ANALISIS KOMPETENSI SISWA DALAM MENGUASAI PEMAHAMAN MENDENGARKAN

dokumen-dokumen yang mirip
PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA MAHASISWA PROGRAM STUDI BAHASA INGGRIS DENGAN MENGGUNAKAN TASK BASED LEARNING

PERMAINAN SENTENCE RACE DALAM MENGAJAR MENULIS TEKS DESKRIPTIF PADA SISWA SMA DI MAKASSAR

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR BERSERI DALAM PENULISAN KEMAMPUAN NARATIF KELAS SEBELAS DI SMA PGRI 2 PALEMBANG

KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN DESKRIPSI MENGGUNAKAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE THINK TALK WRITE (TTW) SISWA KELAS X SMA NEGERI 6 PADANG

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) DENGAN MEDIA VIDEO UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENYIMAK CERITA

DESKRIPSI PENGUASAAN KONSEP VEKTOR DAN JENIS KESALAHANNYA DITINJAU DARI TINGKAT PENCAPAIAN KOGNITIF PADA MAHASISWA PENDIDIKAN FISIKA

KEMAMPUAN MENULIS PUISI DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK TEMPEL KATA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 10 PADANG ARTIKEL ILMIAH

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERCERITA MELALUI PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN PAIRED STORYTELLING

PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP PROSES PEMBENTUKAN TANAH DENGAN MODEL KOOPERATIF TIPE SNOWBALL DRILLING

PENGARUH PENGGUNAAN TEKNIK MELENGKAPI PARAGRAF TERHADAP KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 SUTERA KABUPATEN PESISIR SELATAN

Abstract. Key word : problem based learning model, approach and environment concepts, ecosystem.

KEMAMPUAN MENYIMAK WAWANCARA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 SEKAMPUNG. Oleh

KETERAMPILAN MENULIS TEKS LAPORAN HASIL OBSERVASI SISWA KELAS VII SMP NEGERI 17 PADANG DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA AUDIO VISUAL ARTIKEL ILMIAH

PENGARUH PENGGUNAAN TEKNIK OBJEK LANGSUNG TERHADAP KEMAMPUAN MENULIS PUISI SISWA KELAS VII SMP NEGERI 2 SUTERA ARTIKEL ILMIAH

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN MURDER UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS XI IPA SMA NEGERI 12 MAKASSAR

KEMAMPUAN MEMBACA BERITA DENGAN TEKNIK PRESENTER BERBANTUAN AUDIO SISWA KELAS XI SMANEGERI 1 LENGAYANG KABUPATEN PESISR SELATAN ARTIKEL ILMIAH

KEMAMPUAN MENGEMUKAKAN KEMBALI BERITA YANG DIDENGAR SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 26 PADANG ARTIKEL ILMIAH MARLINA NPM

Mukarromah et al., Penerapan Model Pembelajaran...

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA FOTO TERHADAP KEMAMPUAN MENULIS PARAGRAF PERSUASI SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 PANCUNG SOAL ABSTRACT

RADEN RARA VIVY KUSUMA ARDHANI

PENGARUH PENGGUNAAN TEKNIK THINK-TALK-WRITE (TTW) TERHADAP KEMAMPUAN MENULIS TEKS PIDATO SISWA KELAS X SMA NEGERI 3 LUBUK BASUNG KABUPATEN AGAM

KEMAMPUAN MENYIMAK KHOTBAH BERBANTUAN MEDIA AUDIOVISUAL DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK SIMAK RANGKUM SISWA KELAS XI SMA PERTIWI 2 PADANG ARTIKEL ILMIAH

KEMAMPUAN MENYIMAK (HŐREN) SISWA KELAS XI KETERAMPILAN SMA NEGERI 6 MALANG

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA AUDIO VISUAL TERHADAP KETERAMPILAN MEMBACAKAN PUISI SISWA KELAS X SMA NEGERI 3 LENGAYANG KABUPATEN PESISIR SELATAN

PROBLEM AND SOLUTION THE USE OF LEARNING MEDIA ON LISTENING SKILL IN TEACHING INDONESIAN TO SPEAKERS OF OTHER LANGUAGE (TISOL)

KETERAMPILAN MENULIS TEKS EKSPLANASI SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 PADANG DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA AUDIO VISUAL ARTIKEL ILMIAH

PENGARUH PENGGUNAAN HAND OUT DISERTAI MIND MAPPING TERHADAP MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA DI KELAS VIII SMPN 2 BATANG ANAI

KEMAMPUAN MENULIS PUISI BERBANTUAN MEDIA GAMBAR SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 27 PADANG ARTIKEL ILMIAH

EFEKTIVITAS CAROUSEL ACTIVITY DALAM SPEAKING CLASS

PEMAHAMAN TEKS DISKUSI OLEH SISWA SMP NEGERI 2 PONTIANAK TAHUN PELAJARAN 2014/2015

MENGAJAR BERBICARA MENGGUNAKAN METODE WAWANCARA TIGA LANGKAH DI SEMESTER TIGA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS

HUBUNGAN ANTARA PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN DENGAN HASIL BELAJAR IPS SISWA JURNAL. Oleh IMAM SUBIANTO NAZARUDIN WAHAB TAMBAT USMAN

PENGARUH PENGGUNAAN METODE DISCOVERY TERHADAP KEMAMPUAN MENULIS LAPORAN SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 17 SIJUNJUNG ARTIKEL ILMIAH

KEMAMPUAN MENULIS PARAGRAF EKSPOSISI SISWA KELAS X SMA NEGERI 8 PADANG DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK OBJEK LANGSUNG ARTIKEL ILMIAH

PENGARUH PENGGUNAAN TEKNIK COPY THE MASTER TERHADAP KEMAMPUAN MENULIS CERPEN SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 SUNGAI TARAB E- JURNAL ILMIAH

PENGARUH TEKNIK BRAINSTORMING TERHADAP KEMAMPUAN MENULIS PARAGRAF ARGUMENTASI SISWA KELAS X SMAN 14 PADANG ARTIKEL ILMIAH

KESULITAN MAHASISWA PPG PENDIDIKAN FISIKA FKIP UNSYIAH DALAM MELAKSANAKAN PROGRAM PENGALAMAN LAPANGAN DI BANDA ACEH

PENGARUH PENGGUNAAN METODE SIRE TERHADAP KETERAMPILAN MEMBACA PEMAHAMAN SISWA KELAS VII SMP NEGERI 26 PADANG ARTIKEL ILMIAH ROZA YULIANA NPM

ANALISIS KESULITAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL MATEMATIKA KELAS VIII SMP KARTIKA I-7 PADANG.

