BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (self balance), ketidakseimbangan regional (disequilibrium), ketergantungan

dokumen-dokumen yang mirip
KESENJANGAN PRODUKSI DAN EKSPOR PRODUK PERTANIAN ANTARA KAWASAN BARAT DENGAN KAWASAN TIMUR INDONESIA. Disusun Oleh: Ainun Mardiah A

I. PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara kepulauan. terbesar di dunia yang mempunyai lebih kurang pulau.

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan umum yang sering dihadapi oleh negara-negara sedang

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya setiap negara di dunia memiliki tujuan utama yaitu

PENDAHULUAN Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. banyak belum menjamin bahwa akan tersedia lapangan pekerjaan yang memadai

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENGARUH PEMBANGUNAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT TERHADAP EKONOMI REGIONAL DAERAH RIAU

BAB I PENDAHULUAN. berkesinambungan dengan tujuan mencapai kehidupan yang lebih baik dari

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. tujuan pembangunan ekonomi secara makro adalah

BAB I PENDAHULUAN. (disparity) terjadi pada aspek pendapatan, spasial dan sektoral. Golongan kaya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pembangunan ekonomi, pertumbuhan ekonomi, dan teori konvergensi.

ABSTRAK. ketimpangan distribusi pendapatan, IPM, biaya infrastruktur, investasi, pertumbuhan ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. memuat arah kebijakan pembangunan daerah (regional development policies)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Kesejahteraan masyarakat merupakan salah satu tujuan dari pembangunan

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia. Seiring perkembangan zaman tentu kebutuhan manusia bertambah, oleh

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. masyarakat adil dan makmur. Dengan demikian segala upaya pelaksanaan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. pertumbuhan ekonomi di suatu wilayah. Ketimpangan ekonomi antar wilayah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Pembangunan di bidang ekonomi ini sangat penting karena dengan

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. suatu sistem negara kesatuan. Tuntutan desentralisasi atau otonomi yang lebih

DAMPAK INVESTASI DAN TENAGA KERJA TERHADAP KETIMPANGAN PEMBANGUNAN KAWASAN TIMUR INDONESIA

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN

I. PENDAHULUAN. dunia menghadapi fenomena sebaran penduduk yang tidak merata. Hal ini

IV. GAMBARAN UMUM Letak Geogafis dan Wilayah Administratif DKI Jakarta. Bujur Timur. Luas wilayah Provinsi DKI Jakarta, berdasarkan SK Gubernur

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Jangka Panjang tahun merupakan kelanjutan

I. PENDAHULUAN. dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESEMPATAN KERJA DI JAWA TENGAH PERIODE TAHUN

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN. Kesenjangan menurut Sudibyo (1994) adalah ketidakmerataan akses

I. PENDAHULUAN. membangun infrastruktur dan fasilitas pelayanan umum. pasar yang tidak sempurna, serta eksternalitas dari kegiatan ekonomi.

DINAMIKA PERTUMBUHAN, DISTRIBUSI PENDAPATAN DAN KEMISKINAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. ilmu tersendiri yang mempunyai manfaat yang besar dan berarti dalam proses

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Analisis penyerapan tenaga kerja pada sektor pertanian di Kabupaten Tanjung Jabung Barat

BAB I PENDAHULUAN. Kesempatan kerja merupakan salah satu indikator pembangunan ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN. modal manusia merupakan salah satu faktor penting untuk mencapai pertumbuhan

SUMMARY STRATEGI DAN MODEL PERENCANAAN POPULIS DALAM PENGEMBANGAN WILAYAH

BAB I PENDAHULUAN. dihadapi oleh negara-negara berkembang adalah disparitas (ketimpangan)

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengembangkan kegiatan ekonominya sehingga infrastruktur lebih banyak

Visi, Misi Dan Strategi KALTIM BANGKIT

Pertumbuhan PDB atas dasar harga konstan tahun 1983

BAB IV KONDISI SOSIAL EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Undang-Undang Nomor No.12 tahun 2008 (revisi UU no.32 Tahun

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembangunan ekonomi dapat diartikan sebagai suatu proses yang

BAB I PENDAHULUAN. dinantikan serta diinginkan oleh rakyat Indonesia. Harapan dan cita-cita yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

5. PROFIL KINERJA FISKAL, PEREKONOMIAN, DAN KEMISKINAN SEKTORAL DAERAH DI INDONESIA

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Pembangunan bidang pertambangan merupakan bagian integral dari

Teori Pertumbuhan dan Pembangunan Daerah. Saat ini tidak ada satu teori pun yang mampu menjelaskan pembangunan ekonomi daerah secara komprehensif.

