. Perilaku Seksual Pranikah 1. Perilaku Seksual Sarwono (2003), mendefinisikan perilaku seksual remaja sebagai segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual, baik dengan
Lebih terperinciKUESIONER GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA TENTANG PERILAKU SEKSUAL DI SMK PENCAWAN MEDAN TAHUN 2014
KUESIONER GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA TENTANG PERILAKU SEKSUAL DI SMK PENCAWAN MEDAN TAHUN 2014 I. Identitas Responden No.Responden : Jenis kelamin : Umur : Alamat rumah : Uang saku/bulan : II.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia tidak dapat hidup seorang diri karena manusia merupakan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia tidak dapat hidup seorang diri karena manusia merupakan makhluk sosial yang membutuhkan kehadiran individu lain dalam kehidupannya. Tanpa kehadiran
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI II. A. DUKUNGAN SOSIAL II. A. 1. Definisi Dukungan Sosial Menurut Orford (1992), dukungan sosial adalah kenyamanan, perhatian, dan penghargaan yang diandalkan pada saat individu mengalami
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. terjadi perbaikan perilaku emosional. Kematangan emosi merupakan
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Hurlock (1980) masa remaja dianggap sebagai periode badai dan tekanan, suatu masa dimana ketegangan emosi meninggi sebagai akibat dari perubahan fisik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Fenomena perilaku seks pranikah di kalangan remaja di Indonesia semakin
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Fenomena perilaku seks pranikah di kalangan remaja di Indonesia semakin meningkat prevalensinya dari tahun ke tahun. Hasil survei yang dilakukan oleh Biro
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berbagai macam hal yang tidak pernah diketahui sebelumnya. Dalam proses belajar
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keluarga merupakan lingkungan pertama bagi seorang anak dalam mempelajari berbagai macam hal yang tidak pernah diketahui sebelumnya. Dalam proses belajar inilah,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Remaja adalah suatu masa transisi dari masa anak ke dewasa yang ditandai dengan perkembangan biologis, psikologis, moral, dan agama, kognitif dan sosial
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dewasa. Periode ini dianggap sebagai masa penting karena memiliki dampak
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja merupakan periode seseorang bertransformasi dari anak-anak menuju dewasa. Periode ini dianggap sebagai masa penting karena memiliki dampak langsung dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam hidup semua orang pasti akan mengalami kematian, terutama kematian
BAB I PENDAHULUAN I.I Latar belakang Dalam hidup semua orang pasti akan mengalami kematian, terutama kematian seorang ayah. Kematian adalah keadaan hilangnya semua tanda tanda kehidupan secara permanen
Lebih terperinciSM, 2015 PROFIL PENERIMAAN DIRI PADA REMAJA YANG TINGGAL DENGAN ORANG TUA TUNGGAL BESERTA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHINYA
1 BAB I PENDAHULUAN 1.2 Latar Belakang Masalah Pada tahun 1980-an di Amerika setidaknya 50 persen individu yang lahir menghabiskan sebagian masa remajanya pada keluarga dengan orangtua tunggal dengan pengaruh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak pernah terlepas dari
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak pernah terlepas dari hubungannya dengan orang lain. Keberadaan orang lain dibutuhkan manusia untuk melakukan suatu
Lebih terperinciPERSEPSI MASYARAKAT MENGENAI HUBUNGAN SEKSUAL PRANIKAH DI KALANGAN REMAJA (Studi Kasus di Desa Kuwu, Kecamatan Kradenan, Kabupaten Grobogan)
PERSEPSI MASYARAKAT MENGENAI HUBUNGAN SEKSUAL PRANIKAH DI KALANGAN REMAJA (Studi Kasus di Desa Kuwu, Kecamatan Kradenan, Kabupaten Grobogan) NASKAH PUBLIKASI KARYA ILMIAH Untuk memenuhi sebagian persyaratan
Lebih terperinciS A N T I E. P U R N A M A S A R I U M B Y
PERKEMBANGAN SOSIAL : KELUARGA S A N T I E. P U R N A M A S A R I U M B Y PENGANTAR Keluarga adalah tempat dan sumber perkembangan sosial awal pada anak Apabila interaksi yang terjadi bersifat intens maka
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. berhubungan dengan orang lain (Stuart & Sundeen, 1998). Potter & Perry. kelemahannya pada seluruh aspek kepribadiannya.
7 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep diri 2.1.1. Pengertian Konsep diri Konsep diri adalah semua ide, pikiran, kepercayaan dan pendirian yang diketahui individu tentang dirinya dan mempengaruhi individu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini budaya barat telah banyak yang masuk ke negara kita dan budaya barat ini sangat tidak sesuai dengan budaya negara kita yang kental dengan budaya timur
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TEORITIS. Santrock menyebutkan bahwa remaja (adolescene) diartikan sebagai masa. perubahan biologis, kognitif, dan sosial-emosional.
BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Remaja Santrock menyebutkan bahwa remaja (adolescene) diartikan sebagai masa perkembangan transisi antara masa anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pengasuhan anak, dilakukan orang tua dengan menggunakan pola asuh
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengasuhan anak, dilakukan orang tua dengan menggunakan pola asuh tertentu. Penggunaan pola asuh ini memberikan sumbangan dalam mewarnai perkembangan terhadap
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI. dibaca dalam media massa. Menurut Walgito, (2000) perkawinan
6 BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Pernikahan 2.1.1. Pengertian Pernikahan Pernikahan merupakan suatu istilah yang tiap hari didengar atau dibaca dalam media massa. Menurut Walgito, (2000) perkawinan adalah nikah,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Wellbeing merupakan kondisi saat individu bisa mengetahui dan mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya, menjalin hubungan yang baik dengan orang lain, dan secara
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. Harga diri merupakan evaluasi individu terhadap dirinya sendiri baik secara
BAB II LANDASAN TEORI A. Harga Diri 1. Definisi harga diri Harga diri merupakan evaluasi individu terhadap dirinya sendiri baik secara positif atau negatif (Santrock, 1998). Hal senada diungkapkan oleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perkembangan dan menyelesaikan tugas-tugas perkembangan dimulai dari lahir, masa
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial. Manusia mengalami berbagai proses perkembangan dan menyelesaikan tugas-tugas perkembangan dimulai dari lahir, masa kanak-kanak,
Lebih terperinci