BAB II URAIAN TEORITIS. Penelitian yang telah dilakukan Sitepu (2006) yang berjudul Analisis

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II Tinjauan Pustaka

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Besar Kecilnya Penjualan Kredit ( Piutang ) :

MANAJEMEN PIUTANG ANDRI HELMI M, SE., MM MANAJEMEN KEUANGAN I

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keuangan perusahaan, juga bisa dilakukan dengan menggunakan analisis rasio

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Account Receivable Management

BAB II KERANGKA TEORITIS

PENGARUH PERPUTARAN PIUTANG TERHADAP PROFITABILITAS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (2012:210) merupakan klaim suatu perusahaan atas uang, barang, atau jasa

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RERANGKA PEMIKIRAN. operasional, manajemen sumber daya manusia dan manajemen keuangan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lain. Terdapat beberapa pengertian atau definisi dari piutang berdasarkan

Bab 7 Manajemen Piutang

II. TINJAUAN PUSTAKA Manajemen Piutang

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II URAIAN TEORITIS

BAB VI AKTIVA LANCAR-PIUTANG

BAB II URAIAN TEORITIS

PENGANGGARAN PIUTANG

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II KERANGKA TEORI. 2.1 Piutang (Accounts Receivable) kredit atas barang-barang yang dihasilkan oleh perusahaan.

BAB IV PEMBAHAS AN. IV.1. Analisis Kebijakan Kredit PT Tirta Varia Intipratama. yaitu, penjualan secara tunai atau secara kredit.

BAB III LANDASAN TEORI. mereka sendiri, dan disebut sistem lingkaran tertutup (closed-loop system). Sistem

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Secara umum istilah piutang timbul karena adanya kebijakan penjualan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II URAIAN TEORITIS

PERPUTARAN PIUTANG PADA PT MITRA ADIDAYA SAKTI SAMARINDA KALIMANTAN TIMUR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. klaim dalam bentuk uang terhadap pihak lainnya, termasuk individu,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tunggal Tbk bertujuan untuk mengetahui pengaruh perputaran piutang

BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Piutang Pengertian Piutang Herry (2009:266)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kaitannya dengan operasional perusahaan sehari-hari. Modal kerja yang

TINJAUAN PUSTAKA. 2.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Jumlah Investasi dalam Piutang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Analisis Piutang Pada PT. PLN (Persero) Area Pelayanan Dan Jaringan Bandung

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI. Definisi piutang menurut Standar Akuntansi Keuangan No.9 (revisi 2009)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Analisis Optimalisasi Modal Kerja pada CV. Dharma Utama Batu. Metode

Proudly present. Manajemen Piutang. Budi W. Mahardhika Dosen Pengampu MK.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perusahaan. Modal kerja merupakan kekayaan atau aset yang diperlukan

MANAJEMEN MODAL KERJA. ERLINA, SE. Fakultas Ekonomi Program Studi Akuntansi Universitas Sumatera Utara

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN PENGAJUAN HIPOTESIS. Sebagian besar perusahaan menjual secara kredit agar dapat menjual lebih banyak

BAB I. PENDAHULUAN. bagi mereka yang membuatnya. Perjanjian Kredit. Danamon Indonesia Unit Pasar Delitua dengan Toko Emas M.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Gitosudarmo (2002:81), piutang merupakan aktiva atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Modal Kerja. dan biaya-biaya lainnya, setiap perusahaan perlu menyediakan modal

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Dalam suatu aktivitas perekonomian, baik dalam lingkup yang sempit

BAB II KERANGKA TEORETIS

Bab 6, Manajemen Keuangan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terus berupaya untuk memulihkan kondisi perekonomian di Indonesia.

ANALISIS PENGELOLAAN PIUTANG SEBAGAI TINDAK LANJUT KEBIJAKAN PENJUALAN KREDIT

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Untuk membelanjai operasi perusahaan dari hari ke hari, misalnya untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian dan Klassifikasi Piutang. mempertahankan langganan-langganan yang sudah ada dan untuk menarik

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perusahaan merupakan suatu unit kegiatan tempat kerja sama yang

BAB 7 MANAJEMEN PIUTANG

Manajemen dan Kebijakan Modal Kerja 1 BAB 5 MANAJEMEN DAN KEBIJAKAN MODAL KERJA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia telah memaksa perusahaan-perusahaan di Indonesia untuk sebisa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu.

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. merupakan suatu ringkasan dari transaksi-transaksi keuangan yang terjadi selama

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dilakukan, penelitian-penelitian yang pembahasannya menguraikan satu topik dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi di Indonesia adalah pasar modal. Pasar modal efektif

BAB I PENDAHULUAN. Tingkat persaingan yang ketat menyebabkan perusahaan harus mencari alternatif

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. untuk semua hak atau klaim atas uang, barang dan jasa. Bila kegiatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. maupun penjualan secara kredit. Pada dasarnya perusahaan lebih menyukai penjualan

BAB III PEMBAHASAN HASIL PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK. Penulis melaksanakan Kuliah Kerja Praktek di PT. Dirgantara

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. defenisi dari modal kerja, kas, piutang dan persediaan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perusahaan adalah lapoaran keuangan. Laporan keuangan berisikan data-data

PENGARUH PERPUTARAN PIUTANG TERHADAP KINERJA PERUSAHAAN STUDI PADA PT. JAINDO METAL INDUSTRIES ABSTRAK

BAB II LANDASAN TEORI. Publik (2.12 a). Dalam hal ini piutang adalah termasuk aset yang dimaksud.