BAB I PENDAHULUAN. perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat dan institusiinstitusi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perbedaaan kondisi demografi yang terdapat pada daerah masing-masing.

2 TINJAUAN PUSTAKA Konsep Pengembangan Wilayah

4 GAMBARAN UMUM. No Jenis Penerimaan

I. PENDAHULUAN. Jawa Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. yang dilaksanakan oleh sejumlah negara miskin dan negara berkembang.

BAB I PENDAHULUAN. mengukur keberhasilan pembangunan ekonomi di daerah adalah pertumbuhan

II. TINJAUAN PUSTAKA. dua atau lebih input (sumberdaya) menjadi satu atau lebih output. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. namun jika dilihat potensi ekonomi dan karakteristik yang ada pada tiap-tiap daerah

BAB I PENDAHULUAN. mengartikan pembangunan ekonomi. Secara tradisional, pembangunan ekonomi

VII KETERKAITAN EKONOMI SEKTORAL DAN SPASIAL DI DKI JAKARTA DAN BODETABEK

I. PENDAHULUAN. Pembangunan nasional bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup dan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder rangkai waktu (Time

BAB I PENDAHULUAN. nasional dan internasional dengan pemerataan dan pertumbuhan yang diinginkan

BAB 1 PENDAHULUAN. hubungan dagang dengan pihak luar negeri, mengingat bahwa setiap negara

IV. DINAMIKA DISPARITAS WILAYAH DAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN Konsep Pembangunan Ekonomi Daerah

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan perkapita, atau yang biasa disebut pertumbuhan ekonomi. Indikator

II. TINJAUAN PUSTAKA. Undang-Undang Nomor 5 tahun 1974 tentang pokok-pokok pemerintahan di daerah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional merupakan upaya dari pemerintah untuk

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISIS TINGKAT PERTUMBUHAN DAN DISPARITAS ANTAR DAERAH PADA ERA OTONOMI DAERAH. Adrian Sutawijaya Universitas Terbuka.

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Sumitro (1994) mengemukakan bahwa, dimensi ekonomi regional dalam. perekonomian antar daerah. Disini kita dihadapkan dengan suatu dilema yang dapat

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. wilayah telah dilaksanakan oleh beberapa peneliti yaitu :

BAB I PENDAHULUAN. yang melimpah. Sumber daya alam nantinya dapat digunakan sebagai pendukung

VIII. KESIMPULAN, IMPLIKASI KEBIJAKAN DAN PENELITIAN LANJUTAN

Tinjauan Perekonomian Berdasarkan PDRB Menurut Pengeluaran

BAB I PENDAHULUAN. Semakin maju perekonomian suatu negara, semakin kuat sector industri modern

PENGARUH URBANISASI TERHADAP SUKSESI SISTEM PENGELOLAAN USAHATANI DAN IMPLIKASINYA TERHADAP KEBERLANJUTAN SWASEMBADA PANGAN

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya manusia tidak dapat hidup sendiri, demikian halnya dengan

BAB II LANDASAN TEORI. tumbuh lebih cepat dibandingkan sektor lainnya dalam suatu daerah terutama

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ujang Muhaemin A, 2015

METODOLOGI. dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit produksi di dalam suatu

BAB I PENDAHULUAN. kenaikan pendapatan riil per kapita penduduk suatu daerah dalam jangka panjang

BAB I PENDAHULUAN. Kalimantan, Sulawesi, dan Papua. Luas keseluruhan dari pulau-pulau di

BAB I PENDAHULUAN. sosial. Selain itu pembangunan adalah rangkaian dari upaya dan proses yang

BAB I PENDAHULUAN. Perencanaan pembangunan di Indonesia diarahkan untuk mewujudkan

BAB VI PENUTUP. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh ketimpangan