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL (CTL)

PEMBELAJARAN MENYIMAK BERITA DI KELAS VII SMP LKIA PONTIANAK

Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol. XII, No. 1, Tahun 2014 Shinta Agustina Siregar & Sukanti 1-13

Rini Tri Irianingsih 47

KETERAMPILAN MENYIMAK KHOTBAH BERBANTUAN MEDIA AUDIO SISWA KELAS XI SMA NEGERI 16 PADANG ARTIKEL ILMIAH DELVA YENI NPM

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PUISI MENGGUNAKAN STRATEGI 3W2H PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 3 SALAM ARTIKEL E-JOURNAL

Arinil Haq, Purwati Kuswarini, Ai Sri Kosnayani ABSTRACT

KEMAMPUAN MENULIS SINOPSIS NOVEL REMAJA MENGGUNAKAN TEKNIK PEMODELAN SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 SUTERA KABUPATEN PESISIR SELATAN JURNAL

KEMAMPUAN BERPIDATO SISWA KELAS XII SMA NEGERI 2 BAGAN SINEMBAH KABUPATEN ROKAN HILIR

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN TALKING STICK UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN ISI BACAAN

PENERAPAN GAMES TEACHING TECHNIC DALAM PENGAJARAN BERBICARA UNTUK SISWA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN

Pengaruh Keaktifan Siswa Dalam Proses Pembelajaran Matematika Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas X SMA N 1 Kecamatan Guguak.

KETERAMPILAN MEMBACA TEKS DRAMA DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK MEMBACA INTENSIF SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 30 PADANG ARTIKEL MIA JULITA SARI NPM

PENGGUNAAN METODE TOTAL PHYSICAL RESPONSE UNTUK MENINGKATKAN VOCABULARY BAHASA INGGRIS SISWA KELAS V SDN II LOGANDU TAHUN AJARAN 2015/2016

PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA PEMAHAMAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE SURVEY, QUESTION, READ, RECITE, AND REVIEW (SQ3R)

PENGGUNAAN MEDIA VIDEO DALAM MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP PERISTIWA ALAM

HUBUNGAN MINAT BACA FIKSI DENGAN KETERAMPILAN MENULIS TEKS CERITA MORAL/FABEL SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 7 SIJUNJUNG

PENERAPAN TEORI BRUNER BERBANTUAN KARTU SAPURA PADA PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN BILANGAN BULAT DI SMP

PENGARUH GAYA BELAJAR DAN MOTIVASI TERHADAP PRESTASI BELAJAR MAHASISWA PADA MATAKULIAH ORGANISASI DAN ARSITEKTUR KOMPUTER

PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP PERUBAHAN LINGKUNGAN FISIK DAN PENGARUHNYA TERHADAP DARATAN MELALUI METODE GUIDED NOTE TAKING (GNT) BERBASIS MULTIMEDIA

PENERAPAN METODE EKSPERIMEN UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP GAYA

PENGARUH PERSEPSI PENGGUNAAN MEDIA AUDIO-VISUAL

PENERAPAN ACTIVE LEARNING DENGAN SILENT DEMONSTRATION UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA KELAS VIII D SMP NEGERI 14 SURAKARTA

ilmiah serta rasa mencintai dan menghargai kebesaran Tuhan yang Maha Esa perlu ditanamkan kepada siswa. Hal tersebut dapat tercapai salah

EFEKTIVITAS METODE PEMBELAJARAN QUIZ TEAM PADA MATA KULIAH LOGIKA KOMPUTER DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR MAHASISWA

PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP SIFAT-SIFAT CAHAYA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN SCIENCE, ENVIRONMENT, TECHNOLOGY, AND SOCIETY (SETS)

PENINGKATAN KEMAMPUAN LISTENING COMPREHENSION MELALUI STRATEGI TOP-DOWN DAN BOTTOM-UP

NUR AFNI SIN

KEMAMPUAN MENULIS PARAGRAF PERSUASI SISWA KELAS X SMA NEGERI 16 PADANG DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA POSTER

KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN TEKS BERITA SISWA KELAS VII SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI 21 SATU ATAP TELUK BINTAN TAHUN PELAJARAN 2013/2014

KEMAMPUAN MEMBAWAKAN ACARA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 V KOTO KAMPUNG DALAM KABUPATEN PADANG PARIAMAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE DEMONSTRASI

By SRI SISWANTI NIM

HUBUNGAN KEMAMPUAN MEMAHAMI UNSUR INTRINSIK CERPEN DENGAN KEMAMPUAN MENULIS CERPEN SISWA KELAS IX SMP NEGERI 18 PADANG ARTIKEL ILMIAH

KEMAMPUAN MENGIDENTIFIKASI UNSUR INTRINSIK TEKS DRAMA SISWA KELAS VIII MTsN LUBUK BUAYA KOTA PADANG MENGGUNAKAN METODE INKUIRI ARTIKEL ILMIAH

KEMAMPUAN MENULIS TEKS PIDATO SISWA KELAS X SMA NEGERI 3 LENGAYANG DENGAN MENGGUNAKAN STRATEGI THINK TALK WRITE (TTW) JURNAL ILMIAH

PENERAPAN MEDIA E-BOOK TERHADAP MINAT BELAJAR SISWA DI KELAS X JURUSAN TKJ SMK NEGERI 4 PONTIANAK

JURNAL OLEH: FAJAR KUSUMAJATI K

Dosen Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia STKIP PGRI Sumatera Barat ABSTRACT

KEMAMPUAN MENULIS TEKS PIDATO PERSUASIF SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 X KOTO DIATAS KABUPATEN SOLOK DENGAN MEDIA GAMBAR E JURNAL

(Difference of Students Achievement Using Double Loop Problem Solving Model and Problem Based Learning Model on The Human Respiration System)

PENDAHULUAN Pembangunan di bidang pendidikan merupakan suatu hal yang penting dalam meningkatkan mutu pendidikan untuk mewujudkan