BAB II LANDASAN TEORI. Dewasa ini peranan akuntansi sebagai alat bantu pengambilan keputusankeputusan

BAB I PENDAHULUAN. Dengan adanya pembangunan industri tekstil maka persaingan di kalangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan judul penelitian Analisis Optimalisasi Penggunaan Modal Kerja pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Pengertian Sumber Daya Perusahaan. 1) Sumber daya modal atau uang berhubungan dengan sejumlah uang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dapat pula dimaksudkan sebagai dana yang tersedia untuk membiayai kegiatan

BAB 2 LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Menurut Benny Alexandri (2009:135), persediaan memiliki

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Menurut Martono dan Harjito (2014:51) analisis laporan keuangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. macet). Kredit macet adalah suatu risiko yang melekat pada suatu kredit di Bank,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian (Mudrajad Kuncoro dan Suhardjono, 2002:75).

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan yang semakin ketat menuntut koperasi / perusahaan untuk

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV ANALISIS STRATEGI PENCEGAHAN DAN IMPLIKASI PEMBIAYAAN MURA>BAH}AH MULTIGUNA BERMASALAH

Bab 5 Manajemen Kas dan Surat Berharga Jangka Pendek

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi menjanjikan peluang dan harapan bagi kesejahteraan warga

BAB II KERANGKA TEORI. menjaga kelangsungan hidup usaha tersebut dimasa yang akan datang dan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. laporan kemajuan yang secara periodik dilakukan pihak manajemen perusahaan yang

Transkripsi:

BAB II URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu Penelitian yang telah dilakukan Sitepu (2006) yang berjudul Analisis Manajemen Piutang Pada PT. Daya Muda Agung Cabang Medan, dengan perumusan masalah Apakah PT. Daya Muda Agung Cabang Medan telah mengelola manajemen piutangnya selama tahun 2001, 2002, 2003 dengan baik? Metode penelitian yang digunakan yaitu penelitian lapangan dan penelitian kepustakaan dan analisis data dengan metode analisis deskriptif dan deduktif, menjelaskan bahwa sistem manajemen piutang belum dikelola dengan baik dimana kebijakan kredit yang diterapkan mengakibatkan penjualan pada PT. Daya Muda Agung cabang Medan mengalami penurunan dari tahun 2001 dibandingkan dengan penjualan pada tahun 2002. B. Pengertian Piutang Setiap perusahaan dalam upayanya memperoleh pendapatan akan melakukan penjualan. Sebelum penjualan dilakukan biasanya akan disepakati terlebih dahulu bagaimana cara pembayaran transaksi tersebut apakah secara tunai atau secara kredit. Apabila pembayaran dilakukan secara kredit maka perusahaan akan menerima piutang yang akan dicatat di neraca hingga saat penagihan berhasil memperoleh pembayaran kas. Pos piutang dalam neraca biasanya merupakan bagian yang cukup besar dari aktiva lancar dan oleh karenanya perlu mendapat perhatian yang cukup serius agar perkiraan piutang ini dapat ditangani dengan cara yang seefisien mungkin. 9

10 Menurut Syahyunan (2004: 61) alasan perusahaan untuk melakukan penjualan secara kredit adalah untuk mendorong atau meningkatkan penjualan guna meningkatkan laba perusahaan. Pengertian luas istilah piutang dapat dipergunakan bagi semua hak terhadap pihak lain atas uang, barang dan jasa. Gitosudarmo (2002: 81) Piutang adalah merupakan aktiva atau kekayaan perusahaan yang timbul sebagai akibat dari dilaksanakannya kebijakan penjualan kredit. Kebijakan penjualan kredit ini merupakan kebijakan yang biasa dilakukan dalam dunia bisnis untuk merangsang minat para langganan. Jadi kebijakan ini sengaja dilakukan untuk memperluas pasar dan memperbesar hasil penjualan. C. Penggolongan Piutang Piutang merupakan semua hak atau klaim terhadap pihak lain atas uang, barang atau jasa terhadap seseorang atau perusahaan lain atas penjualan kredit yang dilakukan. Soemarso (2000: 339) mengemukakan bahwa piutang diklasifikasikan sebagai piutang dagang dan piutang lain-lain. Piutang dapat meliputi piutang yang timbul karena penjualan produk atau penyerahan jasa dalam rangka kegiatan usaha normal perusahaan. Piutang yang timbul diluar kegiatan usaha normal perusahaan digolongkan dalam piutang lain-lain. Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa piutang dapat diklasifikasikan menjadi dua (2) bagian besar, yaitu: Piutang Dagang dan Piutang Lainlain. 1. Piutang Dagang Piutang dagang merupakan piutang yang berasal dari penjualan barang-barang atau jasa yang dihasilkan perusahaan. Piutang ini merupakan penjualan kredit jangka