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kesenjangan Antar Daerah Menurul Cornelis Lay dalam Lia (1995), keterbelakangan dan kesenjangan daerah ini dapat dibagi atas empat pemikiran utama yaitu keseimbangan regional (self balance), ketidakseimbangan regional (disequilibrium), ketergantungan struktural (spatial inequality), dan kebijaksanaan negara. a. Keseimbangan regional, asumsi yang digunakan adalah mekanisme pasar dipercayakan sebagai alokator sumberdaya paling efisien. Ketimpangan harus terjadi sebagai fenomena awal pembangunan karena perbedaan kemampuan untuk tumbuh yang bersifat prinsipil antara satu daerah dengan daerah lain. Teori ini menjelaskan bahwa semakin matangnya struktur perekonomian suatu wilayah maka secara alami ketimpangan tersebut berakhir. b. Ketidakseimbangan regional, menurut teori ini kesenjangan terjadi akibat kekuatan pasar dan struktural dari sistem kapitalisme. Efek timbal balik yang dihasilkan dari mekanisme kekuatan pasar yaitu backwash effect dan spread effect yang dapat menjelaskan kesenjangan wilayah. Menurut Hirschman (1976) kesenjangan akan diseimbangkan melalui trickle down effcts yang bekerja melalui permintaan produk dan input faktor. Pemikir lainnya melandaskan penyebaran spasial aktivitas ekonomi cenderung untuk 24

mempromosikan pemusatan pertumbuhan pada sejumlah wilayah atas biaya yang mesti oleh wilayah lainnya. c. Ketergantungan struktural, kesenjangan daerah diyakini sebagai kondisi yang wajib hukumnya bagi berkembangnya pusat-pusat dan sebagai terminal akhir dari proses bekerjanya kekuatan pasar secara global. Akibatnya ketergantungan struktural dianggap merupakan produk dari sistem kapitalisme disamping produk pemerataan. d. Kebijaksanaan Negara, kebijaksanaan yang bias, diskriminatif, dan tidak tepat dipandang sebagai sebab-sebab penting dalam memahami fenomena kesenjangan. Istilah bias menggambarkan terjadinya inefisiensi dan kesenjangan sebagai akibat konsentrasi modal dan penerapan industrialisasi padat modal dalam situasi dimana tenaga kerja berlimpah sedangkan modal langka. Hal ini bersumber pada kebijaksanaan terhadap kawasan satu dengan yang lainnya. 2.2 Batas Kawasan Indonesia Indonesia yang terbagi menjadi dua kawasan besar yaitu Kawasan Barat Indonesia dan Kawasan Timur Indonesia. Penentuan batas kawasan ini tidak hanya berdasarkan letak geografisnya, namun banyak aspek yang menjadi pembatas kedua wilayah ini diantanya aspek kinerja perekonomian, demografi, sumberdaya alam, sarana dan prasarana, serta aspek sosial ekonomi. Berdasarkan Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) 1993 dan Keputusan Presiden RI Nomor 55 tahun 2001 wilayah yang termasuk pada Kawasan Barat Indonesia (KBI) terdiri dari Jawa, Sumatra, Bali. Sedangkan 25

Kawasan Timur Indonesia (KTI) terdiri dari Kalimantan, NTB, NTT, Sulawesi, Gorontalo, Maluku, dan Provinsi di Irian Jaya. 2.3 Penelitian Terdahulu 2. 3.1 Kesenjangan Wilayah Berdasarkan hasil penelitian Rahayu (2006), mengenai kesenjangan di wilayah pesisir menunjukan bahwa antar PDRB dan kesenjangan memiliki hubungan yang negatif yang artinya pada tahap pertumbuhan awal terjadi pemeratan pendapatan yang memburuk, sedangkan pada tahap pertumbuhan lanjut pemerataan semakin membaik. Analisis yang digunakan adalah Index Williamson yang memperlihatkan kesenjangan di tingkat provinsi lebih besar dibandingkan masing-masing wilayah pesisir dan non pesisir berkaitan dengan perbedaan struktur ekonomi yang berpengaruh terhadap ketersediaan lapangan pekerjaan. Lia (1995) meneliti kesenjangan kondisi ekonomi regional kawasan barat dan kawasan timur Indonesia dengan menggunakan deskriptif tabulasi dan model persamaan simultan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan kesenjangan regional. Hasil penelitian ini faktor yang mempengaruhi pertumbuhan suatu daerah secara nyata adalah pendapatan regional yang mencerminkan nilai tambah, kapital, investasi, tenaga kerja yang dipengaruhi tingkat pendidikan, upah, jumlah penduduk dan pembiayaan pembangunan baik dari pusat maupun pendapatan asli daerah yang mempengaruhi secara tidak langsung pembentukan investasi. Hasil analisis deskriptif menunjukkan kesenjangan PDRB non migas dan PDRB non migas per kapita menunjukkan KBI memiliki keadaan yang lebih baik dari pada KTI. Selain itu kesenjangan dalam arus penanaman modal/ investasi, 26