KEMAMPUAN MENAMUKAN IDE POKOK PARAGRAF SISWA KELAS X SMAN 2 PRINGSEWU 2013/2014. Oleh

KEMAMPUAN MENULIS KEMBALI BERITA YANG DIPERDENGARKAN MELALUI MEDIA AUDIO VISUAL SISWA KELAS VII SMP N 1 SITIUNG KABUPATEN DHARMASRAYA

KEMAMPUAN MENULIS TEKS EKSPOSISI DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK MENIRU MODEL SISWA KELAS VII SMP NEGERI 12 PADANG ARTIKEL ILMIAH

PERANAN GURU SEBAGAI FASILITATOR DAN MOTIVATOR DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR DI KELAS XI SMK

Efektifitas Pembelajaran Induktif Berbasis Masalah Pada Siswa Kelas XI IPA 1 SMA Negeri 9 Makassar

ABSTRACT. Keywords: Role Play, Writing, Negotiation Text.

PENGGUNAAN MEDIA KIT IPA UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP SIFAT-SIFAT CAHAYA

Penggunaan Media Tiruan Untuk Meningkatkan Keterampilan dan Pemahaman Siswa Friska Eris Novitasari,Titin Kartini Abstrak:

PROFIL KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA PESERTA DIDIK DI KELAS XI SMA NEGERI 3 KOTA SOLOK ABSTRACT

KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN NARASI DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA GAMBAR BERSERI SISWA KELAS X SMA NEGERI 7 PADANG ARTIKEL ILMIAH

MENINGKATKAN PENGUASAAN KOSAKATA BAHASA INGGRIS MENGGUNAKAN METODE GAME HANGMAN

KEMAHIRAN MEMBACA PEMAHAMAN SISWA KELAS VII SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGER I 3 SATU ATAP PIABUNG KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS TAHUN PELAJARAN 2012/2013

UNESA Journal of Chemistry Education ISSN: Vol. 6, No. 1, pp January 2017

Efniati SMP Negeri 14 Bandar Lampung ABSTRACT Keywords: Contextual teaching learning, Learning outcomes, Art.

KETERAMPILAN MEMBACAKAN TEKS BERITA DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK PEMODELAN SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 4 SOLOK SELATAN JURNAL ILMIAH

1. Pendahuluan Penggunaan variasi model pembelajaran sangatlah penting dalam suatu pembelajaran untuk mempermudah siswa dalam proses belajar

RAHMAT FAUZI NIM. K

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING

Transkripsi:

ANALISIS KOMPETENSI SISWA DALAM MENGUASAI PEMAHAMAN MENDENGARKAN Desi Sri Astuti 1, Zulkarnaen 2 1,2 Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris, Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni IKIP PGRI Pontianak, Jalan Ampera No. 88 Pontianak 78116 1 e-mail: desisa28@gmail.com Abstrak Penelitian bertujuan untuk mengetahui kompetensi dan kesulitan siswa dalam pemahaman mendengarkan. Penelitian menggunakan metode deskriptif. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah pengukuran dan observasi. Alat yang digunakan dalam pemahaman mendengarkan menggunakan metode tes pilihan ganda, kemudian angket dan interview. Hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa tidak menguasi pemahaman mendengarkan dengan baik yang dibuktikan dengan data hasil tes mendengarkan. Hasil temuan dari angket menunjukkan bahwa siswa positif mengalami kesulitan dalam pemahaman mendengarkan. Dari hasil yang menunjukkan kecepatan pembicara saat pidato sebagai kesulitan utama yang dihadapi. Hasil interview menunjukkan bahwa kesulitan yang dihadapi siswa dikarenakan kurangnya kosakata, tidak mampu berkonsentrasi, kecepatan pembicara saat pidato, dan pengucapan yang tidak jelas. Kata Kunci: deskriptif, pemahaman mendengarkan. Abstract The purpose of this research is to find out the students competency and to identify the students difficulties in listening comprehension. The reserach used descriptive method. The technique of collecting data were measurement and observation technique. The tools of collecting the data were listening test, questionnaire and interview. The research findings of this research study revealed that students did not master listening comprehension well. it was proven by the data from listening test. In addition, the result findings from questionnaire showed that most of students positively experienced difficulties in listening comprehension. It was clear from the result that showed speakers speech rate as the major difficulty faced. Then, followed by the results from interview, the results of the data showed that the students faced the difficulties because lack of vocabulary, unable to concentrate, speakers speech rate, and unclear pronunciation. Keywords: descriptive, listening comprehension. PENDAHULUAN Siswa harus memiliki kemampuan untuk mendengarkan dan memahami bahasa dengan benar untuk menjadi mahir dalam penggunaan bahasa asing. Mendengarkan adalah salah satu faktor dalam mencapai kompetensi komunikatif, dalam mengajar mendengarkan, seorang guru harus mampu menyampaikan ide atau bahan untuk siswa yang memungkinkan siswa dalam pemahaman 27

mendengarkan dengan lancar. Guru dapat melatih siswa dengan mendengarkan audio berbahasa Inggris menggunakan berbagai bahan dari yang paling sederhana ke yang lebih rumit. Pelatihan berulang dapat membantu siswa mengembangkan pemahaman mendengarkan. Bahasa Inggris di tingkat SMP dipelajari sebagai bahasa asing pertama dan termasuk didalamnya empat keterampilan berbahasa. Salah satunya adalah mendengarkan dan termasuk keterampilan yang diperlukan sebagai fakta bahwa orang tidak bisa berkomunikasi kecuali didahului dengan mendengarkan. Peneliti menemukan bahwa siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Pontianak memiliki beberapa kesulitan dalam pemahaman mendengarkan. Siswa bingung dalam mengenali kata-kata yang diungkapkan oleh pembicara dan sulit untuk memahami isi saat mendengarkan audio selama pelajaran. Siswa juga sulit untuk menafsirkan gagasan utama dan rincian pendukung dari isi bagian mendengarkan dan menghafal, meskipun siswa sering mendengar audio bahasa Inggris baik di dalam maupun di luar kelas. Masalah-masalah tersebut juga harus diperhatikan oleh guru selama proses belajar mengajar di kelas. Penelitian sebelumnya juga telah diadakan di berbagai daerah. Sabinus dalam penelitian yang berjudul Increasing Students Listening Comprehension by Using VOA: Special English Video (2013: 5) menyatakan bahwa ketidakmampuan dalam memahami parafrase ide-ide dengan kata-kata sendiri. Siswa juga sulit untuk memusatkan perhatian pada saat mendengarkan. Alasan lain mengapa siswa memiliki masalah serius dalam pemahaman mendengarkan adalah siswa mengalami kesulitan dalam mengerti atau memahami teks bahasa Inggris. Studi lain dilakukan oleh Mardiana dalam penelitian yang berjudul An Analysis of The Students Problem on Multiple Choice Items Test in Listening Comprehension (2013: 2) yang menyatakan bahwa masalah pemahaman mendengarkan bagi siswa adalah kurangnya memiliki kosakata, siswa tidak mendapatkan ide dari pembicara. Hamouda (2013: 4) menyatakan bahwa banyak siswa tampil buruk dalam mendengarkan. Siswa tidak dapat memahami apa yang diucapkan dalam bahasa Inggris yang disampaikan pada kecepatan normal karena tidak memahami isi yang 28