11 pendek kepada pelanggan. Pembayarannya biasanya jatuh tempo 30-50 hari. Perjanjian kreditnya merupakan persetujuan informan antara penjual dan pembeli yang di dukung oleh dokumen-dokumen perusahaan seperti faktur pesanan penjual dan kontrak penyerahan. Biasanya piutang dagang tidak melibatkan bunga meskipun bunga atau biaya jasa dapat saja ditambahkan bilamana pembayaran tidak dilakukan dalam periode tertentu. Piutang dagang merupakan tipe piutang yang paling lazim ditemukan dan umumnya mempunyai jumlah yang paling besar. Piutang dagang dibagi atas dua bagian, yaitu: a. Piutang Usaha Menurut Kieso dan Weigand (2002: 182) bahwa piutang usaha adalah jumlah yang terhutang oleh pelanggan untuk barang dan jasa yang diberikan sebagai bagian dari operasi bisnis normal. Seperti yang telah dikemukakan piutang timbul dari transaksi penjualan kredit. Transaksi penjualan kredit terjadi apabila ada kesepakatan antara penjual dan pembeli mengenai harga, jenis barang maupun syarat pembayaran kemudian penjual menerbitkan faktur penjualan sebagai dasar untuk pencatatan penjualan barulah resmi terjadi piutang usaha. Piutang usaha diklasifikasikan dalam neraca sebagai aktiva lancar. b. Piutang wesel Piutang wesel adalah suatu janji tertulis yang tidak bersyarat dari seseorang kepada pihak lain untuk membayar sejumlah uang pada tanggal tertentu. Piutang dalam bentuk wesel biasanya berakhir setelah 30 hari atau paling lama 90 hari. Wesel ini dapat diperjualbelikan kepada pihak lain jika sipemegang wesel membutuhkan uang sebelum jatuh temponya sipemegang wesel akan menagih dari pihak yang mengeluarkan wesel.

12 Menurut Kieso dan Weygand (2002: 252) Piutang wesel atau bisa juga disebut wesel tagih dapat dikategorikan atas dua bagian, yaitu: 1. Wesel tagih berbunga dinyatakan suatu tingkat bunga tertentu dari jangka waktu jatuh temponya. Pihak yang menandatangani wesel harus membayar sejumlah nilai nominal wesel ditambah dengan bunga yang terhutang. 2. Wesel tagih tanpa bunga, pembayaran akan diterima pada saat jatuh tempo akan sama dengan nilai nominal yang dinyatakan dalam satu wesel tesebut. 2. Piutang Lain-lain Menurut Smith (1997: 286) bahwa piutang lain-lain meliputi seluruh tipe piutang lainnya. Piutang lain-lain dari berbagai transaksi seperti : 1. Penjualan sekuritas atau harta benda lain selain persediaan 2. Uang muka kepada pemegang saham, para direktur, pejabat dan karyawan 3. Setoran atau deposito kepada kreditor, perusahaan utilitas (Perum) dan instilasiinstilasi lainnya 4. Pembayaran dimuka atas pembelian 5. Tuntutan atas kerugian atau kerusakan 6. Harga saham yang masih harus ditagih 7. Piutang deviden dan bunga Penjualan kredit ini akan menimbulkan resiko bagi perusahaan jika tidak dapat ditagihnya sebagian atau bahkan mungkin seluruh dari piutang. Oleh karena itu lalu memperhitungkan biaya atas resiko tidak dapat ditagihnya piutang tersebut dalam bentuk bad debt expense.

13 Kebijakan penjualan kredit dapat menimbulkan keuntungan-keuntungan dalam bentuk: a. Kenaikan hasil penjualan b. Kenaikan laba. Hal ini adalah sebagai akibat dari kenaikan dalam hasil penjualan akan dapat menimbulkan kenaikan pada laba perusahaan. c. Memenangkan persaingan. Dalam bisnis saat ini maka hampir semua perusahaan melaksanakan politik penjualan kredit. Oleh karena itu untuk menjaga posisi perusahaan di dalam persaingan maka haruslah dilakukan politik penjualan kredit tersebut, apabila tidak ingin merosot dalam posisi persaingan di pasar. Menurut Gitosudarmo (2002: 82) besar kecilnya piutang dipengaruhi oleh beberapa faktor sebagai berikut : 1. Volume penjualan kredit Makin besar jumlah penjualan kredit dari keseluruhan penjualan akan memperbesar jumlah piutang dan sebaliknya makin kecil jumlah penjualan kredit dari keseluruhan piutang akan memperkecil jumlah piutang. 2. Syarat pembayaran bagi penjualan kredit Semakin panjang batas waktu pembayaran kredit berarti semakin besar jumlah piutangnya dan sebaliknya semakin pendek batas waktu pembayaran kredit berarti semakin kecil besarnya jumlah piutang 3. Ketentuan tentang batas volume penjualan kredit Apabila batas maksimal volume penjualan kredit ditetapkan dalam jumlah yang relatif besar, maka bersarnya piutang juga semakin besar.