kapital, pembiayaan pembangunan baik dari pusat maupun PAD, tingkat kemampuan baca-tulis, tingkat partisipasi pendidikan uang mempengaruhi kualitas SDM serta tingkat partisipasi angkatan kerja yang menunjukan ketidakmerataan distribusi dan produktivitas tenaga kerja. Pada fungsi produksi, nilai elastisitas tenaga kerja dan kapital menunjukkan nilai elastisitas kapital tertinggi terdapat di KBI yaitu Jawa dan Bali, sedangkan di KTI yaitu Irian, Maluku, tapi untuk elastisitas tenaga kerja menunjukan tanda koefisien negatif. Indeks efisiensi menunjukkan KTI memiliki nilai yang lebih baik dari KBI yang artinya KTI memiliki potensi yang besar dalam distribusi akumulasi kapital. 2.3.2 Ekspor dan Produksi Komoditas Pertanian di Indonesia Edwin (2004) menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor komoditi teh Indonesia, serta daya saing komoditi teh di pasar Internasional. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif untuk melihat perkembangan produksi dan ekspor teh di Indonesia, dan metode kuantitatif dengan model persamaan regresi berganda untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor teh. Dari hasil penelitian menunjukkan pertumbuhan luas areal perkebunan teh selama sepuluh tahun (1982-2001) hanya sekitar 1,56 persen, dimana luas lahan yang paling besar dimiliki oleh pelaku perkebunan rakyat. Daerah yang paling luas untuk perkebunan teh adalah provinsi Jawa Barat sedangkan yang paling kecil adalah DI Aceh. 27

Dilihat dari hasil model regresi berganda dintara variabel-variabel yang mempengaruhi ekspor yaitu produksi teh domestik, volume ekspor teh Indonesia tahun sebelumnya, harga teh dunia, harga teh dunia tahun sebelumnya, konsumsi teh domestik dan harga teh domestik, variabel yang berpengaruh nyata pada taraf 5 persen adalah variabel produksi teh domestik, volume ekspor tahun sebelumnya dan konsumsi teh domestik, sedangkan sisanya tidak berpengaruh nyata. Berdasarkan perhitungan elastisitas semua variabel kurang elastis atau bersifat inelastis, namun hanya variabel produksi domestik yang memiliki keelastisitasan lebih dari satu dengan kata lain ekspor teh Indonesia cukup peka terhadap perubahan produksi teh domestik. Yopi (2005) menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi dan ekspor tomat segar Indonesia. Metode yang digunakan deskriptif tabulasi dan model regresi liner berganda. Hasil yang diperoleh menunjukkan jumlah produksi tomat Indonesia selama tiga tahun terakhir (1984-2003) tidak sejalan dengan ekspor nya, hal ini disebabkan menurunnya kualitas tomat segar ekspor sehingga tidak dapat memenuhi standar ekspor yang berlaku. Berdasarkan persamaan produksi tomat Indonesia diantara variabel penjelas yaitu luas areal tanaman tomat, tingkat teknologi, harga tomat ekspor, dan harga pupuk urea. Variabel yang berpengaruh nyata terhadap produksi tomat Indonesia pada taraf satu Persen adalah luas areal tanaman tomat dan tingkat teknologi, dimana nilai koefisien determinasi (R 2 ) sebesar 99,4 persen. Untuk persamaan ekspor tomat segar Indonesia yang terdiri dari variabel produksi tomat Indonesia, ekspor tomat tahun sebelumnya, harga tomat ekpor tahun sebelumnya dan laju inflasi, yang berpengaruh nyata pada taraf sepuluh persen adalah ekspor 28

tomat tahun sebelumnya dan harga tomat domestik dengan nilai koefisien determinasi (R 2 ) 63.4 persen. Berbeda dengan penelitian sebelumnya, penelitian ini menganalisis sebaran produksi dan ekspor untuk komoditas pertanian diantara dua kawasan besar Indonesia yaitu kawasan barat dan timur. Alat analisis yang digunakan yaitu pemetaan yang menggambarkan secara kasat mata penyebarannya. Selain itu menganalisis kesenjangan untuk produk pertanian di dua kawasan ini, serta dalam penelitian ini membagi wilayah indonesia menjadi empat kriteria/ kategori yang menunjukkan laju pertumbuhan ekspor dan produksinya. 29