dibicarakan dari pelajaran. Beberapa siswa kehilangan semua kepercayaan diri sebagai praktisi bahasa asing. Siswa mengalami kesulitan dalam konsentrasi dan mengingatnya untuk waktu yang lama. Mendengarkan adalah kemampuan untuk menerima dan menafsirkan pesan secara akurat dalam proses komunikasi. Pendengar memanfaatkan keterampilan ini untuk menafsirkan pesan dari pembicara. Oleh karenanya, penerima akan menerima berita dengan menggunakan telinga sebagai rasa pertama yang mewakili pesan dari pembicara. Tanpa kemampuan untuk mendengarkan secara efektif, pesan dapat dengan mudah disalahpahami. Berdasarkan pendapat Guo (2005: 1), mendengarkan adalah kemampuan untuk mengidentifikasi dan memahami apa yang dikatakan orang lain. Proses tersebut melibatkan proses memahami aksen pembicara atau pengucapan, tata bahasa pembicara, dan kosakata, serta pemahaman makna, pendengar dapat mampu melakukan empat hal secara bersamaan. Pemahaman mendengarkan memiliki beberapa indikator dan fokus pada bagian teks pemahaman yang mencakup gagasan utama, informasi eksplisit, informasi tersirat, dan makna teks. Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan, untuk mengetahui tingkat pemahaman mendengarkan siswa, peneliti melakukan penelitian dengan menganalisis kompetensi siswa dalam pemahaman mendengarkan. Peneliti dapat mengetahui penguasaan siswa dan kesulitan-kesulitan dalam pemahaman mendengarkan. METODE Penelitian yang dilakukan adalah studi deskriptif bertujuan menganalisis kompetensi siswa dalam menguasai pemahaman mendengarkan pada siswa kelas VIII di SMP Negeri 2 Pontianak pada tahun akademik 2014/2015. Penelitian deskriptif digunakan untuk menggambarkan karakteristik populasi atau fenomena yang dipelajari. Sandelowski (2000: 335) menyatakan bahwa dalam penelitian deskriptif, peneliti berusaha untuk menggambarkan pengalaman atau acara dan memilih apa yang akan peneliti gambarkan. Pemahaman mendengarkan memiliki 29

beberapa indikator dan fokus pada bagian teks pemahaman yang mencakup gagasan utama, informasi eksplisit, informasi tersirat, dan makna teks. 30 Populasi penelitian adalah siswa kelas delapan SMP Negeri 2 Pontianak tahun ajaran 2014/2015 dengan jumlah keseluruhan 245 siswa dan dibagi dalam delapan kelas. Sampel yang diambil menggunakan teknik purposive sampling. Peneliti memilih individu dan situs untuk belajar atau memahami fenomena nyata (Creswell, 2005: 203). Peneliti memilih salah satu kelas yang digunakan sebagai sampel yakni kelas yang memiliki prestasi terendah dalam mendengarkan pemahaman. Berdasarkan informasi dari guru bahasa Inggris dan dari skor siswa ketika peneliti melakukan pengamatan, kelas VIII G adalah kelas yang memiliki pencapaian terendah dalam mendengarkan pemahaman. Jadi, peneliti memilih 35 siswa dari VIII G sebagai sampel. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik pengukuran dan wawancara. Weiner (2007: 4) menyatakan bahwa pengukuran sistematis, ditiru, proses dimana objek atau peristiwa yang diukur dan/atau diklasifikasikan sehubungan dengan dimensi tertentu. Untuk teknik pengukuran, peneliti menggunakan tes mendengarkan yang berjumlah 20 soal pilihan ganda, dan kuesioner yang berjumlah 27 pertanyaan. Wawancara digunakan untuk mendapatkan informasi yang lebih mendalam tentang kesulitan siswa dalam pemahaman mendengarkan. Dalam menganalisis data, peneliti menggunakan analisis data kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif, digunakan analisis statistik nilai rata-rata, yakni salah satu teknik statistik yang menggambarkan kelompok berdasarkan skor ratarata dan digunakan untuk mengetahui nilai rata-rata (Singh, 2007). Untuk menentukan prestasi siswa, peneliti menggunakan nilai (KKM) di SMP Negeri 2 Pontianak. Klasifikasi nilai disajikan pada Tabel 1 berikut. Tabel 1. Kategori Skor Mahasiswa Nilai Mahasiswa 0-20 20-40 40-60 60-80 80-100 Kategori sangat kurang kurang sedang baik sangat baik