14 4. Kebiasaan membayar para pelanggan kredit Apabila kebiasaan membayar para pelanggan dari penjualan kredit mundur dari waktu yang dipersyaratkan maka besarnya jumlah piutang relatif besar. 5. Kegiatan penagihan piutang dari pihak perusahaan Apabila kegiatan penagihan piutang dari perusahaan bersifat aktif dan pelanggan melunasinya maka besarnya jumlah piutang relatif kecil, tetapi apabila kegiatan penagihan piutang bersifat pasif maka besarnya jumlah piutang relatif besar. D. Biaya Atas Piutang Menurut Gitosudarmo (2002: 82) dengan dilaksanakanya penjualan secara kredit yang kemudian menimbulkan piutang maka perusahaan sebenarnya tidak terlepas dari penanggungan risiko berupa biaya. Biaya yang timbul akibat adanya piutang adalah : 1. Biaya penghapusan piutang Biaya penghapusan piutang/piutang ragu-ragu (bad debt) risiko terhadap tidak tertagihnya sejumlah tertentu dari piutang akan dimasukkan sebagai biaya piutang ragu-ragu yang nantinya akan diadakan penghapusan piutang. Oleh karena itu perlu diperhitungkan pada setiap periode. 2. Biaya pengumpulan piutang Dengan adanya piutang maka timbul kegiatan penagihan piutang yang akan mengeluarkan biaya yang disebut sebagai biaya pengumpulan piutang. 3. Biaya administrasi Terhadap piutang diperlukan kegiatan administrasi yang akan mengeluarkan biaya.

15 4. Biaya sumber dana Dengan terjadinya piutang maka diperlukan dana dari dalam maupun dari luar perusahaan untuk menjagainya. Dana tersebut diperlukan biaya untuk sumber dana. E. Manajemen Piutang Manajemen Piutang merupakan hal yang sangat penting bagi perusahaan yang menjual produk secara kredit, karena itu sebelum perusahaan berani menawarkan penjualan kredit kepada masyarakat maka terlebih dahulu harus memanajemen atau membuat perencanaan yang matang sehingga langkah-langkah yang harus ditempuh pengorganisasiannya,pengendalian dan hal-hal yang terkait didalamnya.manajemen piutang merupakan bagaimana perusahaan membuat suatu kebijakan tentang pengumpulan piutang. 1. Kebijakan Kredit Kebijakan penjualan kredit merupakan pedoman yang harus ditempuh oleh perusahaan dalam menentukan apakah kepada seseorang langganan akan diberikan kredit dan kalau diberikan kredit berapa banyak atau berapa jumlah kredit yang akan diberikan tersebut. Perusahaan-perusahaan tidak hanya mementingkan penentuan standar kredit yang diberikan tetapi juga penerapan standar tersebut secara tepat dalam membuat keputusan-keputusan kredit. Sumber-sumber informasi dan analisa-analisa kredit merupakan suatu hal yang penting bagi keberhasilan manajemen piutang perusahaan.penerapan yang tepat dari kebijaksanaan yang tidak tepat ataupun penerapan yang tidak tepat dari kebijaksanaan yang tepat tidak akan dapat memberikan hasil yang optimal bagi perusahaan.

16 Menurut Syamsuddin (2000: 256-258) variabel-variabel kebijakan kredit yang terpenting adalah: a. Standar Kredit Standar kredit dari suatu perusahaan didefenisikan sebagai kriteria minimum yang harus dipenuhi oleh seorang langganan sebelum memberikan kredit. Hal-hal seperti nama baik langganan sehubungan dengan kredit atau utang-utang dagangnya baik kepada perusahaan sendiri maupun kepada perusahaan lain, referensi-referensi kredit, rata-rata jangka waktu pembayaran utang dagang akan dapat memberikan suatu dasar penilaian bagi perusahaan sebelum memberikan atau melakukan penjualan kredit. Adapun faktor-faktor yang harus dipertimbangkan apabila perusahaan bermaksud untuk mengubah standar kredit yang akan ditetapkan perusahaan menurut Syamsuddin (2000: 257) adalah: 1) Biaya Administrasi Perusahaan memperlunak standar kredit yang diterapkan maka berarti lebih banyak kredit yang diberikan dan tugas-tugas yang tidak dapat dipisahkan dengan adanya pertambahan penjualan kredit tersebut juga akan semakin bertambah besar. Sebaliknya apabila standar kredit diperketat maka jumlah penjualan kredit yang diberikan akan semakin kecil dan tugas-tugas untuk itupun semakin sedikit. Dengan demikian dapat diperkirakan bahwa perlunakan standar kredit yang lebih ketat akan mengurangi biayabiaya administrasi. 2) Investasi Piutang Penanaman modal dalam piutang mempunyai biaya-biaya tertentu, semakin besar piutang semakin besar pula biaya-biayanya (carrying cost), demikian pula sebaliknya.