Peneliti menggunakan SPSS untuk mengetahui rata-rata skor dan kemudian melakukan perhitungan untuk mengidentifikasi kesulitan yang dihadapi oleh siswa dalam pemahaman mendengarkan. Kemudian, jawaban dari kuesioner tercatat pada empat titik skala Likert (tidak pernah, kadang-kadang, sering, dan selalu). Likert-jenis atau frekuensi timbangan menggunakan format respon pilihan tetap dan dirancang untuk mengukur sikap atau pendapat. Para siswa diberikan empat pilihan yaitu, tidak pernah (1), kadang-kadang (2), sering (3), dan selalu (4). Langkah-langkah data yang input ke SPSS sebagai berikut: Menganalisis > Statistik Deskriptif > Frekuensi. Langkah sebenarnya didasarkan pada formulasi untuk menghitung semua jawaban siswa. Kemudian, menambahkan total dan kemudian dibagi dengan jumlah siswa. Sebelum memberikan kuesioner kepada siswa, kuesioner diterjemahkan ke dalam versi Indonesia. Hal tersebut dilakukan untuk memastikan semua siswa dapat memahami dengan baik apa yang peneliti minta. Dan untuk wawancara sebagai data kualitatif, dianalisis dengan analisis deskriptif. Menurut Taylor dan Renner (2003: 1), data kualitatif terdiri dari kata-kata dan obervasi bukan angka, analisis dan interpretasi data yang diperlukan untuk menertibkan pemahaman. HASIL DAN PEMBAHASAN Peneliti mengukur persentase kelas tes siswa untuk mengetahui jumlah siswa yang lulus dalam ujian. KKM dipertimbangkan untuk skor bahasa Inggris adalah 80 yang ada di SMP Negeri 2 Pontianak. Jumlah siswa yang lulus tes 18 siswa dan 17 siswa tidak lulus ujian. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa persentase kelas dari tes ini adalah 78,71, dijelaskan bahwa persentase kelas tidak memenuhi KKM, dan peneliti menyimpulkan bahwa siswa kelas di SMP Negeri 2 Pontianak tidak menguasai pemahaman mendengarkan dengan baik berdasarkan persentase skor kelas. Peneliti telah mengalisis interpretasi data dari kuesioner dengan menggunakan SPSS. Setiap hasil memiliki nilai rata-rata yang berbeda. Selain itu, 31

peneliti juga menjelaskan persentase hasil siswa item dari kuesioner. Hal tersebut dimulai dari item pertama yang menyatakan "Saya menemukan bahwa pemahaman mendengarkan sulit ", pernyataan tersebut mendapat persentase tertinggi 47,1% siswa menyatakan kadang-kadang, 38,2% siswa menyatakan sering dan 11,2% siswa menemukan bahwa mendengarkan pemahaman sulit. Hanya 2,9% siswa menyatakan bahwa siswa menemukan kesulitan dalam pemahaman mendengarkan. Untuk pernyataan kedua, "Saya merasa sulit untuk menafsirkan makna teks panjang yang diucapkan", sebagian besar siswa telah menjawab bahwa teks panjang diucapkan (50% kadang-kadang, 29,4% sering, dan 17,6% selalu) mengganggu pemahaman mendengarkan siswa. Hanya 2,9% siswa menyatakan bahwa teks panjang yang diucapkan tidak pernah mengganggu pemahaman mendengarkan siswa. Pernyataan ketiga sebagian besar siswa menyebutkan bahwa siswa merasa kelelahan dan terganggu ketika siswa mendengarkan teks panjang diucapkan (38,2% kadang-kadang, 47,1% sering, 5% selalu). Hanya 8,8% dari siswa menyatakan bahwa siswa tidak pernah merasa kelelahan dan terganggu ketika siswa mendengarkan teks panjang diucapkan. Untuk pernyataan keempat, "Saya merasa sulit untuk memahami mendengarkan teks ketika topik asing". Tertinggi 41,2% siswa menyatakan kadang-kadang; 38,2% sering dan 8,8% selalu merasa sulit untuk memahami teks mendengarkan ketika topik teks mendengarkan sendiri tidak familiar dengan siswa. Keakraban dengan topik mendengarkan teks atau materi pelajaran menambah pemahaman. Selain itu, 11,8% siswa menyatakan siswa tidak pernah menemukan kesulitan memahami teks mendengarkan karena tidak familiar dengan siswa. Untuk pernyataan kelima, "Saya merasa sulit untuk memahami setiap kata dari pidato ". Hal tersebut menunjukkan bahwa banyak siswa dengan persentase tertinggi 55,9% menyatakan kadang-kadang, 32,4% menyatakan sering, dan 5,9% menyatakan selalu merasa sulit untuk memahami arti dari setiap kata dalam pidato. Sementara, hanya 5,9% dari siswa menyatakan tidak pernah merasa kesulitan untuk memahami arti dari setiap kata dalam pidato. 32

Pernyataan keenam, "Saya menemukan mendengarkan bagian sulit dimengerti". Hal tersebut mencerminkan bahwa siswa 44,1% kadang-kadang menyatakan; 35,3% sering menyatakan; dan 2,9% menyatakan selalu menemukan bahwa bagian mendengarkan materi pelajaran yang sulit dimengerti. Latar belakang pengetahuan tentang topik juga variabel penting yang dapat mempengaruhi mendengarkan siswa. Untuk pernyataan ketujuh, "Saya merasa mengejutkan dan sulit untuk berurusan dengan bahasa sehari-hari dan gaul". Banyak siswa merasa terkejut dan sulit untuk berurusan dengan bahasa sehari-hari dan gaul ekspresi (sering 35,3%, kadang-kadang 32,4%, dan selalu 26,5%). Hanya beberapa siswa yang menyatakan tidak pernah (5,9%) menemukan masalah untuk berurusan dengan ekspresi sehari-hari dan gaul. Pernyataan kedelapan, "Saya merasa sulit untuk mengenali sinyal yang menunjukkan bahwa pembicara bergerak dari satu titik ke titik lain". Pernyataan tertinggi 47,1% siswa menyatakan kadang-kadang sulit untuk mengenali sinyal yang menunjukkan bahwa pembicara bergerak dari satu titik ke titik lain. Sementara itu, 35,3% siswa menyatakan sering, dan 14,7% siswa menyatakan selalu merasa sulit untuk mengenali sinyal. Hanya 2,9% siswa menyatakan tidak pernah merasa sulit untuk mengenali sinyal. Pernyataan kesembilan, "Saya merasa sulit untuk menyimpulkan makna dari sebuah kata yang tidak diketahui saat mendengarkan". 52,9% siswa merasa sulit untuk menyimpulkan makna dari sebuah kata yang tidak dikenal saat mendengarkan. 35,3% siswa lain sering dinyatakan dan 8,8% siswa menyatakan selalu merasa sulit untuk menyimpulkan makna dari sebuah kata yang tidak dikenal saat mendengarkan. Hanya 2,9% menyatakan tidak pernah. Pernyataan kesepuluh adalah "Saya kehilangan fokus pembicaraan ketika saya sudah mendapat jawaban yang diharapkan dalam pikiran saya". 41,2% siswa menyatakan kadang-kadang, 26,5% sering menyatakan, dan 17,6% menyatakan selalu cenderung kehilangan fokus pembicaraan ketika siswa sudah mendapat jawaban yang diharapkan dalam pikiran siswa. Sisanya 14,7% siswa menyatakan mereka tidak kehilangan fokus pembicaraan ketika siswa sudah mendapat jawaban yang diharapkan. 33

Pernyataan kesebelas adalah "Saya tidak dapat berkonsentrasi karena saya mencari jawabannya, dan saya mendengarkan dialog pada saat bersamaan". (32,4% kadang-kadang, 52,9% sering, dan 8,8% selalu) mengaku siswa tidak mampu berkonsentrasi karena siswa mencari jawaban dan mendengarkan dialog di waktu yang bersamaan. 5,9% siswa lainnya dinyatakan tidak pernah. Pada pernyataan kedua belas menunjukkan bahwa 41,2% dari mereka kadang-kadang kehilangan konsentrasi ketika teks terlalu panjang. Sementara itu, 41,2% siswa lain sering dan 5,9% menyatakan selalu kehilangan konsentrasi ketika teks terlalu panjang. Di sisi lain, sisanya 11,2% siswa menyatakan siswa tidak kehilangan konsentrasi. Pernyataan ketiga belas adalah "Saya kehilangan konsentrasi ketika saya memikirkan pertanyaan lain". (44,1%) menyatakan siswa sering kehilangan konsentrasi ketika siswa berpikir tentang pertanyaan lain. Selain itu, siswa lainnya 35,3% menyatakan kadang-kadang dan 11,8% menyatakan selalu ketika siswa berpikir tentang pertanyaan lain, maka siswa tidak akan berkonsentrasi lebih lama pada teks. Hanya 8,8% siswa menyatakan siswa tidak pernah kehilangan konsentrasi ketika siswa berpikir tentang pertanyaan lain. Pernyataan keempat belas adalah "Saya merasa sulit untuk mendapatkan pemahaman umum dari teks lisan dari mendengarkan pertama". Terungkap masalah siswa mungkin timbul dari ketidakmampuan atau kesulitan siswa mengenali kata-kata utama dalam pemahaman mendengarkan dan memahami teks lisan dari pertama mendengarkan. Lebih dari setengah dari siswa menyatakan kadang-kadang (61,8%), sering (23,5%) dan (8,8%) selalu merasa sulit untuk mendapatkan pemahaman umum dari teks lisan dari pertama mendengarkan. Hanya 5,9% dari siswa menyatakan tidak pernah. Untuk pernyataan kelima belas, "Pada saat mendengarkan, saya menemukan kesulitan untuk memprediksi apa yang akan terjadi selanjutnya". Kadang-kadang (41,2%), sering (38,2%), dan selalu (11,8%) siswa merasa sulit untuk memprediksi apa yang datang berikutnya. Keberhasilan pendengar memahami isi dari apa yang mereka dengar tergantung sebagian besar pada keahlian siswa dalam strategi mendengarkan (Harmer, 2001). Dari pernyataan keenam belas, "Saya merasa sulit untuk mengenali katakata saya tahu karena cara mereka diucapkan". Hal ini menunjukkan bahwa 34

sebagian besar siswa selalu (32,4%), sering (38,2%) dan kadang-kadang (23,5%) merasa sulit untuk mengenali kata-kata siswa tahu karena cara mereka diucapkan. Peneliti menggeneralisasi bahwa sebagian besar siswa merasa sulit untuk mengenali kata-kata yang mereka tahu dari cara siswa mengucapkan. Pernyataan ketujuh belas, "Ada kata-kata yang saya biasanya memahami secara tertulis, tetapi ketika saya mendengar mereka dalam pidato, saya menemukan kesulitan untuk mengatakan dimana satu kata selesai dan yang lain dimulai". (47,1% sering, 23,5% selalu, 20,5% kadang-kadang) telah menjawab bahwa siswa merasa sulit untuk mengidentifikasi kata-kata yang mereka tahu dalam bentuk tertulis ketika siswa mendengaran dalam pidato. Untuk pernyataan kedelapan belas, "Saya merasa sulit ketika mendengarkan bahasa Inggris tanpa transkrip". Fakta bahwa siswa merasa kesulitan saat mendengarkan tanpa transkrip (44,1% sering, 20,6% selalu). Ketidakmampuan siswa untuk memahami pengucapan, ketidakmampuan untuk mengelola tugastugas yang menantang, dan frustasi mengganggu pemahaman mendengarkan mereka. Menurut pernyataan kesembilan belas, "Saya merasa sulit untuk memahami dengan baik ketika pembicara berbicara dengan berbagai aksen", hasil menunjukkan bahwa banyak siswa (35,3% sering, 23,5% selalu, 23, 5% kadang) mengalami masalah tersebut karena siswa telah terbiasa dengan aksen guru mereka. Jika pendengar terkena standar aksen Inggris atau Amerika, siswa akan menghadapi masalah dalam memahami aksen lainnya. Untuk pernyataan kedua puluh, "Saya merasa sulit untuk memahami dengan baik ketika pembicara berbicara terlalu cepat". Hampir setengah dari siswa (44,1%) menyatakan bahwa siswa selalu merasa sulit untuk berurusan dengan pembicara yang berbicara terlalu cepat. Siswa lain menyatakan bahwa siswa sering (35,3%) dan kadang-kadang (17,6%) menemukan kesulitan ketika pembiacara berbicara dengan cepat. Disimpulkan bahwa ketika pembicara berbicara pada kecepatan yang cepat, sulit untuk pendengar memahami apa yang dikatakan, terlebih jika kata-kata yang diucapkan hanya satu siswa kenal. Pernyataan dua puluh satu, "Saya merasa sulit untuk memahami materi direkam jika saya tidak dapat mendapatkan hal-hal berulang-ulang". (58,8% sering, 14,7% 35