17 Bila perusahaan memperlunak standar kredit yang diterapkan maka rata-rata jumlah piutang akan memperkecil rata-rata piutang. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa perlunakan standar kredit akan memperbesar carrying cost dan apabila sebaliknya, biayabiaya tersebut akan semakin kecil. Perubahan rata-rata piutang dikaitkan dengan perubahan standar kredit yang disebabkan oleh perubahan volume penjualan dan perubahan dalam pengumpulan piutang. Perlunakan standar kredit diharapkan untuk meningkatkan volume penjualan sedangkan standar kredit yang semakin ketat akan menurunkan volume penjualan. Peningkatan volume penjualan akan memperbesar rata-rata piutang sedangkan penurunan volume penjualan akan berakibat sebaliknya yaitu semakin rendahnya jumlah rata-rata piutang. Perusahaan bila memperlunak standar kredit yang diterapkan maka dapat diduga bahwa perusahaan sudah mengambil kebijaksanaan untuk memberikan kredit kepada langganan-langganan yang selama ini kurang memenuhi kriteria yang sudah ditetapkan, misalnya mungkin mereka membutuhkan waktu yang lebih lama untuk membayar hutang-hutangnya kepada perusahaan. Sebaliknya yaitu perusahaan semakin memperketat standar kredit yang diberikan, maka penjualan kredit tersebut akan diberikan terbatas kepada langganan-langganan yang benar-benar memenuhi kriteria yang sudah ditetapkan dan dapat diharapkan untuk membayar utang-utang mereka lebih awal atau paling tidak tepat waktu dari yang sudah ditentukan. Dari uraian diatas dapat dilihat bahwa dengan diperlunaknya standar kredit yang ditetapkan maka rata-rata piutang akan semakin meningkat, sedangkan memperketat piutang akan memperkecil rata-rata piutang.

18 3) Kerugian Piutang Variabel lain yang diperkirakan akan dipengaruhi oleh adanya perubahan standar kredit adalah Bad Debt Expenses. Probabilitas (resiko) kerugian piutang akan semakin meningkat dengan diperlunaknya standar kredit dan akan menurun bilamana standar kredit diperketat. 4. Volume Penjualan Perubahan standar kredit dapat diharapkan akan mengubah volume penjualan. Bila standar kredit diperlunak maka diharapkan dapat meningkatkan volume penjualan, sedangkan apabila sebaliknya yang terjadi dimana perusahaan memperketat standar kredit yang diterapkan maka dapat diperkirakan bahwa volume penjualan akan menurun. Pengaruh dari perlunakan standar kredit atas keuntungan perusahaan serta perubahanperubahan yang ditimbulkan dapat dilihat dari tabel dibawah ini: Tabel 2.1 Pengaruh Pelunakan Standar Kredit Terhadap Laba Keterangan Arah pengaruh perubahan Terhadap laba Volume penjualan N + Periode rata-rata pengumpulan piutang N - Biaya piutang ragu-ragu N - Sumber: Syahyunan, (2004: 64) b. Jangka Waktu Kredit Pada prinsipnya jangka waktu kredit ditempuh dengan harapan agar penjualan bisa meningkat karena yang ditingkatkan hanyalah jangka waktu kreditnya, maka pada umumnya resiko tidak terbayar piutang tidaklah banyak berubah. Perpanjangan jangka waktu kredit akan meningkatkan volume penjualan baik rata-rata pengumpulan piutang

19 maupun piutang juga akan meningkat. Peningkatan volume penjualan akan mempunyai pengaruh yang positif atas keuntungan perusahaan, sedangkan peningkatan rata-rata pengumpulan piutang akan membawa pengaruh yang negatif bagi keuntungan perusahaan. Jangka waktu kredit merupakan kondisi yang disyaratkan untuk pembayaran kembali piutang dari para langganan. Kondisi tersebut meliputi pemberian kredit dan potongan tunai. Contoh, net 30 berarti bahwa langganan mempunyai tenggang waktu 30 hari untuk membayar kembali utangnya kepada perusahaan tanpa potongan.contoh lainnya, 6/10 net 60 berarti bahwa langganan mempunyai tenggang waktu pembayaran utang kepada perusahaan selama 60 hari dan apabila pembayaran dilakukan dalam waktu 10 hari maka akan mendapat potongan tunai sebesar 6%. Jangka waktu kredit dapat mempengaruhi tingkat penjualan dengan demikian perusahaan perlu mempertimbangkan apakah sebaiknya memperpanjang periode pemberian kredit atau tidak. Oleh karena itu perlu diperhatikan perilaku para pesaing,apabila pesaing juga memperpanjang periode pembayaran,besar kemungkinan setiap perusahaan hanya akan mencapai tingkat penjualan yang sama. Kebiasaan industri sering kali menentukan syarat kredit yang seharusnya diberikan, periode kredit adalah cara lain yang dapat memungkinkan perusahaan meningkatkan permintaan atas produk.keuntungan dan kerugian adalah antara profitabilitas penjualan tambahan dan permintaan pengembalian atas investasi tambahan dalam piutang. c. Potongan (Discount) Faktor ketiga yang perlu diperhatikan adalah pemberian potongan kepada pembeli. Apabila syarat pembayaran adalah 2/10 net 30, maka ini berarti bahwa

20 perusahaan memberikan potongan sebesar 2% apabila pembeli membayar dalam jangka waktu 10 hari atau kurang dan diharuskan membayar dalam jangka waktu 30 hari. Bila perusahaan memberikan potongan tunai dalam penjualan kredit yang dilakukan dapat diperkirakan akan terjadinya perubahan perubahan seperti pada tabel dibawah ini: Tabel 2.2 Pengaruh pemberian Potongan Tunai Pada Penjualan Keterangan Perubahan Naik (N) atau Turun (T) Pengaruh Atas Keuntungan Positif (+) atau Negatif (-) Volume Penjualan N + Rata-rata Pengumpulan T + Piutang Kerugian Piutang T + Keuntungan Per Unit T - Sumber: Syamsuddin, (2000: 266) Volume penjualan akan meningkat karena adanya potongan tunai untuk pembayaran yang dilakukan dalam waktu sepuluh hari, maka harga produk yang dibeli perusahaan pembeli akan lebih murah dan juga diharapkan rata-rata pengumpulan piutang akan turun pembeli-pembeli tadinya tidak mengambil atau tidak mendapatkan potongan tunai, sekarang dapat mengambil potongan tunai tersebut. Aspek negatif dari adanya potongan tunai adalah menurunnya keuntungan perunit dari produk yang dijual bilamana semakin banyak pembeli yang mengambil potongan tunai yang ditawarkan tersebut berarti menurunnya keuntungan dari produk yang dijual. 2. Kebijakan Pengumpulan Piutang Kebijakan pengumpulan piutang suatu perusahaan adalah merupakan prosedur yang harus diikuti dalam piutang-piutangnya bila sudah jatuh tempo. Sebagian dari

21 keefektipan perusahaan dalam menerapkan kebijakan pengumpulan piutang dapat dilihat dari jumlah kerugian piutang (bad debt expenses), karena jumlah piutang yang dianggap sebagai kerugian tersebut tidak hanya tergantung pada kebijakan pengumpulan piutang tetapi juga kebijakan-kebijakan penjualan kredit yang diterapkan. Perusahaan harus teliti dalam melakukan penagihan piutang kepada para debitur karena berhubungan dengan biaya-biaya pengeluaran untuk penagihan sehingga dikhawatirkan biaya tersebut akan lebih besar jika dibandingkan dengan jumlah piutang yang akan ditagih. Perusahaan dalam melakukan kegiatan pengumpulan piutang harus bertindak hati-hati dan tidak agresif terhadap langganan sehubungan dengan usaha pengumpulan piutang. Bila langganan tidak dapat membayar tepat pada waktunya sebaiknya perusahaan menunggu sampai jangka waktu tertentu yang dianggap wajar sebelum menerapkan prosedur-prosedur pengumpulan piutang yang diterapkan. 3. Teknik Pengumpulan Piutang Adapun teknik pengumpulan piutang yang dilakukan perusahaan menurut Syamsuddin (2000: 273) antara lain adalah: 1. Melalui surat Apabila pembayaran utang langganan sudah lewat beberapa hari tetapi belum juga dilakukan pembayaran maka perusahaan dapat mengirim surat dengan nada mengingatkan atau menegur langganan yang belum membayar tersebut bahwa utangnya telah jatuh tempo. 2. Melalui telepon

22 Bila telah dikirim surat teguran ternyata utang-utang tersebut belum juga dibayar, maka bagian kredit dapat menelepon langganan secara pribadi untuk segera melakukan pembayaran. 3. Kunjungan pribadi Dengan cara melakukan kunjungan secara pribadi ketempat langganan merupakan cara yang efektif dalam usaha pengumpulan piutang. 4. Tindakan yuridis hukum Jika ternyata langganan tidak mau membayar utang-utangnya maka perusahaan dapat melakukan tindakan yuridis yaitu mengajukan gugatan perdata kepada pengadilan. Usaha pengumpulan piutang yang terlalu agresif juga harus dihindarkan karena akan mengurangi penjualan di masa mendatang dan keuntungan, langganan akan berpindah ke pesaing perusahaan yang lebih mudah. Pada saat perusahaan akan menentukan usaha yang mana yang akan dijalankan juga harus memperhatikan dana yang tersedia untuk pengumpulan piutang itu.perusahaan yang telah memjalankan kebijakan kredit dan pengumpulan piutang, dapat melakukan evaluasi calon langgananyang baru dengan mendasarkan diri pada cara-cara yang telah digunakan.menurut Sartono ada beberapa langkah dalam evaluasi calon langganan: 1. Mengumpulkan informasi yang relevan tentang calon pelanggan. 2. Menganalisis kondisi calon atas dasr informasi yang diperolehnya. 3. Mengambil keputusan apakah calon langganan akan diberikan kredit atau tidak, dan berapa jumlahnya. Informasi yang bisa dipakai untuk menentukan apakah seseorang atau perusahaan pantas menerima kredit bisa diperoleh dari beberapa sumber:

23 1. Laporan keuangan. Perusahaan bisa meminta pelanggan untuk mengirimkan laporan keuangannya. laporan tersebut bisa dipakai untuk mengidentifikasi kemampuan ekonomis (kemampuan menghasilkan kas) dan juga stabilitas aliran kas yang dihasilkan. Perhitungan rasio bisa dilakukan untuk mendukung analisis terhadap pelanggan. 2. Bank. Bank biasanya menyimpan informasi mengenai pelanggannya. Bank bisa diminta membantu menentukan apakah suatu perusahaan layak diberi pinjaman kredit atau tidak. 3. Asosiasi perdagangan. Banyak asosiasi yang mempunyai informasi yang lebih lengkap mengenai perusahaan yang menjadi anggotanya. 4. Pengalaman perusahaan. Jika calon penerima kredit sudah terbiasa melakukan transaksi dengan perusahaan, maka perusahaan dapat mengevaluasi pengalaman historis melakukan transaksi bisnis dengan calon debitur tersebut. 5. Informasi lainnya. Banyak cara lain untuk memperoleh informasi apakah suatu perusahaan layak diberi kredit atau tidak. Perusahaan bisa memperoleh informasi melalui laporan credit rating.(hanafi, 2004: 561) Menurut Syahyunan (2004: 62) dalam memberikan piutang kepada nasabah pihak perusahaan harus memperhatikan kelima aspek penting dari nasabah yang dikenal dengan 5C. 1. Character (Karakter Pribadi) Aspek ini menggambarkan keinginan atau kemauan para pembeli untuk memenuhi kewajiban-kewajibannya sesuai dengan persyaratan yang sudah ditetapkan penjual.

24 Pola-pola pembayaran utang pada masa lalu dapat dijadikan pedoman yang sangat berguna dalam menilai karakter seorang calon langganan. 2. Capacity (Kemampuan) Menggambarkan kemampuan seorang langganan dalam memenuhi kewajibankewajiban finansialnya. Suatu estimasi yang dianggap cukup baik dapat diperoleh dengan menilai posisi likuiditas dari seorang langganan. 3. Capital (Modal) Menunjuk kepada kekuatan finansial calon pelanggan terutama dengan melihat jumlah modal sendiri yang dimilikinya. Analisa terhadap neraca perusahaan dengan menggunakan ratio-ratio finansial yang tersedia akan dapat memenuhi kebutuhan atas penilaian modal (capital) calon langganan. 4. Collateral (Jaminan) Menggambarkan jumlah aktiva yang dijadikan sebagai barang jaminan oleh calon langganan. Akan tetapi hal ini bukanlah merupakan pertimbangan yang sangat penting karena tujuan perusahaan dalam memberikan kredit bukanlah untuk menyita dan kemudian menjual aktiva langganan, tetapi tekanannya adalah pada pembayaran kredit yang diberikan pada waktu yang telah ditetapkan. 5. Conditions of Economic (Kondisi Perekonomian) Menunjuk kepada keadaan ekonomi secara umum dan pengaruhnya atas kemampuan perusahaan calon langganan dalam memenuhi kewajibannya.

25 Menurut Gitosudarmo (2002: 83-91) dalam kegiatan manajemen piutang mencakup beberapa hal: 1. Perencanaan jumlah dan pengumpulan piutang Rencana jumlah piutang pada waktu yang akan datang disusun berdasarkan budget penjualan dengan memperhatikan persyaratan pembayaran yang ditawarkan perusahaan dan kebiasaan para pelanggan membayar utangnya. Besarnya rencana piutang akan terpengaruh dari sejumlah resiko piutang berupa piutang yang tidak tertagih (piutang ragu-ragu) yang diestimasikan oleh pihak perusahaan.melalui besarnya piutang maka akan memperhatikan kebiasaan para pelanggan membayar utangnya dapat direncanakan pengumpulan piutang pada saat tertentu pada waktu yang akan datang. 2. Pengendalian piutang Untuk melaksanakan pengendalian piutang secara ketat perlu dilakukan hal sebagai berikut: 1) Penyaringan pelanggan Untuk menekan serendah mungkin resiko kredit berupa tidak terbayarnya kredit yang telah diberikan kepada para pelanggan perlu diadakan penyaringan langganan kredit dengan mempertimbangkan berbagai faktor: a) Adanya suatu kesanggupan secara jujur untuk membayar kredit yang telah diterima oleh pelanggan. b) Adanya kemampuan dari pelanggan yang diukur secara subyektif oleh pihak perusahaan.

26 c) Adanya ikatan atau jaminan untuk keamanan dari resiko kredit baik berupa surat-surat penting maupun benda yang ada nilainya dari pelanggan yang diberi kredit. Dengan syarat-syarat tersebut tidak semua pelanggan akan dilayani penjualan kredit, tetapi ada penyaringan sehingga ada harapan pada waktu yang akan datang piutang-piutang yang terjadi akibat penjualan kredit dapat tertagih. 2) Penentuan resiko kredit Besarnya resiko kredit seperti tidak terbayarnya kredit yang telah diberikan para langganan pada setiap periode tertentu merupakan informasi bagi manajemen keuangan yang kemudian direncanakan penyediaan cadangan penghapusan piutang atau diperhitungkan dalam rencana pengumpulan piutang pada setiap saat dalam satu periode. Langkah-langkah penentuan resiko kredit: a) Penentuan batas tertinggi resiko kredit dapat diperhitungkan dengan mengambil dari pengalaman tahun-tahun lalu yang pernah terjadi dari resiko kredit. b) Mengadakan klasifikasi dari pelanggan. c) Seleksi para pelanggan tetap. 3) Penentuan potongan-potongan Dalam memberikan rangsangan bagi pelanggan, agar membayar pada waktu yang ditetapkan maka perlu diberi potongan-potongan bagi pelanggan yang membayar pada batas tertentu yang ditetapkan.