selalu) merasa sulit untuk memahami materi yang direkam jika siswa tidak mampu untuk mendapatkan sesuatu yang diulang. Hal tersebut merupakan masalah serius dalam situasi belajar. Jika rekaman berada di bawah kendali siswa, siswa dapat memutarnya berulang-ulang tapi hal tersebut tidak mungkin dalam lingkungan kelas sehari-hari di mana guru memutuskan siswa akan mendengarkan rekaman atau tidak (Chen: 2002). Pernyataan dua puluh dua "Saya merasa sulit untuk memahami teks lisan yang tidak menarik bagi saya". Setengah dari siswa (50%) menyatakan bahwa siswa kadang-kadang merasa sulit untuk memahami teks lisan yang tidak menarik bagi siswa. Sedangkan, 32,4% siswa dan 14, 7% siswa menunjukkan bahwa siswa sering dan selalu menemukan kesulitan untuk memahami teks lisan yang tidak menarik bagi siswa. Pernyataan kedua puluh tiga, "Saya berhenti mendengarkan ketika saya memiliki masalah dalam memahami teks mendengarkan", (55,9% kadang-kadang, 20,6% sering, 14,7% selalu) merasa siswa berhenti mendengarkan ketika siswa memiliki masalah dalam memahami teks yang didengarkan. Hal tersebut menunjukkan bahwa jika siswa berhenti mendengarkan selama pelajaran, siswa akan kehilangan poin dari materi yang didengar. Dalam pernyataan kedua puluh empat, "Jika saya tidak sampai pada pemahaman total sebuah teks lisan, saya merasa kecewa", sebanyak (41,2% sering, 35,3% kadang-kadang, dan 11,8 selalu) menunjukkan bahwa siswa merasa kecewa ketika siswa tidak sampai pada pemahaman total sebuah teks lisan. Kemudian, pernyataan kedua puluh lima, "Sebelum melakukan mendengarkan tugas pemahaman, saya takut bahwa saya tidak bisa mengerti apa yang akan saya dengar", sebagian besar siswa (88,2%) mengalami semacam ketakutan tidak bisa mengerti apa yang akan mendengar. Pernyataan kedua puluh enam, "Suara yang tidak jelas yang dihasilkan dari kualitas audio yang buruk mengganggu pemahaman mendengarkan saya", Sebagian besar siswa (94,1%, kadang-kadang, sering, selalu) berpikir kesulitan yang siswa hadapi dalam mendengarkan pemahaman adalah karena kualitas rekaman yang buruk atau buruknya kualitas audio. Misalnya, audio dapat direkam sementara ada suara di sekitar. Suara yang dihasilkan tidak jelas dari peralatan 36

berkualitas buruk juga dapat mengganggu pemahaman mendengarkan. Untuk pernyataan terakhir dalam kuesioner, "Suara yang tidak jelas yang dihasilkan dari peralatan berkualitas buruk mengganggu pemahaman mendengarkan saya", sejumlah besar siswa (100%) menyatakan bahwa suara tidak jelas dari peralatan berkualitas buruk mengganggu pemahaman mendengarkan siswa. peralatan berkualitas buruk dapat mengalihkan pikiran siswa dari isi mendengarkan bacaan. Jika tugas mendengarkan dilakukan dengan peralatan berkualitas buruk, maka para siswa tidak akan memiliki hasil yang baik dalam mendengarkan. Menjaga dengan kecepatan berbicara pembicara adalah yang paling sulit bagi siswa. Siswa begitu sibuk mencoba untuk mencari makna salah satu bagian yang tertinggal dan akibatnya siswa gagal untuk memahami makna keseluruhan teks saat mendengarkan. Peneliti juga mewawancarai guru bahasa Inggris siswa kelas VIII di SMP Negeri 2 Pontianak pada tahun ajaran 2014/2015 untuk mendapatkan informasi tentang kesulitan siswa dalam pemahaman mendengarkan selama proses belajar mengajar. Wawancara-wawancara tersebut bersifat semi-terstruktur dan terdiri dari 3 item yang terkait dengan masalah pemahaman mendengarkan. Pertanyaan nomor 1, Bagaimana pendapat ibu tentang kesulitan yang dihadapi siswa dalam listening comprehension? Dari pertanyaan pertama wawancara, guru bahasa Inggris berpendapat bahwa siswa menghadapi kesulitan dalam pemahaman mendengarkan karena kurangnya pemahaman siswanya tentang kosakata. Sebagian besar siswa tidak tahu tentang kata-kata yang diungkapkan oleh pembicara dari mendengarkan audio. Jadi, ketika siswa mendengarkan kata-kata yang siswa tidak tahu, siswa tetap diam dan terlihat bingung. Kesulitan yang dihadapi oleh siswa dalam pemahaman mendengarkan adalah sebagian besar siswa tidak memahami kosakata yang siswa dengar dari pembicara dalam mendengarkan audio. Peneliti menyimpulkan bahwa sebagian besar siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Pontianak kurangnya pemahaman tentang kosakata. Siswa tidak tahu tentang kata-kata yang diungkapkan oleh penutur asli dan siswa terlihat bingung dan tetap diam selama mendengarkan. 37

Pertanyaan nomor 2, Kesulitan apa saja yang dihadapi oleh siswa ibu dalam memahami listening comprehension? Mengapa mereka bisa mengalami kesulitan tersebut? Guru bahasa Inggris berpendapat bahwa siswa menghadapi kesulitan karena siswa tidak tahu beberapa kata-kata sulit. Jadi ketika siswa mendengarkan audio dan ada kata bahwa siswa tidak mengerti, maka siswa kehilangan banyak poin utama dari audio mendengarkan. Guru tersebut juga mengatakan bahwa siswa menghadapi kesulitan dalam memahami kata-kata yang diungkapkan oleh pembicara dengan tingkat pidato cepat. Banyak siswa pikir lebih mudah untuk memahami pembicara yang memiliki tingkat bicara yang lambat. Kemudian, para siswa tidak dapat memahami kata-kata karena pengucapan tidak jelas, para siswa benar-benar mengenali kata-kata dalam teks tertulis tetapi siswa tidak bisa memahami apa yang siswa dengar. Kesulitan yang dihadapi oleh siswa dalam pemahaman mendengarkan adalah ketika siswa mendengarkan materi, siswa tidak dapat berkonsentrasi untuk mendengarkan materi dari audio dan siswa tidak tahu beberapa kata-kata sulit dan karena itu siswa kehilangan banyak poin utama dari mendengarkan bahan. Para siswa juga mengeluh tentang tingkat pidato pembicara, siswa berpikir bahwa jika pembicara berbicara lebih lambat, siswa eakan memahami materi. Siswa tidak berhasil memahami apa yang pembicara katakan karena siswa tidak memiliki kemampuan pengucapan. Siswa mengenali kata-kata dalam bentuk tertulis, tetapi tidak dapat memahami apa yang siswa dengar. Peneliti menyimpulkan bahwa sebagian besar siswa kelas VIII di SMP Negeri 2 Pontianak tidak mengerti tentang kata-kata baru dalam mendengarkan audio dan karena kosakata bahasa Inggris siswa terbatas. Para siswa juga sulit untuk berkonsentrasi mendengarkan dan memahami materi yang disebabkan oleh tingkat pidato pembicara dalam mendengarkan audio. Kemudian, siswa tidak bisa memahami kata-kata yang diucapkan oleh pembicara tetapi siswa benar-benar mengenali kata-kata dalam teks tertulis. Pertanyaan nomor 3, Bagaimana ibu bisa membantu mengatasi permasalahan yang dihadapi siswa dalam listening comprehension? Apa ibu punya beberapa saran atau solusi atas permasalahan tersebut? Dari pertanyaan 38