27 4) Pelaksanaan administrasi yang berhubungan dengan penarikan kredit Lambatnya penarikan piutang disebabkan kelalaian dalam penyerahan faktur kepada langganan dan tertundanya pengiriman pemberitahuan. Apabila langganan tidak membayar utangnya dalam jangka waktu kredit yang telah ditetapkan maka ada suatu tindak lanjut yang berlaku otomatis sampai utang itu dibayar.surat pemberitahuan itu merupakan langkah pertama yang kemudian surat menyurat,panggilan atau telepon pribadi dan akhirnya piutang harus diserahkan kepada pengacara atau badan badan lain yang mengurusi penarikan piutang. 5) Penetapan ketentuan-ketentuan dalam menghadapi penunggak Bagi para penunggak atau pelanggan yang tidak membayar kredit pada waktunya perlu ditetapkan ketentuan-ketentuan agar pelanggan tersebut kemudian dapat melunasi kreditnya walaupun sudah melampaui batas waktu yang ditetapkan. Ketentuan-ketentuan tersebut berupa: a) Penyampaian surat-surat tagihan kepada pelanggan yang menunggak. b) Kegiatan secara aktif penagihan piutang secara langsung. c) penarikan jaminan,surat-surat penting dengan kemungkinan mempercepat pelunasan kredit. 3.Penggunaan rasio Dalam membandingkan antara untung dan rugi akibat adanya piutang dapat dipergunakan beberapa rasio finansial. Perusahaan dapat membandingkan tingkat perputaran piutang dan rata-rata waktu pengumpulan piutang dari perusahaan tertentu dengan perusahaan lain yang sejenis atau dalam kelompok industrinya

28 F. Tingkat Efisiensi Pengumpulan Piutang Menurut Gitosudarmo (2002: 91) piutang sebagai bagian dari modal kerja, maka keadaanya akan selalu berputar dalam arti piutang akan tertagih pada saat tertentu, akan timbul lagi akibat penjualan kredit dan seterusnya. Periode perputaran piutang tergantung dari panjang pendeknya ketentuan waktu yang dipersyaratkan dalam syarat pembayaran kredit, sehingga semakin lama syarat pembayaran kredit berarti semakin lama terikatnya modal kerja tersebut dalam piutang. Berarti makin kecil tingkat perputaran piutang dalam satu periode dan sebaliknya semakin pendek syarat pembayaran kredit berarti makin pendek tingkat terikatnya modal kerja dalam piutang, sehingga tingkat perputaran piutang dalam satu periode semakin besar. Menurut Gitosudarmo (2002: 92) analisa rasio untuk mengukur tingkat pengumpulan piutang yaitu : Tingkat perputaran piutang = Penjualan neto kredit Rata rata piu tan g Rata-rata pengumpulan piutang = tingkat 360 hari perputaran piu tan g Metode analisis lain untuk mengendalikan kebijakan piutang adalah penentuan umur piutang atau aging piutang. Metode ini berusaha mengadakan klasifikasi piutang atas dasar umur atau lamanya piutang tersebut telah ada. Dengan diketahuinya umur piutang tersebut maka akan dapat diketahui : a. Piutang- piutang mana yang sudah dekat dengan tempo dan harus ditagih b. Piutang- piutang yang sudah lewat jatuh tempo dan perlu dihapuskan karena sudah tidak dapat ditagih kembali.

29 Apabila hal ini tidak segera dihapuskan mengakibatkan adanya likuiditas semu, yaitu tampaknya besar, tetapi riilnya kecil karena terdapat unsur piutang yang sebenarnya tidak dapat ditagih kembali. Piutang yang diberikan kepada langganan diharapkan dapat tertagih pada waktu jatuh tempo, tetapi adakalanya tidak dapat ditagih kembali.untuk menentukan bahwa piutang itu benar-benar tidak tertagih, dapat dilihat hal-hal sebagai berikut: 1) Bila failesemen langganan telah selesai dan tidak ada lagi bagian harta yang diterima untuk pelunasan piutang. 2) Bila langganan usahanya terhenti, menghilang tidak diketahui alamatnya lagi atau meninggal dunia tanpa ada hartanya. 3) Bila penagihan dibatasi, karena adanya peraturan Undang-undang khusus. 4) Bila saldo piutang sudah lama terbuka dan surat tagihan berkali-kali tidak pernah dibalas. 5) Bila agen tidak mampu lagi menagihnya. Piutang yang diragukan tertagihnya, harus dicadangkan penghapusannya,sedang untuk piutang yang sudah dapat dianggap tidak tertagih sama sekali dihapuskan seluruhnya sebagai beban biaya penghapusan piutang ragu-ragu.