ketiga wawancara, guru bahasa Inggris berpendapat bahwa tidak semua masalah yang disebutkan dapat diatasi. Guru dapat memberikan para siswa dengan materi listening yang sesuai, beradaptasi, dan meningkatkan mendengarkan materi yang sesuai dengan minat siswa dan menyesuaikan latar belakang yang ada. Kemudian, guru dapat mengaktifkan kosakata siswa dengan meminta siswa untuk menebak arti dari kata-kata yang digunakan dalam mendengarkan konteks sebelum menjelaskan makna kepada siswa. Hal yang paling penting adalah meningkatkan lingkungan belajar keterampilan mendengarkan, seperti laboratorium bahasa selain tape recorder dan teks tertulis merupakan kunci penting yang mempengaruhi kualitas belajar mengajar keterampilan mendengarkan. SIMPULAN Berdasarkan pembahasan pada bagian sebelumnya, peneliti menyimpulkan pertanyaan penelitian terjawab dan disajikan dengan jelas di bagian sebelumnya. Berdasarkan tujuan dari penelitian adalah untuk mengetahui penguasaan dalam pemahaman mendengarkan dan kesulitan siswa dalam pemahaman mendengarkan. Temuan telah menjawab masalah sepenuhnya. Berdasarkan data yang diperoleh dari tes mendengarkan, menunjukkan bahwa siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Pontianak tidak menguasai pemahaman mendengarkan dengan baik. Berdasarkan hasil kuesioner, kesulitan paling dominan yang dihadapi oleh siswa dalam pemahaman mendengarkan adalah tingkat kecepatan pidato dari pembicara. Hal tersebut juga didukung kurangnya kosakata, pengucapan yang kurang jelas, tidak mampu berkonsentrasi,dan lain-lain. Data dari wawancara juga mengungkapkan beberapa kesulitan yang dihadapi oleh siswa dalam pemahaman mendengarkan sama seperti hasil dari kuesioner seperti kurangnya pemahaman tentang kosakata, tidak tahu beberapa kata-kata yang sulit, tidak mampu berkonsentrasi selama mendengarkan, pengucapan tidak jelas, dan terakhir sulit dalam memahami kata-kata di tingkat pidato yang cepat. Hasil dari penelitian yang telah dilakukan terdapat kesamaan pada hasil kuesioner dan hasil wawancara, dalam menyikapi hasil tersebut, diharapkan 39

kepada guru bahasa Inggris perlu mendorong siswa untuk lebih mempraktikkan pemahaman pendengaran agar mendapatkan hasil belajar dan pembelajaran yang lebih baik. Guru bahasa Inggris dapat memotivasi siswa untuk melatih keterampilan mendengar dengan memberikan latihan mendengarkan saat guru mengajarkan pelajaran. Kemudian, guru harus menggunakan media dalam mengajarkan pemahaman mendengar, misalnya dengan menggunakan gambar atau slides how yang sesuai dengan minat dan latar belakang siswa yang akan membuat antusiasme siswa terhadap materi dan daftar pengajaran akan menarik bagi para siswa. Guru dapat menyarankan siswa untuk mendengarkan atau menonton lagu atau film Inggris. Hal tersebut adalah salah satu cara untuk mengembangkan pemahaman mendengar siswa. Dengan mendengarkan lagu atau nonton bioskop, siswa bisa melatih diri pendengaran dan para siswa bisa mendengarnya dimanapun siswa mau. Apalagi siswa bisa melatih diri terutama di rumah. DAFTAR PUSTAKA Chen, Y. 2005. Barrier to Acquiring Listening Strategies for EFL Learners and Their Pedagogical Implications. The Electronic Journal for English as a Second Language. Vol. 8 no 4. Creswell, J. W. 2005. Mixed Methods Research. 4th Edition. Sage Publication. London Guo, N. 2005. An Investigation of Factors Influencing English Listening Comprehension and Possible Measures for Improvement. Australian Association for Research in Education. Australia. Hamouda, A. 2012. Listening Comprehension Problems- Voices from the Classroom. Vol 12. India. Harmer, J. 2001. The Practice of English Language Teaching. Longman. Mardiana. 2013. An Analysis of The Students Problem on Multiple Choice Items Test in Listening Comprehension, A Study of Grade XI IPA SMA PGRI 1 Padang West Sumatra in 2013-2014 Academic Year. Padang: STKIP PGRI. Sabinus, K. U. 2013. Increasing Students Listening Comprehension by Using VOA: Special English Video, A Pre- Experimental Research at the Eleven Grade Students of Accounting Class B of SMK Mandiri Pontianak in the Academic Year 2011/2013. Pontianak: FKIP Untan. Sandelowski, M. 2000. Research in Nursing & Health. Vol. 23, Issue 4. John Wiley & Son, Inc. 40

Singh, K. 2007. Quantitative social research methods. New Delhi. SAGE Publication. Taylor, P, E. & Renner, M. 2003. Analyzing Qualitative Data. University of Wisconsin- Extension. Madison. 41